Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM / NIFAS


DI RUANG AYUB 1 RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

Disusun oleh :
Persiapan Praktek Ruang : Ruang Ayyub 1
Tanggal Praktek : 04 Desember 2023
Nama Mahasiswa : Idham Kholid
NIM : G2A021148
Nama Pembimbing :
Saran Pembimbing :
Tanda Tangan Pembimbing :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
A. Definisi

Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8
minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3
bulan. Selain itu masa nifas / purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu (Dian S, 2012).
Post patum spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 s.d. 42 minggu), lahi spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Dian S,
2012).
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai komplikasi (Dian S,
2012).

B. Klasifikasi
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut (Hafifah, 2011).
1. Priode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu bidan harus
teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, teknan darah,
dan suhu.
2. Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini dapat memastikan involasi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling keluarga berencana.
C. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf
dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot–otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

4. Teori iritasi mekanik


Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi
uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.

D. Manifestasi Klinis
1. Perubahan fisik
a. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah plasenta
lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini menyebabkan rasa
nyeri/mules-mules yang disebut after pain post partum terjadi pada hari ke 2-3
hari.
b. Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum, kontraksi
menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri
sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti.
c. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke-3. After pain
meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan darah
(stoll cell) dalam cavum uteri .
d. Endometrium

Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada
stratum spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan atas
dari stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochea.
Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium
tumbuh kembali. Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan
jaringan parut, tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari
pinggir luka.
e. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi pematangan
sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui mentruasinya
terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
f. Lochea
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas,
sifat lochea alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak.
Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi,
berbau anyir, tetapi tidak busuk. Lochea dibagi dalam beberapa jenis :
1) Lochea rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa- sisa chorion,
liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
2) Lochea sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir,
banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.

3) Lochea serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair
dan tidak berdarah lagi.
4) Lochea alba

Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir, mengandung


leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati.
g. Serviks dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari dan
pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat
dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat laun
mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu
ke-3 post partum, rugae mulai nampak kembali.
h. Perubahan pada dinding abdomen

Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang
begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat
striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat
janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
i. Perubahan sistem urinaria

Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan


hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema
trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin.
Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.
j. Perubahan sistem gastro intestina

Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post partum.


Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum
karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas.
k. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari ketiga
produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang, membengkak,
lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler).

l. Laktasi

Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan kehamilan.
Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat
dikeluarkan dengan memijat areola mammae. Colustrum yaitu cairan kuning
dengan berat jenis 1.030 – 1,035 reaksi alkalis dan mengandung protein dan
garam, juga euglobin yang mengandung antibodi bayi yang terbaik dan harus
dianjurkan jika tidak ada kontra indikasi.
m. Temperatur

Temperatur pada post partum dapat mencapai 38ºC dan normal kembali dalam
24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina
ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
n. Nadi

Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan ini
akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring lepasnya
placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai
mekanisme kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu
pertama.
o. Tekanan Darah

Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan
ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus
diperhatikan secara serius.
p. Hormon

Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24
hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin
meningkat untuk proses laktasi.
2. Adaptasi psikologis ibu dalam menerima perannya sebagai orang tua
Setelah melahirkan secara bertahap yaitu :
a. Fase Taking in

Terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ibu membutuhkan
perlindungan dan pelayanan, memfokuskan energy pada bayi yang
menyebabkan persepsi penyempitan dan kemampuan menerima informasi
kurang.
b. Fase Taking hold
Mulai dari hari ketiga setelah melahirkan. Pada minggu keempat sampai kelima
ibu siap menerima peran barunya dalam belajar tentang hal-hal baru.
c. Fase Letting go
Dimulai sekitar minggu kelima setelah melahirkan. Anggota keluarga telah
menyesuaikan diri dengan lahirnya bayi (Linda, 2010).

E. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi
dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari kelenjar
hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang
ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks
ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang
terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5
mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia
kala (Hafifah, 2011).
F. Pathway

(Nitasari, 2015)
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum meliputi :
1. Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan, dll
3. Payudara: air susu, puting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekret yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
7. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
8. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta

(Hafifah, 2011).
H. Komplikasi Post Partum
1. Perdarahan
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir. Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Perdarahan post partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat antonia uteri,
retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan involusio uteri.
b. Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam.
Penyebab perdarahan sekunder adalah sub involusio uteri, retensio sisa
plasenta, infeksi postpartum. Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi
robekan perineum, vagina serviks, forniks dan rahim. Keadaan ini dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak apabila tidak segera diatasi. Robekan
jalan lahir atau ruptur perineum sekitar klitoris dan uretra dapat menimbulkan
perdarahan hebat dan mungkin sangat sulit untuk diperbaiki. Episiotomi dapat
menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai arteri atau vena yang
besar, episitomi luas, ada penundaan antara episitomi dan persalinan, atau ada
penundaan antara persalinan dan perbaikan episitomi.
2. Infeksi
Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia setelah
persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38ºC atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24
jam pertama. Infeksi postpartum mencakup semua peradangan yang disebabkan
oleh masuk kuman-kuman atau bakteri ke dalam alat genetalia pada waktu
persalinan dan postpartum. Infeksi postpartum dapat disebabkan oleh adanya alat
yang tidak steril, luka robekan jalan lahir, perdarahan, pre-eklamsia, dan
kebersihan daerah perineum yang kurang terjaga. Infeksi masa postpartum dapat
terjadi karena beberapa faktor pemungkin, antara lain pengetahuan yang kurang,
gizi, pendidikan, dan usia.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang
didapatkan oleh setiap manusia. Pengalaman yang didapat dapat berasal dari
pengalaman sendiri maupun pengalaman yang didapat dari orang lain.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mempengaruhi pengetahuan ibu
karena ibu yang mempunyai latar belakangpendidikan lebih rendah akan sulit
untuk menerima masukan dari pihak lain.
c. Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi pada
orang tua sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini disebabkan suplai
darah yang kurang baik, status nutrisi yang kurang atau adanya penyakit
penyerta seperti diabetes melitus. Sehingga penyembuhan luka lebih cepat
terjadi pada usia muda dari pada usia tua.
d. Gizi
Proses fisiologi penyembuhan luka perineum bergantung pada tersedianya
protein, vitamin (terutama vitamin A dan C), dan mineral renik zink dan
tembaga. Kolagen adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang
diperoleh fibroblas dari protein yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk
mensintesis kolagen.
Vitamin A dapat mengurangi efek negatif steroid pada
penyembuhan luka (Siska S, 2019)

