Anda di halaman 1dari 34

Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Biologis

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Gerontik

Disusun Oleh :
Annisa Nurul Jannah AK118019
Asri Kartika Sumirat AK118024
Badru Fajar AK118028
Ellsa Nadila AK118053
Fathunnisa Imarah Nusyaibah AK118060
Hana Nabiilah AK118071
Nadia Permatasari AK118116
Nida Aulia AK118123
Rifqi Aris AK118146
Tri Arieyanto H AK118193
Yuliana Nurannisa AK118208

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKT KENCANA BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta beserta
isinya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Biologis” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
di kampus Bhakti Kencana University. Selain itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca makalah ini.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak/Ibu selaku dosen karena tugas
yang telah di berikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Bandung, 6 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I ....................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................................... 3
TINJAUAN TEORI ............................................................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Teori ........................................................................................................ 3
2.1.1 Definisi Lansia ........................................................................................................ 4
2.1.2 Ciri – ciri Lansia ..................................................................................................... 4
2.1.3 Teori Penuaan ......................................................................................................... 4
2.1.4 Tahapan Proses Penuaan ......................................................................................... 7
2.1.5 Perubahan Biologis Pada Lansia............................................................................. 8
2.1.6 Penyakit Pada Lansia .............................................................................................. 14
2.1.7 Diagnosa ................................................................................................................. 21
2.2 Asuhan Keperawatan Teori Lansia dengan Gangguan Biologis................................ 18
BAB III.................................................................................................................................... 30
PENUTUP............................................................................................................................... 30
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 30
3.2 Saran ................................................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 31

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai
dari umur 60 tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat
fisik dan psikologis yang semakin menurun. Semakin besar angka usia harapan hidup, maka
akan semakin banyak populasi penduduk lanjut usia.
Masa tua yang bahagia, tenang dan sehat merupakan dambaan setiap orang. Namun
pada kenyatannya, banyak lansia yang mengalami depresi, stres atau menderita sebuah
penyakit kronis. Tidak sedikit pula lansia yang dititipkan oleh keluarganya ke panti jompo
dengan alasan sibuk bekerja atau sibuk dengan keluarga masin-masing sehingga orang tua
tidak terurus. Ironisnya, masih banyak lansia sehat maupun tidak sehat, masih memaksakan
diri untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat perawat tidak bisa terlepas dari
aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat dengan klien.
Perawat berusaha untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari
kebutuhan yang menyeluruh, klien antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak mempunyai
keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama. Kebutuhan Psikososial juga nerupakan
kebutuhan dasar bagi lansia. Di sini perawat mempunyai peranan penting mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan seebagai supporter,
edukatif pada klien lanjut usia, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai
penampung rahasia, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan waktu yang cukup banyak untuk
menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu
memegang keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang
prinsip prinsip “Tripple S”, yaitu Sabar, Simpatik, dan Service.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lansia dan bagaimana konsep penuaan ?
2. Bagaimana konsep gangguan biologis pada lansia ?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan Teori pada lansia dengan Gangguan Biologis ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan lansia dan bagaimana konsep penuaan
2. Mengetahui bagaimana konsep gangguan biologis pada lansia
3. Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan teori pada lansia dengan gangguan
biologis

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori
2.1.1 Definisi Lansia
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dari umur 60 tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Lansia adalah
tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak
dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu
mengalami banyak perubahan setiap individu baik secara fisik maupun mental,
khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya.
Penggolongan lansia menurut WHO adalah sebagai berikut:
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Lansia (elderly) : 60-74 tahun
3. Usia tua (old) : 75-89 tahun
4. Usia sangat lanjut (very old) : lebih dari 90 tahun

Menurut Setianto (2004), seseorang dikatakan lanjut usia apabila usianya 65


tahun ke atas. Lansia menurut Pudjiastuti (2003), lansia bukan penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Menurut Bernice Neugatren (1968), James C. Chalhoun (1995)masa tua adalah
suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Penggolongan
lansia menurut Depkes dikutip dari Aziz (1994) menjadi tiga kelompok :
1. Kelompok lansia dini ( 55-64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki usia lansia
2. Kelompok lansia ( 65 tahun keatas)
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang lebih dari 70 tahun.

3
2.1.2 Ciri – ciri Lansia
Menumit Hurlock (Hurlock, 1980: 380) terdapat beberapa ciri-cin orang lanjut
usia, yaitu:
a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran Kemunduran pada lansia sebagian
datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak
pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabih
memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat
maka kemunduran itu akan lama terjadi.
b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas Lansia memiliki status
kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat
klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti: lansia lebih
senang mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan pendapat orang
lain.
c. Menua membutuhkan perubahan peran Perubahan peran tersebut dilakukan
karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran
pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar
tekanan dari lingkungan.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut
usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia
lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk
itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.

2.1.3 Teori Penuaan


1. Teori Biologis
a. Teori genetic clock. Teori ini merupakan teori intrinsic yang menjelaskan
bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan
menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah
terprogram secara genetic untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti
selnya memiliki suatu jam genetik atau jam biologis sendiri dan setiap

4
spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar
menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti, berputar, ia akan
mati.
b. Teori mutasi somatik, Menurut teori ini, penuaan terjadi karenaa adanya
mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan
dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA
protein atau enzim. Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga akhirnya
akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau
penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh
yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel (Suhana,1994 ; Constantinides, 1994).
2. Teori Nongenetik
a. Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory). Mutasi yang
berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun
tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi yang merusak membran sel,
akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga
merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun
pada lanjut usia (Goldstein, 1989). Dalam proses metabolisme tubuh,
diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa
berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan auto-imun.
b. Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory). Teori radikal
bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya
proses metabolisme atau prosses pernapasan di dalam mitokondria.
Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil
karena mempunyai electron yang tidak berpasangan sehingga sangat
reaktif mengikat atau molekul lain yang menimbulkan berbagai
kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik,
misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel

5
tidak dapat beregenerasi (Halliwel,1994). Radikal bebas dianggap
sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas
yang terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap
rokok, zat pengawet makanan, radiasi, sinar ultraviolet yang
mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses
menua.
c. Teori menua akibat metabolisme. Telah dibuktikan dalam berbagai
percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan
perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur (Bahri dan Alem, 1989 ; Boedhi Darmojo,1999).
d. Teori fisiologis. Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik.
Terdiri atas teori oksidasi stress dan teori (wear and tear theory). Di sini
terjadi kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh telah di pakai
(regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
eksternal).
Menurut Klatz dan Goldman (2007), ada 4 Teori pokok penuaan, yaitu :
1. Teori Teori Wear and Tear, Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena telah
banyak digunakan (overuse) dan disalahgunakan (abuse).
2. Teori Neuroendokrin, Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi
fungsi organ tubuh yaitu dimana hormon yang dikeluarkan oleh beberapa organ
yang dikendalikan oleh hipotalamus telah menurun.
3. Teori Kontrol Genetik Teori Kontrol Genetik, Teori ini fokus pada genetik
memprogram genetik DNA, dimana kita dilahirkan dengan kode genetik yang
unik, dimana penuaan dan usia hidup kita telah ditentukan secara genetik.
4. Teori Radikal Bebas Teori Radikal Bebas, Teori ini menjelaskan bahwa suatu
organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas
dalam sel sepanjang waktu. Radikal bebas sendiri merupakan suatu molekul
yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki
sifat reaktivitas tinggi, karena kecenderungan menarik elektron dan dapat

6
mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal karena hilangnya atau
bertambahnya satu elektron pada molekul lain.

2.1.4 Tahapan Proses Penuaan


Proses menua bersifat individual :
- Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
- Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
- Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
Proses penuaan dapat berlangsung melalui tiga tahap sebagai berikut (Pangkahila,
2007):
1. Tahap Subklinik (usia 25-35 tahun), Pada tahap ini, sebagian besar
hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu hormon testosteron, growth
hormon dan hormon estrogen. Pembentukan radikal bebas dapat
merusak sel dan DNA. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar,
karena itu pada usia ini dianggap usia muda dan normal.
2. Tahap Transisi (usia 35-45 tahun), Pada tahap ini kadar hormon menurun
sampai 25%. Massa otot berkurang sebanyak satu kilogram tiap tahunnya.
Pada tahap ini orang mulai merasa tidak muda lagi dan tampak lebih tua.
Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat
mengakibatkan penyakit seperti kanker, radang sendi, berkurangnya
memori, penyakit jantung koroner dan diabetes.
3. Tahap Klinik (usia 45 tahun ke atas), Pada tahap ini penurunan kadar
hormone terus berlanjut yang meliputi DHEA, melatonin, growth hormon,
testosteron, hormon tiroid. Terjadi penurunan bahkan penurunan bahkan
hilangnya kemampuan penyerapan bahan makanan, vitamin dan mineral.
Penyakit kronismenjadi lebih nyata, sistem organ tubuh mulai mengalami
kegagalan.

7
2.1.5 Perubahan Biologis Pada Lansia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut
sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya usia, Menurut
Nugroho (2000) perubahan fisik yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut :
1. Sel
a. Jumlah sel menurun/ menjadi sedikit
b. Ukuran sel lebih besar
c. Berkurang nya cairan tubuh dan cairan intra seluler
d. Menurunnya proporsi protein di otak ,otot, ginjal, dan hati
e. Jumlah sel otak menurun
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
g. Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-10%
h. Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar
2. System Respirasi
a. Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan,
dan menjadi kaku
b. Aktivitas silia menurun
c. Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat,kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman bernafas
menurun
d. Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah berkurang
e. Berkurangnya elastisitas bronkus
f. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg
g. Karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu
h. Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang
i. Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun
j. Sering terjadi emfisema senilis
k. Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun
seiring bertambahnya usia.
3. System kardiovaskuler
a. Katup jantung menebal dan menjadi kaku

8
b. Elastisitas dinding aorta menurun
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun . Hal ini menyebabkan kontraksi dan volume menurun
(frekuensi denyut jantung maksimal = 200-umur)
d. Curah jantung menurun
e. Kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari
tidur ke duduk(duduk ke beridiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65mmHg
f. Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan pendarahan
g. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer, sistol normal 170 mmHg, diastole normal 95mmHg.
4. System Pernafasan
a. Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun
b. Berat otak menurun 10-20% (sel syaraf otak setiap orang berkurang setiap
harinya)
c. Mengecilnya saraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya
respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan
perasa, lebih sensitif terhadap suhu, ketahanantubuh terhadap dingin rendah
d. Kurang sensitif terhadap sentuhan
e. Defisit memori
5. System Pencernaan
a. Kehilangan gigi, penyebab utama Periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun.Penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi yang
buruk.
b. Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi
indra pengecap(±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah,
terutama rasa manis dan asin, hilangnyasensitivitas saraf pengecap terhadap
rasa asin, asam, dan pahit
c. Esofagus melebar

9
d. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun,
motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
f. Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu, terutama karbohidrat
g. Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah
berkurang.
6. System Genitourinaria
a. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui
urine darah yangmasuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari
ginjal yang disebut nefron (tepatnya digromerulus). Mengecilnya nefron
akibat atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%sehingga fungsi
tubulus berkurang. Akibatnya, kemampuan mengonsentrasi urine menurun,
berat jenis urine menurun, proteinuria (biasanya +1), BUN (Blood urea
nitrogen) meningkat sampai 21mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat. Keseimbangan elektrolit dan asam lebihmudah terganggu bila
dibandingkan dengan usia muda.Renal plasma flow(RPF) dan Glomerular
filtration rate(GFR) atau klirens kreatinin menurun secara linier sejak usia
30 tahun. Jumlahdarah yang difiltrasi oleh ginjal berkurang
b. Vesika urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml
atau menyebabkanfrekuensi buang air kecil meningkat. Pada pria lanjut
usia, vesika urinaria sulit dikosongkansehingga mengakibatkan retensi urine
meningkat
c. Pembesaran prostat. Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65
tahun.
7. System Muskuloskeletal
a. Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh
b. Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi
c. Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebrata, pergelangan,
dan paha. Insidenosteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang
tersebut
d. Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus

10
e. Kifosis
f. Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
g. Gangguan gaya berjalan
h. Kekakuan jaringan penghubung
i. Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang
j. Persensian membesar dan menjadi kaku
k. Tendon mengerut dan mengalami sclerosis
l. Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban,
otot kram, danmenjadi tremor (perubahan pada otot cukup rumit dan sulit
dipahami
m. Komposisi otot berubah sepanjang waktu (myofibril digantikan oleh lemak,
kolagen, dan jaringan parut
n. Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua
o. Otot polos tidak begitu berpengaruh.
8. System Penglihatan
a. Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susahmelihat dalam gelap
e. Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopia,
seseorang sulit melihatdekat yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas
lensa
f. Lapang pandang menurun: luas pandangan berkurang
g. Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau pada
skala.
9. System Pendengaran
a. Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun

11
b. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
keratin
d. Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan/stress
e. Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah,
bisa terus menerusatau intermitten
f. Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau berputar.
10. System Pengaturan Suhu Tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat
yaitu menetapkansuatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi karena beberapa
faktor yang mempengaruhinya yangsering ditemukan antara lain :
a. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±35 C ini akibat
metabolisme yangmenurun
b. Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula
menggigil, pucat, dangelisah.
c. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
11. System Reproduksi Wanita dan Pria
Wanita
a. Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
b. Ovarium menciut, uterus mengalami atrofi
c. Atrofi payudara
d. Atrofi vulva
e. Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi
berkurang, sifatnya menjadialkali dan terjadi perubahan warna
Pria
a. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan
secara berangsur-angsur
b. Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal kondisi
kesehatannya baik.

12
12. System Endokrin
Sistem EndokrinKelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia
yang memproduksi hormon.Hormon pertumbuhan berperan sangat penting
dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan,dan metabolisme organ tubuh.
Yang termasuk hormon kelamin adalah :
a. Estrogen, progesterone, dan testosterone yang memelihara alat reproduksi
dan gairah seks.Hormon ini mengalami penurunan
b. Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat penting dalam
pengaturan gula darah)
c. Kelenjar adrenal/anak ginjal yang memproduksi adrenalin. Kelenjar yang
berkaitan denganhormon pria/wanita. Salah satu kelenjar endokrin dalam
tubuh yang mengatur agar arus darah keorgan tertentu berjalan dengan baik,
dengan jalan mengatur vasokontriksi pembuluh darah.Kegiatan kelenjar
adrenal ini berkurang pada lanjut usia
d. Produksi hampir semua hormon menurun
e. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
f. Hipofisis: pertumbuhan hormon ada, tetapi lebih rendah dan hanya di dalam
pembuluh darah; berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH
g. Aktivitas tiroid, BMR (Basal metabolic rate) dan daya pertukaran zat
menurun
h. Produksi aldosteron menurun
i. Sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone, estrogen, dan testosterone
menurun.
13. System Integumen
a. Kulit menjadi keriput dan mengkerut akibat kehilangan jaringan lemak
b. Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena kehilangan
proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis).
c. Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata
pada permukaan kulitsehingga tampak berbintik-bintik atau noda cokelat
d. Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut halus
di ujung mata akibatlapisan kulit menipis

13
e. Respons terhadap trauma menurun Mekanisme proteksi kulit menurun:
produksi serum menurun, produksi vitamin D menurun, pigmentasi kulit
terganggu
f. Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu
g. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
h. Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi
i. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
j. Kuku jari menjadi keras dan rapuh
k. Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
l. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
m. Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.
2.1.6 Penyakit Pada Lansia
1. Sistem Pernapasan
a. Emfisema, Emfisema dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan struktur
paru-paru dalam bentuk pelebaran saluran napas di ujung akhir bronkus
disertai dengan kerusakan dinding alveolus. Penyakit ini termasuk dalam
penyakit paru obstruktif kronik yang menimbulkan kesulitan pengeluaran
udara pernapasan. Penyakit ini bersifat progresif dan biasanya diawali
dengan sesak napas. Gejala emfisema dapat berupa batuk yang disertai
dahak berwarna putih atau mukoid, dan jika terdapat infeksi, sputum
tersebut menjadi purulen. Badan terlihat lelah, nafsu makan berkurang, dan
berat badan pasien menurun.
b. Asma, Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pemapasan
hiperresponsivitas jalan napas. Penyakit asma ditandai dengan 3 hal, antara
lain penyempitan saluran napas, pembengkakan, dan sekresi lendir yang
berlebih di saluran napas. Secara umum gejala asma adalah sesak napas,
batuk berdahak, dan suara napas yang berbunyi wheezing, yang biasanya
timbul secara episodic pada pagi hari menjelang waktu subuh karena
pengaruh keseimbangan hormone kortisol yang kadarnya rendah saat pagi
hari dan berbagai faktor lainnya.

14
c. Pneumonia, Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan yang
penting pada lansia. Penyakit ini menduduki peringkat keempat penyebab
kematian dan infeksi paru dan sering menupakan penyakit terminal yang
dialami lansia. Pneumonia pada lansia dapat bersifat akut atau kronis. Gejala
pneumonia bermacam-macam bergantung pada kondisi tubuh dan jenis
kuman penyebab infeksi. Beberapa tanda dan gejala pneumonia meliputi
demam, batuk, napas pendek, berkeringat, menggigil, dada terasa berat dan
nyeri saat bernapas (pleuritis), nyeri kepala, nyeri otot dan lesu. Pada lansia,
gejala dan tanda-tanda ini lebih ringan, bahkan suhu tubuh dapat lebih yang
menyebabkan rendah dari nilai normal.
d. Bronkitis, Bronkitis merupakan peradangan membran mukosa yang
melapisi bronkus dan/atau bronkiolus, yaitu jalan napas dari trakea ke paru-
paru. Bronkitis dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu akut dan kronis.
Bronkitis akut ditandai dengan batuk dengan atau tanpa sputum, terdiri atas
mucus yang diproduksi di saluran napas. Sedangkan bronkitis kronis
merupakan satu dari penyakit paru obstruktif kronis dengan batuk produktif
yang berlangsung sampai 3 bulan atau lebih setiap tahunnya selama 2 tahun.
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Hipertensi atau mendadak (akut), merupakan faktor risiko terjadinya stroke,
penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma.
Meskipun peningkatan tekanan darah relative kecil, hal tersebut dapat
menurunkan angka harapan hidup. Biasanya penyakit ini tidak
memperlihatkan gejala, meskipun beberapa pasien melaporkan nyeri kepala,
lesu, pusing, pandangan kabur, muka yang terasa panas atau telinga
mendenging.
b. Penyakit Jantung Koroner (PJK), Serangan jantung biasanya terjadi jika
bekuan darah menutup aliran darah di arteri coronaria, yaitu pembuluh darah
yang menyalurkan makanan ke otot jantung. Penghentian suplai darah ke
jantung akan merusak atau mematikan sebagian jaringan otot jantung.
Gejala yang sering muncul pada serangan jantung dapat berupa rasa
tertekan, rasa penuh atau nyeri yang menusuk di dada dan berlangsung

15
selama beberapa menit. Nyeri tersebut juga dapat menjalar dari dada ke
bahu, lengan, punggung dan bahkan dapat juga ke gigi dan rahang. Episode
ini dapat semakin sering dan semakin lama. Kadang-kadang, gejala yang
timbul berupa sesak napas, berkeringat (dingin), rasa cemas, pusing, atau
mual sampai muntah. Pada perempuan, gejala-gejala tersebut dirasa kurang
menonjol. Namun, gejala tambahan dapat timbul, berupa nyeri perut seperti
terbakar, kulit dingin, pusing, rasa ringan di kepala, dan terkadang disertai
rasa lesu yang luar biasa tanpa sebab yang jelas.
c. Gagal Jantung, Gagal jantung sering terjadi pada umur 65 tahun atau lebih,
dan insiden meningkat pada lansia yang berumur lebih dari 70 tahun.
Keadaan ini merupakan ketidakmampuan jantung memompa darah sesuai
kebutuhan fisiologis. Angka rawat inap gagal jantung pada pasien lansia
semakin bertambah dalam 20 tahun terakhir. Gagal jantung pada usia tua
biasanya disebabkan hipertensi arterial yang memengaruhi pemompaan
darah yang akhirnya menyebabkan gagal jantung atau terjadi akibat PJK.
Hipertensi dan PJK juga mengganggu curah jantung. Kelainan katup
menyebabkan gangguan ejeksi, pengisisan dan preload kronis yang diakhiri
dengan gagal jantung.
3. Sistem Persarafan
a. Penyakit Alzheimer, Penyakit ini merupakan bagian dari demensia. 50-60%
demensia ditimbulkan penyakit Alzheimer. Istilah demensia digunakan
untuk menggambarkan sindrom klinis dengan gejala penurunan daya ingat
dan kemunduran fungsi intelektual lainnya. Pasien mengalami kemunduran
fungsi intelektual yang bersifat menetap, yakni adanya gangguan pada
sedikitnya 3 dari 5 komponen fungsi neurologis, yang mencakup fungsi
berbahasa, mengingat, melihat, emosi, dan memahami.
b. Stroke, Stroke terjadi bila aliran darah ke otak mendadak terganggu atau jika
pembuluh darah di otak pecah sehingga darah mengalir keluar ke jaringan
otak disekitarnya. Sel-sel otak akan mati jika tidak mendapatkan oksigen
dan makanan atau akan mati akibat perdarahan yang menekan jaringan otak
sekitar. Stroke dapat dibagi atas 2 kategori besar, yaitu stroke iskemik dan

16
stroke hemoragik. Yang pertama terjadi akibat penyumbatan aliran darah
sedangkan yang kedua karena pecahnya pembuluh darah. Delapan puluh
persen kasus stroke disebabkan oleh iskemia dan sisąnya akibat perdarahan.
c. Penyakit Parkinson, Penyakit Parkinson menupakan suatu penyakit saraf
dengan gejala utama berupa tremor, kekakuan otot, dan postur tubuh yang
tidak stabil Penyakit ini terjadi akibat sel saraf (neuron) yang mengatur
gerakan mengalami kematian. Ciri penyakit Parkinson merupakan
kelompok gejala yang tergabung dalam kelainan gerakan. Empat gejala
utama Parkinson adalah tremor atau gemetar di tangan, lengan, rahang, atau
kepala; kekakuan di otot atau ekstremitas; bradikinesia, atau perlambatan
gerakan; postur tubuh yang tidak stabil atau gangguan keseimbangan.
Gejala biasanya timbul secara perlahan dan semakin lama semakin parah.
Pada taraf gejala maksimal, pasien tidak dapat berjalan, berbicara, atau
bahkan melakukan suatu pekerjaan yang sederhana. Penyakit ini bersifat
menahun, progresif, tidak menular, dan tidak diturunkan.
4. Sistem Pencernaan
a. Inkontinensia Alvi, Keadaan ketika seseorang kehilangan kontrolnya dalam
mengeluarkan tinja, yaitu pasien mengeluarkan tinja tidak pada waktunya,
tidak dapat menahannya atau terjadi kebocoran produk ekskresi tersebut.
Mereka dengan keluhan ini dalam pergaulan merasa tersisihkan dan rendah
diri yang akhirnya dapat menimbulkan gangguan jiwa.
b. Diare, Keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan frekuensi BAB
lebih dari 3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang cair, terkadang
terdapat ampas dan lendir. Hal ini terjadi karena fungsi fisiologis sistem
pencernaan lansia yang sudah mulai menurun dan juga disebabkan oleh
bakteri dan faktor psikologis.
5. Sistem Perkemihan
a. Gagal Ginjal Akut, Terjadi penurunan mendadak fungsi ginjal dalam
membuang cairan dan ampas darah ke luar tubuh. Jika ginjal tidak mampu
menyaring darah, cairan dan ampas tersebut akan menumpuk dalam tubuh.
Keadaan ini dapat pulih kembali dan jika kondisi pasien cukup baik fungsi

17
ginjal dapat kembali normal dalam beberapa minggu, misalnya akibat
penyakit kronis seperti PJK, stroke, infeksi berat ataupun penyakit penyerta
lainnya. Tanda dan gejalanya dapat berupa penurunan jumlah pengeluaran
urine meskipun sesekali pengeluaran masih dapat terjadi, retensi air yang
dapat menimbulkan edema tungkai, mengantuk, sesak napas, lesu, bingung,
kejang atau koma pada kasus berat, dan nyeri dada akibat perikarditis.
Biasanya pasien tidak memperhatikan tanda/gejala awal ini tetapi lebih
terfokus pada keluhan penyakit penyerta.
b. Gagal Ginjal Kronis, Terjadi penurunan fungsi ginjal yang lambat dengan
tanda/gejala yang minimal. Banyak pasien yang tidak menyadari timbulnya
keadaan tersebut sampai fungsi ginjal hanya tinggal 25%. Penyebabnya
adalah diabetes dan hipertensi. Beberapa tanda dan gejala yang mungkin
dapat diketahui adalah hipertensi, penurunan berat badan tanpa sebab vang
jelas, anemia, mual dan diketahui adalah hipertensi, penurunan berat badan
tanpa sebab yang jelas, anemia, mual dan muntah, lesu dan gelisah,
kelelahan, nyeri kepala tanpa sebab yang jelas, penurunan daya ingat,
kedutan dan kram otot, BAB berdarah, kulit kekuningan, dan rasa gatal.
c. BPH (Benign Prostat Hiperplasia/Hipertropi), BPH adalah pembesaran
jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau
semua komponen prostat, meliputi antara lain: jaringan kelenjar dan
jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra,pars
prostatika. Gejala kliņik țerjadi oleh karena 2 hal, yaitu penyempitan táretta"
yang menyebabkan kesulitan Berkemih dan Retensi air kemih dalam
kandung kemih yang menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi
kandung kemih dan cystitis. Gejala klinik dapat berupa frekuensi berkemih
bertambah, berkemih pada malam hari, kesulitan dalam hal memulai dan
menghentikan berkemih, air kemih masih tetap menetes setelah selesai
berkemih, rasa nyeri pada waktu berkemih.
d. Inkontinensia Urine, Terjadinya pengeluaran urine secara spontan pada
sembarang waktu di luar kehendak. Keadaan ini umum dijumpai pada
lansia. Dari segi medis, inkontinensia mempermudah timbulnya ulkus

18
dekubitus, infeksi saluran kemih, sepsis, gagal ginjal, dan peningkatan
angka kematian.
6. Sistem Muskuloskeletal
a. Osteoartritis, Pada penyakit ini, rasa kaku biasanya timbul pada pagi hari
setelah tidur, dan sendi terasa nyeri jika digerakkan, tetapi dapat menghilang
beberapa saat setelah digerak-gerakan. Rasa nyeri dan kaku dapat timbul
secara bergantian selama beberapa bulan atau tahun. Peradangan ini paling
bersifat asimetris. Osteoartritis terjadi akibat ausnya sendi, yang merusak
tulang rawan pada lapisan terluar sendi karena penggunaan sendi yang
berulang-ulang. Tulang yang berdekatan akan saling bergeser sehingga
menimbulkan rasa nyeri. Penyakit ini biasanya mengenai daerah lutut dan
punggung.
b. Artritis rheumatoid (arthritis simetris) Pada penyakit ini, kaku pada pagi
hari tidak mereda setelah 1 atau 2 jam. Kadang-kadang kaku merupakan
tanda awal penyakit ini. Peradangan sendi lain dapat berupa nyeri dan
keletihan yang semakin berat. Pembengkakan sendi pada beberapa bagian
tubuh seperti tangan, kaki, siku, pergelangan kanan-kiri yang terpapar
secara simetris juga dimasukkan dalam criteria arthritis rheumatoid.
c. Ankylosing spondylitis, Penyakit ini paling sering mengenai tulang
belakang atau bagian lain, seperti bahu, tangan, dan kaki, biasanya secara
asimetris.
d. Psoriatic arthritis, Hingga 30% pengidap psoriasis juga akan mengalami
psoriatic arthritis. Kelainan ini biasanya bersifat asimetris, tetapi juga dapat
timbul secara simetris, menyerupai arthritis rheumatoid.
e. Pirai (gout), Jenis arthritis ini menimbulkan nyeri yang cukup hebat dengan
terjadinya penumpukan asam urat di sendi-sendi. Keadaan ini biasanya
pertama kali mengenai ibu jari kaki sampai berwarna kemerahan dan
bengkak, tetapi juga dapat mengenai sendi lainnya. Rasa nyeri tersebut
dapat cepat berkembang.
f. Artritis, pada lupus Artritis dapat terjadi pada lupus eritematosus, yaitu
penyakit peradangan kronis jaringan ikat yang terjadi karena sistem

19
imunitas tubuh menyerang jaringan atau organ pasien sendiri. Inflamasi
terlihat pada berbagai sistem tubuh yang berbeda, mencakup sendi, kulit,
ginjal, sel darah, jantung, dan paru.
g. Peradangan sendi, Keparahan penyakit ini dinilai berdasarkan derajat
ketidakmampuan pergerakan yang ditimbulkanagai Bagi, SEseomng
dengan fisik yang aktif, gangguan arthritis ringan sudah diänggap
h. Osteoporosis, Keadaan ini merupakan kondisi tulang yang keropos, rapuh,
atau mudah patah. Penyebabnya adalah perubahan kadar hormon,
kekurangan kalsium dan vitamin D, dan/atau kurangnya aktivitas fisik.
Osteoporosis merupakan penyebab utama fraktur orang dewasa terutama
pada kaum perempuan.
7. Sistem Penglihatan
a. Katarak, Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekeruhan pada
lensa mata. Katarak yang tidak mendapatkan penanganan dapat
menyebabkan glaucoma fakomorfik. Lensa mata yang menua pada katarak
dengan zonula siliaris yang lemah dapat tergeser ke depan atau ke belakang
sehingga persepsi cahaya yang memasuki mata menjadi terganggu dan
mengaburkan penglihatan seseorang. Katarak pada lansia ditandai dengan
kekeruhan lensa mata, pembengkakan lensa yang berakhir dengan
pengerutan dan kehilangan sifat transparansinya. Pada keadaan lain katarak
akibat usia lanjut ini, kapsul lensa akan mencair membentuk cairan kental
putih yang menimbulkan peradangan hebat jika kapsul lensa mengalami
rupture dan cairan tersebut keluar, yang disebut katarak Morgagni.
8. Sistem Pendengaran
a. Presbiakusis, Presbiakusis merupakan istilah kedokteran untuk gangguan
pendengaran pada lansia. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia 55 tahun
atau lebih. Penyebab gangguan pendengaran lainnya pada orang berusia tua
antara lain karena infeksi atau kerusakan di telinga dalam. Kemunduran
pendengaran ini muncul bertahap dalam beberapa tahun, yang mungkin
tidak disadari pada awalnya. Gangguan tersebut baru diketahui ketika pasien
mengalami kesulitan mendengar suara orang menelepon atau mengikuti

20
pembicaraan pada kumpulan orang ramai. Teman atau anggota family dapat
terkejut karena pasien menyetel televisi terlalu keras atau meminta
pengulangan pertanyaan berkali-kali. Gangguan pendengaran ini dapat
menimbulkan keterasingan dan ketidakmampuan mendengar tanda bahaya.
9. Sistem Endokrin
a. Diabetes, Seseorang disebut mengidap diabetes jika terdapat kenaikan kadar
gula darah yang menetap. Penyakit ini terjadi pada segala umur, walaupun
umumnya lebih sering dijumpai pada lansia sebagai suatu penyakit kronis,
yaitu sekitar 18% pada kelompok individu berumur 65 tahun dan 25% di
atas 85 tahun. Umumnya terdapat 5 tanda gejala awal, yaitu peningkatan
frekuensi berkemih, rasa haus, bertambahnya nafsu makan, infeksi atau luka
sukar sembuh dan lesu.
10. Sistem Reproduksi
a. Disfungsi Ereksi, Disfungsi ereksi berarti kegagalan terjadinya dan
ketidakmampuan mempertahankan ereksi pada 50% usaha penetrasi pada
persetubuhan. Disfungsi ereksi dapat terjadi dari waktu ke waktu pada
berbagai tingkat umur setelah dewasa. Walaupun insiden disfungsi ereksi
meningkat seiring pertambahan usia, prevalensinya mencapai sekitar 52%
pada umur antara 40-70 tahun dan meningkat pada orang yang lebih tua,
yaitu hampir mencapai 95% pada pria þerumur 370 tahun, terutama dengan
penyakit penyerta 'seperti diabetes. Disfungsf ereksi dapat timbul akibat
gangguan vascular, neurogenik, endokrin, kelainan struktur penis, efek
samping obat, dan stress psikologis

2.1.7 Diagnosa
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak mampu dalam
memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologis.
2. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular
yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk
menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.
3. Kelemahan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskeletal dan neuromuscular.

21
4. Resiko tinggi jatuh berhubungan dengan gangguan fisiologi (Deformitas tulang
lutut kakikanan)
2.2 Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Biologis
A. Pengkajian Data :
Proses pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah keperawatan meliputi aspek:
1. DATA UMUM
Terdiri dari nama kepala keluarga dalam KK, usia, pendidikan, pekerjaan, alamat,
komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, aktifitas rekreasi
keluarga, status sosial ekonomi keluarga.
2. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA :
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti
d. Riwayat keluarga sebelumnya
3. DATA LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
c. Mobilitas geografis keluarga
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e. Sistem pendukung keluarga
4. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi keluarga
b. Struktur kekuatan keluarga
c. Struktur peran
d. Nilai dan norma dan budaya keluarga
5. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
b. Fungsi sosial
c. Fungsi perawatan kesehatan
d. Fungsi reproduksi
e. Fungsi ekonomi

22
6. STRESS DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
c. Strategi koping yang digunakan
7. HARAPAN KELUARGA
 ASPEK PENGKAJIAN
1) Fisik
- Wawancara
a. Pandangan lansia tentang kesehatnannya
b. Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
c. Kegiatan lansia merawat diri sendiri
d. Kekuatan fisik lansia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil
f. Kebiasaan gerak badan/olah raga/senam lansia
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
h. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat
i. Masalah-masalah seksual yang dirasakan
2) Psikologis
a. Apakah mengenal masalah-masalah utamanya.
b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
d. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
e. Bagaimana mangatasi stres yang dialami
f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
g. Apakah lansia sering mengalami kegagalan
h. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses piki, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.
3) Sosial ekonomi
a. Darimana sumber keuangan lansia

23
b. Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang
c. Dengan siapa dia tinggal
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia
e. Bagaimana pandangan lansia thd lingkungannya
f. Berapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
g. Siapa saja yang biasa mengunjungi
h. Seberapa besar ketergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang
ada
4) Spiritual
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin
c. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa
d. Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal

- Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan dilakukan dengan cara ispeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
dengan pendekatan head to toe dan per system
B1 (Respiration) : Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan
kekuatan, dan menjadi kaku.
b. Aktivitas silia menurun.
c. Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman
bernafas menurun.
d. Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah
berkurang.
e. Berkurangnya elastisitas bronkus.

24
f. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
g. Karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu.
h. Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang.
i. Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
j. Sering terjadi emfisema senilis.
k. Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun
seiring pertambahan usia.
B2 ( Bledding) : Sistem Kardiovaskuler
a. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Elastisitas dinding aorta menurun
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan kontraksi dan volume menurun
d. Curah jantung menurun.
e. Kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi
dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).
f. Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan.
g. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer, sistol normal ±170 mmHg, diastol normal ± 95 mmHg.
B3 ( Brain) : Sistem Persarafan
a. Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun.
b. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap
harinya).
c. Mengecilnya saraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya
respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan
perasa, lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin
rendah.
d. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
e. Defisit memori.
B4 ( Bladder ) : Sistem Genitourinaria

25
a. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,
melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit)
terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di gromerulus).
Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya, kemampuan
mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun, proteinuria
(biasanya +1), BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%,
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Keseimbangan
elektrolit dan asam lebih mudah terganggu bila dibandingkan dengan usia
muda. Renal plasma flow (RPF) dan glomerular filtration rate (GFR) atau
klirens kreatinin menurun secara linier sejak usia 30 tahun. Jumlah darah
yang difiltrasi oleh ginjal berkurang.
b. Vesika urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200
ml atau menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Pada pria
lanjut usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan
retensi urine meningkat.
c. Pembesaran prostat. Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65
tahun.
B5 ( Bowel ) : Sistem Pencernaan
a. Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi
yang buruk.
b. Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi
indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah,
terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf pengecap
terhadap rasa asin, asam, dan pahit.
c. Esofagus melebar.
d. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

26
f. Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu, terutama
karbohidrat).
g. Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah
berkurang.
B6 ( Bone ) : Tulang, Otot, dan Integumen
a. System musculoskeletal
1) Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
2) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
3) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebrata,
pergelangan, dan paha.
4) Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang
tersebut.
5) Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak
dan aus.
6) Kifosis.
7) Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
8) Gangguan gaya berjalan.
9) Kekakuan jaringan penghubung.
10) Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang).
11) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
12) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi
lamban, otot kram, dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup
rumit dan sulit dipahami).
13) Komposisi otot berubah sepanjang waktu (myofibril digantikan oleh
lemak, kolagen, dan jaringan parut).
14) Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
15) Otot polos tidak begitu berpengaruh.
b. System integument
1) Kulit menjadi keriput dan mengkerut akibat kehilangan jaringan
lemak.

27
2) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena
kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel
epidermis).
3) Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak
merata pada permukaan kulit sehingga tampak berbintik-bintik atau
noda cokelat.
4) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut
halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis.
5) Respons terhadap trauma menurun.
6) Mekanisme proteksi kulit menurun: produksi serum menurun,
produksi vitamin D menurun, pigmentasi kulit terganggu.
7) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
8) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
9) Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan
vaskularisasi.
10) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
11) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
12) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
13) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
14) Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.

28
B. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan internvensi keperawatan dimana tindakan
yang di perlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan.

C. Evaluasi
a. Asupan nutrisi pasien tidak bermasalah, asupan makanan dan cairan tidak
bermasalah dan berat badan ideal.
b. Pasien mampu kontinensia urin, merespon dengan cepat keinginan buang air kecil
(bak), mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu, mampu
memprediksi pengeluaran urin.
c. Pasien dapat memposisikan penampilan tubuh, ambulasi : berjalan, menggerakan
otot dan mengkolaborasikan gerakan.

29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses menua bersifat individual, Fungsi masing-masing organ pada usia lanjut
menurun secara kualitatif dan kuantitatif, dan ini sudah dimulai sejak usia 30 tahun. Telah
diuraikan berbagai penyakit yang mungkin timbul pada lansia dengan pencegahan dan
penatalaksanaannya. Bagaimana menjaga kebugaran pada lansia dengan olahraga dan
pedoman umum gizi seimbang. Di sini perawat mempunyai peranan penting mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan seebagai supporter,
edukatif pada klien lanjut usia, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai
penampung rahasia, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan waktu yang cukup banyak untuk
menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas

3.2 Saran
Saran agar selalu memperhatikan apa saja yang menjadi kebutuhan pokok, kondisi dan
hambatan yang mungkin terjadi pada klien, juga disarankan untuk selalu memegang prinsip
prinsip “Tripple S”, yaitu Sabar, Simpatik, dan Service.

30
DAFTAR PUSTAKA

Martono Hadi dan Kris Pranaka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Hardywinoto dan Tony Setiabudhi. 2005. Panduan Gerontologi Tinjauan dari berbagai aspek.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Ed. 3. Jakarta: EGC.

Setiabudhi, Tony dan Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi: Tinjauan dari Berbagai Aspek.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

31

Anda mungkin juga menyukai