Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat luas di berbagai belahan dunia dan negara - negara

berkembang seperti Indonesia yang dapat menyebabkan kematian terutama pada

kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara

langsung menyebabkan anemia yang dapat menurunkan produktifitas kinerja

seseorang.

Malaria adalah penyakit menular akibat infeksi protozoa genus Plasmodium

yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala

umumnya muncul 10 hingga 15 hari setelah tergigit nyamuk Anopheles berupa

demam ringan yang hilang-timbul, sakit kepala, sakit otot dan menggigil

bersamaan dengan perasaan tidak enak badan (malaise). Malaria dapat menyerang

semua orang baik laki – laki maupun perempuan dan semua golongan umur, bayi,

anak-anak dan orang dewasa. Seorang penderita dapat terinfeksi lebih dari satu

jenis plasmodium. Infeksi demikian di sebut infeksi campuran ( mixed

infecktion ). Parasit malaria ditemukan pada sel darah merah penderita yang

terinfeksi sehingga malaria dapat ditularkan melalui transfusi darah, penggunaan

jarum suntik bersama, ibu hamil janinnya dan transplantasi organ (WHO, 2016 )

Malaria dapat mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu hamil

serta menimbulkan kejadian luar biasa ( KLB ), sehingga merupakan salah satu

masalah kesehatan yang utama. Malaria dapat pula menyebabkan kematian

terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, balita dan ibu hamil. Malaria

1
sebagian besar terjadi pada daerah endemis seperti afrika dan asia. Berdasarkan

data Wolrd Health Organization ( WHO ) pada tahun 2010, secara global

etisimasasi kematian yang diakibatkan oleh malaria sebesar 655.000 kasus

diseluruh dunia dan bahkan kematian terbesar 91% terjadi pada anak dibawah

umur lima tahun.

Setiap orang mempunyai resiko untuk terkena malaria, wanita hamil dan

anak – anak dibawah usia lima tahun merupakan kelompok yang rawan.

Penduduk yang mempunyai resiko tinggi terhadap malaria adalah pada kelompok

umur 1 sampai 5 tahun. Kematian anak dibawah usia lima tahun di ASEAN

sebesar 1% pada tahun 2010 dan menempati urutan kedua setelah Afrika.

Berdasarkan WHO ( 2013 ), antara tahun 2010 dan 2012 angka kematian akibat

malaria sebesar 45% pada semua kelompok umur dan 51% pada anak dibawah

lima tahun. Sekitar tiga juta ( 90% ) kematian akibat malaria ditahun 2001 hingga

tahun 2012 berasal dari anak – anak dibawah usia lima tahun. Pada tahun 2015

penurunan angka kematian akibat malaria pada anak usia dibawah lima tahun

sebesar 63%.

Indonesia menduduki urutan ketiga terburuk di ASEAN setelah Timor leste

dan Kamboja dengan kasus malaria pada tahun 2010 sebesar 229.819 kasus dan

presentase kematian anak balita akibat malaria cenderung meningkat dari 1% pada

tahun 2000 menjadi 2% pada tahun 2010. Sampai saat ini jumlah kasus malaria

cenderung meningkat serta semakin luas penyebarannya. Dari total 258,9 juta

penduduk Indonesia pada tahun 2016 , seperempatnya tinggal dan hidup didaerah

dengan resiko sedang dan tinggi malaria. Hal ini dibuktikan dengan prevalensi

malaria di Indonesia pada tahun 2018 adalah 1,38 per 1000 penduduk. Terdapat

2
lima provinsi yang mempunyai insidensi dan prevalensi tertinggi yaitu Papua,

Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku. Beberapa

provinsi di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Sumatera merupakan provinsi dengan

kategori sedang sementara provinsi di Jawa dan Bali masuk dalam kategori rendah

Malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat luas

dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia. Komitmen untuk

pengendalian penyakit malaria ini diharapkan menjadi perhatian kita semua, tidak

hanya secara nasional, namun juga regional dan global sebagaimana yang

dihasilkan pada pertemuan World Health Assembly ( WHA ) ke – 60 pada tahun

2007 di Geneva tentang eliminasi malaria. Kotmitmen eliminasi malaria ini

didukung oleh Menteri Dalam Negeri melalui Surat Edaran Mendagri

no.443.41/465/SJ tahun 2010 tentang pelaksanaan program malaria dalam

mencapai eliminasi di Indonesia. Komitmen pemerintah ditunjukkan dalam salah

satu indikator RPJMN 2015 – 2019. Salah satu strategi dalam pencapaian

eliminasi malaria melalui Early Diagnosis and Prompt Treatment, yaitu penemuan

dini kasus malaria dan pengobatan yang tepat dan cepat sehingga penularan dapat

dihentikan.

Berdasarkan data dari dinas kesehatan Kabupaten Mimika Tahun 2013,

angka kesakitan malaria di mimika masih cukup tinggi yaitu, 450/1000 orang dan

pada tahun 2014 malaria di mimika menurun menjadi 224/1000 orang. Selama

tahun 2014, tim Malaria center melakukan penyemprotan insektisisda pada 21.423

rumah penduduk di kota timika untuk membasmi nyamuk malaria ( Dinkes Kab,

Mimika 2015 ). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika tahun

3
2018 angka kesakitan malaria atau Annual Paracite Invidence ( API ) yakni 250.3

dengan jumlah kasus lebih dari 52.000. Hal ini turun 40 persen dibandingkan pada

tahun 2017 sebanyak 92.000 kasus. Walaupun ada penurunan angka kesakitan

malaria di Kabupaten Mimika masih terbilang tinggi.

Malaria pada anak khususnya di bawah usia lima tahun dapat menimbulkan

berbagai dampak terhadap kesehatan anak yang akan mempengaruhi terhadap

pertumbuhan dan perkembangan serta kecerdasan anak. Salah satu dampak dari

malaria pada anak yaitu demam atau peningkatan suhu tubuh / hipertermi yang

diakibatkan oleh adanya infeksi plasmodium malaria pada sel darah merah dalam

tubuh anak.

Demam timbul bersamaan dengan pecahnya skizone darah yang

mengeluarkan anti gen, kemudian anti gen akan menyerang mikrofak, monosit

atau limposit yang mengeluarkan sitoksin dan tumor necrosits faktor ( TNF ) yang

dibawa ke hipotalamus yang merupakan pusat pengaturan suhu tubuh, kemudian

terjadi demam.

Demam merupakan pengeluaran panas yang tidak mampu untuk

mempertahankan pengeluaran kelebihan produksi panas yang mengakibatkan

peningkatan suhu tubuh abnormal ( Avin, 2011 ). Panas atau demam kondisi

dimana otak mematok suhu diatas setting normal yaitu diatas 38 0C, Namun

demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu lebih dari 38,5 0C, dan dari

meningkatnya suhu tubuh dapat mengakibatkan produksi panas yang berlebih

yaitu diatas kisaran suhu normal ( Purwanti, 2010 )

Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) mengemukakan bahwa jumlah kasus

demam diseluruh dunia mencapai 18 - 34 juta jiwa, anak merupakan paling

4
rentang terkena demam, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari

dewasa. Dihampir semua daerah, insiden demam banyak terjadi pada anak usia 5

sampai 9 tahun ( Suriadi, 2010 )

Sebagian besar kondisi demam yang terjadi pada bayi dan anak disebabkan

oleh virus, dan anak sembuh tanpa terapi spesifik ( Rudolph, 2011 ). Deman yang

berhubungan dengan infeksi kurang lebih 29 – 52 %, sedangkan dengan

keganasan 4 % dengan penyakit metabolic, 11 – 12 % dengan penyakit lain

( Rudolph, 2011 )

Penanganan pada pasien demam menurut Sukamto ( 2012 ) yaitu dengan cara

memakaikan baju yang nyaman, memberi obat penurun demam jika suhu badan

anak lebih dari 39 0C, mengompres menggunakan air hangat, menghindari

membangunkan anak yang sedang tidur untuk memberi obat karena tidur sangat

dibutuhkan bagi anak untuk mengumpulkan energi yang bertujuan untuk melawan

infeksi. Pertolongan pertama yang aman bisa dilakukan oleh ibu dirumah ketika

anaknya demam yaitu dengan cara kompres hangat untuk menurunkan suhu

tubuh. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Muhamad ( 2011 )

yang menunjukkan hasil bahwa kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh

secara efektif.

Berdasarkan uraian diatas angka kesakitan dan kematian akibat adanya

infeksi plasmodium malaria yang dapat menimbulkan dampak gejala peningkatan

suhu tubuh / hipertermi pada anak usia dibawah lima tahun masih cukup tinggi

walaupun telah dilakukan berbagai program pelaksanaan dan pemberantasan

penyakit malaria. Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat Karya Tulis Ilmiah

( KTI ) dengan judul Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Malaria dalam

5
masalah keperawatan peningkatan suhu tubuh / hipertermi di Ruang Anak Rumah

Sakit Umum Daerah Mimika.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran Asuhan keperawatan pasien anak dengan malaria

dalam masalah keperawatan peeningkatan suhu tubuh / hipertermi ?

C. Tujuan studi kasus

Menggambarkan Asuhan Keperawatan pasien anak dengan malaria

dalam masalah keperawatan peningkatan suhu tubuh / hipertermi.

D. Manfaat Studi Kasus :

1. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam meningkatkan

kemandirian mengatasi peningkatan suhu tubuh / hipertermi pasien

malaria .

2. Pengembangan ilmu dan teknologi

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

pasien malaria dengan masalah keperawatan peningkatan suhu tubuh /

hipertermi.

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan Studi Kasus

tentang penatalaksanaan masalah keperawatan peningkatan suhu tubuh /

hipertermi pada pasien anak dengan malaria.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

Malaria adalah suatu penyakit infeksi menular yang mempunyai

sistem hematologi melalui vektor nyamuk yang terinfeksi protozoa

plasmodium ( Arif Muttaqin dkk.2015 ).

Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

plasmodium falcifarum, plasmodium vivak, plasmodium malariae,

plasmodium ovale dan plasmodium knowlensi yang ditularkan

melalui gigitan nyamuk Anopheles betina ( Kemenkes RI.2014 ).

Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut dan kronik,

disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan

demam, anemia, dan splenomegali ( Mansjoer,2014 ).

Berdasarkan pengertian diatas, malaria adalah penyakit infeksi

menular yang bersifat akut dan kronik disebabkan oleh genus

protozoa plasmodium falcirarum, plasmodium ovale, plasmodium

vivak, plasmodium malariae dan plasmodium knowlensi yang

ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.

7
2. Anatomi dan fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi darah ( Lazaros, 2016 )

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam

pembuluh darah yang berwarna merah. Warna merah pada darah

dipengaruhi oleh banyaknya oksigen dan karbondioksida yang terdapat

didalam darah. Darah yang banyak mengandung karbondioksida akan

berwarna merah tua. Darah selamanya beredar didalam tubuh oleh

karena adanya kerja atau p ompa jantung. Pada tubuh yang sehat atau

orang dewasa terdapat darah sebanyak kira – kira 1/13 dari berat

badan atau kira – kira 4 sampai 5 liter ( Bezvernhi dkk,2013 ).

a. Fungsi darah

1) Sebagai pengangkut yaitu, mengambil oksigen / zat pembakar

dari paru – paru untuk diedarkan keseluruh tubuh, mengangkat

karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru –

8
paru, mengangkat / mengeluarkan zat – zat yang tidak berguna

bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.

2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan

racun dalam tubuh dengan perantara leukosit dan antibodi / zat

– zat racun.

3) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

b. Bagian – bagian darah

1) Eritrosit ( sel darah merah )

Warnanya kuning kemerah – merahan karena didalamnya

mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin, warna ini

akan bertambah merah jika didalannya banyak mengandung

oksigen. Berfungsi mengikat oksigen dari paru – paru untuk

diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat

karbondioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui

paru – paru. Tempat pembuatan sel darah merah didalam

sumsum tulang, limpa dan hati, yang kemudian akan beredar di

dalam tubuh selama 14 sampai 15 hari, setelah itu akan mati.