I. Penatalaksanaan
1. Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8
jam pasca persalian. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan tromboembloli. Pada hari ke 2 diperbolehkan
duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 sampai sudah diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan- makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan
3. Miksi
Hendaknya kencing akan dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung kemih
panuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan katerisasi. Dengan melakukan
mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila terjadi
opstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin
terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan per oral atatupun per rektal.
Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat
diatasi.
5. Perawatan payudara
a. Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering
sebagai persiapan untuk menyusui bayi.
b. Jika puting rata sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus
tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
6. Puting lecet
Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara tidak benar
dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tekhnik menyusui yang benar, puting
harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin. Monilia diterapi dengan
menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas menyusuinya ditunda
24 jam sampai 48 jam air susu ibu dikeluarkan dengan atau pompa.
7. Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar karena bayi
tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaan dengan
menyusui lebih sering dan kompres hangat. Susu dikeluarkan dengan pompa dan
pemberian analgesic.
8. Mastitis
Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa
minggu setelah melahirkan. Penatalaksanaan dengan kompres hangat atau dingin,
pemberian antibiotik dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
9. Abses payudara
Pada payudara dengan abses air susu ibu dipompa, abses dinsisi, diberikan
antibiotik dan analgesic
10. Laktasi
Umumnya produksi air susu ibu berlansung betul pada hari kedua dan ketiga pasca
persalinan. Pada hari pertama air susu mengandung kolostrum yang merupakan
cairan kuning lebih kental daripada susu, mengandung banyak protein dan globulin
(Hafifah, 2011).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Berisi nama pasien, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku,
alamat, no. RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
b. Identitas penanggungjawab
Berisi nama penanggung jawab pasien dan hubungan dengan pasien.
2. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama (saat masuk RS dan saat ini) Keluhan yang paling dasar
atau utama yang pasien katakan
2) Alasan masuk RS dan perjalanan penyakit saat ini Perjalanan penyakit dan
alasan saat pasien masuk Rumah Sakit yang dimulai dari pasien masuk
IGD, kemudian masuk bangsal sampai saat dilakukan pengkajian.
b. Riwayat Haid
Umur Menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, perkiraan tanggal partus.
c. Riwayat Perkawinan
Kehamilan
d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboratorium : USG,
darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan
impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan, dan pengobatan yang
diperoleh.
2) Riwayat persalinan
a) Riwayat persalinan lalu : jumlah gravid, jumlah patal, dan jumlah
abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong
persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
b) Riwayat nifas pada persalinan lalu : pernah mengalami demam,
keadaan lochea, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktivitas
setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara,
kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon, dan support
keluarga.
c) Riwayat persalinan saat ini : kapan timbul his, pembukaan,
bloody show, kondisi ketuban, lama pesalinan, dengan episiotomy atau
tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan
anastesi atau tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran plasenta,
kelengkapan plasenta, jumlah perdarahan.
d) Riwayat new born : apakah bayi lahir spontan atau dengan
induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis
atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR, jenis
kelamin bayi, BB, panjang badan, kelainan konginetal, apakah
dilakukan bonding attachment secara dini dengan ibunya, apakah
langsung diberikan ASI atau susu formula.
e. Riwayat KB dan perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi
yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana
penambahan anggota keluarga di masa mendatang.
f. Status kesehatan masa lalu
Berisikan riwayat kesehatan pasien, apakah sebelumnya pasien pernah dirawat
di rs atau tidak, dan riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan. Serta
kebiasaan merokok, kopi, alkohol dan lain sebagainya.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic, menular, konginetal, atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh
keluarga.
3. Pola kebutuhan dasar ( data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
a. Aktifitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat
diri, dan melakukan eliminasi, serta pola berpakaian.
b. Istirahat dan Tidur
Waktu (lama, kapan), nyaman atau tidak, penggunaan lampu atau tidak.
c. Nutrisi
Menu makan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (kalori, protein, vitamin,
tinggi serat), frekuensi, nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi.
d. Eliminasi
Apakah terjadi dieresis, adakah inkontinensia atau retensi urine karena takut
luka episiotomy, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi,
konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum.
e. Personal Hygiene
Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan
genetalia, pola berpakaian.
f. Persepsi-sensori (nyeri atau ketidaknyamanan)
Ketidaknyamanan berkenaan dengan pembesaran payudara, episiotomi, trauma
perineal, hemoriod, kontraksi kuat (afterpain) kuat dan teratur dalam periode 24
jam pertama dan akan berkurang setiap hari.
4. Pemeriksaan fisik
Status generalis dan head to toe.
a. Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa tanda-tanda
vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan atau
sampai stabil, kemudian periksa setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya. Nadi
dan suhu diatas normal dapat menunjukan kemungkinan adanya infeksi.
Tekanan darah mungkin sedikit meningkat karena upaya untuk persalinan dan
keletihan. Tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai kemungkinan adanya
perdarahan post partum.
1) Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut
bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum.
2) Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 C. Pada hari ke -4 setelah
persalinan suhu Ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan
dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada
hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi
atau sepsis nifas.
3) Nadi, nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi Ibu akan
melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan
karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada
minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat,
kira- kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya
bila disertai peningkatan suhu tubuh.
4) Pernafasan, pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada umumnya
respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa demikian, tidak lain karena
Ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila ada respirasi
cepat post partum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-
tanda syok.
b. Kepala dan wajah
1) Rambut, melihat kebersihan rambut, warna rambut, dan kerontokan
rambut.
2) Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam.
3) Mata, konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena
perdarahan saat persalinan.
4) Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau
sinusitis.
5) Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis, atau
gigi yang berlubang. Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu masuk bagi
mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik.
6) Leher, kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran
kelenjar tiroid. Kelenjar limfe yang membesar dapat menunjukan adanya
infeksi, ditunjang dengan adanya data yang lain seperti hipertermi, nyeri,
dan bengkak.
7) Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan
pada telinga.
c. Pemeriksaan thorak
1) Inspeksi payudara
Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi, perlu
diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang
tidak simetris pada perubahan posisi kontur atau permukaan. Kaji kondisi
permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya retraksi atau ada luka
pada kulit payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor. Warna
kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan adanya
peradangan.
2) Palpasi Payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi ukuran,
bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri tekan guna
menentukan status laktasi. Pada
1 sampai 2 hari pertama post partum, payudara tidak banyak berubah kecil
kecuali sekresi kolostrum yang banyak. Ketika menyusui, perawat
mengamati perubahan payudara, menginspeksi puting dan areola apakah
ada tanda tanda kemerahan dan pecah, serta menanyakan ke ibu apakah ada
nyeri tekan. Payudara yang penuh dan bengkak akan menjadi lembut dan
lebih nyaman setelah menyusui.
d. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi Abdomen
Kaji adakah striae dan linea alba. Kaji keadaan abdomen, apakah lembek
atau keras. Abdomen yang keras menunjukan kontraksi uterus bagus
sehingga perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek
menunjukan sebaliknya dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.
2) Palpasi Abdomen
- Fundus uteri Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah
pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-
kira 1 cm setiap hari.
• Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat
• Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm dibawah pusat
• Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan pusat- symfisis
• Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba lagi.
- Kontraksi, kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan
konteraksi uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya
perdarahan.
- Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral
biasanya terdorong oleh bladder yang penuh.
- Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang
hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling
menutup, yang menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran
uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun
kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi.
- Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis
akibat pembesaran uterus jika dipalpasi.
e. Ekstremitas atas dan bawah
1) Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak.
Pemeriksaan varises sangat penting karena ibu setelah melahirkan
mempunyai kecenderungan untuk mengalami varises pada beberapa
pembuluh darahnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormonal.
2) Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya tromboflebitis
sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ distal.
3) Perineum, kebersihan Perhatikan kebersihan perineum ibu.
Kebersihan perineum menunjang penyembuhan luka.
- REEDA (red, edema, echymosis, discharge, loss of approximation)
- Lochea
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhia pada ibu post partum.
Perubahan warna harus sesuai. Misalnya Ibu postpartum hari ke tujuh
harus memiliki lokhia yang sudah berwarna merah muda atau keputihan.
Jika warna lokhia masih merah maka ibu mengalami komplikasi
postpartum. Lokhia yang berbau busuk yang dinamankan Lokhia purulenta
menunjukan adanya infeksi disaluran reproduksi dan harus segera
ditangani.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut SDKI 2016 :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, luka episiotomy post partum spontan
2. Perubahan pola eliminasi BAK (disuria) b.d trauma perineum
3. Perubahan pola eliminasi BAB (konstipasi) b.d trauma persalinan
4. Resiko defisit volume cairan b.d perdarahan
5. Resiko infeksi b.d luka episiotomy post partum spontan
6. Gangguan pola tidur b.d tanggung jawab member asuhan pada bayi
7. Resiko gangguan parenting b.d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi
8. Ketidakefektifan menyusui b.d suplai ASI tidak cukup.
C. Intervensi Keperawatan

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Pengkajian nyeri secara komprehensif
selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri  monitor tanda-tanda vital
pasien berkurang dengan kriteria hasil :  Berikan teknik nonfarmakologis
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang berupa kompres dingin (Efektivitas
- Mampu mengontrol nyeri kompres hangat dan kompres dingin
denganmenggunakan teknik non terhadap intensitas nyeri luka
farmakologi perineum pada ibu post partum dib
- Mampu mengenali nyeri (skala, pm Siti Julaeha Pekanbaru) (Elly S. &
intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri) Wita R., 2019)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri  Ajarkan latihan relaksasi nafas dalam
berkurang  Kolaborasi dengan dokter
- Tanda vital dalam rentang normal
 dalam pemberian analgetik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji dan catat cairan masuk dan keluar
selama 3 x 24 jam diharapkan pasien tidak tiap 24 jam.
mengalami gangguan eliminasi (BAK) - Anjurkan berkemih 6-8 jam post
dengan kriteria hasil: partum
- Ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 - Berikan teknik merangsang berkemih
jam post partum tidak merasa sakit seperti rendam duduk, alirkan air
saat BAK, jumlah urine 1,5-2 keran.
liter/hari. - Kolaborasi pemasangan kateter

Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji pola BAB, kesulitan BAB,


selama 3 x 24 jam diharapkan konstipasi warna, bau, konsistensi, dan jumlah.
tidak terjadi pada pasien dengan kriteria Kaji bising usus setiap 8 jam
hasil : - Anjurkan pasien untuk melakukan
- Pasien dapat BAB maksimal hari ke 3 ambulasi sesuai toleransi dan
post partum, feses lunak dan warna khas meningkatkan secara progresif
feses, bau khas feses, tidak ada kesulitan - Pertahankan diet reguler dengan
BAB kudapan diantara makanan, tingkatkan
makan buah dan sayuran
- Anjurkan ibu BAB pada WC dudu
- Kolaborasi pemberian laksantia
supositoria.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor tanda-tada vital (Nadi,


