Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SPONTAN

A. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir (Prawirohardjo, 2001).
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui
jalan lahir (Prawirohardjo, 2001).
Pesalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi
pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,
tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam melalui jalan lahir (Bobak, 2004).
Masa nifas ( puerperium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas
ini yaitu 6 – 8 minggu (Rustam Mochtar, 1998).
Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika
alat – alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal (Weller, 2005).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam (Saifuddin, 2002).
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Prawirohardjo, 2001).
B. Klasifikasi
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut (Saleha, 2009).
1. Priode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu
bidan harus tetarur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lochea, teknan darah, dan suhu.
2. Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini dapat memastikan involasi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada priode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling keluarga berencana.

C. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone
dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim
dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.

D. Manifestasi Klinis
1. Perubahan fisik
a. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah
bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi ini menyebabkan rasa nyeri/mules-mules yang disebut after
pain post partum terjadi pada hari ke 2-3 hari.
b. Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum,
kontraksi menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh
darah pada uteri sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat
berhenti.
c. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3.
After pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan
gumpalan darah (stoll cell) dalam cavum uteri .
d. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada
stratum spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa
lapisan atas dari stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis
keluar dari lochea. Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan
setelah 8 minggu endometrium tumbuh kembali.
Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan jaringan
parut, tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari
pinggir luka.
e. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu
menyusui mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
f. Lochea
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas, sifat lochea alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit
berkembang biak. Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan
lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk.
Lochea dibagi dalam beberapa jenis :
1) Lochea rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa
chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah
merah.
2) Lochea sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur
lendir, banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit
yang mati.
3) Lochea serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak
kuning cair dan tidak berdarah lagi.
4) Lochea alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman
penyakit yang telah mati.
g. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2
jari dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama
hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat
diregang lambat laun mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali
seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum, rugae mulai nampak
kembali.
h. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena
diregang begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali
kuat, terdapat striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot
rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
i. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema
dan hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-
kadang oedema trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga
terjadi retensio urin. Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan
refleks miksi menurun.
j. Perubahan sistem gastro intestina
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post
partum. Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema,
kekakuan perineum karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut
jahitan lepas
k. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum.
Hari ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi
tegang, membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti
vaskuler)
l. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum
yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035 reaksi
alkalis dan mengandung protein dan garam, juga euglobin yang
mengandung antibodi bayi yang terbaik dan harus dianjurkan jika tidak
ada kontra indikasi.
m. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal
kembali dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya
cairan melalui vagina ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan
terkontaminasinya vagina.
n. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal.
Penurunan ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada
sirkulasi seiring lepasnya placenta. Bertambahnya volume darah
menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme kompensasi dari jantung
dan akan normal pada akhir minggu pertama.
o. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat
kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan
yang harus diperhatikan secara serius
p. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada
dalam 24 hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun
sedangkan prolaktin meningkat untuk proses laktasi

E. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan lain
yakni hemokonsentrasi dan timbulonya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera setelah
post partum entuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk seperti cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2 – 5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desisua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi sisa-sisa sel desisua basalis yang memakai
waktu 2 – 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fascia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan partus setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala. Nifas dibagi dalam tiga periode :
a. Post partum dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri, berjalan-jalan.
b. Post partum intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
c. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.

F. Adaptasi Psikologis Ibu Post Partum


Adaptasi psikologis masa nifas merupakan suatu proses adptasi dari seorang
ibu post partum, dimana pada saat ini ibu akan lebih sensitive dalam sgala hal,
terutama yang berkaitan dengan dirinya serta bayinnya. Perubahan psikologis
mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat
sensitive. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pengarahan pada
keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan
pada pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.
Dorongan serta prhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan
positif bagi ibu. Dalam mnjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan
mengalami fase- fase sebagai berikut :
1. Fase taking in
Merupakan periode ktergantungan yang berkelanjutan dari hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Fokus perhatian pada dirinya sendiri,
nafsu makan meningkat, cenderung pasif pada lingkungannya.
2. Fase taking hold
Berlangsung antara hari ke 3 – 10 post partum. Ibu merasa khawatir akan
ketidak mampuannnya dalam merawat bayi serta mudah tersinggung. Pada
saat ini sangat dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi ibu muda atau
primipara karena pada fase ini seiring dengan terjadinnya post partum blues.
Pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberi penyuluhan.
3. Letting go
Berlangsung stelah 10 hari melahirkan. Fase ini merupakan fase menerima
tanggung jawab akan peran baru sebagai seorang ibu.
G. Pathway
(Carpenito, 2006)
Perubahan Fisiologi Post Parrtum Spontan

Vagina dan Perineum Distensi kandung kemih Laktasi

Ruptur jaringan Bengkak dan memar Struktur dan


karakter
di uretra
payudara ibu
Trauma mekanis
Penurunan sensitivitas
kandung kemih
Nyeri Akut Hormon
esterogen
Gangguan
Pembuluh
eliminasi urine Prolaktin
darah rusak
meningkat

Imunitas
Perdarahan Pembentukan
Menurun
ASI

Resiko Penyempitan pada Invasi bakteri


Kekurangan duktus intiverus
Volume Cairan
Ketidakefektifan Resiko tinggi
menyusui infeksi
H. Penatalaksanaan
4. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8
jam pasca persalian. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan tromboembloli. Pada hari ke 2
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 sampai sudah
diperbolehkan pulang.
5. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-
buahan
6. Miksi
Hendaknya kencing akan dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung
kemih panuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan katerisasi. Dengan
melakukan mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi
(Mansjoer, A dkk, 2001).
7. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila
terjadi opstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum,
mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan per oral atatupun
per rektal. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin tidak jarang
kesulitan defekasi dapat diatasi (Mansjoer, A dkk, 2001)
8. Perawatan payudara
a. Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan
kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi.
b. Jika puting rata sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu
harus tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
c. Puting lecet
Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara
tidak benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tekhnik
menyusui yang benar, puting harus kering saat menyusui, puting diberi
lanolin. Monilia diterapi dengan menyusui pada payudara yang tidak
lecet. Bila lecetnya luas menyusuinya ditunda 24 jam sampai 48 jam air
susu ibu dikeluarkan dengan atau pompa.
d. Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar
karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.
Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering dan kompres hangat.
Susu dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesic.
e. Mastitis
Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi
beberapa minggu setelah melahirkan. Penatalaksanaan dengan kompres
hangat atau dingin, pemberian antibiotik dan analgesic, menyusui tidak
dihentikan.
f. Abses payudara
Pada payudara dengan abses air susu ibu dipompa, abses dinsisi,
diberikan antibiotik dan analgesic
g. Laktasi
Umumnya produksi air susu ibu berlansung betul pada hari kedua dan
ketiga pasca persalinan. Pada hari pertama air susu mengandung
kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu,
mengandung banyak protein dan globulin.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008 :
1. Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan, dll
3. Payudara: air susu, puting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekres yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Mansjoer, A dkk, 2001 :
1. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
2. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
POSTPARTUM SPONTAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat, status
perkawinan. Terdapat juga identitas penanggung, misal suami.
2. Status Kesehatan Saat Ini
Meliputi keluhan saat MRS dan keluhan utama saat ini.
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
4. Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini
a. Tipe persalinan
b. Lama persalinan (kala I, kala II, kala III, kala IV)
c. Penggunaan analgesik dan anastesi
d. Apakah terdapat masalah dalam persalinan.
e. Kesanggupan dan pengetahuan dalam perawatan bayi, seperti breast
care, perineal care, nutrisi, senam nifas, KB, menyusui
5. Keadaan Bayi
Meliputi BB, PB, apakah ada kelainan atau tidak.
6. Riwayat Keluarga Berencana
Apakah klien melaksanakan KB :
a. Bila ya, jenis kontrasepsi apa yang digunakan.
b. Sudah berapa lama menggunakan kontrasepsi.
c. Apakah terdapat masalah dalam penggunaan kontraseps
7. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah dialami klien.
b. Pengobatan yang pernah didapat.
c. Apakah ada riwayat penyakit keluarga seperti penyakit diabetes
mellitus, penyakit jantung, penyakit hipertensi.
8. Pola Fungsional Gordon
a. Pola Kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan,
kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
b. Pola Metabolik – Nutrisi
Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan
suplai gizi: meliputi pola konsumsi makanan dan cairan. Keadaan kulit,
rambut, kuku, dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi badan, dan
berat badan.
c. Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan
kulit) termasuk pola individu sehari hari, tipe dan kualitas olahraga,
perubahan atau gangguan, dan metode yang digunakan untuk
mengendalikan ekskresi.
d. Pola Aktivitas – Latihan
Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang,
dan rekreasi: termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas
olahraga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas (seperti
otot-saraf, respirasi, dan sirkulasi).
e. Pola Tidur – Istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, relaksasi, dan setiap bantuan untuk
menambah pola tertentu.
f. Pola Persepsi – Sensori
Menggambarkan pola presepsi-sensori dan pola kognitif: meliputi
keadekuatan sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan,
dan penghidu), pelaporan mengenai presespi nyeri dan kemampuan
fungsi kognitif.
g. Pola Konsep Diri
Menggambarkan bagaima seseorang memandang dirinya sendiri:
kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.
h. Pola Hubungan dan Peran
Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan: meliputi
presepsi terhadap peran utama dan tanggungjawab dalam kehidupan saat
ini.
i. Pola Reproduksi – Seksualitas
Menggambarkan kepuasan dan ketidakpuasan dalam seksualitas:
termasuk status reproduksi wanita, pada anak-anak bagaimana dia
mampu membedakan jenis kelamin dan mengetahui alat kelaminnya.
j. Pola Penanggulangan Stress
Menggambarkan pola koping umum, dan keefektifan keterampilan
koping dalam menoleransi stress.
k. Pola Nilai Kepercayaan
Menggambarkan pola nilai, tujuan, atau kepercayaan (termasuk
kepercayaan spriritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya
hidup.
(Patricia, 1996)
9. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
b. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
c. Secara sistemik dari kepala sampai kaki
1) Kepala
- Rambut : bersih, tidak mudah rontok, tidak edema
- Mata : konjungtiva tidak anemis, simetris kanan
kiri, sclera tidak ikterik
- Telinga : bersih tidak ada serumen, simetris kanan
kiri, tidak menggunakan alat bantu dengar, tidak ada
mostoiditis
- Mulut : mukosa lembab, mulut bersih, gigi bersih,
tidak ada karies
- Hidung : bersih, tidak terdapat polip dan sinus
2) Leher : tidak ada pembesaran tiroid
3) Thoraks
- Paru
(1) Inspeksi : simetris
(2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal premitus sama
(3) Perkusi : sonor
(4) Auskultasi : vesikuler
- Jantung
(1) Inspeksi : simetris
(2) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
(3) Perkusi : pekak
(4) Auskultasi : S1 lup dan S2 dup, tidak ada
suara tambahan
4) Abdomen
(1) Inspeksi : simetris datar
(2) Auskultasi : peristaltik usus normal 20 kali/menit
(3) Perkusi : tympani
(4) Palpasi : tidak terdapat pembesaran ginjal dan hati,
tidak ada nyeri tekan
5) Saluran cerna
6) Alat kemih
7) Lochea
8) Vagina
9) Perineum dan rectum
10) Ekstremitas
- Atas : simetris kanan kiri, tidak ada edema
- Bawah : simetris kanan kiri, tidak ada edema

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik perineum
2. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir

C. Intervensi
No Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Dx Hasil

Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri secara 1. Mengetahui


1
asuhan keperawatan komprehensif, lokasi,
selama 1 x 24 jam, termasuk lokasi, karakteristik,
diharapkan nyeri karakteristik, frekuensi, dan
berkurang/hilang durasi, frekuensi, durasi nyeri
dengan KH : kualitas, dan faktor 2. Posisi yang
presipitasi nyaman
1. Klien mampu
2. Atur posisi pasien membantu
mengontrol nyeri
senyaman mungkin memberikan
2. Klien melaporkan
sesuai keinginan kesempatan pada
bahwa nyeri
pasien otot untuk
berkurang
3. Ajarkan teknik relaksasi
3. Klien mampu
relaksasi napas seoptimal
mengenali nyeri
dalam mungkin
4. Klien menyatakan
4. Kolaborasi dengan 3. Untuk
nyaman setelah
dokter dalam mengurangi nyeri
nyeri berkurang pemberian 4. Analgesik dapat
analgesik menurunkan nyeri
Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda 1. Mengetahui
2.
asuhan keperawatan vital dan keadaan pasien
selama 1 x 24 jam, karakteristik warna, dan
diharapkan resiko ukuran, cairan, serta perkembangan
infeksi berkurang bau luka luka
dengan KH : 2. Rawat luka dengan 2. Agar tidak infeksi
steril 3. Agar pasien dan
1. Tanda-tanda vital
3. Berikan penjelasan keluarga
dalam batas normal
kepada pasien dan mengetahui tanda
TD : 120/80 mmHg
keluarga pasien dan gejala infeksi
N : 60-100 x/menit
tentang tanda dan 4. Pemberian
RR : 20 x/menit
gejala infeksi antibiotik
S : 36,5-37,5˚C
4. Kolaborasi dengan mencegah
2. Bebas dari tanda
dokter dalam terjadinya infeksi
dan gejala infeksi
pemberian antibiotik
3. Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah
timbulnya infeksi
4. Jumlah leukosit
dalam batas normal

D. Implementasi
Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi.

E. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai