Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB II

Disusun oleh kelompok 2:

1. Debora Ika Kristiani Sikoway : PO7120718014

2. Jeni Jubelina Fonataba : PO7120718029

3. Sajida Nasrun : PO7120718055

4. Stella W Latupeirisa : PO7120718057

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAYAPURA
PRODI D-III KEPERAWATAN TIMIKA
TAHUN AKADEMIK 2019-202
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha kuasa. Atas limpahan rahmat dan

taufik-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Makalah ini

ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB II.

Penulis yakin bahwa makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan pihak lain.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu penyelesaian makalah ini

Penulis yakin bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan.Semoga

karya sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.

Mimika, 18 September 2020

Mengetahui,

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................ 3

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 5

1.3 Tujuan............................................................................................................ 5

BAB 2 KONSEP TEORI DAN ASKEP

2.1 HIV AIDS

2.1.1 Definisi................................................................................................... 6

2.1.2 Etiologi................................................................................................... 6

2.1.3 Klasifikasi............................................................................................... 7

2.1.4 Manifestasi Klinis................................................................................... 9

2.1.5 Transmisi/Cara Penularan..................................................................... 10

2.1.6 Patofisiologi.......................................................................................... 11

2.1.7 Pathway................................................................................................ 14

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 15

2.1.9 Asuhan Keperawatan............................................................................ 18

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 25

3.2 Saran............................................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan

gejala infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan

tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency

Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.

Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik

ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat

memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-

benar bisa disembuhkan.

HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit

dalam (membaran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang

mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,

dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal,

anal, ataupun oral), transfuse darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara

ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak

lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan

menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh

lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat

AIDS sebagai salah satu epidemic paling menghancurkan pada sejarah. Di

Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai 31 Desember

4
2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP&PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari

2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000.

Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV

dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kematian. Angka ini tidak mengherankan

karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat

estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000-130.000.

Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan

Indis, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep teori HIV AIDS dan asuhan keperawatan pada pasien

penderita HIV AIDS?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi AIDS

2. Untuk mengetahui etiologi AIDS

3. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada klien AIDS

4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien HIV AIDS

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HIV AIDS

2.1.1 Definisi

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen yang

menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda CD

4+ dipermukaannya seperti makrofag dan limfosit T. AIDS (acquired

Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu kondisi immunosupresif yang

berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, serta

manifestasi neurologic tertentu akibat infeksi HIV.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu retrovirus yang berarti

terdiri atas untai tunggal RNA virus yang masuk ke dalam inti sel pejamu dan

ditranskripkan kedalam DNA pejamu ketika menginfeksi pejamu. AIDS

(Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit virus yang

menyebabkan kolapsnya sistem imun disebabkan oleh infeksi immunodefisiensi

manusia (HIV), dan bagi kebanyakan penderita kematian dalam 10 tahun setelah

diagnosis.

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai

gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV

2.1.2 Etiologi

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut

HIV dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy

Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga

6
disebut Human T-Cell Lympanotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah

asam rebonukleatnya (RNA) menjadi asam eoksiribunokleat (DNA) setelah

masuk kedalam sel pejamu.

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human

Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima

fase yaitu:

1. Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.


Tidak ada gejala
2. Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala
flu like illness
3. Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan gejala
tidk ada
4. Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah,
rash, limfadenopati, lesi mulut
5. AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan
tumor pada berbagai sistem tubuh, dan manifestasi neurologis

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi Klinis Infeksi HIV Pada Orang Dewasa Menurut WHO

Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas


I 1. Asimptomatik Asimptomatik,

2. Limfadenopati Generalisata aktivitas normal


II 1. Berat badan menurutn <10 % Simptomatik,

2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan aktivitas normal

seperti, dermatitis seboroik, purigo,

onikomikosis, ulkus oral yang rekuren,

kheilitis angularis.

3. Herpes zoster dalam 5 tahun terkahir

7
4. Infeksi saluran napas bagian atas seperti

sinusitis bakterialis
III 1. Berat badan menurun < 10% Pada umunya

2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 lemah, aktivitas

bulan di tempat tidur

3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan kurang dari 50%

4. Kandidiasis orofaringeal

5. Oral hairy leukoplakia

6. TB paru dalam tahun terakhir

7. Infeksi bacterial yang berat seperti

pneumonia, piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome Pada umumnya

2. Pnemonia Pneumocystis carinii sangat lemah,

3. Toksoplasmosis otak aktivitas di

4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan tempat tidur

5. Kriptokokosis ekstrapulmonar lebih dari 50 %

6. Retinitis virus situmegalo

7. Herpes simpleks mukokutan > 1 bulan

8. Leukoensefalopati multifocal progresif

9. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis

10. Tuberkulosis di luar paru

2.1.4 Manifestasi Klinis

8
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS

diantaranya adalah seperti dibawah ini:

1) Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas

sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya

(Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV

AIDS diduga sebagai TBC.

2) Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan

gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami

penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami

diarhea yang kronik.

3) Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting

syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah

normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh

seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan

absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang

mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.

4) System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang

mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering

tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system

persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan

pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu

mengalami tensi darah rendah dan Impoten.

9
5) System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus

cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai

macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit.

Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit

(Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta

Eczema atau psoriasis.

6) Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali

mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal

terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit

syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang

menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak

yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah

'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak

teratur (abnormal).

2.1.5 Transmisi/Cara Penularan

HIV ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh seperti

darah, semen, cairan vagina, dan ASI. Terinfeksi tidaknya seseorang

tergantung pada status imunitas, gizi, kesehatan umum dan usia serta jenis

kelamin merupakan faktor risiko. Seseorang akan berisiko tinggi terinfeksi

HIV bila bertukar darah dengan orang yang terinfeksi, pemakaian jarum

suntik yang bergantian terutama pada pengguna narkoba, hubungan seksual.

Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh

seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat dalam saliva, air

mata, dan urin (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat didalam air

10
mata dan keringat. Pria yang sudah disunat memiliki risiko HIV yang lebih

kecil dibandingkan dengan pria yang tidak disunat. Selain melalui cairan

tubuh, HIV juga ditularkan melalui :

a) Ibu hamil
 Secara intrauterine, intrapartum, dan postpartum (ASI)
 Angka transmisi mencapai 20-50%
 Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga
 Laporan lain menyatakan risiko penularan malalui ASI adalah 11-
29%
 Sebuah studi meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian
pada duakelompok ibu, yaitu kelompok ibu yang menyusui sejak
awal kelahiran bayi dan kelompok ibu yang menyusui setelah
beberapa waktu usia bayinya, melaporkan bahwa angka penularan
HIV pada bayi yang belum disusui adalah 14% (yang diperoleh
dari penularan melalui mekanisme kehamilan dan persalinan), dan
angka penularan HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya
disusui. Bayi normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi
HIV dari ibunya selama 6-15 bulan.
b) Jarum suntik
 Prevalensi 5-10%
 Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum
suntik karena penyalahgunaan obat
 Di antara tahanan (tersangka atau terdakwa tindak pidana)
dewasa, pengguna obat suntik di Jakarta sebanyak 40% terinfeksi
HIV, di Bogor 25% dan di Bali 53%.
c) Transfusi darah
 Risiko penularan sebesar 90%
 Prevalensi 3-5%
d) Hubungan seksual
 Prevalensi 70-80%
 Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim

11
 Model penularan ini adalah yang tersering didunia. Akhir-akhir
ini dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
menggunakan kondom, maka penularan melalui jalur ini
cenderung menurun dan digantikan oleh penularan melalui jalur
penasun (pengguna narkoba suntik)

2.1.6 Patofisiologi

Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan. Seiring

pertambahan replikasi virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel limfosit CD 4+

akan terus menurun. Umumnya, jarak antara infeksi HIV dan timbulnya gejala

klinis pada AIDS berkisar antara 5 – 10 tahun. Infeksi primer HIV dapat memicu

gejala infeksi akut yang spesifik, seperti demam, nyeri kepala, faringitis dan nyeri

tenggorokan, limfadenopati, dan ruam kulit. Fase akut tersebut dilanjutkan dengan

periode laten yang asimtomatis, tetapi pada fase inilah terjadi penurunan jumlah

sel limfosit CD 4+ selama bertahun – tahun hingga terjadi manifestasi klinis AIDS

akibat defisiensi imun (berupa infeksi oportunistik). Berbagai manifestasi klinis

lain dapat timbul akibat reaksi autoimun, reaksi hipersensitivitas, dan potensi

keganasan.

Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel

yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi

dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus

(HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan

bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi

dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV)

menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian

12
sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha

mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan

pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat

double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai

sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang

membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen.

Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4

helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari

sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang

memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin,

dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper

terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan

memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.

Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah

secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan

menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human

Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala

(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat

berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-

300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan

jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya

penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi

13
yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh

dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker

atau dimensia AIDS.

14
2.1.7 Pathweay

15
2.1.8

16
Pemeriksaan Penunjang

1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV:

- ELISA

- Western blot

- P24 antigen test

- Kultur HIV

2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.

- Hematokrit.

- LED

- CD4 limfosit

- Rasio CD4/CD limfosit

- Serum mikroglobulin B2

17
- Hemoglobulin

2.1.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan/rehabilitasi

dan edukasi.

a) Pengobatan

Obat-obatan yang dapat digunakan pada penderita HIV antara lain:

1) Obat Retrovirus

5. Zidovudine (AZT)

Berfungsi sebagai terapi pertama anti retrovirus. Pemakaian obat

ini dapat menguntungkan diantaranya yaitu Dapat

memperpanjang masa hidup (1-2 tahun), mengurangi frekuensi

dan berat infeksi oportunistik, menunda progresivitas penyakit,

memperbaiki kualitas hidup pasien, mengurangi resiko penularan

perinatal, mengurangi kadar Ag p24 dalam serum dan cairan

spinal. Efek samping zidovudine adalah: sakit kepala, nausea,

anemia, neutropenia, malaise, fatique, agitasi, insomnia, muntah

dan rasa tidak enak diperut. Setelah pemakaian jangka panjang

dapat timbul miopati. Dosis yang se006Barang dipakai 200mg po

tid, dan dosis diturunkan menjadi 100mg po tid bila ada tanda-

tanda toksik.

6. Didanosine ( ddl ), Videx

Merupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi terhadap

AZT, atau bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata ada

kemungkinan respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda

18
infeksi oportunistik respon terhadap AZT menurun. Untuk

menunda infeksi oportunistik pada ARC dan asimtomatik

hasilnya lebih baik daripada AZT. Efek samping: neuropati

perifer, pankreatitis (7%), nausea, diare. Dosis: 200mg po bid

( untuk BB >60kg), 125mg po bid (untuk BB < 60kg) Mulanya

hanya dipakai untuk kombinasi denganAZT. Secara invitro

merupakan obat yang paling kuat, tapi efek samping terjadinya

neuropati ( 17-31%) dan pankreatitis. Dosis : 0,75mg po tid.

2) Obat-obat untuk infeksi oportunistik

1. Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai bila cCD4, 250

mm/mm3. Dengan kotrimokzasol dua kali/minggu. Dosis 2

tablet, atau dengan aerosol pentamidine 300mg, dan dapsone

atau fansidar.

2. Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan pasien

anergik. Dipakai INH 300mg po qd dengan vit.b6, atau

rifampisin 600mg po qd bila intolerans INH.

3. Profilaksis untuk MAI (mycobacterium avium intracelulare),

bila CD4 , 200/mm3, dengan frukanazol po q minggu, bila

pernah menderita oral kandidiasis, sebelumnya.

4. Belum direkomendasikan untuk profilaksis kandidiasis, karena

cepat timbul resistensi obat disamping biaya juga mahal.

3) Obat untuk kanker sekunder

Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV.

Untuk Sakorma Kaposi, KS soliter:radiasi, dan untuk KS

19
multipel:kemoterapi. Untuk limfoma maligna: sesuai dengan

penanganan limfoma paa pasien non HIV.

4) Pengobatan simtomatik supportif

Obat-obatan simtomatis dan terapi suportif sring harus diberikan

pada seseorang yang telah menderita ADIS, antara lain yang sering

yaitu: analgetik, tranquiller minor, vitamin, dan transfusi darah.

b) Rehabilitasi

Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga

atau orang terdekat, dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk:

1. Memberikan dukungan mental-psikologis

2. Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak

berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang

berisiko.

3. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa

mempertahankan kondisi tubuh yang baik.

4. Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang

berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana

mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada

keluarga dan orang terdekat.

c) Edukasi

Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan

keluarganya tentang bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS,

kemungkinan diskriminasi masyaratak sekitar, bagaimana tanggung

jawab keluarga, teman dekat atau masyarakat lain. Pendidikan juga

20
diberikan tentang hidup sehat, mengatur diet, menghindari kebiasaan

yang dapat merugikan kesehatan, antara lain: rokok, minuman keras.

Narkotik, dsb.

2.1.10 Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

Meliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir

b. Riwayat

Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-

obatan

c. Keadaan Umum

Pucat, kelaparan

d. Gejala Subjektif

Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari

berulang kali, lemah, lelah, anoreksia

e. Psikososial

Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup

f. Status Mental

Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi

g. HEENT

Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering

h. Neurologis

Gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku

kuduk, kejang, paraplegia

21
i. Muskoloskletal

Focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL

j. Kardiovaskular

Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness

k. Pernapasan

Dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot bantu

pernapasan, batuk produktif atau non produktif.

l. GI

Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,

inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning

m. Gu

Lesi atau eksudat pada genital,

n. Integument

Kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif

2. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi,

malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi

HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran

oksigen, malnutrisi, kelelahan.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic,

dan menurunnya absorbsi zat gizi.

22
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI

6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang

keadaan yang orang dicintai.

23
3. Intervensi

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
Resiko tinggi infeksi Pasien akan bebas 1. Monitor Untuk pengobatan dini
berhubungan dengan infeksi oportunistik dan tanda-tanda Mencegah pasien
imunosupresi,malnutrisi komplikasinya dengan infeksi baru. terpapar oleh kuman
2. gunakan
dan pola hidup yang kriteria tak ada tanda- patogen yang diperoleh
teknik aseptik
beresiko. tanda infeksi baru, lab pada setiap di rumah sakit.
tidak ada infeksi tindakan
oportunis, tanda vital invasif. Cuci Mencegah bertambahnya
dalam batas normal, tangan sebelum infeksi
tidak ada luka atau meberikan
eksudat. tindakan.
3. Anjurkan
Meyakinkan diagnosis
pasien metoda
mencegah akurat dan pengobatan
terpapar
terhadap Mempertahankan kadar
lingkungan darah yang terapeutik
yang patogen.

4. Kumpulka
n spesimen
untuk tes lab
sesuai order.

5. Atur
pemberian
antiinfeksi
sesuai order

Resiko tinggi infeksi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan Pasien dan keluarga mau
(kontak pasien) ditransmisikan, tim pasien atau dan memerlukan
berhubungan dengan kesehatan orang penting informasikan ini
lainnya metode
infeksi HIV, adanya memperhatikan
mencegah
infeksi universal precautions transmisi HIV
nonopportunisitik yang dengan kriteriaa kontak dan kuman
dapat ditransmisikan. pasien dan tim patogen Mencegah transimisi
kesehatan tidak terpapar lainnya. infeksi HIV ke orang lain
HIV, tidak terinfeksi 2. Gunakan
patogen lain seperti darah dan
cairan tubuh
TBC.
precaution bial
merawat
pasien.
Gunakan
masker bila
perlu.

Intolerans aktivitas Pasien berpartisipasi 1. Monitor Respon bervariasi dari


berhubungan dengan dalam kegiatan, dengan respon hari ke hari
kelemahan, pertukaran kriteria bebas dyspnea fisiologis
terhadap
oksigen, malnutrisi, dan takikardi selama
aktivitas
kelelahan. aktivitas. Mengurangi kebutuhan
2. Berikan energi
bantuan
perawatan
yang pasien Ekstra istirahat perlu
sendiri tidak jika karena
mampu
meningkatkan kebutuhan
metabolik
3. Jadwalkan
perawatan
pasien
sehingga tidak
mengganggu
isitirahat.

Perubahan nutrisi Pasien mempunyai 1. Monitor Intake menurun


kurang dari kebutuhan intake kalori dan protein kemampuan dihubungkan dengan
tubuh berhubungan yang adekuat untuk mengunyah nyeri tenggorokan dan
dan menelan.
dengan intake yang memenuhi kebutuhan mulut
2. Monitor
kurang, meningkatnya metaboliknya dengan BB, intake Menentukan data dasar
kebutuhan metabolic, kriteria mual dan dan ouput Mengurangi muntah
dan menurunnya muntah dikontrol, 3. Atur Meyakinkan bahwa
absorbsi zat gizi. pasien makan TKTP, antiemetik makanan sesuai dengan
serum albumin dan sesuai order keinginan pasien
protein dalam batas n 4. Rencanaka
n diet dengan
ormal, BB mendekati
pasien dan
seperti sebelum sakit. orang penting
lainnya.

Diare berhubungan Pasien merasa nyaman 1. Kaji Mendeteksi adanya


dengan infeksi GI dan mengnontrol diare, konsistensi darah dalam feses
komplikasi minimal dan frekuensi
feses dan

25
dengan kriteria perut adanya darah. Hipermotiliti mumnya
lunak, tidak tegang, dengan diare
feses lunak dan warna 2. Auskultasi
bunyi usus
normal, kram perut Mengurangi motilitas
hilang, 3. Atur agen usus, yang pelan,
antimotilitas emperburuk perforasi
dan psilium pada intestinal
(Metamucil)
sesuai order Untuk menghilangkan
distensi
4. Berikan
ointment A
dan D, vaselin
atau zinc
oside
Tidak efektif koping Keluarga atau orang 1. Kaji Memulai suatu hubungan
keluarga berhubungan penting lain koping keluarga dalam bekerja secara
dengan cemas tentang mempertahankan suport terhadap sakit konstruktif dengan
pasein dan
keadaan yang orang sistem dan adaptasi keluarga.
perawatannya
dicintai. terhadap perubahan Mereka tak menyadari
akan kebutuhannya 2. Biarkan bahwa mereka berbicara
dengan kriteria pasien keluarga secara bebas
dan keluarga mengungkapka
berinteraksi dengan cara na perasaan
yang konstruktif secara verbal Menghilangkan
kecemasan tentang
3. Ajarkan
kepada transmisi melalui kontak
keluaraga sederhana.
tentang
penyakit dan
transmisinya.

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen yang


menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda
CD 4+ dipermukaannya seperti makrofag dan limfosit T. AIDS (acquired
Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu kondisi immunosupresif yang
berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, serta
manifestasi neurologic tertentu akibat infeksi HIV.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu retrovirus yang berarti
terdiri atas untai tunggal RNA virus yang masuk ke dalam inti sel pejamu dan
ditranskripkan kedalam DNA pejamu ketika menginfeksi pejamu. AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit virus yang
menyebabkan kolapsnya sistem imun disebabkan oleh infeksi
immunodefisiensi manusia (HIV), dan bagi kebanyakan penderita kematian
dalam 10 tahun setelah diagnosis.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai
gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV
Klasifikasi Klinis Infeksi HIV Pada Orang Dewasa Menurut WHO

Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas


I 3. Asimptomatik Asimptomatik,
4. Limfadenopati Generalisata aktivitas normal
II 5. Berat badan menurutn <10 % Simptomatik,
6. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan aktivitas normal
seperti, dermatitis seboroik, purigo,
onikomikosis, ulkus oral yang rekuren,
kheilitis angularis.
7. Herpes zoster dalam 5 tahun terkahir
8. Infeksi saluran napas bagian atas seperti
sinusitis bakterialis
III 8. Berat badan menurun < 10% Pada umunya
9. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 lemah, aktivitas
bulan di tempat tidur
10. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan kurang dari 50%
11. Kandidiasis orofaringeal
12. Oral hairy leukoplakia
13. TB paru dalam tahun terakhir
14. Infeksi bacterial yang berat seperti

27
pneumonia, piomiositis
IV 11. HIV wasting syndrome Pada umumnya
12. Pnemonia Pneumocystis carinii sangat lemah,
13. Toksoplasmosis otak aktivitas di
14. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan tempat tidur
15. Kriptokokosis ekstrapulmonar lebih dari 50 %
16. Retinitis virus situmegalo
17. Herpes simpleks mukokutan > 1 bulan
18. Leukoensefalopati multifocal progresif
19. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis
20. Tuberkulosis di luar paru

Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
diantaranya adalah seperti dibawah ini:
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas
sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus
lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal
penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap
mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta
mengalami diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah
normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh
seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang
mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang
bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central
yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi,
sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada
system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan
kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang,
selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan
virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan

28
berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada
jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada
kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-
retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali
mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal
terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya
yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita
banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal
sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa
haid yang tidak teratur (abnormal).

B. Saran

Untuk dapat mencegah penularan dilakukan dengan metode ABCDE

a) A = Absen (tidak berhubungan seks saat jauh dari pasangan)

b) B = Be Faithful (setia atau tidak gonta-ganti pasangan)

c) C = Condom (memakai kondom saat berhubungan seks)

d) D = Drugs (tidak mengkonsumsi narkoba)

e) E = Education (aktif mencari informasi yang benar)

29
DAFTAR PUSTAKA

Djoerban Z, Djauzi S. 2009. HIV/AIDS di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Edisi V. Editor: SUdoyo AW, SetyohadiB, Alwi I, Simadibrata M,

Setiati S. Jakarta: Puat Penerbitan IPD FAKUI.

Nasronudin. 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang.

Surabaya: Airlangga.

Rampengan dan Laurentz. 1995. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan
kedua. EGC: Jakarta.

30

Anda mungkin juga menyukai