2) Leukosit ( sel darah putih )

Bentuk dansifat leukosit bila kita lihat dibawah miskrokop

maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah – ubah dan

dapat bergerak, warnanya bening ( tidak berwarna ). Berfungsi

sebagai serdadu / tentara tubuh yaitu membunuh dan memakan

bibit penyakit / bakteri yang masuk kedalam jaringan tunuh.

Tempat pembiakannya didalam limpa dan kelenjar limfe.

9
Macam – macam leukosit :

a) Agranulosit, sel leukosit yang tidak mempunyai granula

Didalamnya,yang terdiri dari :

(1) Limfosit, berfungsi membunuh bakteri yang masuk

Kedalam jaringan tubuh.

(2). berfungsi sebagai fagosit ( melindungi tubuh dengan

m enelan partikel asing berbahaya ,bakteri dan sel –

sel mati ).

(3). Granulosit disebut juga leukosit granular, yang terdiri

dari :

(a). Neutrofil, mempunyai inti sel yang kadang –

kadang seperti terpisah – pisah.

(b). Eusinofil, ukuran dan bentuknya hampir sama

dengan neutrofil tetapi granula dalam sitoplasma

lebih besar

(c). Basofil, sel ini lebih kecil dari eusinofil tetapi

Mempunyai inti yang bentuknya teratur.

3). Trombosit ( sel pembeku darah )

Trombosit merupakan benda – benda kecil yang mati,

bentuk dan ukurannya bermacam – macam ada yang bulat

dan ada yang lonjong, berwarna putih, normal ukuran pada

10
orang dewasa 200.000 – 300.000/mm3, berfungsi

memegang peranan penting dalam pembekuan darah.

4). Plasma darah

Bagian cair darah yang membentuk sekitar 5% dari

berat badan, merupakan media sirkulasi elemen – elemen

darah yang membentuk sel darah merah, sel darah putih dan

sel pembeku darah.

3. Etiologi

Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina

Anopheles ataupun di tularkan langsung melalui transfusi darah atau

jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya

( Harijanto P.N.2013).

Malaria disebabkan oleh protozoa genus plasmodium, plasmodium

ini merupakan protozoa obligat intra selular, terdapat 5 plasmodium

malaria pada manusia yaitu :

a. Plasmodium falcifarum yang menyebabkan malaria tropika

b. Plasmodium vivak yang menyebabkan malaria tersiana

c. Plasmodium malariae yang menyebabkan malaria kuartana

d. Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale

e. Plasmodium knowlesi yang menyebabkan malaria knowlesi

4. Klasifikasi

Sesuai dengan penyebab malaria di bedakan berdasarkan jenis

plasmodium penyebabnya :

11
a. Malaria tropika

Malaria ini disebabkan oleh plasmodium falcirarum, jenis

malaria ini merupakan malaria ayang paling berat ditandai dengan

panas yang iriguler, anemia, splenomegali, parasitemia dan sering

terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9 sampai 14 hari. Malaria ini

menyerang semua bentuk eritrosit. Plasmodium falcifarum sering

sekali menyebabkan sel darah yang mengandung parasit

menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel

dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik

lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan

angka komplikasi tinggi.

b. Malaria kuartana

Malaria ini disebabkan oleh plasmodium malariae.

Plasmodium ini mempunyai trofozoit yang serupa dengan

plasmodium vivax, lebih kecil dan sitosplasmanya lebih komplit /

lebih biru. Trofozoit mempunyai granula coklat tua sampai hitam

dan terkadang mengumpul sampai berbentuk pita. Skizon

plasmodium malariae mempunyai 8 sampai 10 merozoit yang

tersusun seperti kelopak bunga / rosate. Bentuk gametositnya

sangat mirrip dengan plasmodium vivax tetapi lebih kecil.

Ciri – ciri demam tiga hari sekali stelah puncak 48 jam, gejala

lain adalah nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran

limpa dan melaise. Komplikasi jarang terjadi, namun dapat terjadi

sindrom nefrotik dan komplikasi ginjal lainnya. Pada pemeriksaan

12
akan ditemukan edema, acites, hipoprotemenia tanpa uremia dan

hipertensi.

c. Malaria Ovale

Malaria ini disebabkan oleh plasmodium ovale , plasmodium

ini bentuknya mirip dengan plasmodium malariae, skizonnya hanya

mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam ditengah.

Karakteristik yang dapat dipakai untuk identifikasi adalah bentuk

eritrosit yang terinfeksi plasmodium ovale dimana biasanya oval

atau iriguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang

paling ringan dari semua bentuk malaria yang ada. Masa inkubasi

11 sampai 16 hari, walaupun priode laten sampai 4 tahun. Serangan

proksimal 3 sampai 4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali

walaupun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.

d. Malaria tersiana

Malaria ini disebabkan oleh plasmodium vivax, biasanya

menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari

eritrosit normal, bentuknya mirip dengan plasmodium falcifarum,

namun seiring dengan maturasi trofozoit vivax berubah menjadi

amoeboid. Terdiri atas 12 sampai 24 merozoit ovale dan pigmen

kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi

seluruh eritrosit, kromatin ekstermis, pigmen kuning. Gejala

malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik kas

malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan

puncak demam 72 jam.

13
e. Malaria knowlesi

Malaria ini disebabkan oleh plasmodium knowlesi, Menurut

data malaria jenis ini belum ditemukan di Indonesia. Gejala kas

mirip dengan malaria tropika.

5. Patofisiologi

Nyamuk Anopheles betina yang merupakan vektor penularan

penyakit malaria yang menggigit anak. Apabila kekebalan ( daya

tahan ) tubuh anak baik, maka parasit yang dibawa oleh nyamuk

tersebut akan lemah dan hilang dari tubuh anak tersebut.

Apabila daya tahan tubuh anak kurang baik maka parasit tersebut

akan menginfeksi sel darah merah anak tersebut. Jenis plasmodium

akan mempengaruhi berat ringannya malaria.

Plasmodium falcifarum akan menyebabkan malaria yang berat.

Parasit yang masuk kedalam pembuluh darah akan memasukkan

sporozoit. Parasit akan tumbuh dan mengalami pembelahan. Setelah 6

sampai 9 kali, skizone menjadi dewasa dan pecah serta melepaskan

beribu – ribu merozoit. Sebagian merozoit akan memasuki sel – sel

darah merah dan berkembang disini ( CDC, 2011).

Demam timbul bersamaan dengan pecahnya skizone darah yang

mengeluarkan anti gen. Kemudian, anti gen akan menyerang

mikrofak, monosit atau limposit yang mengeluarkan sitoksin dan

tumor nectrosits faktor ( TNF ) yang dibawa ke hipotalamus yang

merupakan pusat pengaturan suhu tubuh, kemudian terjadi demam.

14
6. Manifestasi klinis

Gejala malaria pada anak biasanya tergantung dari jenis

plasmodium yang menginfeksi. Anak yang terkena malaria biasanya

akan menunjukkan gejala sebagai berikut :

a. Nafsu makan menurun drastis

b. Sakit kepala

c. Mual

d. Mudah rewel

e. Rasa sakit dan nyeri di seluruh tubuh terutama punggung

dan perut

f. Limpa yang membesar

g. Kejang atau hilang kesadaran ketika malaria sudah

menyerang otak

h. Anak mengalami kesulitan untuk tidur

i. Demam, bisa terus menerus atau muncul dan hilang secara

bergantian

j. Demam bisa terus meningkat dalam 1 hingga 2 hari dan

bisa mencapai 40,50C.

k. Badan menggigil tetapi berkeringat

l. Laju napas lebih cepat dari biasanya

7. Komplikasi

Menurut Iskandar Zulkarnia, (2014:613), komplikasi malaria

umumnya disebakan karena plamodium falcifarum dan sering disebut

sebagai Pernicious Manifestations. Sering terjadi mendadak tanpa

15
gejala – gejala sebelumnya, dan sering terjadi pada penderita yang

tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan. Penderita

malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria

berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi plasmodium

falcifarum dengan satu atau lebih. Komplikasi sebagai berikut :

a. Malaria cerebral

Malaria berat, yang disebabkan oleh plasmodium falcifarum,

cukup sering mengancam jiwa anak. Penyakit ini di awali dengan

demam dan muntah yang sering. Anak bertambah parah dengan

cepat dalam waktu 1 – 2 hari, menjadi koma yang tidak bisa

dibangunkan dengan total GCS adalah kurang dari sebelas yang

terjadi 30 menit setelah kejang, yang tidak disebabkan oleh

penyakit lain.

b. Anemia berat

Anemia berat ditandai dengan kepucatan yang tampak pada

telapak tangan, sering di ikuti dengan denyut nadi yang cepat,

kesulitan bernafas, kebingungan dan gelisah. Dengan Hb < 5 gr%

atau hematokrit < 15% pada keadaan hitung parasit > 10.000.

c. Gagal ginjal akut

Urine < 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau < 12 ml/kg

BB pada anak – anak setelah dilakukan rehidrasi, disertai

kreathinin > 3 mg%.

16
d. Hipoglikemia

Hipoglikemia ( gula darah < 2,5 mmol / liter atau < 45 mg / dl

) lebih sering terjadi pada anak umur < 3 tahun, yang mengalami

kejang dan atau hiperparasitemia dan koma.

e. Syok

Tekanan sistolik < 70 mmHg ( pada anak 1 – 5 tahun < 50

mmHg ) yang disertai keringat dingin.

f. Oedema paru

Dimana tekanan vena sentral normal dan pulmonal wedge

pressure menurun, ditandai dengan pernafasan yang dalam dan

cepat yakni > 35 kali / menit.

g. Distress pernafasan

Distress pernafasan ditandai dengan pernafasan yang cepat

dan dalam ( kusmaull ) – kadang disertai dengan tarikan dinding

dada bagian bawah. Hal ini disebabkan oleh asidosis metabolik

( sering lactic acidosis ) dan sering terjadi pada pasien malaria

cerebral atau anemia berat. Atasi penyebab reversible asidosis,

terutama dehidrasi dan anemia. Anak dengan kondisi ini harus

berada dalam observasi yang sangat ketat ( Wijaya,2013,hal.189 ).

8. Pemeriksaan penunjang

Menurut Buku saku Tatalaksana Kasus Malaria ( Kemenkes RI.

2018 ) dan Ikatan Dokter Indonesia ( IDI ) penegakan diagnosa

malaria ditegakkan seperti penyakit lain pada umumnya, berdasarkan

anamnese, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosa

17
medis malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sedian darah

secara miskroskopik atau uji tes diagnostik cepat ( RDT, Rapid

Diagnostic Test ).

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan dengan mikroskop

Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di rumah

salkit, puskesmas, klinik untuk menentukan ada tidaknya

parasit malaria ( positif atau negatif ), untuk menentukan

species plasmodium / stadium plasmodium dan untuk

menentukan kepadatan parasit atau jumlah parasit.

2) Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat ( Rapid Diagnostic

Test )

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen

parasit malaria, dengan menggunakan metode

imunokromatografi. Sebelum menggunakan RDT perlu dibaca

petunjuk penggunaan dan tanggal kadaluarsanya. Pemeriksaan

menggunakan RDT tidak digunakan untuk mengevaluasi

pengobatan.

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

Berdasarkan Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria ( IDI &

WHO ) Direktorat Jendral Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2018, Pengobatan

malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian ACT. Pemberian

18
kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah

resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian ACT

secara oral. Malaria berat diobati dengan injeksi Artesunat dilanjutkan

dengan ACT oral. Disamping itu diberikan primakuin sebagai

gametosidal dan hipnozoidal. ACT yang dipakai adalah

Dihidroartemisinin - Piperakuin ( DHP ).

