PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara
seseorang.
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala
demam ringan yang hilang-timbul, sakit kepala, sakit otot dan menggigil
bersamaan dengan perasaan tidak enak badan (malaise). Malaria dapat menyerang
semua orang baik laki – laki maupun perempuan dan semua golongan umur, bayi,
anak-anak dan orang dewasa. Seorang penderita dapat terinfeksi lebih dari satu
infecktion ). Parasit malaria ditemukan pada sel darah merah penderita yang
jarum suntik bersama, ibu hamil janinnya dan transplantasi organ (WHO, 2016 )
Malaria dapat mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu hamil
serta menimbulkan kejadian luar biasa ( KLB ), sehingga merupakan salah satu
terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, balita dan ibu hamil. Malaria
1
sebagian besar terjadi pada daerah endemis seperti afrika dan asia. Berdasarkan
data Wolrd Health Organization ( WHO ) pada tahun 2010, secara global
diseluruh dunia dan bahkan kematian terbesar 91% terjadi pada anak dibawah
Setiap orang mempunyai resiko untuk terkena malaria, wanita hamil dan
anak – anak dibawah usia lima tahun merupakan kelompok yang rawan.
Penduduk yang mempunyai resiko tinggi terhadap malaria adalah pada kelompok
umur 1 sampai 5 tahun. Kematian anak dibawah usia lima tahun di ASEAN
sebesar 1% pada tahun 2010 dan menempati urutan kedua setelah Afrika.
Berdasarkan WHO ( 2013 ), antara tahun 2010 dan 2012 angka kematian akibat
malaria sebesar 45% pada semua kelompok umur dan 51% pada anak dibawah
lima tahun. Sekitar tiga juta ( 90% ) kematian akibat malaria ditahun 2001 hingga
tahun 2012 berasal dari anak – anak dibawah usia lima tahun. Pada tahun 2015
penurunan angka kematian akibat malaria pada anak usia dibawah lima tahun
sebesar 63%.
dan Kamboja dengan kasus malaria pada tahun 2010 sebesar 229.819 kasus dan
presentase kematian anak balita akibat malaria cenderung meningkat dari 1% pada
tahun 2000 menjadi 2% pada tahun 2010. Sampai saat ini jumlah kasus malaria
cenderung meningkat serta semakin luas penyebarannya. Dari total 258,9 juta
penduduk Indonesia pada tahun 2016 , seperempatnya tinggal dan hidup didaerah
dengan resiko sedang dan tinggi malaria. Hal ini dibuktikan dengan prevalensi
malaria di Indonesia pada tahun 2018 adalah 1,38 per 1000 penduduk. Terdapat
2
lima provinsi yang mempunyai insidensi dan prevalensi tertinggi yaitu Papua,
Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku. Beberapa
kategori sedang sementara provinsi di Jawa dan Bali masuk dalam kategori rendah
Malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat luas
pengendalian penyakit malaria ini diharapkan menjadi perhatian kita semua, tidak
hanya secara nasional, namun juga regional dan global sebagaimana yang
satu indikator RPJMN 2015 – 2019. Salah satu strategi dalam pencapaian
eliminasi malaria melalui Early Diagnosis and Prompt Treatment, yaitu penemuan
dini kasus malaria dan pengobatan yang tepat dan cepat sehingga penularan dapat
dihentikan.
angka kesakitan malaria di mimika masih cukup tinggi yaitu, 450/1000 orang dan
pada tahun 2014 malaria di mimika menurun menjadi 224/1000 orang. Selama
tahun 2014, tim Malaria center melakukan penyemprotan insektisisda pada 21.423
rumah penduduk di kota timika untuk membasmi nyamuk malaria ( Dinkes Kab,
Mimika 2015 ). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika tahun
3
2018 angka kesakitan malaria atau Annual Paracite Invidence ( API ) yakni 250.3
dengan jumlah kasus lebih dari 52.000. Hal ini turun 40 persen dibandingkan pada
tahun 2017 sebanyak 92.000 kasus. Walaupun ada penurunan angka kesakitan
Malaria pada anak khususnya di bawah usia lima tahun dapat menimbulkan
pertumbuhan dan perkembangan serta kecerdasan anak. Salah satu dampak dari
malaria pada anak yaitu demam atau peningkatan suhu tubuh / hipertermi yang
diakibatkan oleh adanya infeksi plasmodium malaria pada sel darah merah dalam
tubuh anak.
mengeluarkan anti gen, kemudian anti gen akan menyerang mikrofak, monosit
atau limposit yang mengeluarkan sitoksin dan tumor necrosits faktor ( TNF ) yang
terjadi demam.
peningkatan suhu tubuh abnormal ( Avin, 2011 ). Panas atau demam kondisi
dimana otak mematok suhu diatas setting normal yaitu diatas 38 0C, Namun
demikian, panas yang sesungguhnya adalah bila suhu lebih dari 38,5 0C, dan dari
4
rentang terkena demam, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari
dewasa. Dihampir semua daerah, insiden demam banyak terjadi pada anak usia 5
Sebagian besar kondisi demam yang terjadi pada bayi dan anak disebabkan
oleh virus, dan anak sembuh tanpa terapi spesifik ( Rudolph, 2011 ). Deman yang
( Rudolph, 2011 )
Penanganan pada pasien demam menurut Sukamto ( 2012 ) yaitu dengan cara
memakaikan baju yang nyaman, memberi obat penurun demam jika suhu badan
membangunkan anak yang sedang tidur untuk memberi obat karena tidur sangat
dibutuhkan bagi anak untuk mengumpulkan energi yang bertujuan untuk melawan
infeksi. Pertolongan pertama yang aman bisa dilakukan oleh ibu dirumah ketika
anaknya demam yaitu dengan cara kompres hangat untuk menurunkan suhu
tubuh. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Muhamad ( 2011 )
yang menunjukkan hasil bahwa kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh
secara efektif.
suhu tubuh / hipertermi pada anak usia dibawah lima tahun masih cukup tinggi
penyakit malaria. Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat Karya Tulis Ilmiah
( KTI ) dengan judul Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Malaria dalam
5
masalah keperawatan peningkatan suhu tubuh / hipertermi di Ruang Anak Rumah
B. Rumusan Masalah
1. Masyarakat
malaria .
hipertermi.
3. Penulis
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
7
2. Anatomi dan fisiologi
karena adanya kerja atau p ompa jantung. Pada tubuh yang sehat atau
orang dewasa terdapat darah sebanyak kira – kira 1/13 dari berat
a. Fungsi darah
8
paru, mengangkat / mengeluarkan zat – zat yang tidak berguna
– zat racun.
9
Macam – macam leukosit :
sel mati ).
dari :
lebih besar
10
orang dewasa 200.000 – 300.000/mm3, berfungsi
darah yang membentuk sel darah merah, sel darah putih dan
3. Etiologi
jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya
( Harijanto P.N.2013).
4. Klasifikasi
plasmodium penyebabnya :
11
a. Malaria tropika
lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan
b. Malaria kuartana
Ciri – ciri demam tiga hari sekali stelah puncak 48 jam, gejala
12
akan ditemukan edema, acites, hipoprotemenia tanpa uremia dan
hipertensi.
c. Malaria Ovale
paling ringan dari semua bentuk malaria yang ada. Masa inkubasi
d. Malaria tersiana
malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik kas
13
e. Malaria knowlesi
5. Patofisiologi
tahan ) tubuh anak baik, maka parasit yang dibawa oleh nyamuk
Apabila daya tahan tubuh anak kurang baik maka parasit tersebut
14
6. Manifestasi klinis
b. Sakit kepala
c. Mual
d. Mudah rewel
dan perut
menyerang otak
bergantian
7. Komplikasi
15
gejala – gejala sebelumnya, dan sering terjadi pada penderita yang
a. Malaria cerebral
penyakit lain.
b. Anemia berat
atau hematokrit < 15% pada keadaan hitung parasit > 10.000.
Urine < 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau < 12 ml/kg
16
d. Hipoglikemia
) lebih sering terjadi pada anak umur < 3 tahun, yang mengalami
e. Syok
f. Oedema paru
g. Distress pernafasan
8. Pemeriksaan penunjang
17
medis malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sedian darah
Diagnostic Test ).
a. Pemeriksaan laboratorium
Test )
pengobatan.
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
18
kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah
0,25 mg /kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia <
ini:
Tabel.1. pengobvatan malaria falciparum dan kwolensi menurut berat badan dengan
DHP dan Primakuin ( Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria Tahun 2018 )
19
Tabel.2. pengobatan malaria vivax menurut berat badan dengan DHP dan
0-1 2-6 <6-11 1-4 5-9 10-14 >15 >15 >15 tahun
bulan bulan bulan tahun tahun tahun tahun Tahun
1/3 1/2 ½
1-3 DHP 1 11/2 2 3 4 5
1-14 Primakuin ¼ 1/4 1/2 3/4
- - 1 1 1
Catatan :
badan.
ideal.
20
3) Pengobatan malaria vivaks yang relaps Pengobatan kasus malaria
ovale dengan DHP dan primakuin ( Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria Tahun
2018 )
b. Penatalaksanaan Keperawatan
21
2) Observasi tanda – tanda vital pasien
penyakitnya.
22
10. Pathway
23
B. Hipertermi Pada Malaria
1. Pengertian
atau 38,8oC ( 1010F ) per rektal yang sifatnya menetap karena faktor
2. Etiologi
dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain. Terutama toksin
3. Patofisiologi
24
mikrofak,leukosit dan sel lain untuk membentuk pirogen endogen.
tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut masuk kedalam tubuh, pirogen
yang bertindak sebagai mediator dari respon demam, dan berefek pada
Oleh sebab itu, sel darah putih diproduksi lebih banyak lagi untuk
mencapai set point. Untuk mencapai set point baru yang lebih tinggi
untuk mencapai set point baru dari suhu tubuh. Selama periode ini,
Fase menggigil berakhir ketika set point baru yaitu suhu yang lebih
menggigil hilang dan pasien merasa hanagat dan kering. Jika set point
baru telah melampui batas atau pirrogen telah dihilangkan, terjadi fase
25
respons pengeluaran panas. Kulit menjadi hangat dan kemerahan
4. Manifestasi klinis
b. Tubuh menggigil
d. Badan lemah
e. Nyeri otot
g. Konstipasi
h. Sakit perut
muntah, pusing kepala dan tekanan darah menurun, hal ini berakibat
takipneu.
26
Peningkatan suhu tubuh / hipertermi pada anak – anak juga dapat
Zieve, 2011 )
27
b. Penatalaksanaan Farmakologi
disesuaikan dengan usia dan berat badan anak ( Buku tata laksana
kasus malaria,2018)
28
dengan demam juga memerlukan pemantauan untuk menghindari hal
karena demam, memberikan obat penurun panas jika suhu tubuh anak
anak yang sedang tertidur untuk memberi obat karena tidur sangat
efektif.
keperawatan Hipertermi
1. Pengkajian
anak dengan gizi buruk. Infeksi akan berlangsung lebih berat pada usia
29
sedangkan pada usia tua disebaabkan oleh menurunnya daya tahan
tubuh. Selain itu semua, malaria juga dapat di pengaruhi oleh faktor
a) Keluhan utama
( Marnia,2016,hal.121 )
30
d) Riwayat penyakit sebelumnya
( Wijaya,2013,hal 192 )
f) Riwayat pengobatan
sebelumnya. ( Marnia,2016,hal.126 )
b. Pemeriksaan fisik
( Kunoli,2012,hal.194 )
31
c) Sistem pernafasan
( Kunoli,2012 )
( Marnia,2016,hal 122 )
d) Sistem kardiovaskuler
( Kunoli,hal.194 )
e) Sistem persarafan
f) Sistem perkemihan
( Kunoli,2012,hal.195 )
h) Sistem pencernaan
konstipasi
32
j) Sistem integument
pucat
k) Sistem muskulokelental
( Kunoli,2012,hal.194 )
l) Sistem endokrin
( Natadisastra,2010,hal.66 )
m) Sistem pengindraan
( Zainuddin,2014,hal.27 )
n) Sisten imunitas
antigen ( Setiati,2014,hal.606 )
2. Diagnosa keperawatan
penyakit.
33
a. Definisi
normal
b. Batasan Karakteristik
1) Kulit merah
meningkat)
5) Takikardi
6) Takipnea
c. Faktor berhubungan :
1) Dehidrasi
berkeringat
3. Intervensi
34
Tujuan : tanda-tanda vital, nilai suhu, denyut nadi, frekuensi
Kriteria hasil :
Intervensi :
terjadinya demam.
35
g. Berikan kompres hangat di beberapa bagian tubuh
keluar
4. Implementasi
2016) .
5. Evaluasi
36
keperawatan.Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena
37
BAB III
Metode penelitian yang digunakan pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah
berbagai sumber informasi. Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan
tempat, serta jumlah kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau
individu. ( Nursalam,2013 )
38
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang
evaluasi.
Subyek studi kasus dalam penelitian ini adalah dua pasien dengan
diagnosa medis malaria dan dalam masalah keperawatan yang sama yaitu
akan dijadikan titik acuan studi kasus. Dalam kasus ini yang menjadi fokus
studi adalah asuhan keperawatan pada anak dengan malaria dalam masalah
D. Definisi Operasional
2. Pasien anak dengan malaria adalah pasien yang masuk rumah sakit
lemah dan mudah rewel serta hasil DDR menunjukkan positif malaria.
39
yang biasanya disebabkan oleh adanya infeksi dalam tubuh pasien oleh
plasmodium malaria .
Pada studi kasus ini bertempat di ruang anak Bangsal Pipit Rumah
x 24 jam ( tiga hari ) dihitung sejak hari pertama pasien masuk ruang anak
F. Pengumpulan Data
G. Penyajian Data
dari responden.
40
Beberapa etika studi kasus yang harus diperhatikan oleh peneliti adalah
sebagai berikut :
dalam penelitian ini. Apabila pasien setuju untuk menjadi subyek studi
inisial studi kasus, hal ini mencakup jenis kelamin, umur, tingkat
3. Confidentiality (kerahasiaan)
41
42