Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM

Disusun oleh :
MOHAMMAD YOGA FATONI
NIM. 201133045

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

Telah mendapatkan persetujuan dari Pembimbing Akademik dan Pembimbing Klinik


pada:
Hari :
Tanggal :

Clinical Instructor (CI) Mengetahui


Clinical Teacher (CT)
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN POST PERSALINAN NORMAL
(PARTUS SPONTAN)

A. Konsep Dasar Keperawatan


1. Definisi
Proses persalinan merupakan proses yang fisiologis dialami oleh
hampir semua wanita, begitu pula masa nifas. Masa nifas adalah masa dimulai
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai enam minggu setelah
melahirkan. Masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan
untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu
6-12 minggu Masa nifas merupakan masa setelah proses melahirkan selesai
dan berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu hingga organ reproduksi kembali
dalam keadaan normal seperti sebelum hamil (Saleha, 2010). Komplikasi
dapat terjadi pada ibu post partum seperti hemoragic atau pendarahan post
partum, trombosis, tromboflebitis (Nugroho et al., 2014).

2. Klasifikasi
Klasifikasi Masa Nifas Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi
menjadi 3, yaitu:
a. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dianggap telah bersih dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila
setelah 40 hari.
b. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium
intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6
minggu
c. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna
bias berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).

3. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
a) Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.
b) Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c) Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d) Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
e) Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
4. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mamae. Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-
pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses
ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks
agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada
endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5
mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan
selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis
yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma
pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin
lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala (Firyunda Ayu Putri, 2019) .
pathway
  
5. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai
berikut:
a) Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah
bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi
ini menyebabkan rasa nyeri/mules-mules yang disebut after pain post
partum terjadi pada hari ke – 2-3 hari.
b) Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum,
kontraksi menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh
darah pada uteri sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti.
c) After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After
pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan
gumpalan darah (stoll cell) dalam cavum uteri .
d) Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada
stratum spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan
atas dari stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari
lochia. Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu
endometrium tumbuh kembali.
Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan jaringan parut,
tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari pinggir luka.
e) Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu
menyusui mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
f) Lochia
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas, sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit
berkembang biak. Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir
waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk. Selama beberapa hari
pertama setelah melahirkan, secret rahim (lokhia) tampak merah (lokhia
rubra) karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4 10 hari lokhia menjadi
lebih pucat (lokhia serosa), dan dihari ke sepuluh lokheatampak berwarna
putih atau kekuning kuningan (lokhia alba) (Martin, Reeder, G., Koniak,
2014).
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi menjadi 4
jenis:
1) Lochia rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa
chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
2) Lochia sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir,
banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
3) Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning
cair dan tidak berdarah lagi.
4) Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit
yang telah mati.
g) Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari
dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya
dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang
lambat laun mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa,
pada minggu ke-3 post partum, rugae mulai nampak kembali.
h) Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena
diregang begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali
kuat, terdapat striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot
rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
i) Perubahan Sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan
eksresi cairan extra vasculer. Curah jantung/cardiac output kembali
normal setelah partusj
j) Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema
dan hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-
kadang oedema trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga
terjadi retensio urin. Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan
refleks miksi menurun.
k) Perubahan sistem Gastro Intestina;
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan
perineum karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas
l) Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari
ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang,
membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler)
m) Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum
yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae. Colustrum yaitu
cairan kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035 reaksi alkalis dan
mengandung protein dan garam, juga euglobin yang mengandung
antibodi. bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra
indikasi
n) Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali
dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan
melalui vagina ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan
terkontaminasinya vagina.
o) Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal.
Penurunan ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada
sirkulasi seiring lepasnya placenta. Bertambahnya volume darah
menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme kompensasi dari jantung
dan akan normal pada akhir minggu pertama.
p) Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat
kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan
yang harus diperhatikan secara serius.
q) Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam
24 hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan
prolaktin meningkat untuk proses laktasi

6. Tanda dan Gejala


Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai
berikut:
a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan
berbalik (kerumitan).
c. Masa menyusui anak dimulai.
d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan
sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.

