KEPERAWATAN TEORI
“POST SC DENGAN RIWAYAT KETUBAN PECAH
DINI”
DI RUANG MERPATI RSUD DR SOETOMO SURABAYA
Disusun Oleh :
SAFIRA QIBTIYA
P27820821046
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
d) Faktor Janin
(1) Berat Badan Bayi Baru lahir : Berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram.
Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan melalui vagina
seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang klavikula, dan
kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada
perineum.
(2) Presentasi : Letak hubungan sumbu memanjang janin dengan sumbu memanjang
panggul ibu.
(a) Presentasi Muka : Letak janin memanjang, sikap extensi sempurna dengan
diameter pada waktu masuk panggul atau diameter submentobregmatika sebesar
9,5 cm.
(b) Presentasi Dahi : Sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini berlawanan
dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna.
e) Faktor Persalinan Pervaginam
(1) Vakum ekstrasi : Tindakan bantuan persalinan, janin dilahirkan dengan ekstrasi
menggunakan tekanan negatif dengan alat vacum yang dipasang di kepalanya.
(2) Ekstrasi Cunam/Forsep : Suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan cunam
yang dipasang di kepala janin.
(3) Embriotomi : Prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan
pengurangan volume dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk
melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut (Syaifuddin, 2009).
(4) Persalinan Presipitatus : Persalinan yang berlangsung sangat cepat, berlangsung
kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi uterus dan rahim
yang terlau kuat. (Cunningham, 2009).
1.3 Patofisiologi
a. Adaptasi Fisiologi
1) Infolusi uterus adalah Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus.Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di
bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis.
Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar
setelah hamil.
2) Kontraksi intensitas meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi
sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksigen
yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi
uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah
plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di
payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin.
b. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :
1) Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan
perlindungan dan pelayanan.
2) Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini dimulai pada hari ketiga
setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu
siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang semua halhal baru. Selama fase ini
sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber
informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
3) Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan
rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
1.4 Manifestasi Klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan.
a. Sistem reproduksi
1) Proses involusi : Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
2) Kontraksi :Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, hormon
oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis.
3) Tempat plasenta : Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular
dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak
teratur
4) Lochea : Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris trofoblastik. Lochea serosa
terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Lochea alba mengandung
leukosit,
desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah
bayi lahir.
5) Serviks : Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama
beberapa hari setelah ibu melahirkan.
6) Vagina : Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran
sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
b. Sistem endokrin
1) Hormon plasenta : Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol,
serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar
gula
darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium.
2) Hormon hipofisis : Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan
tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya
berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikelstimulating hormone terbukti sama
pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap
stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat
3) Abdomen : Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6
minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil.
4) Sistem urinarius : Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan.
5) Sistem cerna : Nafsu makan, Mortilitas, Defekasi
6) Payudara : Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payudara selama
wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison,
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
a. Ibu tidak menyusui : Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang
tidak menyusui
b. Ibu yang menyusui : Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum.
7) Sistem kardiovaskuler
a. Volume darah : Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi
terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan volume
darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir,
volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum lahir.
b. Curah jantung : denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat
sepanjang masa hamil.
c. Tanda-tanda vital : Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita
dalam keadaan normal
8) Sistem neurologi : Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan
adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami
wanita saat
bersalin dan melahirkan.
9) Sistem muskuluskeletal : Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa
hamil Adaptasi ini mencakup hal-halyang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi
dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.
10) Sistem integument : Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir.
1.5 Komplikasi
a. Perdarahan : Kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan
didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
1) Kehilangan darah lebih dari 500 cc
2) Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
3) Hb turun sampai 3 gram %.
tiga penyebab utama perdarahan antara lain :
a) Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik dan ini
merupakan sebab utama dari perdarahan post partum.
b) laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan
perdarahan banyak bila tidak direparasi dengan segera dan terasa nyeri.
c) Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh
gangguan kontraksi uterus.
d) Lain-lain
(1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus sehingga masih ada
pembuluh darah yang tetap terbuka
(2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut pada uterus
setelah jalan lahir hidup.
(3) Inversio uteri (Wiknjosastro, 2009).
b. Infeksi puerperalis di definisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post
partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0 dalam 2
hari selama 10 hari pertama post partum.
c. Endometritis adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebabkan oleh infeksi puerperalis.
Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki resiko tinggi terjadinya
endometritis
d. Mastitis Yaitu infeksi pada payudara.
e. Infeksi saluran kemih Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan
resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan
bakterigram negatif lainnya.
f. Tromboplebitis dan thrombosis Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi
dan meningkatnya status vena tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah
dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis
superfisial terjadi 1 kasus dari 500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
menyebabkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi.
g. Emboli yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil
h. Post partum depresi : ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya antara lain, kurang
konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya.
i. Tanda – Tanda Bahaya Post Partum
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat
dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir. Tanda-tanda yang
mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :
1) Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2) Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
3) Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada mukosa vagina.
Seksio sesaria didefinisikan sebagai suatu persalinan yang dilakukan ketika proses
persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi
medis lainnya (Purwoastuti, 2015)
Seksio sesarea merupakan suatu pelahiran janin melalui insisi yang dibuat pada dinding
abdomen dan uterus,tindakan ini dipertimbangkan sebagai pembedahan abdomen mayor
(Reeder,dkk 2014)
2.2 Klasifikasi Sectio Caesaria
Menurut Reeder,dkk (2014),klasifikasi sectio caesaria ada dua,diantaranya :
a. Persalinan Cesaria Melintang
Pelahiran caesaria melintang atau segmen-bawah, merupakan pelahiran sesarea yang
pada umumnya dipilih karena berbagai alasan. Insisi dibuat pada segmen bawah
uterus, yang merupakan bagian paling tipis dengan aktivitas uterus yang paling
sedikit, maka pada tipe insisi secara segmen-bawah ini kehilangan darah dapat
diminimalkan. Area ini lebih mudah mengalami pemulihan, dan mengurangi
kemungkinan terjadinya ruptur jaringan parut pada kehamilan berikutnya. Selain itu,
juga insidensi peritonitis, ileus paralisis, dan perlekatan usus lebih rendah.
b. Persalinan Caesaria Klasik
Sebuah insisi tegak lurus dibuat langsung pada dinding korpus uterus. Janin dan
plasenta dikeluarkan, dan insisi ditutup dengan tiga lapisan jahitan. Tindakan ini
dilakukan dengan menembus lapisan uterus yang paling tebal pada korpus uterus.
Hal ini terutama bermanfaat ketika kandung kemih dan segmen bawah mengalami
perlekatan yang ekstensif akibat sectio caecarea sebelumnya. kadangkala, tindakan
ini dipilih saat janin dalam posisi melintang atau pada kasus plasenta previa
anterior.
2.3 Indikasi Sectio Caesaria
Menurut Reeder, dkk (2014), indikasi persalinan caesaria yang dibenarkan dapat terjadi
secara tunggal atau secara kombinasi, merupakan suatu hal yang sifatnya relatif dari pada
mutlak.
a.Ibu dan janin
Distosia, hal ini mungkin berhubungan dengan ketidaksesuaian antara ukuran panggul
dengan ukuran kepala janin (disproporsi sefalopelvik), kegagalan induksi, dan aksi
kontraksi uterus yang abnormal.
b. Ibu
Penyakit ibu yang berat, seperti penyakit jantung, diabetes melitus, preeklamsia berat
atau eklampsia dan kanker serviks. Pembedahan uterus sebelumnya,
sepertimiomektomi, pelahiran sesarea sebelumnya dengan insisi klasik, atau
rekontruksi uterus. Obstruksi jalan lahir karena adanya fibroid atau tumor ovarium.
c. Janin
Gawat janin, seperti janin dengan kasus prolaps tali pusat, insufiensi uteroplasenta
berat, malpresentasi seperti janin letak lintang.
d. Plasenta
Plasenta previa,pemisahan plasenta sebelum waktunya (solusio).
Menurut Purwoastuti (2015),indikasi yang dapat dilakukan sectio caesaria diantaranya :
a. Fetal distress
b. Komplikasi preeklampsia
c. Kegagalan persalinan dengan alat bantu
d. Bayi besar (makrosomia)
e. Masalah plasenta seperti plasenta previa
f. Riwayat persalinan sectio caesaria sebelumnya
g. CPD (Cephalo Pelvic Disproportion) yaitu proporsi panggul dan kepala bayi tidak pas,
sehingga persalinan terhambat.
1.4 Komplikasi Sectio Caesaria
Menurut Sofian (2012), komplikasi yang dapat terjadi post sectio caesaria diantaranya :
a. Pada Ibu
1) Infeksi Puerperalis
Infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang muncul
setelah persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta.Tanda dan
gejalanya seperti suhu tubuh 39oC sampai40oC, pada palpasi uterus teraba
membesar, lembek dan klien mengeluh nyeri, lokia banyak dan berbau.
Penanganannya dengan pemberian antibiotik, pemberian cairan dan tindakan
lainnya seperti untuk kelancaran pengaliran lokea, pasiendianjurkan untuk posisi
fowler (Maryunani, 2013).
2) Perdarahan
Biasanya didefinisikan sebagai kehilangandarah lebih dari 1000 ml post sectio
caesarea. Perdarahan disebabkan karena adanya laserasisehingga banyaknya
pembuluh darah yang terbuka, retensio plasenta, atonia uterus yang di sebabkan oleh
distensi kandung kemih.Perdarahan atau hemoragic dapat menyebabkan syok
(Medforth, dkk, 2011).
3) Komplikasi-komplikasi lain seperti kerusakan organ-organ vesika urinaria dan uterus
4) Aspirasi atau komplikasi lain yang berhubungan dengan anestesi
5) Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang.
b. Pada Bayi
1) Kelahiran bayi prematur
Kelahiran prematur adalah bayi yang lahir sebelum memasuki usia kehamilan 37
minggu.Kebanyakan bayi prematur akan menderita beberapa komplikasi karena
perkembangan organ mereka belum sempurna (Purwoastuti, 2015).
2) Kematian bayi
Kematian bayi pasca sectio caesaria bergantung pada keadaan janin sebelum operasi,
angka kematian bayi sekitar 4-7%.
3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu proses
kolaborasi melibatkan perawat, ibu, dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan
melalui wawancara dan pemeriksaan fisik (Mitayani, 2013)
2.1.1 Identitas Klien
biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan
diagnosa keperawatan.
2.1.2 Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar pervagina
secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus,yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien
2.1.3 Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya menjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
2) Pola Nutrisi
Pasien dengan post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini
cenderung mengalami peningkatan nafsu makan karena ada keinginan untuk
menyusui bayinya.
3) Pola Eliminasi
Pasien dengan post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini
cenderung mengalami perasaan sering/susah kencing selama masa nifas yang
ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
buang air besar (BAB)
4) Pola Istirahat dan Tidur
Pasien dengan post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini cenderung
mengalami perubahan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang
bayi dan nyeri abdomen bagian bawah bekas operasi.
5) Pola Hubungan dan Peran
Pasien dengan post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini
cenderung mengalami perubahan peran pada klien, karena kehadiran bayi
sehingga menambah anggota baru dalam keluarga.
6) Pola Sensori dan Kognitif
Pasien dengan post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini cenderung
mengalami perubahan pola sensori,klien merasakan nyeri pada bekas luka di
bagian bawah abdomen, pada pola kognitif biasanya klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pasien dengan post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini cenderung
mengalami kecemasan terhadap keadaan kesehatannya dan bayinya.
8) Pola Reproduksi dan Sosial
Pasien dengan post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini cenderung
mengalami disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.
9) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu
dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah partus sehingga aktifitas klien
dibantu oleh keluarganya (Asrining, dkk. 2003)
2.1.4 Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Pasien dengan post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini biasanya tidak
ada masalah pada kepala, dikepala dapat dinilai kebersihan, serta pada rambut
apakah ada kerontokan
2) Wajah
Pasien dengan post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini cenderung
mengalami wajah pucat, dan biasanya terdapat cloasma gravidarum.
3) Mata
Pasien dengan post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini terkadang
terdapat pembengkakan pada kelopak mata, cenderung mengalami konjungtiva anemis
karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera sedikit ikterik.
4) Telinga
Telinga simetris, pada telinga dapat dinilai bagaimana kebersihannya, periksa
adakah cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung
Pada hidung tidak terdapat pernafasan cupping hidung dan polip
6) Leher
Biasanya ditemukan adanya pembesaran kelenjar tiroid karena adanya proses
menerang yang salah, periksa apakah ada pembesaran kelenjar getah bening dan
vena jugularis
7) Payudara
Inspeksi : pada payudara biasanya tidak simetris, terdapat pembesaran
payudara,pada areola mamae terjadi hiperpigmentasi, papila mamae
menonjol/datar/ dan tampak bersih atau tidak
Palpasi : ASI/ kolostrum ada tetapi sedikit, payudara teraba membengkak dan keras.
8) Abdomen
Inspeksi : Akan tampak ada luka bekas operasi, biasanya posisi luka operasi
melintang atau tegak lurus, biasanya tampak ada strie, linea nigra atau alba
Palpasi : Pada hari pertama partum tinggi fundus uterisetinggi pusat, posisi
uterus medial atau lateral, kontraksi uterus bisa teraba keras atau lunak
9) Genitalia
Genitalia:Pada hari pertama partum kien terpasang kateter
a.Lochea :Pada fase immediet yang terjadi pada 24 jam pertama, jenis lochea rubra
yang pada umumnya berwarna merah muda. Selanjutnya pada fase early yang
dimulai 24 Jam pertama sampai satu minggu, jenis lochea sangunolenta dimulai
hari ke 3 –7 hari post partum, dan lochea serosa yang dimulai dari hari 7 –14 hari
pasca persalinan, dan lochea alba setelah 2 minggu post partum.
b.Haemorhoid : Biasanya tidak ada haemoroid
10) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
11) Ekstremitas
Atas:Klien terpasang infus,tampakada edema, biasanya teraba dingin, dan tanpak
sedikit pucat.
Bawah:Biasanya ada edema, biasanya tidak terdapat varises, biasanya teraba sedikit
dingin, dan tanpak sedikit pucat
12) Muskuloskeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka episiotomi
2.2 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada kasus post sectio caesaria atas indikasi
ketuban pecah dini (NANDA International, 2015)
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
2. Risiko Infeksi ditandai dengan ketuban pecah dini (D.0142)
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (D.0111)
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (D.0129)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
(D.0056)
5. Ansietas berhubungan dengan persalinan prematur dan neonatus berpotensi lahir berprematur
(D.0080)