Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KASUS GANGGUAN POLA TIDUR


DI RUANG MINA
RSI MASYITHOH KOTA BANGIL

Oleh:
Aditya Gatra Kusuma
212303102045

KELAS A
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN KAMPUS KOTA PASURUAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Di RSI Masyitoh Bangil

Telah disahkan pada:

Hari : .....................
Tanggal : .....................

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

( Ns.Suhandi Puryanto,S.Kep ) (Ns.Erik Kusuma,S.Kep.,M.Kes)

Mengetahui
Kepala Ruangan

( Ns.Suhandi Puryanto,S.Kep )

2
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN POLA TIDUR

1. Definisi
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi istirahat juga membutuhkan
ketenangan.Kata istirahat berarti menyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja
keras, suatu keadaan untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau
suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan,
bahkan menjengkelkan.
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan
oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton, 1986). Tidur merupakan suatu
kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat, tidur merupakan
proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru,
perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi waktu organ tubuh untuk istirahat
maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Mass,
2002).
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga masalah, seperti : insomnia, gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur dan rasa
mengantuk di siang hari.

Kebutuhan Tidur berdasarkan usia


Umur Tingkat Jumlah Kebutuhan
Perkembangan Tidur
0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari
1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari
40-60 tahun Masa mudaparuh baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari

3
2. Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur :


Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut
dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh
jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain :
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan
istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga tidak dapat
tidur dengan nyenyak.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat
mempercepat proses terjadinya tidur.
c. Stress psikologis
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan
kekhawatiran karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang
(Carpenito, 2000).
d. Obat-obatan
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang
memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic yang dapat
menyebabkan insomnia, antidepresan yang dapat menekan REM, kafein yang
dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk
tidur, golongan beta blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan
golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi
protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut akan mempercepat
proses terjadinya tidur.
f. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur,
sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk
tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.

4
3. Patofisiologi
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan
mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak
untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan
susunan saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas
pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating sistem (RAS) akan
melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat
memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat
menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses
pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang
berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR),
sedangkan saat bangun bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima
dipusat otak dan sistem limbic. Dengan demikian, sistem batang otak yang
mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis, yaitu:
- Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
- Dilatasi pembuluh darah perifer
- Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
- Relaksasi otot-otot rangka
- Basal matabolsme rate menurun 10-30%

4. Klasifikasi
Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur, pertama jenis tidur yang
disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis.
Jenis tidur tersebut disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang
otaknya sangat lambat, atau disebut tidur nonrapid eye movement (NREM). Kedua
jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam
otak, meskipun kegiatan otak tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang kedua
disebut dengan jenis tidur paradox atau rapid eye movement (REM).

a. Tidur gelombang lambat/NREM, jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang
dalam, atau juga dikenal dengan tidur yang nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak
adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur dengan gelombang delta. Ciri
lainnya adalah individu berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan darah
menurun, frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi
berkurang dan metabolisme menurun.Perubahan selama proses NREM tampak
melalui elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak berada
pada setiap tahap tidur NREM.

5
Tahapan tidur jenis NREM:
 Tahap I
Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri
sebagai berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk,
bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas
sedikit menurun, serta dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung
selama 5 menit.
 Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun dengan ciri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap, denyut
jantung dan frekuensi napas menurun, temperature tubuh menurun,
metabolisme menurun, serta berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
 Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi
napas, dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini disebabkan oleh adanya
dominasi sistem parasimpatis sehingga sulit dibangunkan.
 Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung
dan pernapasan menurun, jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak bola
mata cepat, sekresi lambung menurun dan tonus otot menurun.

b. Tidur paradox/REM, tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang
terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama timbul
80-100 menit. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut:
 Biasanya disertai dengan mimpi aktif
 Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM
 Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan inhibisi kuat
proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis
 Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
 Pada otot perifer, terjadi gerakan otot yang tidak teratur
 Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah
meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolism
meningkat
 Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam
belajar, memori, dan adaptasi

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan


menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
 Cenderung hiperaktif
 Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi
 Nafsu makan bertambah
 Bingung dan curiga
Secara umum, siklus tidur normal adalah sebagai berikut:
Bangun (Pratidur)

NREM I Tidur REM

NREM II NREM II

NREM III NREM III

NREM IV

6
Jenis-jenis gangguan tidur :

a. Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan yang menyebabkan individu tidak
mampu mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga individu tersebut hanya tidur sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu inisial insomnia. intermiten insomnia dan terminal
insomnia. Inisial insomnia merupakan ketidakmampuan individu untuk jatuh tidur
atau memulai tidur. Intermitten insomnia merupakan ketidakmampuan tetap tidur
karena selalu terbangun pada malam hari. Sedangkan terminal insomnia
merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam
hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebakan adanya rasa khawatir
dan tekanan jiwa.
b. Hipersomia
Hipersomia merupakan gangguan tidur dengan criteria tidur berlebihan.
Pada umumnya, lebih dari sembilan jam pada malam hari, yang disebabkan oleh
kemungkinan masalah psikologis, depresi, cemas, gangguan sususnan sistem saraf
pusat, ginjal, hati, dan gangguan metabolisme.
c. Parasomia
Parasomia merupakan kumpulan penyakit yang dapat menyebabkan
gangguan pola tidur. Misalnya somnmbulisme yang banyak terjadi pada anak-anak
yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM.
d. Enuresis
Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak sengaja pada waktu tidur.
Enuresis ada dua macam, yaitu enuresis nocturnal dan enuresis diurnal. Enuresis
nocturnal merupakan mengompol pada waktu tidur. Umumnya, terjadi sebagai
gangguan tidur NREM. Enuresis diurnal merupakan mengompol pada saat bangun
tidur.
e. Somnambulisme
Somnambulisme adalah gangguan tingkah laku yang sangat kompleks
mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka
pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi, termasuk tingkah
laku berjalan dalam beberapa menit kemudian kembali tidur.
f. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang
tidak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan bahwa narkolepsi adalah serangan
mengantuk yang mendadak, sehingga ia dapat tertidur pada saat dimana serangan
tidur tersebut datang.
g. Night terrors
Night terrors merupakan mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak-anak.
Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat,
dan ketakutan.

7
h. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara
di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi
faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat
saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu
bergetar jika dilewati udara pernapasan.

5. Gejala Klinis
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
menimbulkan gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur
biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta menurunkan prestasi kerja, mudah
tersinggung, depresi,kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat
mempengaruhikeselamatan diri sendiri atau orang lain.
Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :
- Biasanya disertai dengan mimpi aktif
- Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
- Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retikularis
- Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
- Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
- Mata cepat tertutup dan terbuka

8
6. Pathway

Stress psikologis Gaya hidup

Px terlihat dan Aktivitas


Px menderita menyatakan rasa sehari-hari
Px banyak
penyakit tertentu cemas terlalu berat
mengkonsumsi
makanan/minum
Px merasa tidak Px menyatakan an yg Px menkonsumsi
Kadar Kelelahan yang
nyaman terganggu oleh suasana mengandung zat obat-obatan yang
norepinefrin berlebihan
lingkungan sehingga px yg menyebabkan menyebabkan
tidak bisa tidur terganggunya gangguan pola
Px menyatakan Tahap IV REM pola tidur
Pola tidur REM tidur
tidak bisa tidur dan NREM
lebih pendek

Gangguan tidur

insomnia Gangguan
pola tidur

Deprivasi
tidur

9
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di rumah
sakit.Dimana validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat ditentukan oleh
bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang digunakan serta
pemeriksaannya sendiri

8. Penatalaksanaan
Penanganan dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
a. Terapi non farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara
yang dapat dilakukan antara lain :
- Terapi relaksasi
- Terapi tidur yang bersih
- Terapi pengaturan tidur
- Terapi psikologi/psikiatri
- Mengubah gaya hidup
b. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan
seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter
yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur
antara lain :
- Golongan obat hipnotik
- Golongan obat antidepresan
- Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
- Golongan obat antihistamin.
9. Komplikasi
a. Efek psikologis
Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable,
kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
b. Efek fisik/somatik
Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
c. Efek sosial
Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi
pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan
keluarga.
d. Kematian
Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup
lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Selain itu, orang yang
menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami
kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.

10
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian pada pasien dengan gangguan pola
tidur adalah:

a. Biodata Identitas pasien Biodata pasien mencakup nama, umur, jenis kelamin.
biodata meliputi nama, unur, agama, saku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat
b. Keluhan utama Meliputi keluhan paling utama yang dialami oleh pasien
c. Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit yang dideritasekarang tanpa kejang ditanyakan, apakah
betul ada gangguan pola tidur.
- Dengan mengetahui ada tidaknya gangguan pola tidur, maka diketahui
apakah terdapat gangguan.
- Lamanya tidur pasien perlu diketahui untuk mengetahui apakah benar
mengalami gangguan pola tidur.
d. Riwayat penyakit dahulu sebelum pasien mengalami gangguan pola tidur ini
ditanyakan apakah penderita pernah mengalaminya sebelumnya
e. Riwayat penyakit keluarga ada kah keluarga yang memiliki penyakit insomnia
seperti pasien (25 % penderita kejang demam mempunyai faktorturunan).
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit saraf atau lainnya.

2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
b. Rambut
c. MukaWajah
d. Mata
e. Telinga
f. Hidung
g. Mulut
h. Tenggorokan
i. Leher
j. Thorax
k. Jantung
l. Abdomen
m. Kulit
n. Ekstremitas

11
3. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan (Luaran & Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil)
1. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Observasi :
tindakan keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
berhubungan dengan
selama 3 x 24 jam , 2. Identifikasi factor pengganggu tidur
hambatan lingkungan diharapkan gangguan 3. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
pola tidur teratasi
1. Keluhan sulit tidur Terapeutik :
menurun 1. Modifikasi lingkungan
2. Keluhan istirahat 2. Fasilitas imenghilangkan stress sebelum
tidak cukup tidur
menurun 3. Tetapkan jadwal tidur rutin
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
3. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau
cara nonfarmakologi lainnya

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan suatu komponen dari
proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan yaitu tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Perry dan Potter, 2005).

5. Evaluasi Keperawatan
Mengevaluasi adalah menilai atau menghargai. Evaluasi keperawatan
merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk mengukur respons klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan (Perry
dan Potter, 2005).
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang
ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri,
dilanjutkan, atau diubah. Evaluasi yang dilakukan ketika atau segera setelah
mengimplementasikan program keperawatan memungkinkan perawat segera
memodifikasi intervensi.

12
Daftar Pustaka

Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2014. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.
Jakarta: Salemba Medika

Tarwoto, & Wartonah. (2010).Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.


Salemba medika.

PPNI. (2017). SDKI. Dewan pengurus pusat PPNI.

PPNI. (2018). SIKI. Dewan pengurus pusat PPNI.

PPNI. (2019). SLKI. Dewan pengurus pusat PPNI.

13

Anda mungkin juga menyukai