1). Pengobatan malaria tanpa komplikasi

Malaria falsiparum, malaria knowlesi dan malaria vivaks

Pengobatan malaria falsiparum, knowlesi dan vivaks saat ini

menggunakan DHP di tambah primakuin. Dosis DHP untuk

malaria falsiparum, malaria knowlesi sama dengan malaria

vivaks, Primakuin untuk malaria falsiparum dan malaria knowlesi

hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25

mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis

0,25 mg /kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia <

6 bulan dan ibu hamil. Pengobatan malaria falsiparum, malaria

knowlesi dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah

ini:

Tabel.1. pengobvatan malaria falciparum dan kwolensi menurut berat badan dengan

DHP dan Primakuin ( Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria Tahun 2018 )

Hari Jumlah tablet per hari menurut berat badan


Jenis obat
<5kg 5-6 kg >6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 60-80 kg >80 kg
kg kg kg kg kg
0-1 2-6 <6-11 1-4 5-9 10-14 >15 >15 >15 tahun
bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahun Tahun
1/3 ½ 3/4
1-3 DHP 1 11/2 2 3 4 5
1 Primakuin 1/4 ¾ 1/2 3/4
- - 1 1 1

19
Tabel.2. pengobatan malaria vivax menurut berat badan dengan DHP dan

Primakuin ( Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria Tahun 2018 )

Hari Jumlah tablet per hari menurut berat badan


Jenis obat
<5kg 5-6 kg >6-10 kg 11-17 kg 18-30 kg 31-40 kg 41-59 kg 60-80 kg >80 kg

0-1 2-6 <6-11 1-4 5-9 10-14 >15 >15 >15 tahun
bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahun Tahun
1/3 1/2 ½
1-3 DHP 1 11/2 2 3 4 5
1-14 Primakuin ¼ 1/4 1/2 3/4
- - 1 1 1

Catatan :

a) Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila

penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian

obat dapat berdasarkan kelompok umur.

b) Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada

tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat

badan.

c) Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan

ideal.

d) Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.

e) Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai

melalui anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat

kehitaman setelah minum obat primakuin, maka pengobatan

diberikan secara mingguan selama 8-12 minggu dengan dosis

mingguan 0,75mg/kgBB. Pengobatan malaria pada penderita dengan

Defisiensi G6PD segera dirujuk ke rumah sakit.

20
3) Pengobatan malaria vivaks yang relaps Pengobatan kasus malaria

vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen DHP yang sama

tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari (harus

disertai dengan pemeriksaan laboratorium enzim G6PD).

4) Pengobatan malaria ovale Pengobatan malaria ovale saat ini

menggunakan DHP yaitu DHP ditambah dengan Primakuin selama

14 hari. Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks

5) Pengobatan malaria malariae Pengobatan P. malariae cukup

diberikan DHP 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis sama

dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin.

6) Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax / P. ovale Pada

penderita dengan infeksi campur diberikan DHP selama 3 hari serta

primakuin dengan dosis 0,25mg/kgBB/hari selama14 hari.

Hari Jumlah tablet per hari menurut berat badan


Jenis obat <5kg 5-6 kg >6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 60-80 kg >80 kg
kg kg kg kg kg
0-1 2-6 <6-11 1-4 5-9 10-14 >15 >15 >15
bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1/3 1/2 1/2
1-3 DHP 1 11/2 2 3 4 5
1-14 Primakuin 1/4 1/4 ½ 3/4
- - 1 1 1
Tabel.3. pengobatan infeksi campuran malaria falciparum, malaria vivax, malaria

ovale dengan DHP dan primakuin ( Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria Tahun

2018 )

b. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu :

1) Observasi keadaan umum pasien

21
2) Observasi tanda – tanda vital pasien

3) Anjurkan memakai pakaian yang tipis

4) Anjurkan pasien banyak minum

5) Berikan kompres hangat dibeberapa bagian tubuh bila demam seperti

ketiak, lipatan paha dan leher bagian belakang

6) Beri Healt Education ke pasien dan keluarganya mengenai

pengertian, penanganan dan terapi yang di berikan tentang

penyakitnya.

22
10. Pathway

23
B. Hipertermi Pada Malaria

1. Pengertian

Hipertermi adalah suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal

karena kegagalan termoregulasi ( NANDA NIC NOC, 2018 – 2020 )

Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau

beresiko mengalami kenaikan suhu tubuh >37,8oC ( 1000F ) per oral

atau 38,8oC ( 1010F ) per rektal yang sifatnya menetap karena faktor

eksternal ( lynda Juall, 2016 ).

Hipertermi adalah peningkatan suhu inti tubuh diatas rentang

normal yang diakibatkan karena adanya proses infeksi di dalam

tubuh oleh plasmodium malaria .

2. Etiologi

Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat

bahan toksis yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang

dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu

sehingga menyebabkan demam yang disebut pirigen . Zat pirogen ini

dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain. Terutama toksin

polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi / pirogen yang dihasilkan

dari degerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama

keadaan sakit ( Hidayat & Uliyah, 2016 ).

3. Patofisiologi

Perubahan pengaturan homeostatis suhu normal oleh hipotalamus

dapat diakibatkan dari infeksi bakteri, virus, tumor, trauma, sindrom

maligna dan lain-lain bersifat pirogen eksogen yang merangsang sel

24
mikrofak,leukosit dan sel lain untuk membentuk pirogen endogen.

Pirogen seperti bakteri dan virus menyebabkan peningkatan suhu

tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut masuk kedalam tubuh, pirogen

bekerja sebagai antigen akan mempengaruhi sistem imun.

Saat subtansi ini masuk ke sirkulasi dan mengadakan interaksi

dengan reseptor dari neuron pre optic di hipotalamus anterior, dan

menyebabkan terbentuknya prostaglandin E2. IL-2 (interleukin-2)

yang bertindak sebagai mediator dari respon demam, dan berefek pada

neuron dihipotalamus dalam pengaturan kembali (penyesuaian ) dari

thermostatis set point ( Widagdo,2012 ).

Oleh sebab itu, sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk

meningkatkan pertahanan tubuh melawan infeksi. Selain itu, subtansi

sejenis hormon dilepaskan untuk selanjutnya mempertahankan

melawan infeksi. Subtansi ini juga mencetuskan hipotalamus untuk

mencapai set point. Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi

tubuh memproduksi dan menghemat panas. Dibutuhkan beberapa jam

untuk mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selama periode ini,

anak tersebut menggigil, gemetar dan merasa kedinginan meskipun

suhu tubuh meningkat.

Fase menggigil berakhir ketika set point baru yaitu suhu yang lebih

yang lebih tinggi tercapai. Selama fase berikutnya masa stabil,

menggigil hilang dan pasien merasa hanagat dan kering. Jika set point

baru telah melampui batas atau pirrogen telah dihilangkan, terjadi fase

ketiga episode febris. Set point hipotalamus turun, menimbulkan

25
respons pengeluaran panas. Kulit menjadi hangat dan kemerahan

karena vasodilatasi. Diaphoresis membantu evaporasi pengeluaran

panas ( Potter & Perry,2010 )

4. Manifestasi klinis

a. Demam tinggi dari 39-40oC

b. Tubuh menggigil

c. Denyut jantung lemah

d. Badan lemah

e. Nyeri otot

f. Kehilangan nafsu makan

g. Konstipasi

h. Sakit perut

i. Rose spots, pada kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah

5. Gangguan Hipertermi Pada Anak dengan Malaria

Suhu tubuh yang meningkat pada seorang anak yang menderita

malaria diakibatkan karena adanya infeksi plasmodium malaria .

Anak tersebut akan menunjukkan gejala – gejala seperti demam tinggi

39-40oC, menggigil, sulit berkeringat, denyut jantung lemah, nyeri

otot, nafsu makan menurun, kulit memerah, mudah rewel, merasa

binggung,. Apabila terjadi dehidrasi dapat menyebabkan mual,

muntah, pusing kepala dan tekanan darah menurun, hal ini berakibat

pusing bahkan pingsan dapat juga menyebabkan takikardi dan

takipneu.

26
Peningkatan suhu tubuh / hipertermi pada anak – anak juga dapat

menimbulkan kejang, pada akhirnya organ tubuh dapat gagal fungsi

sehingga dapat menimbulkan ketidaksadaran / koma.

6. Penatalaksanaan hipertermi pada anak dengan Malaria

Peningkatan suhu tubuh / hipertermi merupakan mekanisme

pertahanan diri atau reaksi fisiologis terhadap perubahan di sentral

pada hipotalamus. Penatalaksanaaan peningkatan suhu tubuh /

hipertermi bertujuan menurunkan suhu tubuh yang tinggi.

Penatalaksanaan peningkatan suhu tubuh / hipertermi pada pasien

anak dengan malaria dapat di bagi menjadi dua yaitu :

a. Penatalaksanaan non farmakologi

Adapun yang termasuk dalam terapi non farmakologi dari

penatalaksanaan peningkatan suhu tubuh / hipertermi :

1) Pemberian cairan yang untuk mencegah dehidrasi dan

beristirahat yang cukup.

2) Tidak memberikan penderita pakaian yang tebal pada saat

menggigil.berikan pakaian tipis pada pasien.

3) Memberikan kompres hangat pada pasien. Pemberian kompres

hangat efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan

kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil

dan meningkatkan kembali suhu inti tubuh (Kaneshiro &

Zieve, 2011 )

27
b. Penatalaksanaan Farmakologi

Obat obatan yang di pakai dalam mengatasi peningkatan suhu

tubuh / hipertermi ( Antipiretik ) adalah paracetamol

( Asetaminofen ) dan Ibuprofen . Paracetamol cepat bereaksi dalam

menurunkan peningkatan suhu tubuh / hipertermi sedangkan

ibuprofen memiliki efek kerja yang lama ( Graneto, 2011 )

Pada anak –anak di anjurkan untuk pemberian paracetamol

sebagai antipiretik. Pengunaan OAINS Tidak di anjurkan di

karenakan oleh fungsi antikoagulan dan resiko syndrome reye pada

anak-anak ( Kaushik, Pinega & Kest, 2012 )

Pemberian obat anti malaria (OAM) dan premakuin

disesuaikan dengan usia dan berat badan anak ( Buku tata laksana

kasus malaria,2018)

7. Edukasi hipertermi pada Anak dengan Malaria

Menurut purwanti ( 2012 ) demam dapat mengakibatkan dehidrasi

berat bahkan meninggal karena pada saat demam terjadi peningkatan

pengeluaran cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan dehidrasi serta

mengakibatkan kejang pada anak.

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa jika demam atau

peningkatan suhu tubuh / hipertermi tidak segera ditangani bisa

mengakibatkan hal yang tidak diinginkan , sehingga perawat

mempunyai peran penting dalam mengatasi demam misalnya dengan

melakukan tindakan keperawatan secara mandiri dan pasien anak

28
dengan demam juga memerlukan pemantauan untuk menghindari hal

– hal yang tidak di inginkan.

Penanganan pasien anak dengan malaria yang mengalami

masalah keperawatan peningkatan suhu tubuh yaitu dengan

memakaikan pakaian yang tipis dan nyaman, memberikan minum

yang cukup untuk menghindari dehidrasi karena proses penguapan

karena demam, memberikan obat penurun panas jika suhu tubuh anak

lebih dari 390C, memberikan kompres dengan menggunakan air

hangat pada beberapa bagian tubuh anak, jangan membangunkan

anak yang sedang tertidur untuk memberi obat karena tidur sangat

dibutuhkan bagi tubuh anak untuk mengumpulkan energi yang

bertujuan untuk melawan infeksi.

Pertolongan pertama yang aman bisa dilakukan oleh ibu dirumah

ketika anaknya demam yaitu dengan cara memberikan kompres air

hangat untuk menurunkan suhu tubuh. Hal ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Muhamad ( 2011 ) yang menunjukkan

bahwa kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh secara

efektif.

C. Asuhan Keperawatan Pasien Anak Dengan Malaria dalam masalah

keperawatan Hipertermi

1. Pengkajian

Anak – anak lebih rentan terhadap infeksi malaria, terutama pada

anak dengan gizi buruk. Infeksi akan berlangsung lebih berat pada usia

muda atau sangat mudah karena belum matangnya sistem imun

29
sedangkan pada usia tua disebaabkan oleh menurunnya daya tahan

tubuh. Selain itu semua, malaria juga dapat di pengaruhi oleh faktor

lain seperti pekerjaan, pendidikan, dan migrasi penduduk. Hal ini

disebabkan mobilisasi penduduk yang cukup tinggi dan transportasi

yang semakin cepat memungkinkan terjadinya kasus – kasus impor di

semua daerah yang sudah tereliminasi malaria. ( Setiati,2014,hal.595 ).

a. Status kesehatan saat ini

a) Keluhan utama

Biasanya pasien anak dengan penyakit malaria datang

kerumah sakit dengan keluhan demam, tidak mau makan,

kepala sakit terasa pusing, perut bagian kanan terasa sakit,

terasa mual dan ingin muntah. ( Wijaya,2013,hal.190 )

b) Alasan masuk rumah sakit

Pasien anak yang dibawa kerumah sakit biasanya

diawali dengan gejala badan terasa lemah, nyeri kepala,

tidak nafsu makan dan mual muntah.

( Marnia,2016,hal.121 )

c) Riwayat penyakit sekarang

Biasanya pasien anak yang menderita penyakit

malaria pada saat dilakukan pengkajian keluhan yang

dirasakan oleh pasien adalah masih tersa demam, lemas,

mual dan tidak mau makan. ( Wijaya,2013,hal.190 )

30
d) Riwayat penyakit sebelumnya

Biasanya pasien anak yang mengalami penyakit

malaria mempunyai riwayat pernah mengalami penyakit

malaria sebelumnya dan pernah dirawat dirumah sakit atau

berrobat dengan gejala atau penyakit yang sama.

( Wijaya,2013,hal 192 )

e) Riwayat penyakit keluarga

Biasanya pasien anak yang menderita penyakit

malaria ini di dalam keluarganya juga ada yang menderita

penyakit malaria. ( Wijaya,2013.hal.192 )

f) Riwayat pengobatan

Tanyakan riwayat minum obat malaria sebelumnya

dan apakah pernah mendapatkan transfusi darah

sebelumnya. ( Marnia,2016,hal.126 )

b. Pemeriksaan fisik

1). Keadaan umum

a) Kesadaran atau koma ( Kunoli,2012,hal.195 )

b) Tanda – tanda vital

Tekanan darah normal atau sedikit menurun, denyut

perifer kuat dan cepat, RR : takipnea dengan penurunan

kedalaman pernapasan, demam 400C pada malaria berat

( Kunoli,2012,hal.194 )

31
c) Sistem pernafasan

Inspeksi : takipnea dengan penurunan kedalaman

pernafasan, nafas pendek pada istirahat dan aktivitas

( Kunoli,2012 )

Pada malaria berat frekuensi nafas pada balita > 40

kali / menit sedangkan frekuensi nafas pada anak

berusia dibawah satu tahun > 50 kali / menit

( Marnia,2016,hal 122 )

d) Sistem kardiovaskuler

Palpasi : denyut perifer kuat dan cepat

Auskultasi : tekanan darah normal atau sedikit menurun

( Kunoli,hal.194 )

e) Sistem persarafan

Kesadaran : gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi,

delirium atau koma ( Kunoli,2012,hal.195 )

f) Sistem perkemihan

g) Inspeksi : penurunan haluan urine dan konsentrasi urine

( Kunoli,2012,hal.195 )

h) Sistem pencernaan

i) Inspeksi : anoreksia, mual dan muntah, diare atau

konstipasi

Palpasi : distensi abdomen ( Kunoli,2012,hal.195 )

32
j) Sistem integument

Inspeksi : perdarahan ( hematoma, petekie dan purpura ),

pucat

Palpasi : kulit hangat ( Kunoli,2012,hal195 )

k) Sistem muskulokelental

Penurunan kekuatan dan kelemahan otot

( Kunoli,2012,hal.194 )

l) Sistem endokrin

Pada sistem endokrin dan kardiovaskuler serta

metabolisme tidak “ tertulari” parasit sehingga penyakit

pada organ – organ ini tidak dibahas

( Natadisastra,2010,hal.66 )

m) Sistem pengindraan

Konjungtiva anemis, sklera ikterik

( Zainuddin,2014,hal.27 )

n) Sisten imunitas

Respon imunitas selluler dan humoral normal terhadap

antigen ( Setiati,2014,hal.606 )

2. Diagnosa keperawatan

Pada studi kasus ini penulis berfokus pada masalah keperawatan

peningkatan suhu tubuh / hipertermi berhubungan dengan proses

penyakit.

33
a. Definisi

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang

normal

b. Batasan Karakteristik

1) Kulit merah

2) Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal (frekuensi nafas

meningkat)

3) Kejang atau konvulsi

4) Kulit teraba hangat

5) Takikardi

6) Takipnea

c. Faktor berhubungan :

1) Dehidrasi

2) Pakaian yang tidak tepat

3) Aktivitas yang berlebihan

4) Penyakit atau trauma

5) Peningkatan laju metabolisme

6) Terpajan pada linkungan yang panas (jangka panjang)

7) Obat atau anestesia

8) Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk

berkeringat

3. Intervensi

a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

34
Tujuan : tanda-tanda vital, nilai suhu, denyut nadi, frekuensi

pernapasan dan tekanan darah dalam rentang normal

Kriteria hasil :

Anak akan menunjukkan :

1) Tidak mengalami gawat napas, gelisah atau letargi

2) Menggunakan sikap tubuh yang dapat mengurangi panas

Intervensi :

a. Kaji keadaan umum pasien secara komperehensif

Rasional : mengetahui perkembangan keadaan umum dari pasien

b. Monitor tanda – vital

Rasional : tanda – tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui

keadaan umum pasien

c. Monitor penurunan tingkat kesadaran

Rasional : Intervensi lanjutan untuk mencegah komplikasi

d. Jelaskan penyebab demam dan faktor yang dapat memperburuk

terjadinya demam.

Rasional : mengetahui penyebab demam mempermudah dalam

menentukan intervensi selanjutnya

e. Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan dan suhu lingkungan

Rasional : pakaian dan suhu ruangan harus dirubah agar dapat

membantu mempertahankan suhu tubuh pasien

f. Ajarkan cara kompres hangat

Rasional : dengan kompres akan terjadi perpindahan panas secara

konduksi dan kompres hangat akan mendilatasi pembuluh darah

35
g. Berikan kompres hangat di beberapa bagian tubuh

Rasional : mempercepat dalam penurunan produksi panas dan

memberikan rasa nyaman pada pasien

h. Berikan cairan rehidrasi oral

Rasional : sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang

keluar

i. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi antipiretik

Rasional : antipiretik berfungsi untuk menurunkan panas dengan

aksi centralnya pada hipotalamus.

4. Implementasi

Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan

intervensi keperawatan. Berdasarkan terminilogi NIC, implementasi

terdiri dari melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang

merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk

melakukan intervensi (atau program keperawatan). Perawat

melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk

intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian

mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan

keperawatan dan respon klien terhadap tindakan tersebut (Kozier,

2016) .

5. Evaluasi

Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan

terarah ketika klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan

klien menuju pencapaian tujuan / hasil dan keefektifan rencana asuhan

36
keperawatan.Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena

kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi

keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah.(Kozier, 2016)

S (subjektif) : data yang didapatkan dari keluhan yang disampaikan

pasien atau keluarga setelah tindakan diberikan.

O ( objektif) : data yang didapatkan dari hasil observasi / pengamatan

memalui pemeriksaan fisik terhadap pasien yang dilakukan oleh

perawat setelah tindakan diberikan.

A (assesment) : interprestasi berdasarkan data yang dikumpul dan

disimpulkan, meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah

potensial serta perlu tidaknya tindakan segera.

P (planning) : rencana tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan

mandiri, kolaborasi serta konseling, apakah intervensi akan

dilanjutkan atau tidak.

37
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Metode penelitian yang digunakan pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah

Desain Studi Kasus Deskriptif. Penelitian studi kasus deskriptif adalah

studi yang mengeksplorasi suatu masalah keperawatan dengan batasan

terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan

berbagai sumber informasi. Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan

tempat, serta jumlah kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau

individu. ( Nursalam,2013 )

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi asuhan keperawatan pada

pasien anak dengan malaria dalam masalah keperawatan peningkatan suhu

tubuh / hipertermi di ruang anak Rumah Sakit Umum Daerah Mimika.

38
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

B. Subjek Studi Kasus

Subyek studi kasus dalam penelitian ini adalah dua pasien dengan

diagnosa medis malaria dan dalam masalah keperawatan yang sama yaitu

hipertermi / peningkatan suhu tubuh.

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus merupakan kajian utama dari permasalahan yang

akan dijadikan titik acuan studi kasus. Dalam kasus ini yang menjadi fokus

studi adalah asuhan keperawatan pada anak dengan malaria dalam masalah

keperawatan peningkatan suhu tubuh / hipertermi. Melaksanakan tindakan

keperawatan sesuai dengan rencana sehingga dapat membantu pasien

dalam mengatasi masalah keperawatan yang sedang dialami.

D. Definisi Operasional

1. Asuhan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan meliputi

kebutuhan biologis, psikologis, sosiologi dan spiritual.

2. Pasien anak dengan malaria adalah pasien yang masuk rumah sakit

dengan keluhan demam, menggigil, mual, muntah, nyeri pada otot,

lemah dan mudah rewel serta hasil DDR menunjukkan positif malaria.

3. Pasien dengan peningkatan suhu tubuh / hipertermi dengan malaria

adalah pasien yang mengalami peningkatan suhu tubuh diatas 37,5 0C

39
yang biasanya disebabkan oleh adanya infeksi dalam tubuh pasien oleh

plasmodium malaria .

E. Tempat dan Waktu

Pada studi kasus ini bertempat di ruang anak Bangsal Pipit Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Mimika, penelitian ini dilakukan selama 3

x 24 jam ( tiga hari ) dihitung sejak hari pertama pasien masuk ruang anak

bangsal Pipit hingga tiga hari berikutnya.

F. Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam

mengumpulkan data guna penyusunan penulisan :

1. wawancara : penulis melakukan anamnesis berisi tentang identitas

pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu-keluarga dll

berdasarkan sumber data dari pasien, keluarga dan perawat lainnya

2. Observasi dan pemeriksaan fisik : penulis melakukan pengamatan dan

melakukan pendekatan IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) dan

juga turut serta dalam melakukan tindakan pelayanan keperawatan.

3. Studi dokumentasi dan angket : penulis mempelajari status pasien dan

cacatan medis untuk mendapatkan hasil dari pemeriksaan diagnostik

dan data lain yang relevan

G. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan table, gambar, bagan maupun teks

narasi. Kerahasiaan responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas

dari responden.

H. Etika Studi Kasus

40
Beberapa etika studi kasus yang harus diperhatikan oleh peneliti adalah

sebagai berikut :

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Ini adalah prinsip pertama untuk etika studi kasus, informed

consent yaitu sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu memberikan

lembar persetujuan menjadi subyek studi kasus yang menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian kepada pasien yang menjadi subyek

dalam penelitian ini. Apabila pasien setuju untuk menjadi subyek studi

kasus, kemudin meminta subyek studi kasus untuk menandatangani

lembar persetujuan yang telah dipersiapkan sebagai bukti apabila pasien

bersetuju untuk memberikan informasi.

2. Anonimity (tanpa mana)

Perinsip etika kedua dalm penelitian yaitu anonimity, anonimity

adalah peneliti menjaga serta menjamin kerahasiaan informasi

informasi yang diberikan oleh subyek studi kasus terkait subyek

penelitian. Oleh sebab itu dalam lembaran persetujuan maupun lembar

kuisioner tidak mencamtumkan nama subyek dan hanya menggunakan

inisial studi kasus, hal ini mencakup jenis kelamin, umur, tingkat

pedidikan, pekerjaan, dan ruangan pasien.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari partisipan

dijaga oleh peneliti.Data hanya disajikan atau di laporkan dalam bentuk

kelompok yang berhubungan dengan penelitian ini.

41
42

Anda mungkin juga menyukai