Disusun Oleh :
231FK070018
B. Klasifikasi
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut (Hafifah, 2011).
1. Priode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu
bidan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lochea, teknan darah, dan suhu.
2. Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini dapat memastikan involasi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari- hari serta konseling keluarga berencana.
C. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
2) Lochea sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3-7 warna merah kecoklatan bercampur lendir,
banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang
mati.
3) Lochea serosa
Dikeluarkan hari ke 7-10, setelah satu minggu berwarna agak
kuning cair dan tidak berdarah lagi.
4) Lochea alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman
penyakit yang telah mati.
g. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2
jari dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama
hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat
diregang lambat laun mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali
seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum, rugae mulai nampak
kembali.
h. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena
diregang begitu lama. Setelah 2-3 minggu dinding perut akan kembali
kuat, terdapat striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot
rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
i. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema
dan hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-
kadang oedema trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga
terjadi retensio urin. Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan
refleks miksi menurun.
j. Perubahan sistem gastro intestina
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2-3 hari post
partum. Penyebabnya karena penurunan tonus pen cernaan, enema,
kekakuan perineum karena episiotomi, laserasi, hemorroid dan takut
jahitan lepas.
k. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum.
Hari ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi
tegang, membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti
vaskuler).
l. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum
yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae. Colustrum
yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030-1,035 reaksi alkalis dan
mengandung protein dan garam, juga euglobin yang mengandung
antibodi bayi yang terbaik dan harus dianjurkan jika tidak ada kontra
indikasi.
m. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38°C dan normal
kembali dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena
hilangnya cairan melalui vagina ataupun keringat, dan infeksi yang
disebabkan terkontaminasinya vagina.
n. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal.
Penurunan ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada
sirkulasi seiring lepasnya placenta. Bertambahnya volume darah
menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme kompensasi dari jantung
dan akan nor mal pada akhir minggu pertama.
o. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat
kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan
yang harus diperhatikan secara serius.
p. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada
dalam 24 hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun
sedangkan prolaktin meningkat untuk proses laktasi.
2. Adaptasi psikologis ibu dalam menerima perannya sebagai orang
tua. Setelah melahirkan secara bertahap.
a. Fase Taking in
Terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan, memfokuskan energy
pada bayi yang menyebabkan persepsi penyempitan dan kemampuan
menerima informasi kurang.
b. Fase Taking hold
Mulai dari hari ketiga setelah melahirkan. Pada minggu keempat
sampai kelima ibu siap menerima peran barunya dalam belajar tentang
hal-hal baru.
c. Fase Letting go
Dimulai sekitar minggu kelima setelah melahirkan. Anggota keluarga
telah menyesuaikan diri dengan lahirnya bayi (Linda, 2010).
E. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mammae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvisserta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala (Hafifah, 2011).
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum meliputi :
1. Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan, dll
3. Payudara: air susu, putting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekret yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
2. Infeksi
Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia
setelah persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38°C
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan
mengecualikan 24 jam pertama. Infeksi postpartum mencakup semua
peradangan yang disebabkan oleh masuk kuman-kuman atau bakteri ke
dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan postpartum. Infeksi
postpartum dapat disebabkan oleh adanya alat yang tidak steril, luka
robekan jalan lahir, perdarahan, pre-eklamsia, dan kebersihan daerah
perineum yang kurang terjaga. Infeksi masa postpartum dapat terjadi
karena beberapa faktor pemungkin, antara lain pengetahuan yang kurang,
gizi, pendidikan, dan usia.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan
pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengalaman yang
didapat dapat berasal dari pengalaman sendiri maupun pengalaman
yang didapat dari orang lain.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mempengaruhi
pengetahuan ibu karena ibu yang mempunyai latar belakang
pendidikan lebih rendah akan sulit untuk menerima masukan dari
pihak lain.
c. Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi
pada orang tua sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini
disebabkan suplai darah yang kurang baik, status nutrisi yang kurang
atau adanya penyakit penyerta seperti diabetes melitus. Sehingga
penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada usia
tua.
d. Gizi
Proses fisiologi penyembuhan luka perineum bergantung pada
tersedianya protein, vitamin (terutama vitamin A dan C), dan mineral
renik zink dan tembaga. Kolagen adalah protein yang terbentuk dari
asam amino yang diperoleh fibroblas dari protein yang dimakan.
Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen. Vitamin A dapat
mengurangi efek negatif steroid pada penyembuhan luka (Siska S,
2019).
H. Penatalaksanaan
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8
jam pasca persalian. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri
untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboembloli. Pada hari ke 2
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 sampai sudah
diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan
buah-buahan
3. Miksi
Hendaknya kencing akan dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung
kemih panuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan katerisasi. Dengan
melakukan mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila
terjadi opstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum,
mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan per oral
atatupun per rektal. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin tidak
jarang kesulitan defekasi dapat diatasi.
5. Perawatan payudara
a. Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan
kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi.
b. Jika puting rata sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu
harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
6. Puting lecet
Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara
tidak benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tekhnik
menyusui yang
benar, puting harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin. Monilia
diterapi dengan menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya
luas menyusuinya ditunda 24 jam sampai 48 jam air susu ibu dikeluarkan
dengan atau pompa.
7. Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar
karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering dan kompres hangat. Susu
dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesic.
8. Mastitis
Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi
beberapa minggu setelah melahirkan. Penatalaksanaan dengan kompres
hangat atau dingin, pemberian antibiotik dan analgesic, menyusui tidak
dihentikan.
9. Abses payudara
Pada payudara dengan abses air susu ibu dipompa, abses dinsisi, diberikan
antibiotik dan analgesic
10. Laktasi
Umumnya produksi air susu ibu berlansung betul pada hari kedua dan
ketiga pasca persalinan. Pada hari pertama air susu mengandung
kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu,
mengandung banyak protein dan globulin (Hafifah, 2011).
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas pasien
Berisi nama pasien, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, alamat, no. RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian
dan diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab
Berisi nama penanggung jawab pasien dan hubungan dengan
pasien, alamat.
b. Status kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
- Keluhan utama (saat masuk RS dan saat ini) Keluhan yang
paling dasar atau utama yang pasien katakana
- Riwayat penyakit sekarang
Alasan masuk RS dan perjalanan penyakit saat ini Perjalanan
penyakit dan alasan saat pasien masuk Rumah Sakit yang
dimulai dari pasien masuk IGD, kemudian masuk bangsal
sampai saat dilakukan pengkajian.
2) Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang
keluar, konsistensi, siklus haid, perkiraan tanggal partus.
3) Riwayat perkawinan
4) Riwayat Obstetri
a) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboratorium :
USG, darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi
emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan, dan
pengobatan yang diperoleh.
b) Riwayat persalinan
- Riwayat persalinan lalu : jumlah gravid, jumlah patal, dan
jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis
persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik,
kondisi anak saat ini.
- Riwayat nifas pada persalinan lalu : pernah mengalami
demam, keadaan lochea, kondisi perdarahan selama nifas,
tingkat aktivitas setelah melahirkan, keadaan perineal,
abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi,
keberhasilan pemberian ASI, respon, dan support keluarga.
- Riwayat persalinan saat ini : kapan timbul his, pembukaan,
bloody show, kondisi ketuban, lama pesalinan, dengan
episiotomy atau tidak, kondisi perineum dan jaringan
sekitar vagina, dilakukan anastesi atau tidak, panjang
tali pusat,
- Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek
atau sinusitis.
- Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami
stomatitis, atau gigi yang berlubang. Gigi yang berlubang dapat
menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme dan bisa beredar
secara sistemik.
- Leher, kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran
kelenjar tiroid. Kelenjar limfe yang membesar dapat
menunjukan adanya infeksi, ditunjang dengan adanya data
yang lain seperti hipertermi, nyeri, dan bengkak.
- Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan
padatelinga .
3. Pemeriksaan thorax
- Inspeksi payudara
Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi
asi, perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran
masif, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi
kontur atau permukaan. Kaji kondisi permukaan, permukaan
yang tidak rata seperti adanya retraksi atau ada luka pada kulit
payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor. Warna
kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat
menunjukan adanya peradangan.
- Palpasi payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi
inspeksi ukuran, bentuk, warna dan kesimetrisan serta
palpasi apakah ada
hormonal.
- Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya
tromboflebitis sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ
distal.
- Perineum, kebersihan Perhatikan kebersihan perineum ibu.
Kebersihan perineum menunjang penyembuhan luka.
o REEDA (red, edema, echymosis, discharge, loss of
approximati on)
o Lochea
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhia pada ibu post
partum. Perubahan warna harus sesuai. Misalnya Ibu
postpartum hari ke tujuh harus memiliki lokhia yang sudah
berwarna merah muda atau keputihan. Jika warna lokhia
masih merah maka ibu mengalami komplikasi postpartum.
Lokhia yang berbau busuk yang dinamankan Lokhia
purulenta menunjukan adanya infeksi disaluran reproduksi
dan harus segera ditangani.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut SDKI 2016 :
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, luka episiotomy post partum
spontan
b. Konstipasi b.d adanya luka episiotomy
c. Resiko infeksi b.d adanya luka pada jalan lahir
d. Resiko hivopolemia b.d perdarahan
Nama Peneliti/Tahun:
Wiwin Widayani/2017
Hasil:
Aliyanto, W., & Rosmadewi, R. (2019). Efektifitas Sayur Pepaya Muda dan Sayur
Daun Kelor terhadap Produksi ASI pada Ibu Post Partum Primipara. Jurnal
Kesehatan, 10(1), 84. https://doi.org/10.26630/jk.v10i1.1211
Dina, S. 2012. Laporan Pendahuluan Post Partum Spontan. Diakses pada tanggal 10
Juni 2020 pukul 10.10 WIB.
Elly S. & Wita R., 2019. Efektivitas Kompres Hangat dan Kompres Dingin
terhadap Intensitas Nyeri Luka Perineum pada Ibu Post Partum di BPM
Siti Julaeha Pekanbaru. Journal Of Midwifery Science. 3(1):7-14.
Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.
Linda, R. 2010. “Asuhan Keperawatan pada Ny. D dengan Post Partum Nomal di
Wilayah Kerja Puskesmas Delanggu Klaten”. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas
Ilmu Kesehatan, Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta.
Nitasari. 2015. Pathway Post Partum. Diakses pada tanggal 10 Juni 2020 pukul
10.10 WIB.
Widayani, W. (2017). Aromaterapi Lavender dapat Menurunkan Intensitas Nyeri Perineum pada Ibu
Post Partum. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 4(3), 123.
https://doi.org/10.21927/jnki.2016.4(3).123-128
Perineum pada Ibu Post Partum di RS Pancaran Kasih GMIM Manado. Jurnal
Keperawatan. 3(2).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.