selama 3 x 24 jam diharapkan pasien Suhu, dan RR). Periksa ulang kadar
tidak kekurangan volume cairan dengan Hb/Ht
kriteria hasil : - Monitor status hidrasi (turgor
- Cairan masuk dan keluar seimbang, kulit)
Hb/Ht dalam batas normal (12,0-16,0 - Catat intake output dan hitung
gr/dL) balance cairan dalam 24 jam.
- Kolaborasi pemberian diuretic, jika
perlu.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor tanda dan gejala infeksi serta
selama 3x24 jam resiko infeksi teratasi TTV
dengan kriteria hasil: - Kaji luka perineum, keadaan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal jahitan
TD : 120/80 mmHg - Memberikan Vulva hygiene
N : 60-100 x/menit (hubungan vulva hygiene dengan
RR : 20 x/menit pencegahan infeksi luka perineum
S : 36,5-37,5˚C pada ibu post partum di RS Pancaran
Kasih GMIM Manado) (Yolanda
- Bebas dari tanda dan gejala infeksi B, dkk, 2015)
- Menunjukkan kemampuan untuk - Lakukan perawatan luka pada area
mencegah timbulnya infeksi luka dengan teknik aseptic
- Jumlah leukosit dalam batas - Ajarkan pasien membasuh vulva
normal (5000-10.000) dengan cara yang benar Sarankan
pada pasien agar mengganti pembalut
tiap 4 jam.
- Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antibiotic, jika perlu
- Monitor tanda-tada vital (Nadi,
Suhu, dan RR). Periksa ulang kadar
Hb/Ht
- Monitor status hidrasi (turgor
kulit)
- Catat intake output dan hitung
balance cairan dalam 24 jam.
D. Kolaborasi pemberian diuretic, jika
perlu.
- Monitor tanda dan gejala infeksi serta
TTV
- Kaji luka perineum, keadaan
jahitan
- Memberikan Vulva hygiene
(hubungan vulva hygiene dengan
pencegahan infeksi luka perineum
pada ibu post partum di RS Pancaran
Kasih GMIM Manado) (Yolanda
B, dkk, 2015)
- Lakukan perawatan luka pada area
luka dengan teknik aseptic
- Ajarkan pasien membasuh vulva
dengan cara yang benar Sarankan
pada pasien agar mengganti pembalut
tiap 4 jam.
E. Kolaborasi dengan dokter dalam
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Dikaji rutinitas tidur yang biasa
selama 3x24 jam Gangguan pola tidur dilakukan klien
teratasi dengan kriteria hasil: - Berikan perawatan petang hari
- Kuantitas dan tidur meningkat misalnya : personal hygiene
- ajarkan teknik nonfarmakologis
(distraksi)
- Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgetik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji tingkat pengetahuan pasien dan


selama 3x24 jam resiko gangguan proses suaminya.
parenting teratasi dengan kriteria hasil: - Dorongan untuk menceritakan
- Pasien dapat merawat bayi secara kesulitan menjadi orang tua
mandiri (memandikan, menyusui, dan - Beri kesempatan pasien untuk
merawat tali pusat) melakukan perawatan bayi secara
mandiri
- Latih ibu untuk perawatan payudara
secara mandiri dan teratur
- Libatkan suami dan keluarga dalam
membantu pasien merawat bayinya.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Pantau pembengkakan payudara yang


selama …x24 jam diharapkan keberhasilan berhubungan dengan
menyusui bayi meningkat dengan kriteria ketidaknyamanan atau sakit
hasil: - Lakukan pijat oksitosin untuk
- Pengeluaran ASI cukup adekuat memperlancar ASI
- Ajarkan pasien mengenai langkah-
langkah pijat oksitosin
- Libatkan keluarga untuk membantu
dan memberikan dukungan pada
pasien.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Beberapa petunjuk pada
implementasi adalah sebagai berikut:
1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.
2. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat.

3. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.


4. Dokumentasi intervensi dan respon klien.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap dimana proses penilaian dicapai meliputi pencapaian
tujuan dan kriteria hasil. Pelaksanaan evaluasi didokumentasikan dalam bentuk catatan
perkembangan dengan menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment,
dan Planning).
DAFTAR PUSTAKA

Dina, S. 2012. Laporan Pendahuluan Post Partum Spontan. Diakses pada tanggal 10 Juni
2020 pukul 10.10 WIB.
Elly S. & Wita R., 2019. Efektivitas Kompres Hangat dan Kompres Dingin terhadap
Intensitas Nyeri Luka Perineum pada Ibu Post Partum di BPM Siti Julaeha Pekanbaru.
Journal Of Midwifery Science. 3(1):7-14.
Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal. Diakses pada
tanggal 10 Juni 2020 pukul 10.00 WIB.
Linda, R. 2010. “Asuhan Keperawatan pada Ny. D dengan Post Partum Nomal di Wilayah
Kerja Puskesmas Delanggu Klaten”. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Ilmu Kesehatan,
Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Nitasari. 2015. Pathway Post Partum. Diakses pada tanggal 10 Juni 2020 pukul 10.10 WIB.
Siska, S. 2019. “Laporan Pendahuluan Post Partum”. Asuhan Keperawatan. Jurusan
Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Yolanda B, dkk,. 2015. Hubungan Vulva Hygiene dengan Pencegahan Infeksi Luka
Perineum pada Ibu Post Partum di RS Pancaran Kasih GMIM Manado. Jurnal
Keperawatan. 3(2).
North American Nursing Diagnosis Association. 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Media Action.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai