Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM SPONTAN

DI RUANG MELATI 2A RSUD dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu ProfesiNers Stase Keperawatan
Maternitas

Disusun Oleh :

ASEP SAEPUL MILAH

231FK070018

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
TASIKMALAYA TAHUN AKADEMIK 2023/2024
A. Definisi
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas
ini yaitu 6 - 8 minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi seluruh alat genital akan
kembali dalam waktu 3 bulan. Selain itu masa nifas / purperium adalah masa
partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Dian S, 2012).

Kesimpulanya post patum merupakan kondisi pada masa nifas dimulai


pada saat bayi lahir kemudian plasenta juga dilahirkan sehingga kandungan
kembali seperti biasa sama seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
selama 42 hari
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya mencapainya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan
mempunyai komplikasi (Dian S, 2012).

B. Klasifikasi
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut (Hafifah, 2011).
1. Priode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu
bidan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lochea, teknan darah, dan suhu.
2. Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini dapat memastikan involasi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari- hari serta konseling keluarga berencana.
C. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).

1. Teori penurunan hormone


1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone
dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot - otot polos rahim
dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his
bila progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.
D. Manifestasi
Klinis
1. Perubahan fisik
a. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir
setelah bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum
hamil. Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi ini menyebabkan rasa nyeri/mules-mules yang disebut after
pain post partum terjadi pada hari ke 2-3 hari.
b. Kontraksi Uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna
untuk mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1-2 jam post
partum, kontraksi menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit
pembuluh darah pada uteri sehingga perdarahan setelah plasenta lahir
dapat berhenti.
c. After Pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke 3.
After pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri,
dan gumpalan darah (stoll cell) dalam cavum uteri .
d. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada
stratum spunglosum, bagian atas setelah 2-3 hari tampak bahwa
lapisan

atas dari stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar


dari lochea. Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8
minggu endometrium tumbuh kembali. Epitelisasi tempat plasenta + 3
minggu tidak menimbulkan jaringan parut, tetapi endometrium baru,
tumbuh di bawah permukaan dari pinggir luka.
e. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu
menyusui mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
f. Lochea
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas, sifat lochea alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit
berkembang biak. Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan
lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk. Lochea
dibagi dalam beberapa jenis :
1) Lochea rubra
Pada hari 1-2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa - sisa
chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah
merah.

2) Lochea sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3-7 warna merah kecoklatan bercampur lendir,
banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang
mati.
3) Lochea serosa
Dikeluarkan hari ke 7-10, setelah satu minggu berwarna agak
kuning cair dan tidak berdarah lagi.
4) Lochea alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman
penyakit yang telah mati.
g. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2
jari dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama
hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat
diregang lambat laun mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali
seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum, rugae mulai nampak
kembali.
h. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena
diregang begitu lama. Setelah 2-3 minggu dinding perut akan kembali
kuat, terdapat striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot
rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
i. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema
dan hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-
kadang oedema trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga
terjadi retensio urin. Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan
refleks miksi menurun.
j. Perubahan sistem gastro intestina
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2-3 hari post
partum. Penyebabnya karena penurunan tonus pen cernaan, enema,
kekakuan perineum karena episiotomi, laserasi, hemorroid dan takut
jahitan lepas.
k. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum.
Hari ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi
tegang, membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti
vaskuler).

l. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum
yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae. Colustrum
yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030-1,035 reaksi alkalis dan
mengandung protein dan garam, juga euglobin yang mengandung
antibodi bayi yang terbaik dan harus dianjurkan jika tidak ada kontra
indikasi.
m. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38°C dan normal
kembali dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena
hilangnya cairan melalui vagina ataupun keringat, dan infeksi yang
disebabkan terkontaminasinya vagina.
n. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal.
Penurunan ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada
sirkulasi seiring lepasnya placenta. Bertambahnya volume darah
menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme kompensasi dari jantung
dan akan nor mal pada akhir minggu pertama.

o. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat
kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan
yang harus diperhatikan secara serius.
p. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada
dalam 24 hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun
sedangkan prolaktin meningkat untuk proses laktasi.
2. Adaptasi psikologis ibu dalam menerima perannya sebagai orang
tua. Setelah melahirkan secara bertahap.
a. Fase Taking in
Terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan, memfokuskan energy
pada bayi yang menyebabkan persepsi penyempitan dan kemampuan
menerima informasi kurang.
b. Fase Taking hold
Mulai dari hari ketiga setelah melahirkan. Pada minggu keempat
sampai kelima ibu siap menerima peran barunya dalam belajar tentang
hal-hal baru.
c. Fase Letting go
Dimulai sekitar minggu kelima setelah melahirkan. Anggota keluarga
telah menyesuaikan diri dengan lahirnya bayi (Linda, 2010).

E. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mammae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvisserta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala (Hafifah, 2011).
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum meliputi :
1. Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan, dll
3. Payudara: air susu, putting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekret yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan

7. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum

8. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta (Hafifah, 2011).


G. Komplikasi Post Partum
1. Perdarahan
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24
jam setelah anak lahir. Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Perdarahan post partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat
antonia uteri, retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan
involusio uteri.
b. Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam.
Penyebab perdarahan sekunder adalah sub involusio uteri, retensio
sisa plasenta, infeksi postpartum.
Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan perineum,
vagina serviks, forniks dan rahim. Keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak apabila tidak segera diatasi. Robekan jalan lahir
atau ruptur perineum sekitar klitoris dan uretra dapat menimbulkan
perdarahan hebat dan mungkin sangat sulit untuk diperbaiki. Episiotomi
dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai arteri atau
vena yang besar, episitomi luas, ada penundaan antara episitomi dan
persalinan, atau ada penundaan antara persalinan dan perbaikan episitomi.

2. Infeksi
Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia
setelah persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38°C
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan
mengecualikan 24 jam pertama. Infeksi postpartum mencakup semua
peradangan yang disebabkan oleh masuk kuman-kuman atau bakteri ke
dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan postpartum. Infeksi
postpartum dapat disebabkan oleh adanya alat yang tidak steril, luka
robekan jalan lahir, perdarahan, pre-eklamsia, dan kebersihan daerah
perineum yang kurang terjaga. Infeksi masa postpartum dapat terjadi
karena beberapa faktor pemungkin, antara lain pengetahuan yang kurang,
gizi, pendidikan, dan usia.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan
pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengalaman yang
didapat dapat berasal dari pengalaman sendiri maupun pengalaman
yang didapat dari orang lain.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mempengaruhi
pengetahuan ibu karena ibu yang mempunyai latar belakang
pendidikan lebih rendah akan sulit untuk menerima masukan dari
pihak lain.

c. Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi
pada orang tua sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini
disebabkan suplai darah yang kurang baik, status nutrisi yang kurang
atau adanya penyakit penyerta seperti diabetes melitus. Sehingga
penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada usia
tua.
d. Gizi
Proses fisiologi penyembuhan luka perineum bergantung pada
tersedianya protein, vitamin (terutama vitamin A dan C), dan mineral
renik zink dan tembaga. Kolagen adalah protein yang terbentuk dari
asam amino yang diperoleh fibroblas dari protein yang dimakan.
Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen. Vitamin A dapat
mengurangi efek negatif steroid pada penyembuhan luka (Siska S,
2019).
H. Penatalaksanaan
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8
jam pasca persalian. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri
untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboembloli. Pada hari ke 2
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 sampai sudah
diperbolehkan pulang.

2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan
buah-buahan
3. Miksi
Hendaknya kencing akan dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung
kemih panuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan katerisasi. Dengan
melakukan mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila
terjadi opstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum,
mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan per oral
atatupun per rektal. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin tidak
jarang kesulitan defekasi dapat diatasi.
5. Perawatan payudara
a. Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan
kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi.
b. Jika puting rata sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu
harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
6. Puting lecet
Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara
tidak benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tekhnik
menyusui yang

benar, puting harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin. Monilia
diterapi dengan menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya
luas menyusuinya ditunda 24 jam sampai 48 jam air susu ibu dikeluarkan
dengan atau pompa.
7. Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar
karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering dan kompres hangat. Susu
dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesic.
8. Mastitis
Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi
beberapa minggu setelah melahirkan. Penatalaksanaan dengan kompres
hangat atau dingin, pemberian antibiotik dan analgesic, menyusui tidak
dihentikan.
9. Abses payudara
Pada payudara dengan abses air susu ibu dipompa, abses dinsisi, diberikan
antibiotik dan analgesic
10. Laktasi
Umumnya produksi air susu ibu berlansung betul pada hari kedua dan
ketiga pasca persalinan. Pada hari pertama air susu mengandung
kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu,
mengandung banyak protein dan globulin (Hafifah, 2011).

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas pasien
Berisi nama pasien, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, alamat, no. RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian
dan diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab
Berisi nama penanggung jawab pasien dan hubungan dengan
pasien, alamat.
b. Status kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
- Keluhan utama (saat masuk RS dan saat ini) Keluhan yang
paling dasar atau utama yang pasien katakana
- Riwayat penyakit sekarang
Alasan masuk RS dan perjalanan penyakit saat ini Perjalanan
penyakit dan alasan saat pasien masuk Rumah Sakit yang
dimulai dari pasien masuk IGD, kemudian masuk bangsal
sampai saat dilakukan pengkajian.
2) Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang
keluar, konsistensi, siklus haid, perkiraan tanggal partus.

3) Riwayat perkawinan
4) Riwayat Obstetri
a) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboratorium :
USG, darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi
emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan, dan
pengobatan yang diperoleh.
b) Riwayat persalinan
- Riwayat persalinan lalu : jumlah gravid, jumlah patal, dan
jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis
persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik,
kondisi anak saat ini.
- Riwayat nifas pada persalinan lalu : pernah mengalami
demam, keadaan lochea, kondisi perdarahan selama nifas,
tingkat aktivitas setelah melahirkan, keadaan perineal,
abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi,
keberhasilan pemberian ASI, respon, dan support keluarga.
- Riwayat persalinan saat ini : kapan timbul his, pembukaan,
bloody show, kondisi ketuban, lama pesalinan, dengan
episiotomy atau tidak, kondisi perineum dan jaringan
sekitar vagina, dilakukan anastesi atau tidak, panjang
tali pusat,

lama pengeluaran plasenta, kelengkapan plasenta, jumlah


perdarahan.
- Riwayat new born : apakah bayi lahir spontan atau dengan
induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung
menangis atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi,
nilai APGAR, jenis kelamin bayi, BB, panjang badan,
kelainan
konginetal, apakah dilakukan bonding attachment secara
dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau
susu formula.
5) Riwayat KB dan perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang
akan datang atau rencana penambahan anggota keluarga di masa
mendatang.
6) Status kesehatan masa lalu
Berisikan riwayat kesehatan pasien, apakah sebelumnya pasien
pernah dirawat di rs atau tidak, dan riwayat alergi terhadap
makanan atau obat-obatan. Serta kebiasaan merokok, kopi, alkohol
dan lain sebagainya
7) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang
diturunkan secara genetic, menular, konginetal, atau gangguan
kejiwaan yang

pernah diderita oleh keluarga.


c. Pola kebutuhan dasar ( data bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
1. Aktifitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri, dan melakukan eliminasi, serta pola
berpakaian.
2. Istirahat dan tidur
Waktu (lama, kapan), nyaman atau tidak, penggunaan lampu atau
tidak.
3. Nutrisi
Menu makan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (kalori,
protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, nafsu makan, pola
minum, jumlah, frekuensi.
4. Eliminasi
Apakah terjadi dieresis, adakah inkontinensia atau retensi urine
karena takut luka episiotomy, apakah perlu bantuan saat BAK.
Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka
perineum.
5. Personal Hygiene
Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genetalia, pola berpakaian.

6. Persepsi sensorik ( nyeri atau ketidaknyamanan)


Ketidaknyamanan berkenaan dengan pembesaran payudara,
episiotomi, trauma perineal, hemoriod, kontraksi kuat (afterpain)
kuat dan teratur dalam periode 24 jam pertama dan akan berkurang
setiap hari.
d. Pemeriksaan fisik
Status generalis dan head toe to
1. Tanda-tanda Vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa
tanda- tanda vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam
pertama setelah melahirkan atau sampai stabil, kemudian periksa
setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya. Nadi dan suhu diatas
normal dapat menunjukan kemungkinan adanya infeksi. Tekanan
darah mungkin sedikit meningkat karena upaya untuk persalinan
dan keletihan. Tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai
kemungkinan adanya perdarahan post partum.
- Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah
tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post
partum.
- Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 C. Pada hari ke
4 setelah persalinan suhu Ibu bisa naik sedikit kemungkinan

disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai


lebih dari 38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya,
harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
- Nadi, nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi
Ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada
waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat
penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum.
Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira- kira 110x/mnt.
Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya bila
disertai peningkatan suhu tubuh.
- Pernafasan, pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada
umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa
demikian, tidak lain karena Ibu dalam keadaan pemulihan atau
dalam kondisi istirahat.Bila ada respirasi cepat post partum (>
30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda
syok.
2. Kepala dan Wajah
- Rambut, melihat kebersihan rambut, warna rambut, dan
kerontokanrambut.
- Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek
hitam.
- Mata, konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia
kerenaperdarahan saat persalinan.

- Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek
atau sinusitis.
- Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami
stomatitis, atau gigi yang berlubang. Gigi yang berlubang dapat
menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme dan bisa beredar
secara sistemik.
- Leher, kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran
kelenjar tiroid. Kelenjar limfe yang membesar dapat
menunjukan adanya infeksi, ditunjang dengan adanya data
yang lain seperti hipertermi, nyeri, dan bengkak.
- Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan
padatelinga .
3. Pemeriksaan thorax
- Inspeksi payudara
Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi
asi, perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran
masif, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi
kontur atau permukaan. Kaji kondisi permukaan, permukaan
yang tidak rata seperti adanya retraksi atau ada luka pada kulit
payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor. Warna
kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat
menunjukan adanya peradangan.
- Palpasi payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi
inspeksi ukuran, bentuk, warna dan kesimetrisan serta
palpasi apakah ada

nyeri tekan guna menentukan status laktasi. Pada 1 sampai 2


hari pertama post partum, payudara tidak banyak berubah kecil
kecuali sekresi kolostrum yang banyak. Ketika menyusui,
perawat mengamati perubahan payudara, menginspeksi puting
dan areola apakah ada tanda tanda kemerahan dan pecah, serta
menanyakan ke ibu apakah ada nyeri tekan. Payudara yang
penuh dan bengkak akan menjadi lembut dan lebih nyaman
setelah menyusui.
4. Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi abdomen
Kaji adakah striae dan linea alba. Kaji keadaan abdomen,
apakah lembek atau keras. Abdomen yang keras menunjukan
kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat
diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya
dan dapat dimasase untukmerangsang kontraksi.
- Palpasi abdomen
o Fundus uteri Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2
cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas
pusat danmenurun kira-kira 1 cm setiap hari.

• Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat

• Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm dibawah pusat

• Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan pusat-


symfisis

• Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba lagi.

o Kontraksi, kontraksi lemah atau perut teraba lunak


menunjukan konteraksi uterus kurang maksimal sehingga
memungkinkanterjadinya perdarahan.
o Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi
lateral biasanya terdorong oleh bladder yang penuh.
o Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa
jaringan yang hampir padat. Dinding belakang dan depan
uterus yang tebal saling menutup, yang menyebabkan
rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap
sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun
kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi.
o Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot
rektus abdominis akibat pembesaran uterus jika dipalpasi.
5. Ekstremitas atas dan bawah
- Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak.
Pemeriksaan varises sangat penting karena ibu setelah
melahirkan mempunyai
kecenderungan untuk mengalami varises pada beberapa
pembuluh darahnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan

hormonal.
- Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya
tromboflebitis sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ

distal.
- Perineum, kebersihan Perhatikan kebersihan perineum ibu.
Kebersihan perineum menunjang penyembuhan luka.
o REEDA (red, edema, echymosis, discharge, loss of
approximati on)

o Lochea
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhia pada ibu post
partum. Perubahan warna harus sesuai. Misalnya Ibu
postpartum hari ke tujuh harus memiliki lokhia yang sudah
berwarna merah muda atau keputihan. Jika warna lokhia
masih merah maka ibu mengalami komplikasi postpartum.
Lokhia yang berbau busuk yang dinamankan Lokhia
purulenta menunjukan adanya infeksi disaluran reproduksi
dan harus segera ditangani.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut SDKI 2016 :
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, luka episiotomy post partum
spontan
b. Konstipasi b.d adanya luka episiotomy
c. Resiko infeksi b.d adanya luka pada jalan lahir
d. Resiko hivopolemia b.d perdarahan

e. Gangguan pola tidur b.d tanggung jawab member asuhan pada


bayi
f. Deficit pengetahuan b.d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi
g. Menyusui tidak efektif b.d suplai ASI tidak cukup.
3. Intervensi
Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
a. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238) - Untuk mengetahui skala,
keperawatan sebanyak Observasi lokasi, karalteristik.
1x24 jam diharapkan nyeri - Identifikasi lokasi, skala, frekuensi nyeri
berkurang dengan kriteria karakteristik, durasi, - Untuk menilai seberapa
hasil: frekuensi, intensitas nyeri. parah rasa nyeri yang
Tingkat Nyeri (08066) - Identifikasi respon nyeri verbal dirasakan
- Keluhan nyeri dan non verbal - Untuk mengetahui faktor
menurun (5) - Identifikasi faktor yang penyebab nyeri
- Meringis menurun memperberat dan memperingan - Untuk mengurangi rasa
(5) nyeri nyeri
- Pola nafas Terapeutik - Untuk membantu
membaik (5) - Berikan teknik nonfarmakologi merinkan rasa nyeri
- Proses berfikir untuk mengurangi rasa nyeri - Untuk memberikan
membaik (5) (nafas dalam, aromaterapi, dll.) edukasi
- Frekuensi nadi - kontrol lingkungan - Untuk melakukan
membaik(5) Edukasi pencegahan nyeri

- jelaskan penyebab, periode, - Untuk mengurangi rasa

dan pemicu nyeri. nyeri

- Jelaskan strategi meredakan


Nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jikaperlu
b. Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi fekal - Untuk melihat
keperawatan selama 2x24 (I.04151) keadaan bab
jam diharapkan konstipasi Observasi - Untuk memonitor
dapat teratasi dengan - Monitor BAB(mis, warna, tanda gejala diare
kriteria hasil : frekuensi, konsistensi, - Untuk merangsang
Eleminasi fekal (L.04033) volume) gerak peristaltic usus
- Keluhan defekasi - Monitor tanda gejala diare, - Untuk membantu
lama dan sulit konstipasi, dan impaksi pencernaan
menurun (5) Terapeutik - Untuk meningkatkan
- Mengejan saat - Berikan air hangat setelah pengetahuan tentang
defekasi menurun( makan makanan yang dapat
5) - Sediakan makanan tinggi serat membantu
- Konsistensi feses Edukasi memperlancar bab
membaik(5) - Jelaskan jenis makanan yang - Untuk membantu
- Peristaltik usus membantu meningkatkan gerak peristaltic usus
membaik(5) keteraturan peristaltic usus - Untuk memperlancar
- Anjurkan meningkatkan BAB
aktivitas fisik, sesuaitoleransi
- Anjurkan mengkonsumsi
makanan yang tinggi serat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
supositoria anal, jika perlu
c. Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi (I.14539) - Untuk mengetahui
keperawatan selama 2x 24 Observasi terjadinya infeksi
jam diharapkan resiko - Monitor tanda infeksi local - Untuk menjaga
infeksi berkurang dengan dan sistemik lingkungan agar tetap
kriteria hasil: Terapeutik bersih
Tingkat Infeksi (L.14137) - Batasi jumlah pengunjung - Untuk
- Nyeri menurun (5) - Berikan perawatan pada mempertahankan

- Nafsu makan area yang beresiko infeksi kebersihan diri

meningkat (5) - Pertahankan tekhnik aseptic - Untuk memberikan

- Perasaan malaise informasi tentang

menurun (5) infeksi


Edukasi
- Kadarsel darah - Untuk mencegah
- Jelaskan tanda gejala infeksi
putihmembaik(5) terjadinyainfeksi.
- Ajarkan cara mencuci
tangan yang benar
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
d. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia(I.03116) - Untuk
keperawatan selama 1x24 Observasi mengetahuitanda
jam diharapkan cairan - Periksa tanda dan gejala gejala hypovolemia
tubuh pasien terpenuhi hypovolemia (mis, frekuensi - Untuk melihat
deangan kriteria hasil: nadi meningkat, nadi teraba keseimbangan cairan
Status Cairan (L.03028) lamabat, tekanan darah pasien
- Kekuatan nadi menurun, turgor kulit - Untuk memenuhi
meningkat (5) menurun) kebutuhan cairan
- Turgor kulit - Monitor intake dan output pasien
meningkat (5) cairan - Untuk memperlancar
- Frekuensi nadi Terapeutik aliran darah
membaik (5) - Hitung kebutuhan cairan - Untuk meningkatkan
- Kadar Hb membaik - Berikan posisi modified cairan pasien
(5) trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak
cairan oral
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis (mis, Nacl, RL
- Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis ( mis, glukosa
2,5%, Nacl 0,4%)
e. Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (I. 05174) - Untuk mengetahui
keperawatan selama 2x24 Observasi pola tidur
jam diharapkan pola tidur - Identifikasi pola aktifitas dan - Untuk mengetahui
dapat membaik dengan tidur faktor yang dapat
kriteria hasil: - Identifikasi faktor mempengaruhi sulit
Pola Tidur (L.05045) pengganggu tidur (mis, tidur
- Keluhan sulit tidur fisik/psikologis) - Untukmengetahui
meningkat (5) - Identifikasi makanan dan penyebab suliut tidur
- Keluhan istirahat minuman yang dapat dari segi makanan dan
tidak cukup mempengaruhi tidur (mis, minuman
meningkat (5) kopi, teh, alcohol, dll) - Untuk mendukung
Keluhan pola tidur - Identifikasi obat tidur yang pola tidur
berubah meningkat dikonsumsi - Untukrelaksasi
(5) Terapeutik peningkatan tidur
- Modifikasi lingkungan yang cukup
(pencahayaan, suhu)
- Batasi waktu tidur siang
- Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur,
Edukasi
- Anjurkan menghindari
makanan dan minuman yang
mengganggu tidur
Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau nonfarmakologi
f. Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan (I.12383) - Untuk mengetahui
keperawatan sebanyak Observasi kesiapan menerima
1x24 jam diharapkan - Identifikasi kesiapan dan informasi
deficit pengetahuan kemampuan menerima - Untuk mengetahui
teratasi, dengan kriteria informasi faktor yang dapat
hasil: - Identifikasi faktor-faktor meningkatkanmotivasi
Tingkat Pengetahuan yang dapat mengakibatkan - Untuk memaparkan
(L.12111) dan menurunkan motivasi materi
- Persepsi yang perilaku hidup bersih dan - Untuk memberikan
keliru terhadap sehat edukasi
masalah menurun Terapeutik
(5) - Sediakan materi dan media
- Pertanyaan tentang penkes
masalah yang - Jadwalkan penkes sesuai
dihadapi menurun kesepakatan
(5) - Berikan kesempatan
Perilaku sesuai anjuran bertanya
meningkat (5) Edukasi
- Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup sehat
- Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup sehat
g. Setelah dilakukan tindakan Edukasi menyusui (I.12393) - Untuk menidentifikasi
keperawatan selam x24 Observasi kesiapan ibu dalam
jam diharapkan menyusui - Identifikasi kesiapan dan menerima edukasi
efektif dengan kriteria kemampuan menerima - Untuk mengetahui
hasil: informasi seberapa besar
Status menyusui - Identifikasi tujuan atau keinginan ibu untuk
(L.03029) keinginan untuk menyusui menyusui
- Lecet pada putting Terapeutik - Untuk media penkes
menurun (5) - Sediakan materi dan media - Untuk memberikan
- Suplai asi adekuat penkes motivasi ibu untuk
meningkat (5) - Jadwalkan penkes menyusui
- Kemmapuan ibu - Dukung ibu meningkatkan Untuk memperlancar
memposisikan bayi kepercayaan diri untuk keluarnya ASI
dengan benar menyusui
meningkat (5) Edukasi
Berat badan bayi - Jelaskan manfaat menyusui
menungkat (5)
- Ajarkan posisi menyusui yang
benar
- Ajarkan perawatan payudara
antepartum dengan
mengkompres menggunakan
kapas yang telah diberi minyak
kelapa
- Ajarkan perawatan payudara
post partum(mis,pijat oksitosin)
4. Evidence based practice
Judul penelitian:

