Disusun Oleh :
2. Nuryanti 201440124
Dosen Pengampu :
Ns.Kartika, S.Kep., M.Sc
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya pula penulis dapat menyeles
aikan makalah yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Anak Sakit : Malaria” tepat pada
waktunya. Makalah “Konsep Asuhan Keperawatan Anak Sakit : Malaria” disusun guna mem
enuhi tugas ibu Ns.Kartika, S.Kep., M.Sc pada mata kuliah Keperawatan Anak di Poltekkes
Kemenkes Pangkal Pinang. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menamba
h wawasan bagi penulis dan pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
RESUME JURNAL EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT TERHADAP
MALARIA
Demam merupakan salah satu sebab yang sering membuat orang tua segera membawa
anaknya berobat. Panas atau demam kondisi dimana otak mematok suhu di atas setting
normal yaitu di atas 38oC. Namun demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila
suhu>38.5oC. Salah satu tindakan nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk
penurunan panas adalah dengan kompres. Kompres adalah salah satu metode fisik untuk
menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam. Tujuan penelitian in adalah
untuk mempelajari efektifitas pemberian kompres hangat terhadap suhu tubuh pada anak
dengan peningkatan suhu tubuh di ruang edelweis RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu.Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental
menggunakan The One Group Pretest Postest Design. Populasi dalam penelitian adalah
seluruh pasien anak yang mengalami peningkatan suhu tubuh di Ruang Edelweis RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu pada bulan Mei 2018. Pengambilan sampel dalam penelitan ini
menggunakan teknik accidental sampling sebanyak 19 responden Pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Hasil penelitian
didapatkan : kecenderungan penurunan suhu tubuh setelah dilakukan kompres hangat
pada anak dengan peningkatan suhu tubuh di ruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu dengan rata-rata penurunan (0,75260C) .
Diharapkan perawat anak dapat mengimplementasikan intervensi kompres hangat
pada peningkatan suhu tubuh yang di rawat di rumah sakit atau yang di rawat di rumah.
Permasalahan anak sakit merupakan permasalahan yang kompleks di Indonesia.
Indonesia merupakan negara dengan angka kematian anak 27 per 1000 kelahiran hidup
(UNICEF, 2015). Pada masa usia prasekolah aktifitas anak yang meningkat
menyebabkan anak sering kelelahan sehingga menyebabkan rentan terserang penyakit
akibat daya tahan tubuh yang lemah pula hingga anak diharuskan untuk menjalani
hospitalisasi. Hasil survei UNICEF (2012), menunjukkan prevalensi anak yang
menjalani perawatan di rumah sakit sekitar 84%.
4
Di beberapa negara berkembang yang mencatat bahwa angka kematian akibat
kesakitan pada balita itu berada pada kisaran 40 per 1000 kelahiran hidup. WHO sendiri
mengungkapkan bahwa sampai tahun 2012 terdapat 13 juta balita telah meninggal tiap
tahunnya data tersebut kemungkinan bertambah setiap tahunnya rata-rata kejadian
meninggalnya bayi dan balita ini berada di negara berkembang, termasuk indonesia
(Hartini, 2015) Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) tahun 2015 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun
sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia
16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka kesakitan anak Salah satu tindakan nonfarmakologi
yang dapat dilakukan untuk penurunan panas adalah dengan kompres.
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak yang
mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar
merupakan upayamemberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar
menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus
akan merangsang area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor.
Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluarn panas tubuh yang lebih banyak
melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter &
Perry, 2012)
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria
(Anopheles) betina Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus
plasmodium yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk jenis anopheles betina,
penyakit ini dapat menyerang segala ras, usia, dan jenis kelamin (Irianto, 2011).
Menurut Safar Rosdiana (2009) dikenal empat spesies dari genus plasmodium yang
hidup sebagai penyebab penyakit malaria pada manusia yaitu : Plasmodium falcifarum,
Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Berbeda dengan penyakit-
penyakit yang lain, malaria tidak dapat disembuhkan meskipun dapat diobati untuk
menghilangkan gejala-gejala penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya
karena parasit dapat tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup (Sembel, 2009).
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu
hamil, selain itu malaria secara langsung dapat menyebabkan demam, anemia, splenomegali,
dan dapat menurunkan produktivitas kerja.Sebagian besar daerah di Indonesia masih
merupakan daerah endemik infeksi malaria, Indonesia bagian timur seperti Papua, Maluku,
Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan bahkan beberapa daerah di Sumatra seperti
Lampung, Bengkulu, Riau. Daerah di Jawa dan Bali pun walaupun endemitas sudah sangat
rendah, masih sering dijumpai letupan kasus malaria, dan tentu saja hal ini disebabkan
mudahnya transportasi untuk mobilisasi penduduk, sehingga sering menyebabkan timbulnya
malaria import (Harijanto, 2011).
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Malaria
Malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu
protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui air liur nyamuk
(Handayani wiwik, 2008).
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukanya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi
malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali (Harijanto,
2009).
Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh
parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina
(Zulkoni Akhsin, 2009).
7
Plasmodium ovale : sel darah merah yang terinfeksi bentuknya tidak teratur dan bergerigi;
Plasmodium malariae : trofozoit dewasa berbentuk pita (band-form) (Soedarto, 2009).
Selain di tularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti orang lain
melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang disebabkan karena kelainan pada sawar plasenta
yang menghalangi penularan infeksi vertikal. Metode penularan lainya adalah melalui jarum
suntik, yang banyak terjadi pada pengguna narkoba suntik yang sering bertukar jarum secara
tidak steril. Model penularan infeksi yang terakhir adalah melalui tranfusi darah. Disebutkan
dalam literatur bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati
tidak terjadi karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati (Widoyono, 2008).
Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias malaria serangan paroksimal secara
berurutan:
a. periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, penderita sering membungkus diri
dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan
gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan meningkatnya temperatur, diikuti dengan
b. periode panas : penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi
beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat ; kemudian
c. periode berkeringat : penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan
penderita merasa sehat.
Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi plasmodium vivax, pada plasmodium
falcifarum menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas
berlangsung 12 jam pada plasmodium falcifarum, 36 jam pada plasmodium vivax dan
ovale, 60 jam pada plasmodium malariae.
8
2.4 Klasifikasi/Tingkatan Malaria
Menurut World Health Organization (WHO) malaria dapat diklasifikasikan menjadi 5
yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae
dan Plasmodium knowlesi.
a. Plasmodium falciparum
Plasmodium falsiparum merupakan jenis yang paling berbahaya karena siklus
perkembangan yang cepat merusak sel darah merah dan dapat menyumbat aliran
darah sehingga dapat mengakibatkan anemia dan cerebral. Malaria ini dapat
berkembang dengan baik di daerah tropis dan sub tropis, dan mendominasi di
beberapa negara seperti Afrika dan Indonesia.
b. Plasmodium vivax
Plasmodium ini tersebar di daerah tropis dan sub-tropis seluruh dunia. Hidup pada sel
darah merah, siklus seksual terjadi pada 48 jam. Menyebabkan penyakit tertian yang
ringan dimana demam terjadi setiap tiga hari. Parasit ini bisa dorman di hati manusia
“hipnozoid” dan dapat kambuh setelah beberapa bulan bahkan tahun.
c. Plasmodium ovale
Plasmodium ovale banyak ditemukan di Afrika terutama Afrika Barat dan pulau-
pulau di Pasifik Barat, morfologi mirip Plasmodium vivax. Menyebabkan malaria
ovale atau malaria tertiana benigna ovale, dapat dorman dihati manusia.
d. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana. Siklus di sel darah merah
terjadi selama 72 jam dan menimbulkan demam setiap empat hari.
e. Plasmodium knowlesi
Parasit ini merupakan kasus baru yang hanya ditemukan di Asia Tenggara,
penularannya melalui monyet (monyet berekor panjang, monyet berekor coil) dan
babi yang terinfeksi. Siklus perkembangannya sangat cepat bereplikasi 24 jam dan
dapat menjadi sangat parah. P. knowlesi dapat menyerupai baik Plasmodium
falciparum atau Plasmodium malariae. (17) Seorang penderita dapat dihinggapi lebih
dari satu jenis plasmodium, infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed
infection). Infeksi campuran Plasmodium falciparum dengan vivax atau malariae
merupakan infeksi yang paling sering terjadi.
9
2.5 Diagnosis
1. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut teknis pembuatannya
dibagi menjadi preparat darah (SDr, sediaan darah) tebal dan preparat darah tipis,
untuk menentukan ada tidaknya parasit malaria dalam darah. Melalui pemeriksaan ini
dapat dilihat jenis plasmodium dan stadiumnya (P. falciparum, P. vivax, P. malariae,
P. ovale, tropozoit, skizon, dan gametosit) serta kepadatan parasitnya.
2. Tes diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)
Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah dengan cara
imunokromatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, tes ini mempunyai kelebihan
yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat diperoleh, tetapi lemah dalam hal
spesifisitas dan sensitivitasnya.
3. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Dengan menggunakan pemeriksaan PCR spesifisitas dan sensitivitasnya dapat
ditingkatkan. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit yang dapat dideteksi
sangat sedikit dapat mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan dapat
dipercaya. Hal ini penting untuk studi epidemiologi dan eksperimental dan belum
untuk pemeriksaan rutin.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita, meliputi
pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit.
Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah (gula darah, SGOT, SGPT) serta
pemeriksaan rontgen dan USG untuk melihat apakah terjadi pembesaran hati dan
limpa dan pemeriksaan lainya sesuai indikasi (Widoyono, 2008).
2.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasit malaria terhadap obat
malaria, maka obat malaria dibagi lima golongan, yaitu :
a. Skizontisida jaringan primer, proguanil, pirimetamindapat membasmi parasit
praeritrosit, sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam eritrosit; digunakan
sebagai profilaksis kausal.
10
b. Skizontisida jaringan sekunder; primakuin dapat membasmiparasit daur eksoeritrosit
dan bentuk-bentuk jaringan plasmodium vivax dan ovale dan digunakan untuk
pengobatan radikal infeksi ini bagi anti relaps.
c. Skizontisida darah; membasmi parasit yang berhubungan dengan penyakit akut
disertai gejala klinik. Skizontisida dapat mencapai penyembuhan klinis suprasif bagi
keempat spesies plasmodium. Skizontisida darah juga membunuh bentuk eritrosit
stadium seksual plasmodium vivax, ovale dan malariae. Skizontisida darah yang
ampuh adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin, sedangkan yang efeknya terbatas
adalah proguanil dan pirimetamin.
d. Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual, termasuk stadium
gametosit plasmodium falcifarum, juga mempengaruhi perkembangan parasit malaria
dalam nyamuk Anopheles betina. Beberapa obat gametositosida bersifat
sporontosida. Primakuin adalah gametositosida untuk keempat spesies, sedang kina,
klorokuin, dan amodiakuin adalah gametositosida untuk plasmodium vivax, ovale
dan malariae.
e. Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk
ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat ini mencegah transmisi
penyakit malaria dan disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obatan yang termasuk
dalam golongan ini ialah primakuin dan poquanil.
2.7 Prognosis
12
Pembahasan Intervensi Keperawatan
Angka kesakitan anak Salah satu tindakan nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk
penurunan panas adalah dengan kompres. Kompres adalah salah satu metode fisik untuk
menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada
daerah pembuluh darah besar merupakan upayamemberikan rangsangan pada area
preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah
ini menuju hipotalamus akan merangsang area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal
oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluarn panas tubuh yang
lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat
(Potter & Perry, 2012)
Untuk mempertahankan suhu yang konstan, perawat harus sering mengganti kompres
atau menggunakan bantalan akuatermi yang hangat atau bantalan panas kedap air di atas
kompres. Karena kelembaban dapat mengantarkan panas, maka untuk membuat kompres
lembab, semua pengaturan suhu pada alat pemanas harus lebih rendah dari pada
membuat kondisi kering. Lapisan pembungkus plastik atau handuk kering juga dapat
mengisolasi kompres dan menahan panas.
Panas yang lembab dapat meningkatkan vasodilatasi dan evaporasi panas dari
permukaan kulit (Potter & Perry, 2009) Dengan kompres hangat menyebabkan suhu
tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluaran cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak
supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan
membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga
pori–pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas. Sehingga akan
terjadi perubahan suhu tubuh (Purwanti, 2015) Penelitian ini bertujuan untuk mencari
intervensi yang dapat mencegah komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi akibat
peningkatan suhu tubuh
Kapan dilakukan
Kompres hangat adalah kompres dengan air suam-suam kuku atau air hangat
(Rudianto,2010).Manfaat kompres air hangat adalah dapat memberikan rasa nyaman dan
menurunkan suhu tubuh. Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang
telah dibasahi air hangat dengan temperatur maksimal 43°C. Pemberian kompres air
panas/hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hypothalamus melalui sumsum
tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hypothalamus dirangsang, system
efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan
ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak,
dibawah pengaruh hypothalamic bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi.
13
Bagaimana kompres tersebut dapat menurunkan demam
Dengan kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi hangat
sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya
tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu
pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh darah tepi dikulit
melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori – pori kulit akan membuka dan
mempermudah pengeluaran panas. Pemberian kompres air panas/hangat pada daerah
tubuh akan memberikan sinyal ke hypothalamus melalui sumsum tulang belakang.
Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hypothalamus dirangsang, system efektor
mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan
ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai
otak, dibawah pengaruh hypothalamic bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi.
Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/ kehilangan energi/panas
melalui kulit meningkat, diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga
mencapai keadaan normal kembali (Djuwarijah, 2009).Pemberian kompres hangat pada
daerah pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan rangsangan pada area
preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh
darah ini menuju hipotalamus akan merangsang area preoptik mengakibatkan
pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya
pengeluarn panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi
pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2012)
14
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria
(Anopheles) betina Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari
genus plasmodium yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk jenis anopheles
betina, penyakit ini dapat menyerang segala ras, usia, dan jenis kelamin. Malaria
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian
terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria
secara langsung dapat menyebabkan demam, anemia, splenomegali, dan dapat
menurunkan produktivitas kerja.Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan
daerah endemik infeksi malaria, Indonesia bagian timur seperti Papua, Maluku, Nusa
Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan bahkan beberapa daerah di Sumatra seperti
Lampung, Bengkulu, Riau.
1.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para
pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalh
ini dapat bermanfaan bagi semua.
15
DAFTAR PUSTAKA
Referensi :
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/1467/1/KTI%20Irma%20Rusmiyanti
%20Asis%20Fix.pdf diakses pada tanggal 7 maret 2022
16
17