7. Penatalaksanaan
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien dengan
post partum adalah sebagai berikut:
a. Meperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan
makanan pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik
antara ibu dan anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan
memungkinkannya mingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik
dengan orang, keluarga baru, maupun budaya tertentu.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Fokus Keperawatan
a. Riwayat ibu
1) Biodata ibu.
2) Penolong.
3) Jenis persalinan.
4) Masalah-masalah persalinan.
5) Nyeri.
6) Menyusui atau tidak.
7) Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi, pengeluaran
per vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara.
8) Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan.
b. Riwayat sosial ekonomi
1) Respon ibu dan keluarga terhadap bayi.
2) Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah.
3) Para pembuat keputusan di rumah.
4) Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.
5) Kepercayaan dan adat istiadat.
c. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Suhu tubuh.
b) Denyut nadi.
c) Tekanan darah.
d) Tanda-tanda anemia.
e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
f) Refleks.
g) Varises.
h) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness).
2) Pemeriksaan payudara
a) Putting susu : pecah, pendek, rata.
b) Nyeri tekan.
c) Abses.
d) Pembengkakan/ASI terhenti.
e) engeluaran ASI.
3) Pemeriksaan perut / uterus
a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.
b) Kontraksi uterus.
c) Ukuran kandung kemih.
4) Pemeriksaan vulva/perineum
a) Pengeluaran lokhia.
b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
c) Pembengkakan.
d) Luka.
e) Henoroid.
5) ktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
6) Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
7) Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering terlihat
kira-kira 3 hari setelah melahirkan).
8) Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
9) Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
10) Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun
kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.
Lokhia rubra berlanjut sampai hari kedua sampai ketiga, berlanjut
menjadi lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal :
rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (misal : menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada suhu
matur, biasanya pada hari ketiga; mungkin lebih dini, tergantung
kapan menyusui dimulai.

2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan
perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan
payudara
2. Resiko defisit volume cairan berubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) berhubungan dengan trauma
perineum dan saluran kemih
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan
kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
5. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi;
kelemahan.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.
7. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang cara merawat bayi.
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


. Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan Pasien a. Kaji tingkat a. Menentukan
rasa nyaman mendemonstrasika nyeri pasien intervensi
(nyeri) b/d n tidak adanya keperawatan
peregangan nyeri. sesuai skala
perineum; Kriteria hasil: vital nyeri.
luka sign dalam batas b. Kaji kontraksi b. Mengidentifikas
episiotomi; normal, pasien uterus, proses i penyimpangan
involusi uteri; menunjukkan involusi uteri dan kemajuan
hemoroid; peningkatan berdasarkan
pembengkaka aktifitas, keluhan involusi uteri.
n payudara. nyeri terkontrol, c. Anjurkan pasien c. Mengurangi
payudara lembek, untuk ketegangan
tidak ada membasahi pada luka
bendungan ASI. perineum dengan perineum.
air hangat
sebelum
berkemih
d. Anjurkan dan d. Melatih ibu
latih pasien cara mengurangi
merawat bendungan ASI
payudara secara dan
teratur. memperlancar
pengeluaran
ASI.
e. Jelaskan pada e. Mencegah
ibu tetang teknik infeksi dan
merawat luka kontrol nyeri
perineum dan pada luka
mengganti PAD perineum.
secara teratur
setiap 3 kali
sehari atau setiap
kali lochea
keluar banyak.
f. Kolaborasi f. Mengurangi
dokter tentang intensitas nyeri
pemberian denagn
analgesik bial menekan
nyeri skala 7 ke rangsnag nyeri
atas. pada nosiseptor.
2. Resiko defisit Pasien dapat a. Pantau: a. Mengidentifikas
volume cairan mendemostrasikan i penyimpangan
b/d status cairan indikasi
pengeluaran membaik. kemajuan atau
yang Kriteria evaluasi:  Tanda-tanda penyimpangan
berlebihan; tak ada manifestasi vital setiap 4 dari hasil yang
perdarahan; dehidrasi, resolusi jam. diharapkan.
diuresis; oedema, haluaran  Warna urine.
keringat urine di atas 30  Berat badan
berlebihan. ml/jam, kulit setiap hari.
kenyal/turgor kulit  Status b. Mengidentifikas
baik. umum setiap i keseimbangan
8 jam cairan pasien
secara adekuat
b. Pantau: cairan dan teratur.
masuk dan c. Temuan-temuan
cairan keluar ini mennadakan
setiap 8 jam. hipovolemia
dan perlunya
c. Beritahu dokter peningkatan
bila: haluaran cairan.
urine < 30
ml/jam, haus,
takikardia,
gelisah, TD di
bawah rentang d. Mencegah
normal, urine pasien jatuh ke
gelap atau encer dalam kondisi
gelap kelebihan cairan
d. Konsultasi yang beresiko
dokter bila terjadinya
manifestasi oedem paru.
kelebihan cairan
terjadi.

3. Perubahan Pola eleminasi a. Kaji haluaran a. Mengidentifikas


pola eleminasi (BAK) pasien urine, keluhan i penyimpangan
BAK (disuria) teratur. serta keteraturan dalam pola
b/d trauma Kriteria hasil: pola berkemih. berkemih
perineum dan eleminasi BAK pasien.
saluran kemih. lancar, disuria b. Anjurkan pasien b. Ambulasi dini
tidak ada, bladder melakukan memberikan
kosong, keluhan ambulasi dini. rangsangan
kencing tidak ada. untuk
pengeluaran
urine dan
pengosongan
bladder.
c. Anjurkan pasien c. Membasahi
untuk bladder dengan
membasahi air hangat dapat
perineum dengan mengurangi
air hangat ketegangan
sebelum akibat adanya
berkemih. luka pada
bladder.
d. Menerapkan
d. Anjurkan pasien pola berkemih
untuk berkemih secara teratur
secara teratur. akan melatih
pengosongan
bladder secara
teratur.
e. Minum banyak
e. Anjurkan pasien mempercepat
untuk minum filtrasi pada
2500-3000 ml/24 glomerolus dan
jam. mempercepat
pengeluaran
urine.
f. Kateterisasi
f. Kolaborasi untuk memabnatu
melakukan pengeluaran
kateterisasi bila urine untuk
pasien kesulitan mencegah stasis
berkemih. urine.
4. Perubahan Pola eleminasia. Kaji pola BAB, a. Mengidentifikas
pola eleminasi (BAB) teratur. kesulitan BAB, i penyimpangan
BAB Kriteria hasil: pola warna, bau, serta kemajuan
(konstipasi) eleminasi teratur, konsistensi dan dalam pola
b/d kurangnya feses lunak dan jumlah eleminasi
mobilisasi; warna khas feses, (BAB).
diet yang bau khas feses, b. Anjurkan b. Ambulasi dini
tidak tidak ada kesulitan ambulasi dini. merangsang
seimbang; BAB, tidak ada pengosongan
trauma feses bercampur rektum secara
persalinan. darah dan lendir, lebih cepat.
konstipasi tidak c. Anjurkan pasien c. Cairan dalam
ada. untuk minum jumlah cukup
banyak 2500- mencegah
3000 ml/24 jam. terjadinya
penyerapan
cairan dalam
rektum yang
dapat
menyebabkan
feses menjadi
keras.
d. Kaji bising usus d. Bising usus
setiap 8 jam. mengidentifikas
ikan pencernaan
dalam kondisi
baik.
e. Pantau berat e. Mengidentifiaki
badan setiap s adanya
hari. penurunan BB
secara dini.
f. Meningkatkan
f. Anjurkan pasien pengosongan
makan banyak feses dalam
serat seperti rektum.
buah-buahan dan
sayur-sayuran
hijau.
5. Gangguan ADL dan a. Kaji toleransi a. Parameter
pemenuhan kebutuhan pasien terhadap menunjukkan
ADL b/d beraktifitas pasien aktifitas respon fisiologis
immobilisasi; terpenuhi secara menggunakan pasien terhadap
kelemahan. adekuat. parameter stres aktifitas
Kriteria hasil: berikut: nadi dan indikator
-   Menunjukkan 20/mnt di atas derajat penagruh
peningkatan dalam frek nadi kelebihan kerja
beraktifitas. istirahat, catat jnatung.
-   Kelemahan dan peningaktan TD,
kelelahan dispnea, nyeri
berkurang. dada, kelelahan
-   Kebutuhan ADL berat,
terpenuhi secara kelemahan,
mandiri atau berkeringat,
dengan bantuan. pusing atau
-   frekuensi pinsan. b. Menurunkan
jantung/irama dan b. Tingkatkan kerja
Td dalam batas istirahat, batasi miokard/komsu
normal. aktifitas pada msi oksigen ,
-   kulit hangat, dasar menurunkan
merah muda dan nyeri/respon resiko
kering hemodinamik, komplikasi.
berikan aktifitas
senggang yang
tidak berat. c. Stabilitas
c. Kaji kesiapan fisiologis pada
untuk istirahat penting
meningkatkan untuk
aktifitas contoh: menunjukkan
penurunan tingkat aktifitas
kelemahan/kelel individu.
ahan, TD
stabil/frek nadi,
peningaktan
perhatian pada
aktifitas dan
perawatan diri d. Komsumsi
d. Dorong oksigen
memajukan miokardia
aktifitas/toleransi selama berbagai
perawatan diri. aktifitas dapat
meningkatkan
jumlah oksigen
yang ada.
Kemajuan
aktifitas
bertahap
mencegah
peningkatan
tiba-tiba pada
kerja jantung.
e. Teknik
e. Anjurkan penghematan
keluarga untuk energi
membantu menurunkan
pemenuhan penggunaan
kebutuhan ADL energi dan
pasien membantu
keseimbangan
suplai dan
kebutuhan
oksigen.
f. Aktifitas yang
f. Jelaskan pola maju
peningkatan memberikan
bertahap dari kontrol jantung,
aktifitas, contoh: meningaktkan
posisi duduk regangan dan
ditempat tidur mencegah
bila tidak pusing aktifitas
dan tidak ada berlebihan.
nyeri, bangun
dari tempat tidur,
belajar berdiri
dst.

6. Resiko infeksi Infeksi tidak a. Pantau: vital a. Mengidentifikas


b/d trauma terjadi. sign, tanda i penyimpangan
jalan lahir. Kriteria hasil: infeksi. dan kemajuan
tanda infeksi tidak sesuai intervensi
ada, luka yang dilakukan.
episiotomi kering b. Kaji pengeluaran b. Mengidentifikas
dan bersih, takut lochea, warna, i kelainan
berkemih dan BAB bau dan jumlah. pengeluaran
tidak ada. lochea secara
dini.
c. Kaji luka c. Keadaan luka
perineum, perineum
keadaan jahitan. berdekatan
dengan daerah
basah
mengakibatkan
kecenderunagn
luka untuk
selalu kotor dan
mudah terkena
d. Anjurkan pasien infeksi
membasuh vulva d. Mencegah
setiap habis infeksi secara
berkemih dengan dini.
cara yang benar
dan mengganti
PAD setiap 3
kali perhari atau
setiap kali
pengeluaran
lochea banyak.
e. Pertahnakan
teknik septik e. Mencegah
aseptik dalam kontaminasi
merawat pasien silang terhadap
(merawat luka infeksi.
perineum,
merawat
payudara,
merawat bayi).
7. Resiko Gangguan proses a. Beri kesempatan a. Meningkatkan
gangguan parenting tidak ibu untuk kemandirian ibu
proses ada. melakukan dalam
parenting b/d Kriteria hasil: ibu perawatan bayi perawatan bayi.
kurangnya dapat merawat secara mandiri.
pengetahuan bayi secara b. Libatkan suami b. Keterlibatan
tentang cara mandiri dalam perawatan bapak/suami
merawat bayi. (memandikan, bayi. dalam
menyusui, perawatan bayi
merawat tali akan membantu
pusat). meningkatkan
keterikatan batih
ibu dengan bayi.

c. Latih ibu untuk c. Perawatan


perawatan payudara secara
payudara secara teratur akan
mandiri dan mempertahanka
teratur. n produksi ASI
secara kontinyu
sehingga
kebutuhan bayi
akan ASI
tercukupi.

d. Motivasi ibu d. Meningkatkan


untuk produksi ASI.
meningkatkan
intake cairan dan
diet TKTP.
e. Lakukan rawat 5.   e. Meningkatkan
gabung sesegera hubungan ibu dan
mungkin bila bayi sedini
tidak terdapat mungkin.
komplikasi pada
ibu atau bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, R. S. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Ny. K Dengani Ntranatal


Pada Primigravida Di Bangsal Cempaka RSUD Sragen.

Firyunda Ayu Putri. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Post Partum
Spontan Di RSUD. Abdul Wahab Sjahranie.

hafifah. (2011). Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Persalinan Normal

Martin, Reeder, G., Koniak. (2014). Keperawatan Maternitas, Volume 2.


Jakarta:EGC

Masriroh (2013) Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul


‘Ulum Surakarta

Nugroho, T. et al. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas. 1st edn.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta:Medication.

Saleha, S. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai