Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha kuasa. Atas limpahan rahmat dan
Penulis yakin bahwa makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan pihak lain.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
Penulis yakin bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
Mengetahui,
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan............................................................................................................ 5
2.1.1 Definisi................................................................................................... 6
2.1.2 Etiologi................................................................................................... 6
2.1.3 Klasifikasi............................................................................................... 7
2.1.6 Patofisiologi.......................................................................................... 11
2.1.7 Pathway................................................................................................ 14
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 25
3.2 Saran............................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
gejala infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik
ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
dalam (membaran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,
dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal,
anal, ataupun oral), transfuse darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara
ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak
lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat
4
2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP&PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari
Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV
dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kematian. Angka ini tidak mengherankan
Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan
Bagaimana konsep teori HIV AIDS dan asuhan keperawatan pada pasien
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda CD
terdiri atas untai tunggal RNA virus yang masuk ke dalam inti sel pejamu dan
manusia (HIV), dan bagi kebanyakan penderita kematian dalam 10 tahun setelah
diagnosis.
2.1.2 Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut
HIV dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy
Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga
6
disebut Human T-Cell Lympanotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah
Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima
fase yaitu:
2.1.3 Klasifikasi
kheilitis angularis.
7
4. Infeksi saluran napas bagian atas seperti
sinusitis bakterialis
III 1. Berat badan menurun < 10% Pada umunya
4. Kandidiasis orofaringeal
pneumonia, piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome Pada umumnya
8
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami
3) Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh
pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu
9
5) System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus
cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai
macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit.
mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang
'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).
HIV ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh seperti
tergantung pada status imunitas, gizi, kesehatan umum dan usia serta jenis
HIV bila bertukar darah dengan orang yang terinfeksi, pemakaian jarum
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh
seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat dalam saliva, air
mata, dan urin (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat didalam air
10
mata dan keringat. Pria yang sudah disunat memiliki risiko HIV yang lebih
kecil dibandingkan dengan pria yang tidak disunat. Selain melalui cairan
a) Ibu hamil
Secara intrauterine, intrapartum, dan postpartum (ASI)
Angka transmisi mencapai 20-50%
Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga
Laporan lain menyatakan risiko penularan malalui ASI adalah 11-
29%
Sebuah studi meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian
pada duakelompok ibu, yaitu kelompok ibu yang menyusui sejak
awal kelahiran bayi dan kelompok ibu yang menyusui setelah
beberapa waktu usia bayinya, melaporkan bahwa angka penularan
HIV pada bayi yang belum disusui adalah 14% (yang diperoleh
dari penularan melalui mekanisme kehamilan dan persalinan), dan
angka penularan HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya
disusui. Bayi normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi
HIV dari ibunya selama 6-15 bulan.
b) Jarum suntik
Prevalensi 5-10%
Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum
suntik karena penyalahgunaan obat
Di antara tahanan (tersangka atau terdakwa tindak pidana)
dewasa, pengguna obat suntik di Jakarta sebanyak 40% terinfeksi
HIV, di Bogor 25% dan di Bali 53%.
c) Transfusi darah
Risiko penularan sebesar 90%
Prevalensi 3-5%
d) Hubungan seksual
Prevalensi 70-80%
Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim
11
Model penularan ini adalah yang tersering didunia. Akhir-akhir
ini dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
menggunakan kondom, maka penularan melalui jalur ini
cenderung menurun dan digantikan oleh penularan melalui jalur
penasun (pengguna narkoba suntik)
2.1.6 Patofisiologi
Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan. Seiring
akan terus menurun. Umumnya, jarak antara infeksi HIV dan timbulnya gejala
klinis pada AIDS berkisar antara 5 – 10 tahun. Infeksi primer HIV dapat memicu
gejala infeksi akut yang spesifik, seperti demam, nyeri kepala, faringitis dan nyeri
tenggorokan, limfadenopati, dan ruam kulit. Fase akut tersebut dilanjutkan dengan
periode laten yang asimtomatis, tetapi pada fase inilah terjadi penurunan jumlah
sel limfosit CD 4+ selama bertahun – tahun hingga terjadi manifestasi klinis AIDS
lain dapat timbul akibat reaksi autoimun, reaksi hipersensitivitas, dan potensi
keganasan.
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi
dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV)
12
sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang
membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen.
Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4
helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari
sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang
dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-
Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan
13
yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh
dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
14
2.1.7 Pathweay
15
2.1.8
16
Pemeriksaan Penunjang
- ELISA
- Western blot
- Kultur HIV
- Hematokrit.
- LED
- CD4 limfosit
- Serum mikroglobulin B2
17
- Hemoglobulin
2.1.9 Penatalaksanaan
dan edukasi.
a) Pengobatan
1) Obat Retrovirus
5. Zidovudine (AZT)
tid, dan dosis diturunkan menjadi 100mg po tid bila ada tanda-
tanda toksik.
AZT, atau bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata ada
18
infeksi oportunistik respon terhadap AZT menurun. Untuk
atau fansidar.
19
multipel:kemoterapi. Untuk limfoma maligna: sesuai dengan
pada seseorang yang telah menderita ADIS, antara lain yang sering
b) Rehabilitasi
berisiko.
c) Edukasi
20
diberikan tentang hidup sehat, mengatur diet, menghindari kebiasaan
Narkotik, dsb.
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat
obatan
c. Keadaan Umum
Pucat, kelaparan
d. Gejala Subjektif
e. Psikososial
f. Status Mental
g. HEENT
h. Neurologis
21
i. Muskoloskletal
j. Kardiovaskular
k. Pernapasan
l. GI
m. Gu
n. Integument
2. Diagnosa Keperawatan
22
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
23
3. Intervensi
4. Kumpulka
n spesimen
untuk tes lab
sesuai order.
5. Atur
pemberian
antiinfeksi
sesuai order
Resiko tinggi infeksi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan Pasien dan keluarga mau
(kontak pasien) ditransmisikan, tim pasien atau dan memerlukan
berhubungan dengan kesehatan orang penting informasikan ini
lainnya metode
infeksi HIV, adanya memperhatikan
mencegah
infeksi universal precautions transmisi HIV
nonopportunisitik yang dengan kriteriaa kontak dan kuman
dapat ditransmisikan. pasien dan tim patogen Mencegah transimisi
kesehatan tidak terpapar lainnya. infeksi HIV ke orang lain
HIV, tidak terinfeksi 2. Gunakan
patogen lain seperti darah dan
cairan tubuh
TBC.
precaution bial
merawat
pasien.
Gunakan
masker bila
perlu.
25
dengan kriteria perut adanya darah. Hipermotiliti mumnya
lunak, tidak tegang, dengan diare
feses lunak dan warna 2. Auskultasi
bunyi usus
normal, kram perut Mengurangi motilitas
hilang, 3. Atur agen usus, yang pelan,
antimotilitas emperburuk perforasi
dan psilium pada intestinal
(Metamucil)
sesuai order Untuk menghilangkan
distensi
4. Berikan
ointment A
dan D, vaselin
atau zinc
oside
Tidak efektif koping Keluarga atau orang 1. Kaji Memulai suatu hubungan
keluarga berhubungan penting lain koping keluarga dalam bekerja secara
dengan cemas tentang mempertahankan suport terhadap sakit konstruktif dengan
pasein dan
keadaan yang orang sistem dan adaptasi keluarga.
perawatannya
dicintai. terhadap perubahan Mereka tak menyadari
akan kebutuhannya 2. Biarkan bahwa mereka berbicara
dengan kriteria pasien keluarga secara bebas
dan keluarga mengungkapka
berinteraksi dengan cara na perasaan
yang konstruktif secara verbal Menghilangkan
kecemasan tentang
3. Ajarkan
kepada transmisi melalui kontak
keluaraga sederhana.
tentang
penyakit dan
transmisinya.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
27
pneumonia, piomiositis
IV 11. HIV wasting syndrome Pada umumnya
12. Pnemonia Pneumocystis carinii sangat lemah,
13. Toksoplasmosis otak aktivitas di
14. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan tempat tidur
15. Kriptokokosis ekstrapulmonar lebih dari 50 %
16. Retinitis virus situmegalo
17. Herpes simpleks mukokutan > 1 bulan
18. Leukoensefalopati multifocal progresif
19. Mikosis diseminata seperti histoplasmosis
20. Tuberkulosis di luar paru
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
diantaranya adalah seperti dibawah ini:
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas
sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus
lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal
penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap
mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta
mengalami diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah
normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh
seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang
mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang
bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central
yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi,
sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada
system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan
kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang,
selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan
virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan
28
berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada
jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada
kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-
retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali
mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal
terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya
yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita
banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal
sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa
haid yang tidak teratur (abnormal).
B. Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
Surabaya: Airlangga.
Rampengan dan Laurentz. 1995. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan
kedua. EGC: Jakarta.
30