Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

POST PARTUM SPONTAN

OLEH

NAMA : NI PUTU LINDA KUSUMA WARDANI

NIM : 17.321.2701

KELAS : A11-A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2019
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil. Partus di anggap spontan atau normal jika wanita
berada dalam masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi
puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam. Partus spontan adalah
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan dengan
ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obatobatan( Bobak, 2010). Partus dibagi
menjadi 4 kala :
a. kala I
Kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b. Kala II
Gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3
menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban
pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban
pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua
kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala
membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar.
Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik
ke bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di
ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III
Setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya
bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat ditandai
dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah
panjang dan terjadi perdarahan.
d. Kala IV
Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang
dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital,
kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
2. Etiologi/ penyebab
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
a. Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi
penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone adalah
Sebagai penenang otot- otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua Turunnya kadar hormone estrogen dan
progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan
kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang
menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-
plasenta.
d. Teori iritasi mekanik Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus
franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala
janin akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi (pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
3. Patofisiologi/ phatway
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah,
kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang
lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24
jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis. Uterus, pada waktu hamil
penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500
gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu
minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu
keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron
bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa
pasca partum penurunan kadar hormon menyebabkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab
ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi intensitas
Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga
terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat
besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh
darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan
bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu
hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus
bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi
uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera
setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada
payudara merangsang pelepasan oksitosin.
POSTPARTUM NORMAL
4. Klasifikasi
Klasifikasi masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan.
b. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara
menyeluruh dengan lama ± 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu
yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan
ataupun tahunan.
5. Gejala Kinis
1. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah plasenta
lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini menyebabkan
rasa nyeri/mules-mules yang disebut after pain post partum terjadi pada hari
ke 2 sampai 3 hari.
2. Kontraksi uterus Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan
berguna untuk mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1-2 jam post
partum, kontraksi menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit
pembuluh darah pada uteri sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat
berhenti 2-3 hari.
3. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After
pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan
darah (stoll cell) dalam cavum uteri.
4. Endometrium Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi
pada stratum spunglosum, bagian atas setelah 2- 3 hari tampak bahwa lapisan
atas dari stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia.
Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu
endometrium tumbuh kembali. Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak
menimbulkan jaringan parut, tetapi endometrium baru, tumbuh di bawah
permukaan dari pinggir luka.
5. Ovarium Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui
mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
6. Lochia
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas,
sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembangbiak.
Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir pada waktu
menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk. Lochia dibagi dalam beberapa
jenis:
a. Lochia rubra pada hari 1- 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-
sisa chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
b. Lochia sanguinolenta, dikeluarkan hari ke 3- 7 warna merah kecoklatan
bercampur lendir, banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman
penyakit yang mati.
c. Lochia serosa, dikeluarkan hari ke 7- 10, setelah satu minggu berwarna
agak kuning cair dan tidak berdarah lagi.
d. Lochia alba Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang
telah mati.
7. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari
dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya
dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat
laun mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada
minggu ke-3 post partum, rugae mulai nampak kembali.
8. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang
begitu lama. Setelah 2- 3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat
striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat
janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
9. Perubahan Sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan
eksresi cairan extra vasculer. Curah jantung/cardiac output kembali normal
setelah partus.
10. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan
hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang
oedema trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio
urin. Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.
11. Perubahan sistem Gastro Intestina.
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2- 3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum
karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas.
12. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari
ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang,
membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler).
13. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang
dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae. Colustrum yaitu cairan
kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035 reaksi alkalis dan mengandung
protein dan garam, juga euglobin yang mengandung antibodi. bayi yang
terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra indikasi.
14. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali
dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui
vagina ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya
vagina.
15. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan ini
akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring
lepasnya
16. Placenta
Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme
kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu pertama.
17. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan
ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus
diperhatikan secara serius.
18. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24
hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin
meningkat untuk proses laktasi.
6. Pemeriksaan diagnostik/ Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca partum.
Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama
pada partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
2. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan
tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium
untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika
cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal
ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan
therapy yang mungkin.
7. Theraphy/ Tindakan penanganan
Pengobatan dengan antibiotik hingga 48 jam bebas demam dengan
ampisilin 2 gm IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam
ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam.
8. Penatalaksanaan
Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara
melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai
terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki
bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka.
Selain itu dapat dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup
(Moctar, 1998). Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur
perineum adalah:
1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera
memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta
lahir tidak lengkap.
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat
dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan
lahir, selanjutnya dilakukan penjahitan. Prinsip melakukan jahitan pada
robekan perineum :
a. Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah
dalam/proksimal ke arah luar/distal. Jahitan dilakukan lapis demi
lapis, dari lapis dalam kemudian lapis luar.
b. Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada
perdarahan dan aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan
segera dijahit dengan menggunakan benang catgut secara jelujur
atau dengan cara angka delapan.
c. Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II jika
ditemukan robekan tidak rata atau bergerigi harus diratakan
terlebih dahulu sebelum dilakukan penjahitan. Pertama otot dijahit
dengan catgut kemudian selaput lendir. Vagina dijahit dengan
catgut secara terputus-putus atau jelujur. Penjahitan mukosa vagina
dimulai dari puncak robekan. Kulit perineum dijahit dengan
benang catgut secara jelujur.
d. Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada
dinding depan rektum yang robek, kemudian fasia perirektal dan
fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik sehingga
bertemu kembali.
e. Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani yang
terpisah karena robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian
dijahit antara 2-3 jahitan catgut kromik sehingga bertemu kembali.
Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit
robekan perineum tingkat I.
f. Meminimalkan Derajat Ruptur Perineum
Persalinan yang salah merupakan salah satu sebab terjadinya ruptur
perineum. Menurut Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008)
kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang tepat
dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayim
untuk mencegah laserasi atau meminimalkan robekan pada
perineum.
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan,
dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :
a. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan
preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi,
stress, atau dehidrasi.
b. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan
perdarahan darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan
syok, maka cairan pengganti merupakan tindakan yang vital,
seperti Dextrose atau Ringer.
c. Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan
dengan cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk
membantu kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan post
partum.
d. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative,
alaraktik, narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya
sensori, obat ini diberikan secara regional/ umum.

B. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat ibu
1) Biodata ibu.
2) Penolong.
3) Jenis persalinan.
4) Masalah-masalah persalinan.
5) Nyeri.
6) Menyusui atau tidak.
7) Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi, pengeluaran per
vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara. 8) Rencana masa datang :
kontrasepsi yang akan digunakan.
b. Riwayat sosial ekonomi
1) Respon ibu dan keluarga terhadap bayi.
2) Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah.
3) Para pembuat keputusan di rumah.
4) Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.
5) Kepercayaan dan adat istiadat
c. Riwayat bayi
1) Menyusu.
2) Keadan tali pusat.
3) Vaksinasi.
4) Buang air kecil/besar.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Suhu tubuh.
b) Denyut nadi.
c) Tekanan darah.
d) Tanda-tanda anemia.
e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
f) Refleks.
g) Varises.
h) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness).
2) Pemeriksaan payudara
a) Putting susu : pecah, pendek, rata.
b) Nyeri tekan.
c) Abses.
d) Pembengkakan/ASI terhenti.
e) Pengeluaran ASI.
3) Pemeriksaan perut / uterus
a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.
b) Kontraksi uterus.
c) Ukuran kandung kemih.
4) Pemeriksaan vulva/perineum
a) Pengeluaran lokhia.
b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
c) Pembengkakan.
d) Luka.
e) Henoroid
5) Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
6) Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
7) Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (post partum blues sering terlihat kira-
kira 3 hari setelah melahirkan)
8) Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima
9) Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
10) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/ pembesaran dapat terjadi diantara hari ketiga
sampai kelima pasca partum.
11) Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun
kira-kira 1 lebar jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari
kedua sampai ketiga, berlanjut menjadi lokhia serosa dengan aliran
tergantung pada posisi (misal: rekumben versus ambulasi berdiri) dan
aktivitas (misal: menyusui). Payudara: produksi kolostrum 48 jam
pertama, berlanjut pada suhu matur, biasanya pada hari ketiga; mungkin
lebih dini, tergantung kapan menyusui dimulai.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan pembengkakan
payudarah dimana alveoli mulai terisi ASI ditandai dengan payudara
membengkak, mengeluh tidak nyaman, tekanan darah meningkat, nadi
meningkat.
b. Risiko ketidakseimbangan cairan dengan faktor risiko trauma/pendarahan
c. Risiko infeksi dengan faktor risiko peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan.
3. Intervensi

NO TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA HASIL
1. Setelah dilakukan asuhan - Memonitor tanda- - Mengetahui
selama…x 24 jam diharapkan tanda vital tanda-tanda
ketidaknyaman pasien berkurang - Mengajarkan ibu vital pasien
dengan kriteria hasil: untuk merawat - Menngajarkan
- Tekanan darah menjadi payudara dengan cara merawat
normal 120/80 mmhg baik payudara yang
- Payudarah menjadi - Memberikan baik akan
nyaman lingkungan membantu
- Pasien merasa nyaman kenyaman bagi mengurangi
- Nadi menjadi normal pasien pembengkakan
80x/menit - Memberikan edukasi pada payudara
tentang kesehatan dan ibu dapat
payudara memberikan
- Kolaborasikan ASI ke bayi
dengan konseling dengan
nyaman.
- Memberikan
lingkungan
yang nyaman
dapat
mengurangi
stress pada ibu
postpartum
- Edukasi dapat
membantu
memberikan
informasi
tentang
payudara.
- Kolaborasi
membantu
pasien agar
tidak stress
dengan
perubahan yang
terjadi pada
orang
kehidupannya
menjadi
seorang ibu.
2. Setelah dilakukan asuhan 1. Memonitor risiko 1. Mengetahui
keperawatan diharapkan pasien pendarahan pada risiko
tidak mengalami pasien pendarahan
ketidakseimbangan cairan 2. Catat nilai- nilai pada pasien
dengan kriteria hasil: hemoglobin dan 2. Hemoglobin
- Tekanan darah normal hematocrit sebelum dan hematocrit
120/80 mmhg dan setelah pasien dapat
- Turgor kulit elastis kehilangan darah membantu
- Tekanan nadi normal sesuai indikasi mengetahui
80x/menit 3. Intruksikan pada seberapa pasien
pasien dan keluarga kehilangan
tentang tanda- tanda darah pada
pendarahan tubuhnya;
4. Kolaborasikan 3. Dengan
pemberian terapi menegtahui
yang tepat bagi tanda- tanda
pasien pendarahan
pasein dapat
lebih cepat
melakukan
pencegahan
4. Kolaborasi
akan membantu
untuk
memberikan
terapi yang
tepat untuk
pasien
3. Setelah dilakukan - Monitor tanda- tanda - Mengetahui
perawatan..x24 jam diharapkan vital tanda- tanda
pasien tidak mengalami infeksi - Menjaga lingkungan vital pasien
dengan kriteria hasil: pasien tetap bersih - Kebersihan
- Tekanan darah normal dan nyaman lingkungan
120/80 mmhg - Mengajarakan pasien akan mencegah
- Suhu tubuh normal tentang cara pasien dari
37,5oC pencegahan infeksi risiko infeksi
- Nadi normal 80x/menit - Kolaborasikan - Dengan tahu
pemberian antibiotik bagaimana cara
untuk mencegah mengcegah
infeksi infeksi akan
membantu
pasien terhindar
dari infeksi
- Kolaborasi
membantu
memberikan
terapi yang
tepat bagi
pasien

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan menyesuaikan dengan intervensi yang direncanakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan yang dilakukan
dengan format SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2009). Patofisiologi: Buku Saku. Ed.3 Jakarta:EGC

Moorhead, sue, dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Diterjemahkan oleh


Nurjannah, Intansari,dkk2016. Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi
kelima. Yogyakarta:Mocomedia

M. Bulechek, Gloria,dkk.2013. Nursing Interventions classification (NIC). Diterjemahkan oleh


Nurjannah, Intansari,dkk2016. Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi
kelima. Yogyakarta:Mocomedia

Dini. 2013. POST PARTUM. Tersedia pada:

https://www.academia.edu/33976416/Lp_POST_PARTUM_SPONTAN

Anda mungkin juga menyukai