AROMA TERAPI LAVENDER DAPAT MENURUNKAN


INTENSITAS NYERI PERINEUM PADA IBU POST PARTUM

Nama Peneliti/Tahun:

Wiwin Widayani/2017

Hasil:

Penanganan untuk mengurangi nyeri perineum dapat dilakukan secara


farmakologi dan non farmakologi, Aromaterapi digunakan sebagai
salah satu alternatif penanganan nyeri non farmakologik. Berbagai
macam aroma terapi yang dapat digunakan antara lain cendana,
kemangi, kayumanis, kenanga, sitrus, melati, cengkih, lavender, mawar,
jasmine (Widayani, 2017). Saat ini penanganan yang sering digunakan
untuk mengurangi rasa nyeri yaitu terapi komplementer aromaterapi
dengan minyak essensial lavender, karena lavender mempunyai sifat-
sifat antikonvulsan, antidepresi, anxiolytic, dan bersifat
menenangkan.

Saat aromaterapi dihisap, zat aktif yang terdapat di dalamnya akan


merangsang hipotalamus(kelenjar hipofise) untuk mengeluarkan
hormon endorpin. Endorpin diketahui sebagai zat yang menimbulkan
rasa tenang, relaks dan bahagia. Di samping itu, zat aktif berupa
linaool dan linalyl acetate yang terdapat dalam lavender berefek
sebagai analgetik.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian quasi


experiment dengan rancangan one group pre dan post test. Tempat
penelitian adalah Bidan Praktik Mandiri (BPM) yang ada di wilayah

Kota Bandung. Penelitian dilakukan mulai dari Bulan Mei sampai


September 2015, dengan jumlah sampel 28 orang. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah dengan non probability
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah ibu post partum hari ke 1

Intervensi dilakukan setelah 2 jam dilakukan penjahitan perineum.


DAFTAR PUSTAKA

Aliyanto, W., & Rosmadewi, R. (2019). Efektifitas Sayur Pepaya Muda dan Sayur
Daun Kelor terhadap Produksi ASI pada Ibu Post Partum Primipara. Jurnal
Kesehatan, 10(1), 84. https://doi.org/10.26630/jk.v10i1.1211

Dina, S. 2012. Laporan Pendahuluan Post Partum Spontan. Diakses pada tanggal 10
Juni 2020 pukul 10.10 WIB.
Elly S. & Wita R., 2019. Efektivitas Kompres Hangat dan Kompres Dingin
terhadap Intensitas Nyeri Luka Perineum pada Ibu Post Partum di BPM
Siti Julaeha Pekanbaru. Journal Of Midwifery Science. 3(1):7-14.
Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.

Diakses pada tanggal 10 Juni 2020 pukul 10.00 WIB.

Linda, R. 2010. “Asuhan Keperawatan pada Ny. D dengan Post Partum Nomal di
Wilayah Kerja Puskesmas Delanggu Klaten”. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas
Ilmu Kesehatan, Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta.
Nitasari. 2015. Pathway Post Partum. Diakses pada tanggal 10 Juni 2020 pukul

10.10 WIB.

Siska, S. 2019. “Laporan Pendahuluan Post Partum”. Asuhan Keperawatan. Jurusan


Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Yolanda B, dkk,. 2015. Hubungan Vulva Hygiene dengan Pencegahan Infeksi Luka

Widayani, W. (2017). Aromaterapi Lavender dapat Menurunkan Intensitas Nyeri Perineum pada Ibu
Post Partum. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 4(3), 123.
https://doi.org/10.21927/jnki.2016.4(3).123-128
Perineum pada Ibu Post Partum di RS Pancaran Kasih GMIM Manado. Jurnal
Keperawatan. 3(2).

North American Nursing Diagnosis Association. 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Media
Action.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),

Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai