Anda di halaman 1dari 31

A.

Definisi

Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai alat-
alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu
(Mochtar, 2015). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan.
Selain itu masa nifas/purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah kira-
kira 6 minggu (Dian S, 2013).

Post partum spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 s.d. 42 minggu), lahi spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Dian S.
2013). Post partum/masa nifas dibagi dalam 3 periode:

1. Puerpenum dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.

2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya


mencapainya 6-8 minggu.

3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai komplikasi (Dian S,
2013).

B. Klasifikasi

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut (Hafifah, 2013).

1. Priode immediate post partum masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam.
Pada masa ini sering terdapat masalah, misalnya perdarahan karena antonia uteri.
Oleh karena itu bidan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lochea, teknan darah, dan suhu.

2. Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu Pada fase ini dapat
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal. tidak ada perdarahan, lochea
tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makan dan cairan, serta
ibu dapat menyusui dengan baik.

3. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu Pada periode ini bidan
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaansehari-hari serta konseling keluarga
berencana.

C. Etiologi

Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori


menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim.
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2013).

1. Teori penurunan hormone

1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot - otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.

2. Teori placenta menjadi tua

Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan


pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.

3. Teori distensi Rahim

Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

4. Teori initasi mekanik

Di belakang servik terlihat ganglion servikale fleksus franterrhauss). Bila ganglion


ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

5. Induksi partus

Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.

D. Manifestasi Klinis

1. Perubahan fisik

a. Involusi uterus
Merupakan proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah
bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah
plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini
menyebabkan rasa nyen/mules-mules yang disebut after pain post partum
terjadi pada hari ke 2-3 hari.

b. Kontraksi uterus Intensistas

Kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk mengurangi


volume cairan intra uteri. Setelah 1-2 jam post partum, kontraksi menurun stabil
berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri sehingga
perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti.

c. After pain

Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After pain
meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavumuteri, dan gumpalan darah
(stoll cell) dalam cavum uteri

d. Endometrium

Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum, bagian atas setelah 2-3 hari tampak bahwa lapisan atas dari
stratum spongiosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochea.
Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium
tumbuh kembali. Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan
jaringan parut, tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari
pinggir luka.

e. Ovarium

Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi pematangan
sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui mentruasinya
terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.

f. Lochea

Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas,
sifat lochea alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak.
Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi,
berbau anyir, tetapi tidak busuk. Lochea dibagi dalam beberapa jenis:

1) Lochea rubra

Pada hari 1-2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa- sisa chorion,
liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.

2) Lochea sanguinolenta

Dikeluarkan hari ke 3-7 warna merah kecoklatan bercampur lendir, banyak


serum selaput lendir. leukosit, dan kuman penyakit yang mati.

3) Lochea serosa

Dikeluarkan hari ke 7-10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair
dan tidak berdarah lagi.

4) Lochea alba

Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir. mengandung


leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati.

g. Serviks dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari dan
pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat
dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat laun
mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-
3 post partum, rugae mulai nampak kembali.

h. Perubahan pada dinding abdomen

Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang
begitu lama. Setelah 2-3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat
striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat
janin yang terlalu besar atau bayi kembar.

i. Perubahan sistem urinaria

Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan


hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema
trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin.
Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.

j. Perubahan sistem gastro intestina

Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2-3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum
karena episiotomi, laserasi, haemorroid dantakut jahitan lepas.

k. Perubahan pada mammae

Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari ketiga
produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang, membengkak,
lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler).

l. Laktasi

Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan kehamilan.
Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat
dikeluarkan dengan memijat areola mammae. Colustrum yaitu cairan kuning
dengan berat jenis 1.030 1,035 reaksi alkalis dan mengandung protein dan
garam, juga euglobin yang mengandung antibodi bayi yang terbaik dan harus
dianjurkan jika tidak ada kontra indikasi.

m. Temperatur

Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali dalam
24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina
ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.

n. Nadi

Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan ini
akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring lepasnya
placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai
mekanisme kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu
pertama.
o. Tekanan Darah

Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan
ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus
diperhatikan secara serius.

p. Hormon

Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24
hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin
meningkat untuk proses laktasi.

2. Adaptasi psikologis ibu dalam menerima perannya sebagai orang tua. Setelah
melahirkan secara bertahap.

a. Fase Taking in

Terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ibu membutuhkan
perlindungan dan pelayanan, memfokuskan energy pada bayi yang
menyebabkan persepsi penyempitan dan kemampuan menerima informasi
kurang.

b. Fase Taking hold

Mulai dari hari ketiga setelah melahirkan. Pada minggu keempat sampai kelima
ibu siap menerima peran barunya dalam belajar tentang hal-hal baru.

c. Fase Letting go

Dimulai sekitar minggu kelima setelah melahirkan. Anggota keluarga telah


menyesuaikan diri dengan lahirnya bayi (Linda, 2014).

E. Patofisiologi

Dalam masa post partum atau masa nifas. alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut "involusi".
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi
dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari kelenjar
hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks
ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang
terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia
kala (Hafifah, 2013).

F. Phatway

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum meliputi :

1. Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya

2. Keadaan umum: TTV, selera makan, dil

3. Payudara: air susu, puting

4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum

5. Sekret yang keluar atau lochea

6. Keadaan alat kandungan

7. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum

8. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta (Hafifah, 2013).

H. Komplikasi Post Partum

1. Perdarahan

Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir. Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Perdarahan post partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat antonia uteri,
retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan involusio uteri.

b. Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam. Penyebab


perdarahan sekunder adalah sub involusio uteri, retensio sisa plasenta, infeksi
postpartum.
Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan perineum, vagina
serviks, formiks dan rahim. Keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan yang
banyak apabila tidak segera diatasi. Robekan jalan lahir atau ruptur perineum
sekitar klitoris dan uretra dapat menimbulkan perdarahan hebat dan mungkin
sangat sulit untuk diperbaiki. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang
berlebihan jika mengenai arteri atau vena yang besar, episitomi luas, ada
penundaan antara episitomi dan persalinan, atau ada penundaan antara persalinan
dan perbaikan episitomi.

2. Infeksi

Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia setelah


persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38°C atau lebih selama
2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam
pertama. Infeksi postpartum mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh
masuk kuman-kuman atau bakteri ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan
dan postpartum. Infeksi postpartum dapat disebabkan oleh adanya alat yang tidak
steril, luka robekan jalan lahir, perdarahan, pre-eklamsia, dan kebersihan daerah
perineum yang kurang terjaga. Infeksi masa postpartum dapat terjadi karena
beberapa faktor pemungkin, antara lain pengetahuan yang kurang, gizi, pendidikan,
dan usia.

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang


didapatkan oleh setiap manusia. Pengalaman yang didapat dapat berasal dari
pengalaman sendiri maupun pengalaman yang didapat dari orang lain..

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mempengaruhi pengetahuan ibu


karena ibu yang mempunyai latar belakangpendidikan lebih rendah akan sulit
untuk menerima masukan dari pihak lain.

c. Usia

Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi pada


orang tua sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini disebabkan suplai
darah yang kurang baik, status nutrisi yang kurang atau adanya penyakit
penyerta seperti diabetes melitus. Sehingga penyembuhan luka lebih cepat
terjadi pada usia muda dari pada usia tua.

d. Gizi

Proses fisiologi penyembuhan luka perineum bergantung pada tersedianya


protein, vitamin (terutama vitamin A dan C), dan mineral renik zink dan
tembaga. Kolagen adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang
diperoleh fibroblas dari protein yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk
mensintesis kolagen. Vitamin A dapat mengurangi efek negatif steroid pada
penyembuhan luka (Siska S, 2019)

I. Penatalaksanaan

1. Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam
pasca persalian. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan tromboembloli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari
ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 sampai sudah diperbolehkan pulang

2. Diet

Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran danbuah-buahan

3. Miksi

Hendaknya kencing akan dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung kemih
panuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan katerisasi. Dengan melakukan
mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
4. Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila terjadi
opstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin
terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan per oral atatupun per rektal.
Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat
diatasi.

5. Perawatan payudara

a. Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak kerasdan kering
sebagai persiapan untuk menyusui bayi.

b. Jika puting rata sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus
tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.

6. Puting lecet

Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara tidak benar
dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tekhnik menyusui yang benar, puting
harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin. Monilia diterapi dengan
menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas menyusuinya ditunda
24 jam sampai 48 jam air susu ibu dikeluarkan dengan atau pompa.

7. Payudara bengkak

Payudara bengkak disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar karena bayi
tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaan dengan
menyusui lebih sering dan kompres hangat. Susu dikeluarkan dengan pompa dan
pemberian analgesic.

8. Mastitis

Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa
minggu setelah melahirkan. Penatalaksanaan dengan kompres hangat atau dingin,
pemberian antibiotik dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.

9. Abses payudara

Pada payudara dengan abses air susu ibu dipompa, abses dinsisi. diberikan
antibiotik dan analgesic 10. Laktasi Umumnya produksi air susu ibu berlansung
betul pada hari kedua dan ketiga pasca persalinan. Pada hari pertama air susu
mengandung kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu,
mengandung banyak protein dan globulin (Hafifah, 2013).
ASUHAN KEPARAWATAN POSTPARTUM

Tanggal pengkajian : 13 Juni 2023 Ruangan : Nifas

A. PENGKAJIAN DATA UMUM


1. Inisial klien : Ny. D ( 27 th ) Nama suami : Tn. A ( 30 th )

2. Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Buruh


3. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
4. Agama : ISLAM Suku : Sunda
5. Status perkawinan : Kawin Dx medis : PEB

6. Alamat : Mulyasari 03/18 Baleendah

Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu

Keadaan Bayi Masalah


No Tahun Jenis Persalinan Penolong JK
Waktu Lahir Kehamilan
1. 2017 SC Sp.OG L Hidup HTE
2.
Pengalaman menyusui : ya/tidak
Eksklusif : ya/tidak
Berapa lama : 2 tahun

Riwayat Kehamilan Saat Ini

1. Berapa kali periksa hamil: 7 kali,

Dimana: Bidan

2. Masalah kehamilan: Letak sungsang, Hipertensi


Riwayat Persalinan

1. Jenis persalinan: SC

tanggal/jam : 12 juni 2023 / 19.39

2. Jenis kelami bayi: L; BB/PB 2.945 gram/ 48cm, A/S: 7/9

3. Perdarahan : 700 cc

4. Masalah dalam persalinan: Tidak ada

Riwayat Ginekologi

1. Masalah ginekologi : Tidak ada

2. Riwayat KB : Suntik 3 bulan

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI

Keluhan utama:

G2P2A0 klien mengeluh nyeri luka post operasi sectio caesaria, nyeri yang
dirasakan seperti disayat - sayat, nyeri berkurang jika diberikan obat dengan skala
nyeri 4 dari 0-10, nyeri yang dirasakan hilang timbul. Klien telah dilakukan Sectio
Caesaria di RSUD Al Ihsan dengan BB bayi 2.945 gram PB 48. Klien juga
memiliki riwayat hipertensi, pada saat dilakukan sc tekanan darah pasien tinggi T :
200/98

Status obstetrik: P2A0 Post partum hari ke - 2

Keadaan umum: Baik …… Kesadaran: Composmentis……BB/TB: 80 kg/ 155 cm

Tanda vital:

Tekanan darah : 167/100 mmHg

Nadi : 99 x/mnt;

Suhu : 36,5 OC; ………

Pernapasan : 21 x/mnt;
Kepala & leher

Kepala

Kepala tampak simetris, bersih, tidak ada lesi maupun perdarahan, tidak
terdapat nyeri tekan.

Mata

Tampak simetris, konjungtiva anemis, sklera ikterik , pergerakan mata


normal, lapang pandang baik.

Hidung

Tampak simetris, tidak terdapat kotoran maupun nyeri tekan, fungsi


penciuman baik dapat mencium wangi wangian.

Mulut

Tampak simetris, bersih, dan tidak ada sianosis pada bibir

Telinga

Tampak simetris, terdapat serumen, tidak terdapat nyeri tekan

Leher

Tampak simetris, tidak ada nyeri tekan, pigmentasi kulit merata, dan tidak
terdapat pembesaran kelenjar tiroid.

Masalah keperawatan: tidak ada

Dada
Dada tampak simetris, tidak terdapat lesi maupun perdarahan, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak terdapat suara nafas tambahan seperti ronchi wheezing,
dan stridor, pernafasan normal 21 x/menit, bentuk payudara simetris, puting
susu menonjol, terdapat pengeluaran ASI lancar.
Masalah keperawatan: tidak ada
Abdomen

Tampak simetris, terdapat luka post operasi sectio caesar, klien mengeluh mulas
dan nyeri pada luka post operasi terasa seperti disayat - sayat, terdapat nyeri tekan
pada perut pasien, nyeri berkurang jika diberikan obat dan diberikan teknik
relaksasi nafas dalam dengan skala nyeri 4 dari 0-10, nyeri yang dirasakan hilang
timbul, TFU 2 cm dibawah pusat.

Perineum dan genital

Perineum utuh tidak terdapat robekan, tidak terdapat lokhea dan pendarahan pada
pasien, dan tidak terdapat adanya hemoroid.
Masalah keperawatan: tidak ada

Ekstremitas

Tampak simetris pada ektremitas atas maupun ekstremitas bawah , tidak terdapat
adanya edema, tidak terdapat adanya varises, dan tidak terdapat adanya nyeri tekan,
akral teraba hangat, CRT ˂ 2 dtk. Kekuatan tonus otot normal.

Eliminasi

BAB 1 kali sehari, BAK 2 kali sehari sekitar 100 – 300 cc.

Istirahat dan kenyamanan

Tidur siang 1-2 jam/hari, dan tidur malam 6-7 jam/hari, lokasi ketidaknyamanan
pada perut di luka post operasi sectio caesaria, nyeri seperti disayat – sayat dan
nyeri dirasakan hilang timbul.

Mobilisasi dan latihan

Klien sudah bisa bergerak sedikit demi sedikit, jalan – jalan ke toilet dan sudah bisa
miring kanan miring kiri dan duduk untuk melatih mobilitas fisik pasien.

Nutrisi dan cairan

Makan 3 kali/hari, makan habis tidak ada mual dan muntah, minum kurang lebih 1
liter/hari, terpasang infus ringer laktat 20 tpm.
Keadaan mental

Periode talking-hold, perhatian klien lebih fokus dan lebih luas pada bayinya,
mandiri dan inisiatif dalam perawatan bayinya, dan klien sangat menerima
kehamilan keduanya.

Kemampuan menyusui:

Klien sudah mengerti cara menyusui karena kelahiran ini merupakan kelahiran anak
yang kedua.

Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini:

1. Ceftriaxone 2x1 (untuk mengatasi infeksi bakteri)

2. Ketorolac 3x1 (untuk mengatasi nyeri)

3. Amplodipin 1x10mg

Hasil pemeriksaan penunjang tanggal ;

Laboratorium

Hematologi

Test Flag hasil Unit Nilai normal Rujukan

Hemoglobin 12,6 g/dL 12,0 – 16,0 Normal

Leukosit 18460 sel/uL 3800 – 10600 Meningkat

Eritrosit 4.75 juta/uL 3,6 – 5,8 Normal

Hematokrit 39,5 % 35 – 47 Normal

Trombosit 251000 sel/uL 150000 - 440000 Normal


PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR

Keadaan Umum : Baik

Jenis kelamin : Laki – laki

Suhu : 35,6
Denyut Jantung : 132 x/mnt
Respirasi : 39 x/mnt
Kulit :

Kepala:

Abdomen-Umbilical cord:

Aktivitas:

Eliminasi:

Pola tidur:

Feeding:
ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. Ds : Persalinan Nyeri akut

- Klien mengeluh
Sectio caesaria
nyeri pada luka

operasi, nyeri
Insisi dinding abdomen
dirasakan hilang

timbul
Terputusnya inkonuitas
Do :
jaringan pembuluh darah
- Klien tampak
dan saraf
meringis Skala

nyeri 4 dari 0-10
Merangsang pengeluaran
- Terdapat Luka histamin dan prostaglandin
post operasi ↓
POD2 Nyeri akut

- Terdapat nyeri
tekan pada perut

- Tanda-tanda
vital

TD:167/100 mmHg

N : 99 x/mnt

S : 36,5 OC

R : 21 x/mnt;

2. DS : klien megatakan Sectio caesaria Gangguan integritas


nyeri dibagian perut ↓ kulit
bawah, takut bergerak Insisi dinding abdomen
Do : tampak adanya ↓
balutan memanjang Kerusakan jaringan post
dari luka post operasi operasi sectio caesaria
sectio caesaria ↓
Kerusakan kulit/jaringan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa keperawatan Tanggal Nama & paraf

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik 13-06-2023

2. Gangguan integritas kulit b.d kerusakan 13-06-2023


jaringan
Perencanaan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri 1.08238,


1.
b.d agen keperawatan selama 1x7 jam hal 201)
pencedera diharapkan nyeri dapat
fisik terkontrol dengan kriteria Observasi :
hasil : 1. Identifikasi lokasi,
1. Keluhan nyeri pasien karakteristik, durasi
menurun frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Meringis pasien menurun
2. Identifikasi skala nyeri
3. Skala nyeri berkurang 0-3
3. Identifikasi respon nyeri
4. Kegelisahan pasien secara non verbal
menurun
4. Identifikasi faktor yang
5. Ketegangan otot pasien memperberat dan
memperingan nyeri
6. Kesulitan tidur pasien
menurun 5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
7. Kemampuan menuntaskan nyeri
aktivitas pasien meningkat
6. Identifikasi pengaruh
8. TTV dalam batas normal budaya terhadap respon
nyeri.

7. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan

8. Monitor efek samping


penggunaan analgesic

Terapeutik :

1. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.

2. Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur

4. Pertimbangkan jenis dan


sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi :

1. Jelaskan penyebab,
periode,dan pemicu nyeri

2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri

3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri

4. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat

5. Anjurkan teknik
nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
analgesic

Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan luka


2.
integritas keperawatan selama 1x8 jam
kulit b.d diharapkan keutuhan kulit Observasi :
kerusakan dengan kriteria hasil : 1. Monitor karakteristik luka
jaringan
1. Suhu kulit membaik 2. Monitor tanda-tanda
2. Sensasi kulit membaik infeksi

3. Tekstur kulit membaik Terapeutik :

4. Nyeri menurun 1. Lepaskan balutan dan


plester secara perlahan
5. Kemerahan pada kulit
menurun 2. Cukur rambut disekitar
daerah luka, jika perlu
6. Elastisitas kulit meningkat 3. Bersihkan dengan cairan
NaCl atau pembersih
nontoksik, sesuai
kebutuhan

4. Bersihkan jaringan
nekrotik

5. Berikan salep yang sesuai


ke kulit/lesi, jika perlu

6. Pasang balutan jenis luka

7. Pertahankan teknik steril


saat melakukan perawatan
luka

8. Ganti balutan sesuai


jumlah eksudat dan
drainase

9. Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi

Edukasi :

1. Jelaskan tanda dan gejala


infeksi

2. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein

3. Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri

Kolaborasi :

1. Kolaborasi prosedur
debridement

2. Kolaborasi pemberian
antibiotik
Implementasi

Tanggal dan
Tindakan DP ke Paraf
jam

13 – 06 – 2023 Mengobservasi tanda – 1&2 Anisa & gita


tanda vital
08.00
TD: 161/100 mmHg

N : 101 x/mnt

R : 20 x/mnt

S : 36,5 C

09.35 Mengidentifikasi lokasi, 1 Anisa


karakteristik, durasi
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri

R : klien mengeluh
nyeri pada luka post
operasi sectio caesaria,
nyeri yang dirasakan
seperti disayat - sayat,
dengan, nyeri yang
dirasakan hilang timbul.

09.40 Mengidentifikasi skala 1 Gita


nyeri

R : klien mengatakan
skala nyeri 4 dari 0-10

09.45 Mengidentifikasi 1 Anisa


respon nyeri secara non
verbal

R : klien bersikap
protektif terhadap
lukanya

09.50 Mengidentifikasi faktor 1 Gita


yang memperberat dan
memperingan nyeri
R : klien mengatakan
nyeri bertambah apabila
klien bergerak dan
berkurang apabila
diberikan obat

09.55 Mengidentifikasi faktor 1 Anisa


yang memperberat dan
memperingan nyeri

R : klien mengatakan
nyeri bertambah apabila
klien bergerak dan
berkurang apabila
diberikan obat

10.00 Mengidentifikasi 1 Gita


pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri

R : klien mengatakan
bahwa ia sering
mengkonsumsi ikan-
ikanan untuk
mempercepat
penyembuhan luka
bekas operasinya

15.00 Mengobervasi tanda- 1&2 Sandra & lelli


tanda vital

TD: 142/90 mmHg

N : 90 x/mnt

R : 21 x/mnt

S : 36,5 c

16.00 Berkolaborasi 1&2 Sandra


pemberian obat
analgetik

R : melakukan
pemberian obat melalui
IV (ceftriaxone)

17.15 Berkolaborasi 1&2 Lelli


pemberian obat
analgetik

R : melakukan
pemberian obat melalui
IV (ketorolac)

19.00 Memberikan teknik 1 Sandra


nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

R : klien diberikan
teknik relaksasi nafas
dalam dan distaksi
(murottal Al-qur’an)
untuk meredakan nyeri

19.10 Menjelaskan penyebab, 1 Lelli


periode dan pemicu
nyeri

R : klien mendengarkan
dan memahami apa
yang perawat
sampaikan

19.15 Menjelaskan strategi 1 Sandra


meredakan nyeri

R : klien dapat
memahami dan
melakukan kembali
strategi meredakan
nyeri yang perawat
sampaikan

19.25 Fasilitasi istirahat tidur 1 Lelli

R : klien istirahat dan


tidur dengan posisi
yang nyaman dan aman
setelah di bed plan
dipasang

21.00 Mengobservasi tanda – 1&2 Fathunnisa & yahya


tanda vital

TD: 149/89 mmHg

N : 99 x/mnt

R : 20 x/mnt

S : 36,1 C

00.00 Berkolaborasi 1&2 Fathunnisa


pemberian obat
analgetik

R : melakukan
pemberian obat melalui
IV (ketorolac)

05.00 Mengobservasi tanda – 1&2 Fathunnisa & yahya


tanda vital

TD: 155/89 mmHg

N : 99 x/mnt

R : 20 x/mnt

S : 37 C

14 – 06 – 2023 Mengobservasi tanda – 1&2 Sani, lelli, novia


tanda vital
08.00
TD: 158/92 mmHg

N : 97 x/mnt

R : 20 x/mnt

S : 36,3 C

08.55 Monitor karakteristik 2 Sani


luka

R : tampak balutan
tidak rembes, jahitan
dibawah perut
sepanjang 15 cm, tidak
ada kemerahan, tidak
ada pus

09.05 Monitor tanda-tanda 2 Lelli


infeksi

R : tidak terdapat tanda


tanda infeksi

09.10 Melakukan perawatan 2 Novia


luka

R : membuka balutan
plester kemudian
dibersihkan
menggunakan cairan
NaCl lalu kembali
dibalut menggunakan
balutan anti air (opsite)
dengan menggunaka
prinsip steril.

09.25 Menjelaskan tanda dan 2 Sani


gejala infeksi

R : klien memahami
dan dapat menyebutkan
kembali apa saja tanda
dan gejala infeksi
seperti apa yang telah
disampaikan

09.40 Menganjurkan 2 Lelli


mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein

R : klien mengerti harus


mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein

09.30 Mengajarkan prosedur 2 Novia


perawatan luka secara
mandiri

R : klien mengatakan
mengerti dan paham
bagaimana cara
perawatan luka secara
mandiri seperti yang
sudah diajarkan

15.00 Mengobervasi tanda- 1&2 Anisa, gita, sandra


tanda vital

TD: 151/91 mmHg

N : 100 x/mnt

R : 20 x/mnt

S : 36,5 c

16.00 Berkolaborasi 1&2 Anisa


pemberian obat
analgetik

R : melakukan
pemberian obat melalui
IV (ketorolac)

17.15 Berkolaborasi 1&2 Gita


pemberian obat
analgetik

R : melakukan
pemberian obat melalui
IV (ceftriaxone)

20.00 Fasilitasi istirahat tidur 1 Sandra

R : klien istirahat dan


tidur dengan posisi
yang nyaman dan aman
setelah di bed plan
dipasang
Evaluasi

Tanggal dan
Evaluasi Dx Paraf
jam

14 Juni 2023 S : Klien mengatakan skala nyeri 1


berkurang menjadi 1 dari 0-10

O : Klien sudah jarang meringis

TD: 151/91 mmHg

N : 100 x/mnt

R : 20 x/mnt

S : 36,5 c

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

S: 2

Anda mungkin juga menyukai