POST PARTUM
DISUSUN OLEH :
B. Etiologi
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi post partum dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan
hematoma.
2. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi di daerah
insersi plasenta dari luka bekas secsio
C. Manifestasi Klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan.
1. Perubahan Fisiologis pada masa nifas: (Walyani, 2015)
A. Sistem reproduksi
2. Proses involusi Uteri : Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus.
3. Kontraksi :Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu
hemostasis.
4. Tempat plasenta : Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi
vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi
dan bernodul tidak teratur.
5. Lochea : Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris trofoblastik.
Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan.
Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri.
Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
6. Serviks : Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh
selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
7. Vagina : Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
B. Sistem endokrin
1. Hormon plasenta : Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan
kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik
kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada
masa puerperium.
2. Hormon hipofisis : Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita
menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada
wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar
follikelstimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak
menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika
kadar prolaktin meningkat
3. Abdomen : Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan,
abdomenya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih
hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan
sebelum hamil.
4. Sistem urinarius : Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan.
5. Sistem cerna : Nafsu makan, Mortilitas, Defekasi
6. Payudara : Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payudara
selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin,
prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
7. Sistem kardiovaskuler
1. Volume darah : Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor
misalnya Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total
yang cepat tetapi terbatas.
2. Curah jantung : denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung
meningkat sepanjang masa hamil.
3. Tanda-tanda vital : Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika
wanita dalam keadaan normal
8. Sistem neurologi : Perubahan neurologis selama puerperium merupakan
kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat 18 wanita hamil dan disebapkan
trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
9. Sistem muskuluskeletal : Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi
selama masa hamil Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.
10. Sistem integument : Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya
menghilang saat kehamilan berakhir.
2. Perubahan Psikologis Nifas
5. Penatalaksanaan
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan, dilakukan berbagai
macam penatalaksanaan, diantaranya :
1) Monitor TTV Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan
preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau
dehidrasi.
2) Pemberian cairan intravena Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan
kemampuan perdarahan darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan
syok, maka cairan pengganti merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau
Ringer.
3) Pemberian oksitosin Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit)
ditambahkan dengan cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk
membantu kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan post partum.
4) Obat nyeri Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik,
narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan
secara regional/ umum
6. Phatway
B. KONSEP ASKEP
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan
kanan darah sebelum hamil selama beberapa hari bidan bertanggung jawab
mengkaji resiko preeklamsi pascapartum, komplikasi yang relatif jarang, tetapi
serius, jika peningkatan tekanan darah signifikan.
Suhu Suhu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama periode
intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum. Perhatikan adanya
kenaikan suhu samapi 38 derajat pada hari kedua sampai hari kesepuluh yang
menunjukkan adanya morbiditas puerperalis.
Nadi Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal
selama beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan,
dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi
diatas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan
adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.
Pernapasan Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam
pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan
evaluasi adanya kondisi – kondisi seperti kelebihan cairan, seperti eksaserbasi
asma, dan emboli paru.
2. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
3. Kepala,wajah dan leher
Periksa ekspresi wajah, adaya oedema, sclera dan konjuctiva mata, mukosa mulut, adanya
pembesaran limfe, pembesaran kelenjar thiroid dan bendungan vena jugolaris.
4. Dada dan payudara
Auskultasi jantung dan paru-paru sesuai ondikasi keluhan ibu, atau perubahan nyata pada
penampilan atau tanda-tanda vital. Pengakajian payudara pada periode awal pascapartum
meliputi penampilan, Pem-besaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan
integritasi puting, posisi bayi pada payudara, stimulation nepple erexi adanya kolostrum,
apakah payudara terisi susu, Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, dan adanya
sumbatan ductus, kongesti, dan tanda – tanda mastitis potensial. Perabaan pembesaran
kelenjar getah bening diketiak.
5. Abdomen dan uterus
Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal),
musculus rectus abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis recti dan kandung kemih,
distensi, striae. Untuk involusi uterus periksa kontraksi uterus, konsistensi (keras, lunak,
boggy), perabaan distensi kandung kemih, posisi dan tinggi fundus uteri. : Tinggi fundus
uterus, lokasi, kontraksi uterus, dan nyeri.
6. Genitalia
Pengkajian perineum terhadap memar, oedema, hematoma, penyembuhan setiap jahitan,
inflamasi. Pemeriksaan type, kuantitas dan bau lokea. Pemeriksaan anus terhadap adanya
hemoroid.
7. Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya oedema, nyeri tekan atau panas pada betis
adanya tanda homan, refleks. Tanda Homan didapatkan dengan meletakkan satu tangan
pada lutut ibu, dan lakukan tekanan ringan untuk menjaga tungkai tetap lurus. Dorsifleksi
kaki tersebut jika terdapat nyeri pada betis maka tanda homan positif.
8. Perubahan psikologis
Setelah proses persalinan, terjadi perubahan yang dramatis bagi seorang ibu dimana ia
kini mempunyai bayi yang harus dilindungi dan dipenuhi kebutuhannya. Dalam
perubahan psikologis terdapat beberapa periode yaitu periode Taking In, Periode Taking
Hold dan Periode Letting Go
9. Data pengetahuan/perilaku ibu
Kaji pengetahuan ibu yang berhubungan dengan perawatan bayi, perawatan nifas, asi
ekslusif cara menyusui, KB, hubungan seks serta halhal lain yang penting diketahui ibu
dalam masa nifas dan menyusui.
10. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia : nutrisi, eliminasi, oksigenasi, aktivitas dan
istirahat.
11. Dukungan sosial : dukungan emosi, dukungan informasi, dukungan fisik,
dukungan penghargaan.
12. Formal
1. Riwayat persalinan saat ini
2. Bonding attachment dengan skoring gray
3. Pengkajian bayi
4. Aspek psikososial ibu
5. Peran ayah selama dan sesudah kelahiran
13. Informal
1. Orang yang terlibat dalam perawatan bayi.
2. Peran dalam perawatan bayi.
3. Pengalaman dalam perawatan bayi.
4. Harapan untuk perawatan bayi yang akan datang.
14. Personal
1. Pandangan ibu terhadap perannya.
2. Pengalaman masa lalu yang mempengaruhi peran ibu.
3. Percaya diri dalam menjalankan peran.
4. Pencapaian peran.
5. Diagnosa Keperawatan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) diagnosa keperawatan pada Ibu Post Partum adalah:
1. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik.
2. Menyusui Tidak Efektif Berhubungan Dengan Ketidakadekuatan Suplai ASI.
3. Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurang Terpapar Informasi.
4. Resiko Infeksi Ditandai Dengan Ketidakadekuatan Pertahanan Tubuh Primer.
1. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/hasil Intervensi
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan intervensi keperawatan Observasi
dengan agen selama 3X24 jam Identifikasi lokasi,
pencedera fisik diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
(D.0077) menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas,
hasil : intensitas nyeri
- Pasien melaporkan Identifikasi skala nyeri
keluhan nyeri berkurang Identifikasi respon nyeri
- Keluhan nyeri meringis non verbal
menurun Terapeutik
-Pasien menunjukkan Berikan teknik
sikap protektif menurun. nonfarmakologis untuk
-Pasien tidak tampak mengurangi rasa nyeri)
gelisah. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
Edukasi
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyer
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik
2. Menyusui Tidak Setelah dilakukan Konseling Laktasi ( I.03093 )
Efektif (D.0029) intervensi keperawatan Observasi
selama 3x24 jam Identifikasi
diharapkan status permasalahan yang ibu
menyusui membaik alami selama proses
dengan kriteria hasil : menyusui.
- Perlekatan bayi pada Identifikasi keinginan
payudara ibu meningkat. dan tujuan menyusui.
- Kemampuan ibu Identifikasi keadaan
memposisikan bayi dengan emosional ibu saat akan
benar meningkat. dilakukan konseling
- Pancaran ASI meningkat menyusui.
- Suplai ASI adekuat Terapeutik
meningkat. Gunakan tehnik
- Pasien melaporkan mendengar aktif.
payudara tidak bengkak Berikan pujian terhadap
perilaku ibu yang benar.
Edukasi
Ajarkan tehnik
menyusui yang tepat
sesuai kebutuhan ibu.
4 Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan (I.12383)
Pengetahuan intervensi keperawatan Observasi
( D.0111 ) selama 3 X 24 Jam tingkat Identifikasi kesiapan
pengetahuan membaik dan kemampuan
dengan kriteria hasil : menerima informasi
- perilaku sesuai anjuran Identifikasi faktor-faktor
meningkat yang dapat
- verbalisasi minat dalam meningkatkan dan
belajar meningkat menurunkan motivasi
- kemampuan menjelaskan perilaku hidup bersih
pengetahuan tentang suatu dan sehat
topik meningkat Terapeutik
- kemampuan Sediakan materi dan
menggambarkan medla pendidikan
pengalaman sebelumnya kesehatan
yang sesuai dengan topik Jadwalkan pendidikan
meningkat kesehatan sosial
- perilaku sesuai dengan kesepakatan
pengetahuan meningkat Berikan kesempatan
- pertanyaan tentang untuk bertanya
masalah yang dihadapi Edukasi
menurun Jekaskan faktor risiko
- persepsi yang keliru yang dapat
terhadap masalah menurun mempengaruhi
- menjalani pemeriksaan kesehatan
yang tidak tepat menurun
Ajarkan perilaku hidup
- perilaku membaik
bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
4. Resiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi ( I.14539 )
(D.0142) intervensi keperawatan Observasi
selama 3 X 24 Jam tingkat Monitor tanda dan
infeksi menurun dengan gejalan infeksi lokal dan
kriteria hasil : sistemik.
-Tidak ada tandan –tanda Terapeutik
infeksi ( Demam, Nyeri, Cuci tangan sebelum
Kemerahan dan Bengkak). dan sesudah kontak
- Kadar sel darah putih dengan pasien dan
membaik. lingkungan pasien.
Pertahankan tehnik
aseptik pada psien
beresiko tinggi.
Edukasi
Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar.
Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka.
Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. (2010). Konsep Post Partum.
Wahyuningsih, S. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=cBKfDwAAQBAJ&oi=fnd
Arma, N. (2015). Bahan Ajar Obstetri Fisiologi. https://books.google.co.id/books?
id=Gwo2DwAAQBAJ&lpg=PR1&dq
Walyani, E. S., dan E. Purwoastuti. 2015a. Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tujuan Tindakan
Keprawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Rencana
Tindakan Keprawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.