Definisi
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai alat-
alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu
(Mochtar, 2015). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan.
Selain itu masa nifas/purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah kira-
kira 6 minggu (Dian S, 2013).
Post partum spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 s.d. 42 minggu), lahi spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Dian S.
2013). Post partum/masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Puerpenum dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai komplikasi (Dian S,
2013).
B. Klasifikasi
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut (Hafifah, 2013).
1. Priode immediate post partum masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam.
Pada masa ini sering terdapat masalah, misalnya perdarahan karena antonia uteri.
Oleh karena itu bidan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lochea, teknan darah, dan suhu.
2. Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu Pada fase ini dapat
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal. tidak ada perdarahan, lochea
tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makan dan cairan, serta
ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu Pada periode ini bidan
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaansehari-hari serta konseling keluarga
berencana.
C. Etiologi
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot - otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.
D. Manifestasi Klinis
1. Perubahan fisik
a. Involusi uterus
Merupakan proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah
bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah
plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini
menyebabkan rasa nyen/mules-mules yang disebut after pain post partum
terjadi pada hari ke 2-3 hari.
c. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After pain
meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavumuteri, dan gumpalan darah
(stoll cell) dalam cavum uteri
d. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum, bagian atas setelah 2-3 hari tampak bahwa lapisan atas dari
stratum spongiosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochea.
Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium
tumbuh kembali. Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan
jaringan parut, tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah permukaan dari
pinggir luka.
e. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi pematangan
sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui mentruasinya
terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
f. Lochea
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas,
sifat lochea alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak.
Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi,
berbau anyir, tetapi tidak busuk. Lochea dibagi dalam beberapa jenis:
1) Lochea rubra
Pada hari 1-2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa- sisa chorion,
liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
2) Lochea sanguinolenta
3) Lochea serosa
Dikeluarkan hari ke 7-10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair
dan tidak berdarah lagi.
4) Lochea alba
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari dan
pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat
dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat laun
mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-
3 post partum, rugae mulai nampak kembali.
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang
begitu lama. Setelah 2-3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat
striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat
janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2-3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum
karena episiotomi, laserasi, haemorroid dantakut jahitan lepas.
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari ketiga
produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang, membengkak,
lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler).
l. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan kehamilan.
Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat
dikeluarkan dengan memijat areola mammae. Colustrum yaitu cairan kuning
dengan berat jenis 1.030 1,035 reaksi alkalis dan mengandung protein dan
garam, juga euglobin yang mengandung antibodi bayi yang terbaik dan harus
dianjurkan jika tidak ada kontra indikasi.
m. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali dalam
24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina
ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
n. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan ini
akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring lepasnya
placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai
mekanisme kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu
pertama.
o. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan
ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus
diperhatikan secara serius.
p. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24
hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin
meningkat untuk proses laktasi.
2. Adaptasi psikologis ibu dalam menerima perannya sebagai orang tua. Setelah
melahirkan secara bertahap.
a. Fase Taking in
Terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ibu membutuhkan
perlindungan dan pelayanan, memfokuskan energy pada bayi yang
menyebabkan persepsi penyempitan dan kemampuan menerima informasi
kurang.
Mulai dari hari ketiga setelah melahirkan. Pada minggu keempat sampai kelima
ibu siap menerima peran barunya dalam belajar tentang hal-hal baru.
c. Fase Letting go
E. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas. alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut "involusi".
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi
dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari kelenjar
hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks
ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang
terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia
kala (Hafifah, 2013).
F. Phatway
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum meliputi :
1. Perdarahan
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir. Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Perdarahan post partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat antonia uteri,
retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan involusio uteri.
2. Infeksi
a. Pengetahuan
b. Pendidikan
c. Usia
d. Gizi
I. Penatalaksanaan
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam
pasca persalian. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan tromboembloli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari
ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 sampai sudah diperbolehkan pulang
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran danbuah-buahan
3. Miksi
Hendaknya kencing akan dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung kemih
panuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan katerisasi. Dengan melakukan
mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila terjadi
opstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin
terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan per oral atatupun per rektal.
Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat
diatasi.
5. Perawatan payudara
a. Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak kerasdan kering
sebagai persiapan untuk menyusui bayi.
b. Jika puting rata sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus
tetap menyusui agar puting selalu sering tertarik.
6. Puting lecet
Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara tidak benar
dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tekhnik menyusui yang benar, puting
harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin. Monilia diterapi dengan
menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas menyusuinya ditunda
24 jam sampai 48 jam air susu ibu dikeluarkan dengan atau pompa.
7. Payudara bengkak
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar karena bayi
tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaan dengan
menyusui lebih sering dan kompres hangat. Susu dikeluarkan dengan pompa dan
pemberian analgesic.
8. Mastitis
Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa
minggu setelah melahirkan. Penatalaksanaan dengan kompres hangat atau dingin,
pemberian antibiotik dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
9. Abses payudara
Pada payudara dengan abses air susu ibu dipompa, abses dinsisi. diberikan
antibiotik dan analgesic 10. Laktasi Umumnya produksi air susu ibu berlansung
betul pada hari kedua dan ketiga pasca persalinan. Pada hari pertama air susu
mengandung kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu,
mengandung banyak protein dan globulin (Hafifah, 2013).
ASUHAN KEPARAWATAN POSTPARTUM
Dimana: Bidan
1. Jenis persalinan: SC
3. Perdarahan : 700 cc
Riwayat Ginekologi
Keluhan utama:
G2P2A0 klien mengeluh nyeri luka post operasi sectio caesaria, nyeri yang
dirasakan seperti disayat - sayat, nyeri berkurang jika diberikan obat dengan skala
nyeri 4 dari 0-10, nyeri yang dirasakan hilang timbul. Klien telah dilakukan Sectio
Caesaria di RSUD Al Ihsan dengan BB bayi 2.945 gram PB 48. Klien juga
memiliki riwayat hipertensi, pada saat dilakukan sc tekanan darah pasien tinggi T :
200/98
Tanda vital:
Nadi : 99 x/mnt;
Pernapasan : 21 x/mnt;
Kepala & leher
Kepala
Kepala tampak simetris, bersih, tidak ada lesi maupun perdarahan, tidak
terdapat nyeri tekan.
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Tampak simetris, tidak ada nyeri tekan, pigmentasi kulit merata, dan tidak
terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
Dada
Dada tampak simetris, tidak terdapat lesi maupun perdarahan, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak terdapat suara nafas tambahan seperti ronchi wheezing,
dan stridor, pernafasan normal 21 x/menit, bentuk payudara simetris, puting
susu menonjol, terdapat pengeluaran ASI lancar.
Masalah keperawatan: tidak ada
Abdomen
Tampak simetris, terdapat luka post operasi sectio caesar, klien mengeluh mulas
dan nyeri pada luka post operasi terasa seperti disayat - sayat, terdapat nyeri tekan
pada perut pasien, nyeri berkurang jika diberikan obat dan diberikan teknik
relaksasi nafas dalam dengan skala nyeri 4 dari 0-10, nyeri yang dirasakan hilang
timbul, TFU 2 cm dibawah pusat.
Perineum utuh tidak terdapat robekan, tidak terdapat lokhea dan pendarahan pada
pasien, dan tidak terdapat adanya hemoroid.
Masalah keperawatan: tidak ada
Ekstremitas
Tampak simetris pada ektremitas atas maupun ekstremitas bawah , tidak terdapat
adanya edema, tidak terdapat adanya varises, dan tidak terdapat adanya nyeri tekan,
akral teraba hangat, CRT ˂ 2 dtk. Kekuatan tonus otot normal.
Eliminasi
BAB 1 kali sehari, BAK 2 kali sehari sekitar 100 – 300 cc.
Tidur siang 1-2 jam/hari, dan tidur malam 6-7 jam/hari, lokasi ketidaknyamanan
pada perut di luka post operasi sectio caesaria, nyeri seperti disayat – sayat dan
nyeri dirasakan hilang timbul.
Klien sudah bisa bergerak sedikit demi sedikit, jalan – jalan ke toilet dan sudah bisa
miring kanan miring kiri dan duduk untuk melatih mobilitas fisik pasien.
Makan 3 kali/hari, makan habis tidak ada mual dan muntah, minum kurang lebih 1
liter/hari, terpasang infus ringer laktat 20 tpm.
Keadaan mental
Periode talking-hold, perhatian klien lebih fokus dan lebih luas pada bayinya,
mandiri dan inisiatif dalam perawatan bayinya, dan klien sangat menerima
kehamilan keduanya.
Kemampuan menyusui:
Klien sudah mengerti cara menyusui karena kelahiran ini merupakan kelahiran anak
yang kedua.
3. Amplodipin 1x10mg
Laboratorium
Hematologi
Suhu : 35,6
Denyut Jantung : 132 x/mnt
Respirasi : 39 x/mnt
Kulit :
Kepala:
Abdomen-Umbilical cord:
Aktivitas:
Eliminasi:
Pola tidur:
Feeding:
ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. Ds : Persalinan Nyeri akut
↓
- Klien mengeluh
Sectio caesaria
nyeri pada luka
↓
operasi, nyeri
Insisi dinding abdomen
dirasakan hilang
↓
timbul
Terputusnya inkonuitas
Do :
jaringan pembuluh darah
- Klien tampak
dan saraf
meringis Skala
↓
nyeri 4 dari 0-10
Merangsang pengeluaran
- Terdapat Luka histamin dan prostaglandin
post operasi ↓
POD2 Nyeri akut
- Terdapat nyeri
tekan pada perut
- Tanda-tanda
vital
TD:167/100 mmHg
N : 99 x/mnt
S : 36,5 OC
R : 21 x/mnt;
7. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode,dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
5. Anjurkan teknik
nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgesic
4. Bersihkan jaringan
nekrotik
9. Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi
Edukasi :
2. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
3. Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi prosedur
debridement
2. Kolaborasi pemberian
antibiotik
Implementasi
Tanggal dan
Tindakan DP ke Paraf
jam
N : 101 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,5 C
R : klien mengeluh
nyeri pada luka post
operasi sectio caesaria,
nyeri yang dirasakan
seperti disayat - sayat,
dengan, nyeri yang
dirasakan hilang timbul.
R : klien mengatakan
skala nyeri 4 dari 0-10
R : klien bersikap
protektif terhadap
lukanya
R : klien mengatakan
nyeri bertambah apabila
klien bergerak dan
berkurang apabila
diberikan obat
R : klien mengatakan
bahwa ia sering
mengkonsumsi ikan-
ikanan untuk
mempercepat
penyembuhan luka
bekas operasinya
N : 90 x/mnt
R : 21 x/mnt
S : 36,5 c
R : melakukan
pemberian obat melalui
IV (ceftriaxone)
R : melakukan
pemberian obat melalui
IV (ketorolac)
R : klien diberikan
teknik relaksasi nafas
dalam dan distaksi
(murottal Al-qur’an)
untuk meredakan nyeri
R : klien mendengarkan
dan memahami apa
yang perawat
sampaikan
R : klien dapat
memahami dan
melakukan kembali
strategi meredakan
nyeri yang perawat
sampaikan
N : 99 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,1 C
R : melakukan
pemberian obat melalui
IV (ketorolac)
N : 99 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 37 C
N : 97 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,3 C
R : tampak balutan
tidak rembes, jahitan
dibawah perut
sepanjang 15 cm, tidak
ada kemerahan, tidak
ada pus
R : membuka balutan
plester kemudian
dibersihkan
menggunakan cairan
NaCl lalu kembali
dibalut menggunakan
balutan anti air (opsite)
dengan menggunaka
prinsip steril.
R : klien memahami
dan dapat menyebutkan
kembali apa saja tanda
dan gejala infeksi
seperti apa yang telah
disampaikan
R : klien mengatakan
mengerti dan paham
bagaimana cara
perawatan luka secara
mandiri seperti yang
sudah diajarkan
N : 100 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,5 c
R : melakukan
pemberian obat melalui
IV (ketorolac)
R : melakukan
pemberian obat melalui
IV (ceftriaxone)
Tanggal dan
Evaluasi Dx Paraf
jam
N : 100 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,5 c
P : Intervensi dilanjutkan
S: 2