Disusun oleh:
P27220018137
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
Post patum spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 s.d. 42 minggu), lahi spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Dian S, 2012).
B. Klasifikasi
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut (Hafifah,
2011).
1. Priode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu
bidan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lochea, teknan darah, dan suhu.
2. Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini dapat memastikan involasi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
3. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling keluarga berencana.
C. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot
–otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss).
Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
D. Manifestasi Klinis
1. Perubahan fisik
a. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir
setelah bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum
hamil. Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras,
karena kontraksi ini menyebabkan rasa nyeri/mules-mules yang
disebut after pain post partum terjadi pada hari ke 2-3 hari.
b. Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna
untuk mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post
partum, kontraksi menurun stabil berurutan, kontraksi uterus
menjepit pembuluh darah pada uteri sehingga perdarahan setelah
plasenta lahir dapat berhenti.
c. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -
3. After pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum
uteri, dan gumpalan darah (stoll cell) dalam cavum uteri .
d. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi
pada stratum spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak
bahwa lapisan atas dari stratum sponglosum yang tinggal menjadi
nekrosis keluar dari lochea. Epitelisasi endometrium siap dalam 10
hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh kembali.
l. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan
colustrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035
reaksi alkalis dan mengandung protein dan garam, juga euglobin
yang mengandung antibodi bayi yang terbaik dan harus dianjurkan
jika tidak ada kontra indikasi.
m. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal
kembali dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena
hilangnya cairan melalui vagina ataupun keringat, dan infeksi yang
disebabkan terkontaminasinya vagina.
n. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal.
Penurunan ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada
sirkulasi seiring lepasnya placenta. Bertambahnya volume darah
menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme kompensasi dari
jantung dan akan normal pada akhir minggu pertama.
o. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat
kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu
keadaan yang harus diperhatikan secara serius.
p. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada
dalam 24 hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun
sedangkan prolaktin meningkat untuk proses laktasi.
2. Adaptasi psikologis ibu dalam menerima perannya sebagai orang tua.
Setelah melahirkan secara bertahap.
a. Fase Taking in
Terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan, memfokuskan energy
pada bayi yang menyebabkan persepsi penyempitan dan
kemampuan menerima informasi kurang.
b. Fase Taking hold
Mulai dari hari ketiga setelah melahirkan. Pada minggu keempat
sampai kelima ibu siap menerima peran barunya dalam belajar
tentang hal-hal baru.
c. Fase Letting go
Dimulai sekitar minggu kelima setelah melahirkan. Anggota
keluarga telah menyesuaikan diri dengan lahirnya bayi (Linda,
2010).
E. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain
yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mamae.
(Nitasari, 2015)
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum meliputi :
1. Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan, dll
3. Payudara: air susu, puting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekret yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
7. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum 8. Ultra sosografi untuk
melihat sisa plasenta (Hafifah, 2011).
H. Komplikasi Post Partum
1. Perdarahan
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa
24 jam setelah anak lahir. Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Perdarahan post partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat
antonia uteri, retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan
involusio uteri.
b. Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam.
Penyebab perdarahan sekunder adalah sub involusio uteri, retensio
sisa plasenta, infeksi postpartum.
Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan perineum,
vagina serviks, forniks dan rahim. Keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak apabila tidak segera diatasi. Robekan jalan
lahir atau ruptur perineum sekitar klitoris dan uretra dapat
menimbulkan perdarahan hebat dan mungkin sangat sulit untuk
diperbaiki. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan
jika mengenai arteri atau vena yang besar, episitomi luas, ada
penundaan antara episitomi dan persalinan, atau ada penundaan antara
persalinan dan perbaikan episitomi.
2. Infeksi
Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia
setelah persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai
38ºC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan
dengan mengecualikan 24 jam pertama. Infeksi postpartum mencakup
semua peradangan yang disebabkan oleh masuk kuman-kuman atau
bakteri ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan postpartum.
Infeksi postpartum dapat disebabkan oleh adanya alat yang tidak steril,
luka robekan jalan lahir, perdarahan, pre-eklamsia, dan kebersihan
daerah perineum yang kurang terjaga. Infeksi masa postpartum dapat
terjadi karena beberapa faktor pemungkin, antara lain pengetahuan
yang kurang, gizi, pendidikan, dan usia. a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan
pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengalaman
yang didapat dapat berasal dari pengalaman sendiri maupun
pengalaman yang didapat dari orang lain.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mempengaruhi
pengetahuan ibu karena ibu yang mempunyai latar
belakangpendidikan lebih rendah akan sulit untuk menerima
masukan dari pihak lain.
c. Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang
terjadi pada orang tua sering tidak sebaik pada orang yang muda.
Hal ini disebabkan suplai darah yang kurang baik, status nutrisi
yang kurang atau adanya penyakit penyerta seperti diabetes
melitus. Sehingga penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia
muda dari pada usia tua.
d. Gizi
Proses fisiologi penyembuhan luka perineum bergantung pada
tersedianya protein, vitamin (terutama vitamin A dan C), dan
mineral renik zink dan tembaga. Kolagen adalah protein yang
terbentuk dari asam amino yang diperoleh fibroblas dari protein
yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen.
I. Penatalaksanaan
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalian. Kemudian boleh miring-miring ke kanan
dan kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboembloli. Pada
hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4
sampai sudah diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya
makanmakanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah-buahan
3. Miksi
Hendaknya kencing akan dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila
kandung kemih panuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan katerisasi.
Dengan melakukan mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi
dapat diatasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila
terjadi opstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di
rectum, mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan per
oral atatupun per rektal. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin
tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi.
5. Perawatan payudara
a. Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras
dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi.
b. Jika puting rata sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu.
Ibu harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
6. Puting lecet
Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara
tidak benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tekhnik
menyusui yang benar, puting harus kering saat menyusui, puting diberi
lanolin. Monilia diterapi dengan menyusui pada payudara yang tidak
lecet. Bila lecetnya luas menyusuinya ditunda 24 jam sampai 48 jam air
susu ibu dikeluarkan dengan atau pompa.
7. Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar
karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering dan kompres hangat.
Susu dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesic.
8. Mastitis
Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi
beberapa minggu setelah melahirkan. Penatalaksanaan dengan kompres
hangat atau dingin, pemberian antibiotik dan analgesic, menyusui tidak
dihentikan.
9. Abses payudara
Pada payudara dengan abses air susu ibu dipompa, abses dinsisi,
diberikan antibiotik dan analgesic
10. Laktasi
Umumnya produksi air susu ibu berlansung betul pada hari kedua dan
ketiga pasca persalinan. Pada hari pertama air susu mengandung
kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu,
mengandung banyak protein dan globulin (Hafifah, 2011).
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Berisi nama pasien, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, alamat, no. RM, tanggal masuk, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis.
b. Identitas penanggungjawab
Berisi nama penanggung jawab pasien dan hubungan dengan
pasien.
2. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama (saat masuk RS dan saat ini) Keluhan
yang paling dasar atau utama yang pasien katakan
2) Alasan masuk RS dan perjalanan penyakit saat ini
Perjalanan penyakit dan alasan saat pasien masuk Rumah
Sakit yang dimulai dari pasien masuk IGD, kemudian
masuk bangsal sampai saat dilakukan pengkajian.
b. Riwayat Haid
Umur Menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang
keluar, konsistensi, siklus haid, perkiraan tanggal partus.
c. Riwayat Perkawinan
Kehamilan
d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboratorium : USG,
darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional
dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan, dan pengobatan yang
diperoleh.
2) Riwayat persalinan
a) Riwayat persalinan lalu : jumlah gravid, jumlah patal,
dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis
persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan
fisik, kondisi anak saat ini.
b) Riwayat nifas pada persalinan lalu : pernah mengalami
demam, keadaan lochea, kondisi perdarahan selama
nifas, tingkat aktivitas setelah melahirkan, keadaan
perineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan
eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon, dan
support keluarga.
c) Riwayat persalinan saat ini : kapan timbul his,
pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama
pesalinan, dengan episiotomy atau tidak, kondisi
perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan
anastesi atau tidak, panjang tali pusat, lama
pengeluaran plasenta, kelengkapan plasenta, jumlah
perdarahan.
d) Riwayat new born : apakah bayi lahir spontan atau
dengan induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir
(langsung menangis atau tidak), apakah membutuhkan
resusitasi, nilai APGAR, jenis kelamin bayi, BB,
panjang badan, kelainan konginetal, apakah dilakukan
bonding attachment secara dini dengan ibunya, apakah
langsung diberikan ASI atau susu formula.
e. Riwayat KB dan perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi,
jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi
yang akan datang atau rencana penambahan anggota keluarga di
masa mendatang.
f. Status kesehatan masa lalu
Berisikan riwayat kesehatan pasien, apakah sebelumnya pasien
pernah dirawat di rs atau tidak, dan riwayat alergi terhadap
makanan atau obat-obatan. Serta kebiasaan merokok, kopi,
alkohol dan lain sebagainya.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang
diturunkan secara genetic, menular, konginetal, atau gangguan
kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga.
3. Pola kebutuhan dasar ( data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
a. Aktifitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri, dan melakukan eliminasi, serta pola
berpakaian.
b. Istirahat dan Tidur
Waktu (lama, kapan), nyaman atau tidak, penggunaan lampu atau
tidak.
c. Nutrisi
Menu makan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (kalori,
protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, nafsu makan, pola minum,
jumlah, frekuensi.
d. Eliminasi
Apakah terjadi dieresis, adakah inkontinensia atau retensi urine
karena takut luka episiotomy, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola
BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum.
e. Personal Hygiene
Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genetalia, pola berpakaian.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut SDKI 2016 :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, luka episiotomy post partum
spontan
2. Perubahan pola eliminasi BAK (disuria) b.d trauma perineum
3. Perubahan pola eliminasi BAB (konstipasi) b.d trauma persalinan
4. Resiko defisit volume cairan b.d perdarahan
5. Resiko infeksi b.d luka episiotomy post partum spontan
6. Gangguan pola tidur b.d tanggung jawab member asuhan pada bayi
7. Resiko gangguan parenting b.d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi
8. Ketidakefektifan menyusui b.d suplai ASI tidak cukup.
C. Intervensi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap dimana proses penilaian dicapai meliputi
pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Pelaksanaan evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk catatan perkembangan dengan
menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, dan
Planning).
DAFTAR PUSTAKA
Dina, S. 2012. Laporan Pendahuluan Post Partum Spontan. Diakses pada tanggal
10 Juni 2020 pukul 10.10 WIB.
Elly S. & Wita R., 2019. Efektivitas Kompres Hangat dan Kompres Dingin
terhadap Intensitas Nyeri Luka Perineum pada Ibu Post Partum di BPM
Siti Julaeha Pekanbaru. Journal Of Midwifery Science. 3(1):7-14.
Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.
Diakses pada tanggal 10 Juni 2020 pukul 10.00 WIB.
Linda, R. 2010. “Asuhan Keperawatan pada Ny. D dengan Post Partum Nomal di
Wilayah Kerja Puskesmas Delanggu Klaten”. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas
Ilmu Kesehatan, Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
Nitasari. 2015. Pathway Post Partum. Diakses pada tanggal 10 Juni 2020 pukul
10.10 WIB.
Siska, S. 2019. “Laporan Pendahuluan Post Partum”. Asuhan Keperawatan.
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Yolanda B, dkk,. 2015. Hubungan Vulva Hygiene dengan Pencegahan Infeksi
Luka Perineum pada Ibu Post Partum di RS Pancaran Kasih GMIM
Manado. Jurnal Keperawatan. 3(2).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.