PENDAHULUAN
1
944 kasus di Padang, 345 kasus di Tanah Datar, 265 kasus di Agam, 172 kasus di
Kabupaten Solok, 157 kasus di Limapuluh Kota, 151 kasus di Pesisir Selatan, 141 kasus
di Padang Pariaman, 136 kasus di Pariaman, 128 kasus di Sawahlunto, 99 kasus di
Bukittinggi, 96 kasus di Pasaman, 91 kasus di Sijunjung, 83 kasus di Kota Solok, 75
kasus di Pasaman Barat, 49 kasus di Dharmasraya, 39 kasus di Solok Selatan, 29 kasus di
Padang Panjang, 24 kasus di Kepulauan Mentawai dan 23 kasus di Payakumbuh. (Bidang
Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Sumbar Tahun 2015)
Menurut data dari Bidang Pelayanan Medis pasien yang dirawat dengan Demam
Berdarah di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan tahun 2015 sebanyak 315 kasus,
sedangkan data terbaru bulan Januari – Maret tahun 2016 tercatat sebanyak 119 kasus.
Data dari ruangan anak RSUD Dr.Muhammad Zein Painan pada bulan Februari 2016
Demam Berdarah merupakan penyakit nomor satu dari sepuluh penyakit terbanyak yang
dirawat diruang anak.
Mengingat tingginya angka kasus Demam Berdarah di Kabupaten Pesisir Selatan
dan banyaknya pasien yang dirawat dengan Demam Berdarah maka diperlukan
peningkatan pengetahuan kepada masyarakat agar dapat melakukan pencegahan
terjadinya kasus Demam Berdarah dilingkungan masyarakat kita. Peran perawat sangat
penting dalam melakukan perawatan dan Asuhan keperawatan pada anak dengan DHF
yang dengan melakukan pengkajian Kapan mulai demam dan mengetahui masa kritis
pada pasien DHF, Menegakkan diagnosa yang tepat sehingga Merencanakan intervensi
dan melaksanakan Implementasi yang tepat,melakukan evaluasi terhadap Implementasi
yang telah dilakukan.Selain itu penyuluhan kesehatan apabila pasien sudah boleh
pulang,karena cendrung anggota keluarga yang terkena DHF akan terkena anggota yang
lain,karena penanganan keluarga setelah dirawat di RS yaitu menjaga kebersihan,hindari
menggantung pakaian yang lembab, melakukan 3M, Menguras, Menimbun, Membakar
barang yang bisa membuat genangan air.
Berdasarkan fenomena diatas, kelompok tertarik untuk melakukan pengkajian
mengenai asuhan keperawatan pada anak demam berdarah di RSUD Sanjiwani Gianyar
Ruang Abimanyu.
2
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada anak
dengan Dangue Haemorogic Fever (DHF) di RSUD Sanjiwani Gianyar Ruang
Abimanyu.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan Dangue Haemorogic Fever (DHF)
b. Mampu melakukan analisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan pada anak
dengan Dangue Haemorogic Fever (DHF)
c. Mampu menetukan intervensi keperawatan pada anak dengan Dangue Haemorogic
Fever (DHF)
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada anak dengan Dangue
Haemorogic Fever (DHF)
e. Mampu melakukan evaluasi SOAP pada anak dengan Dangue Haemorogic Fever
(DHF)
f. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada anak dengan
Dangue Haemorogic Fever (DHF)
1.3 Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat melakukan
asuhan keperawatan dengan baik terutama pada kasus perawatan anak dengan Dangue
Haemorogic Fever (DHF)
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan keterampilan serta
mengaplikasikan secara langsung teori- teori yang didapat di bangku perkuliahan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4
Demam Berdarah Dengue di Jawa Timur selama 5 tahun terakhir menunjukkan angka
yang fluktuatif, namun secara umum cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun
2015 dan 2016 terjadi lonjakan kasus yang cukup erotyp karena adanya KLB, yaitu
tahun 2015 sebanyak 8246 penderita (angka insiden: 23,50 per-100 ribu penduduk), dan
tahun 2016 (sampai dengan Mei) sebanyak 7180 penderita (angka insidens: 20,34 per 100
ribu penduduk). Sasaran penderita DBD juga merata, mengena pada semua kelompok
umur baik anak-anak maupun orang dewasa, baik masyarakat pedesaan maupun
perkotaan, baik orang kaya maupun orang miskin, baik yang tinggal di perkampungan
maupun di perumahan elite, semuanya bisa terkena Demam Berdarah.
Case Fatality Rate penderita DBD pada tahun 2015 sebesar 0,7 dan erotype rate
sebesar 45. Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai eroty bervariasi
disebabkan beberapa faktor antara lain status umur penduduk, kepadatan eroty, tingkat
penyebaran virus, prevalensi erotype virus Dengue, dan kondisi metereologis. DBD
secara keseluruhan tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan, tetapi kematian
ditemukan lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki.Distribusi umur
pada mulanya memperlihatkan proporsi kasus terbanyak adalah anak berumur <15 tahun
(86-95%), namun pada wabah selanjutnya jumlah kasus dewasa muda meningkat.
3. Etiologi
1) Virus dengue
Deman dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan
virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam aribonukleat rantai tunggal dengan
berat molekul 4 x 106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue dan demam berdarah
dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip
terbanyak (Mansjoer, Arif. 2011)
Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip (DEN 1,
2, 3, 4). Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh nukleokapsid. Virus
Dengue memerlukan asam nukleat untuk bereplikasi, sehingga mengganggu sintesis
protein sel pejamu. Kapasitas virus untuk mengakibatkan penyakit pada pejamu
disebut virulensi. Virulensi virus berperan melalui kemampuan virus untuk :
5
a. Menginfeksi lebih banyak sel
b. Membentuk virus progenik
c. Menyebabkan reaksi inflamasi hebat
d. Menghindari respon imun mekanisme efektor
2) Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan
tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya.
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya
nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)
sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam
penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat
bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang
terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan
daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina
lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu
pagi hari dan senja hari. ( Nursalam, 2015)
3) Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta. (Maryunani, Anik. 2017)
4. Patofisiologi
6
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen.
Penyakit DBD ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat virus dengue.
Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit, yaitu jika
mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue. Jika orang digigit nyamuk
Aedes Aegypti maka virus dengue masuk bersama darah yang dihisapnya. Di dalam tubuh
nyamuk itu, virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan
menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus itu berada dalam
kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1 minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau
bahkan ratusan ribu sehingga siap untuk dituarkan/dipindahkan kepada orang lain.
Selanjutnya pada waktu nyamuk itu menggigit orang lain, maka setelah alat tusuk
nyamuk (probosis) menemukan kapiler darah, sebelum darah itu dihisap, terlebih dahulu
dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang dihisap tidak membeku.
Bersama dengan liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan kepada orang lain.
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama
kali menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat
pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat
infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila
seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue
lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang
tinggi.
Virus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty,
pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali). Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti
pembuluh darah dibawah kulit.
7
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan
C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra
seluler.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan
DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
(syok).Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia,
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan
saluran gastrointestinal pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui
infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami
renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia
dan gangguan koagulasi.
8
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak
segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain
kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti
terganggu oleh aktifasi system koagulasi.Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS,
terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.
5. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO, DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai berikut:
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+),
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain ditambah
dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis,
melena, perdarahan gusi.
c. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah
(hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda-tanda dini
renjatan).
d. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa
inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO sebagai berikut :
a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari kemudian turun menuju suhu
normal atau lebih rendah.
9
b. Manifestasi perdarahan, perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam
danumumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet
yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura,
paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti perdarahan pada kulit (petekie,
ekimosis. Epistaksis, Hematemesis,Hematuri, dan melena)
c. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit),
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah.
d. Syok biasanya terjadi pada hari ke 4 sejak sakitnya penderita, yang ditandai dengan
nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg
atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan
lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis
disekitar mulut.
Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran klinis
lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
c. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan
sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh dll.
d. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia (kurang
atau sama dengan 100.000 mm3) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih
atau sama dengan 20 %)
7. Pemeriksaan Fisik
a. Muka tampak merah, pembengkakan sekitar mata, konjungtiva hiperemis, lakrimasi
dan fotopobia, epitaksis, bibir kering, kemungkinan sianosis, perdarahan pada gusi.
b. Pembesaran kelenjer limfe
c. Nafas cepat, dispnea, takipnea
d. Dapat ditemukan perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma) serta
perdarahan lain seperti epitaksis, hematemesis, hematuria dan malena.
e. Frekuensi BAK berkurang, BAB konstipasi atau diare, hematuria
10
f. Dapat ditemukan nyeri tekan epigastrium, pembesaran hati, perdarahan dan ulserasi
gusi, hematemesis, dan malena
g. Sadar sampai penurunan kesadaran, nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh.
8. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik
Ada beberapa pemeriksaan pada pasien DBD, diantaranya :
a. Tes Tourniquet yang positif
b. Pemeriksaan Hematologi, beberapa diantaranya :
1) Hematokrit
Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari
perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan
penyakit DBD.
2) Hemoglobin
Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit
menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti peningkatan
hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi paling awal yang dapat
ditemukan pada DBD.
3) Jumlah leukosit dan hitung jenis
Pada penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai leukositosis
sedang. Leukopenia dapat dijumpai antara hari pertama dan ketiga dengan
hitung jenis yang masih dalam batas normal. Jumlah granulosit menurun pada
hari ketiga sampai kedelapan.
4) Trombosit
Trombositopenia merupakan salah satu kriteria sederhana yang diajukan
oleh WHO sebagai diagnosis klinis peyakit DBD.Jumlah trombosit biasanya
masih normal selama 3 hari pertama. Trombositopenia mulai tampak beberapa
hari setelah panas, dan mencapai titik terendah pada fase syok.
c. Diagnosis Laboratorium Infeksi Virus Dengue, uji laboratorium meliputi:
1) Isolasi Virus Dengue
11
Isolasi virus merupakan cara yang paling baik dala arti sangat
menentukan, tetapi diperlukan peralatan dan teknik yang canggih, sehingga tidak
dipakai secara rutin.
2) Pemeriksaan Serologi
Uji serologi dengan mendeteksi kenaikan antibodi jauh lebih sederhana
dan lebih cepat, tetapi kros reaksi antibodi antara virus dengue dan virus dari
kelompok flavirus dapat memberikan hasil positif palsu.
Ditemukannya anti bodi IgG ataupun AgM yang meningkatkan tinggi
titernya mencapai empat kali lipat terhadap satu atau lebih antigen dengue dalam
spesimen serta berpandangan. Dibuktikan adanya virus dengue dari jaringan
otopsi dengan cara immunokimiawi atau dengan cara immuno-flouresens,
ataupun di dalam spesimen serum dengan uji ELISA.
d. Pemeriksaan Radiologi dan USG
Pada pemeriksaan radiologi dan USG kasus DBD, terdapat beberapa kelainan
yang dapat dideteksi, yaitu : dilatasi pembuluh paru, efusi pleura, kardiomegali, efusi
perikard, hepatomegali, cairan dalam rongga peritoneum.
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) DHF tanpa Renjatan
a) Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
b) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
c) Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th>1th
75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan
dosis 3mg / kb BB ( anak <1th>1th diberikan 5 mg/ kg BB.
d) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF dengan Renjatan
a) Pasang infus RL
b) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 - 30
ml/ kg BB )
c) Tranfusi jika Hb dan Ht turun
12
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pengawasan tanda - tanda vital secara kontinue tiap jam
a) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
b) Observasi intake dan output
c) Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda-tanda
vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter -
2 liter per hari, beri kompres
d) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda-tanda vital, pemeriksaan Hb,
Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
e) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2
pengawasan tanda - tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
2) Resiko Perdarahan
a) Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
b) Catat banyak, warna dari perdarahan
c) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
3) Peningkatan suhu tubuh
a) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
b) Beri minum banyak
c) Berikan kompres
c. Pencegahan
Prinsip tepat dalam pencegahan DHF :
1) Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan pada saat sedikit terdapatnya DHF / DSS
2) Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.
3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu sekolah
dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi
13
Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang paling
penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat
perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu:
a) Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur sekurang –
kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya.
b) Menutup rapat – rapat tempat penampung air .
c) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung
air hujan.
10. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan yang luas
b. Mengalami shock atau renjatan
c. Mengalami effuse pleura
d. Mengalami penurunan tingkat kesadaran
11. Prognosis
Secara umum demam dengue dan demam berdarah dengue memiliki prognosis
baik bila ditangani dengan baik. Permasalahan terjadi ketika terjadi kelalaian dalam
mengontrol terjadinya syok yang dapat segera menyebabkan kematian.
14
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
2) Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3
dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kult , gusi (grade III.
IV), melena atau hematemesis.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
5) Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
6) Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak
15
nafsu makan. Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan
berat badan sehingga status gizinya berkurang.
7) Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas,
tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang
dibersihkan.
c. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
DHF disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti. DHF sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng
bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak
mandi jarang dibersihkan.Biasanya pada pasien DHF mengalami perubahan
penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam
kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Biasanya pada pasien DHF mengalami mual, muntah, penurunan nafsu
makan selama sakit, nyeri saat menelan sehingga dapat mempengaruhi
status nutrisi.
3) Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada pasien DHF akan terganggu aktifitasnya akibat adanya
kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat
penyakitnya.
4) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pasien DHF kebiasaan tidur akan terganggu dikarenakan
suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu
tidur. Anak dengan DHF sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya berkurang.
16
5) Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi retensi bila dehidrasi karena
panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
kadang-kadang anak dengan DHF mengalami diare atau konstipasi,
sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria.
6) Pola reproduksi dan sexual
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana keadaan system reproduksi dan
seksual klien, mengkaji adanya perdarahan pervagina pada anak perempuan.
7) Pola kognitif dan perseptual
Biasanya pada penderita DHF mengalami perubahan kondisi kesehatan dan
gaya hidup yang akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam
merawat diri. Sistem penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan
penghidu tidak mengalami gangguan.Nyeri dapat menjadi keluhan pada
pola sensori.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Pada pasien dengan DHF biasanya timbul rasa cemas, gelisah dan rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal.
9) Pola koping dan toleransi
Biasanya pada pasien DHF stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif
dalam mengatasi masalah penyakitnya.Anak dengan DHF biasanya
merasakan cemas dan takut terhadap penyakitnya, anak cenderung ingin
ditemani orang tua dan orang terdekat.
10) Pola Hubungan dan Peran
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal
dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama
sakit,karena klien harus menjalani perawatan di rumah sakit maka
dapat mempengaruhi hubungan dan peran klien baik dalam keluarga,
lingkungan bermain dan sekolah.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi
cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.
17
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pasien DHF biasanya didapatkan terjadinya peningkatan suhu tubuh.
Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai berikut :
18
h) Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan.
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Palpasi : Taktil fremitus normal
Auskultasi : Vesikuler
i) Abdomen :
Inspeksi : Bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali).
Auskultasi : Bising usus 8x/menit
Perkusi : Tympani
Palpasi : Turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
j) Ekstremitas : Sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi
dan tulang.
k) Genetalia : Bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang
kateter
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termolegurasi sekunder
terhadap infeksi virus dengue.
b. Risiko pemenuhan kebutuhan nurisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan penurunan nafsu makan.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
e. Resiko perdarahan berhubungan dengan Trombositopenia.
3. Rencana keperawatan
19
1) Suhu tubuh pasien 4. Monitor tekanan darah,
dalam batas nadi dan RR
normal (36 – 37 5. Monitor penurunan tingkat
c). kesadaran
2) Nadi dan RR 6. Monitor WBC, Hb, dan
pasien dalam Hct
rentang normal. 7. Monitor intake dan output
3) Tidak ada 8. Berikan antipiretik
perubahan warna 9. Berikan pengobatan untuk
kulit dan tidak ada mengatasi penyebab
pusing. demam
10. Selimuti pasien
11. Lakukan tapid sponge
12. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
13. Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation:
1. Monitor suhu minimal tiap
2 jam
2. Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
3. Monitor TD, Nadi dan RR
4. Monitor warna dan suhu
kulit
5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
20
6. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek egatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari
hipertermi dan
penanganan yang
diperlukan
12. Berikan antipiretik jika
perlu
Vital sign monitoring:
1. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
21
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, Nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktifitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
22
2) Berat badan pasien meningkatkan protein
ideal sesuai dengan dan vitamin C
tinggi badan 5. Berikan substansi gula
3) Pasien mampu 6. Yakinkan diet yang
mengidentifikasi dimakan mengandung
kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk
4) Tidak ada tanda- mencegah konstipasi
tanda malnutrisi 7. Berikan makanan yang
5) Pasien mampu terpilih (sudah
menunjukkan dikonsultasikan dengan
peningkatan fungsi ahli gizi
pengecapan dari 8. Ajarkan pasien
menelan bagaimana membuat
6) Tidak terjadi catatan makanan harian
penurunan berat 9. Monitor jumlah nutrisi
badan yang berarti dan kandungan kalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition monitoring:
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor type dan jumlah
aktifitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak
23
atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan
rambut kusam dan
mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadan albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
13. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori dan
intake nutrisi
15. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas
oral
16. Catat jika lidah berwarna
24
magenta, skarlet
25
nyeri berkurang pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakilogi, non
farmakologi dan
interpersonal)
11. Kaji type dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
menagement nyeri
Analgesic Administration:
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
26
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesic yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesic ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesic tergantung type
dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesic
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
9. Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala
27
4 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan 1. Kaji hal-hal yang
tindakan keperawatan mampu dilakukan
selama ... x 24 jam, klien.
pasien akan : 2. Bantu klien memenuhi
kebutuhan aktivitasnya
- Dapat
sesuai dengan tingkat
berpartisipasi
keterbatasan klien
dalam aktivitas
3. Beri penjelasan
fisik
tentang hal-hal yang
- Dapat
dapat membantu dan
melakukan
meningkatkan
aktivitas sehari-
kekuatan fisik klien.
hari
4. Libatkan keluarga
- TTV normal
dalam pemenuhan
ADL klien
5. Jelaskan pada keluarga
dan klien tentang
pentingnya bedrest
ditempat tidur.
5 Resiko Perdarahan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda – tanda
tindakan keperawatan pendarahan
selama ... x 24 jam, 2. Monitor hasil
pasien akan : laboraturium ( DL )
3. Anjurkan klien untuk
- Hemoglobin
meningkatkan
dan hematokrit
makanan yang
dalam batas
mengandung vitamin
normal.
K
- Kehilangan
4. Kolaborasi dalam
darah yang
pemberian asam
berlebihan
tranexamat IV perset
28
- TD dalam batas
normal
- Trombosit
dalam batas
normal
4. Implementasi
Pada implementasi, perawat melakukan tindakan berdasarkan, perencanaan
mengenai diagnosa yang telah di buat sebelumnya.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya berhasil dicapai. Evaluasi bisa bersifat formatif yaitu dilakukan
terus-menerus untuk menilai setiap hasil yang telah dicapai. Dan bersifat sumatif
yaitu dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan keparawatan yang telah
dilakukan. Melalui SOAP kita dapat mengevaluasi kembali.
Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :
a. Suhu tubuh dalam batas normal.
1) Suhu tubuh dalam batas normal (36 – 37 ◦C).
2) Mukosa bibir lembab
3) Klien merasa nyaman tanpa rasa panas.
b. Asupan nutrisi adekuat.
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
3) Tidak ada tanda tanda malnutrisi.
4) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
c. Nyeri pasien terkontrol.
1) Klien melaporkan nyeri berkurang.
2) Ekspresi wajah rileks.
3) Berpartisipasi dalam aktivitas dengan tepat.
d. Tidak terjadi kekurangan volume cairan.
1) Pasien mampu mempertahankan keseimbangan cairan.
29
2) Membran mukosa lembab.
3) Turgor kulit elastis.
e. Tidak terjadi perdarahan.
1) Trombosit dalam batas normal (150.000/uL).
2) Membrane mukosa lembab.
3) Turgor kulit elastis.
BAB III
30
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
31
l
An. R √ 10 √ Sehat
An. D √ 6 √ Sakit
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama Saat MRS
Demam sejak 5 hari yang lalu
b. Keluhan Utama saat pengkajian
Keluarga mengatakan pasien demam, susah menelan, mual tetapi tidak muntah,
nyeri sendir
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga Pasien mengatakan demam sejak 5 hari yang lalu, sebelum di bawa ke
UGD RSUD Sanjiwani Gianyar pasien sempat diberikan parasetamol tetapi demam
tidak kunjung hilang. Tanggal 30 Desember 2019 klien dibawa ke UGD dan
dianjurkan untuk rawat inap di ruang Abimanyu. Selama dirawat di Ruang
Abimanyu, pasien memperoleh terapi :
- Infus DS ½ NS
- PCT flass 20ml, 16tpm
- Ranitidine 2x20mg
d. Riwayat Sebelumnya
Pasien tidak pernah mengalami penyakit serupa, hanya batuk pilek biasa yang di
bawa kedokter 1x sudah membaik.
Riwayat Kelahiran
1. Prenatal
Usia Ibu saat hamil < 20 tahun 20 – 35 tahun >35 tahun
Persepsi terhadap kehamilan Kehamilan direncanakan
Kehamilan tidak direncanakan
Antenatal Care Tidak Ya,
Apabila Ya, jumlah kunjugan 4 kali
Kenaikan BB selama kehamilan 10 kg
Konsumsi obat selama kehamilan konsumsi vitamin
(obat yang bersifat tertogenik)
Riwayat Injury selama kehamilan Tidak Jatuh Kecelakaan
Lainnya……….……………………………
Komplikasi selama kehamilan Tidak Ya……………………………..
32
Riwayat hospitalisasi Tidak Ya……………………………..
Pemeriksaan penunjang kehamilan Tidak Ya:
Rubella Hepatitis CMV
GO Herpes HIV
Lainnya…………………………………....
Riwayat obstetri sebelumnya
No. Nama Anak Proses Penolong Jenis Berat Badan Penyulit
Persalinan Persalinan Kelamin Lahir
2 An.D Spontan Dokter Perempua 3500 gram -
n
2. Intranatal
Riayat kelahiran Spontan SC Dengan alat bantu
Usia kelahiran Kurang bulan Cukup bulan Lebih bulan
Penolong persalinan Dokter Perawat/Bidan
Bukan tenaga kesehatan
Lama Persalinan 1 jam
Komplikasi Persalinan Tidak ada
3. Postnatal
Pertumbuhan bayi saat lahir BBL 3500 gram, PB 50.cm, LK 34.cm LLA
9,5 cm
APGAR score 8 dari 10
Usia gestasi / (Balard score) Aterm 37 – 42 minggu
Kebutuhan alat bantu Inkubator Oksigen Suction
Ventilator Lainnya………………….
Kelainan kongenital Tidak Ya……………………………
Trauma Lahir Tidak Ya, Jika ya:
Caput Chepalhematom
Pengeluaran meconium Tidak Ya, Jika ya:
< 24 jam > 24 jam
Riwayat Penyakit Terdahulu
1. Penyakit yang pernah dialami Tidak Ya……………………………
Penatalaksanaan yang dilakukan …………………………………………….....
2. Riwayat hospitalisasi Tidak Ya, Jika ya:
Kapan -
Dimana -
Penyakit -
3. Riwayat Operasi Tidak Ya, Jika ya:
Kapan………………………………………...
Dimana……………………………………….
Jenis Operasi…………………………………
4. Riwayat penggunaan obat Tidak Ya, Jika ya:
33
Jenis obat……………………………………..
Respon terhadap pengobatan…………………
5. Riwayat injury/kecelakaan Tidak Ya……………………………
6. Riwayat alergi Tidak Ya, Jika ya:
Makanan Obat Udara Debu
Lainnya……………………………………
Riwayat Imunisasi
( ) BCG ( ) Hepatitis B I ( ) DPT I ( ) Campak
( ) Polio I ( ) Hepatitis B II ( ) DPT II ( ) MMR
( ) Polio II ( ) Hepatitis B III ( ) DPT III ( ) HIB
( ) Polio III ( ) Varicela ( ) Typhus ( ) Influenza
Genogram
34
Keterangan :
or = Garis Penghubung
= Laki- Laki
= Perempuan = Penderita
35
PENGKAJIAN PSIKOSPIRITUAL
Penurunan prestasi sekolah : ( )Tidak, ( )Ya
Harapan : Agar cepat sembuh dan tidak masuk rumah sakit lagi
Lainnya :…………………
Kegiatan beribadah :
Biasanya melakukan sembahyang saat rahinan saja
37
___________________________________________________________
ABDOMEN :
Inspeksi : bentuk : ( ) datar ( ) tidak datar lingkar perut : 15 cm
ikut gerak nafas : ( ) ya ( ) tidak
Tali pusat : ( ) kering ( ) tidak kering, tanda peradangan : ( ) tidak ( ) ya, jelaskan
Stoma: tidak ada
Jelaskan: __________________
38
Edema : ( ) tidak ( ) ya, jelaskan : ________________________________________________
Makan
Nafsu makan : ( ) Baik, ( ) Tidak
Jenis Makanan : ( ) Bubur, ( ) Nasi, ( ) ASI ( ) Susu Formula ( ) Lain-lain, jelaskan
_______________________________________
39
Jumlah : 5 sendok /hari
Frekuensi : 2 kali /hari
Minum
Jenis minuman : air mineral
Jumlah 5 gelas /hari ( 5x 40cc) = 200cc atau setengah gelas habis
Kesulitan saat minum ( ) Tidak, ( ) Ya, Jelaskan: ---------------------------------------------
Kebiasaan makan : ( ) Mandiri, ( ) Dibantu
Keluhan : Mual : ( ) Tidak, ( ) Ya Muntah : ( )Tidak, ( )Ya, Warna/Volume kuning / 100 ml
Keluhan Eleminasi
BAK
Warna Urine : ( ) Kuning Jernih ( ) Kuning Pekat ( ) Keruh ( ) Merah
Deuresis : _________500_______cc/jam
Keluhan saat berkemih : ( ) Tidak ( ) Ya, jelaskan
_______________________________________________________________________
Penggunaan alat bantu untuk berkemih : ( ) Tidak ( ) Ya, Jelaskan
________________________________________
BAB
Konsistensi : Lembek ( ) Cair ( )
Terdapat darah : ( ) Tidak ( ) Ya
Terdapat Lendir : ( ) Tidak ( ) Ya
Warna, Jelaskan kuning kehitaman
Frekuensi : 1x/ hari
Keluhan saat BAB : ( ) Tidak ( ) Ya, jelaskan
____________________________________________________________
Penggunaan alat bantu untuk BAB : ( ) Tdak ( ) Ya, Jelaskan
______________________________________________________
Keluhan Mobilisasi
40
( ) Normal/mandiri, ( ) Dibantu, ( ) Menggunakanalat bantu, jelaskan_______________________________________
Lain-lain __________________________________________
6. Pengkajian Nyeri
SKALA NYERI
SKALA FLACC (untuk anak usia 1-3 tahun)
Penilaian Deskripsi Skor
F (Wajah) Tidak ada ekspresi khusus, senyum 0
41
Menyeringai, mengerutkan dahi, tampak tidak 0
tertarik
Dagu gemetar, gigi gemertak (sering) 0
L (Kaki) Normal, rileks 0
Gelisah, tegang 0
Menendang, kaki tertekuk 0
A (Aktivitas) Berbaring tenang, posisi normal, gerakan mudah 0
WONG-BAKER FACES PAIN Rating Scale (untuk anak usia 3 tahun ke atas)
Skala Nyeri : 2
42
Tergeletak di tempat tidur = 1 4
Tidak bisa berjalan = 2
Berjalan pada jarak terbatas = 3
Berjalan di sekitar ruangan = 4
4 MOBILITAS
Kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi tubuh 3
Tidak bisa bergerak = 1
Sangat terbatas = 2
Sedikit terbatas = 3
Tidak ada batasan = 4
5 NUTRISI
Pola asupan makanan 2
Sangat buruk = 1
Kurang adekuat = 2
Adekuat = 3
Sangat baik = 4
6 FRIKSI
Masalah = 1 3
Potensi masalah = 2
Tidak ada masalah = 3
Total skor
18
Kategori :
>18 : tidak beresiko mengalami luka tekan
15-18 : beresiko ringan untuk mengalami luka tekan
13-14 : beresiko sedang untuk mengalami luka tekan
10-12 : beresiko tinggi untuk mengalami luka tekan
≤9 : beresiko sangat tinggi untuk mengalami luka tekan
8. Pengkajian resiko jatuh
43
3-7 tahun 3 kognitif terhadap
7-13 tahun 2 keterbatasan
>13 tahun 1 (gangguan
kesadaran,
retardasai mental)
Lupa keterbatasan
2
(anak-anak
hiperaktif)
Mengetahui
kemampuan diri
1
Jenis Laki-laki 2 Faktor Riwayat jatuh dari 4
Kelamin Perempuan 1 Lingkungan tempat tidur saat
bayi-anak
Pasien
menggunakan alat
3
bantu atau
box/mebel
Pasien berada di
tempat tidur 2
Pengobatan lain
1
44
Total
2. Analisa Data
Data Subyektif Data Obyektif Interpretasi
45
pada lidah habis Risiko gangguan pemenuhan
- Ibu pasien mengatakan - KU lemah kebutuhan nutrisi kurang dari
pasien tidak nafsu makan - Makan pagi hanya kebutuhan
mau 5 sendok . BB :
13kg.
46
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia ditandai dengan terdapat
perdarahan pada hidung pasien, bibir pasien kering, gusi pasien mengalami
perdarahan, terdapat scar BCG dan petekie pada tangan pasien, dan perut pasien
tampak kembung (distensi).
4. Perencanaan Keperawatan
N Hari/Tgl/ Diagnosa Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o Jam
1. 30 Hipertermi Setelah dilakukan Mandiri : 2. Pola demam dapat
Desember berhubungan dengan pengkajian 3x24 jam 1. Observasi membantu dalam
2019 tidak efektifnya di harapkan suhu keadaan umum diagnosis : kurva
termolegurasi tubuh pasien pasien (suhu, 4 hari tidak
sekunder terhadap menurun. Dengan nadi,respirasi menunjukan
infeksi, virus dengue kriteria hasil : 2. Anjurkan infeksi lain
1. Suhu dalam pasien untuk 3. Peningkatan suhu
rentang normal banyak minum tubuh
36,4 – 37,5 OC (kurang lebih mengakibatkan
2,5 liter/ 24 penguapan tubuh
jam) meningkat
3. Berikan sehingga perlu
kompres diimbangi dengan
hangat asupan cairan
47
4. Anjurkan yang banyak
untuk tidak 4. Dengan
memakai vasodilatasi dapat
pakaian tipis meningkatkan
5. Berikan terapi penguapan yang
cairan mempercepat
intravena dan penuruan suhu
obat obatan tubuh
sesuai program 5. Pakaian tipis
dokter membantu
6. Berikan mengurai
antipiretik penguapan tubuh
6. Pemberian cairan
sangat penting
bagi pasien
dengan suhu tingg
7. Digunakan untuk
mengurai demam
dengan aksi
sentralnya pada
hipotelamus.
48
kebutuhan. 2. Berikan meningkatkan
1. Menunjukan makanan asupan
peningkatan yang makanan
fungsi mudah 3. Untuk
pengecapan ditelan menghindari
dan menelan seperti mual
2. Tidak terjadi bubur 4. Untuk
penurunan 3. Berikan mengetahui
berat badan makanan pemenuhan
yang berarti dalam porsi kebutuhan
3. Mual kecil dan nutrisi
berkurang frekuensi
sering
4. Catat
jumlah /
porsi
makanan
yang
dihabiskan
oleh pasien
setiap hari
49
perdarahan 3 Anjurkan perdarahan.
2 Tidak ada pasien 2. Rendahnya
distensi meningkatk nilai trombosit
abdominal an intatke akan
makan memperbesar
yang resiko
mengandun perdarahan
g vitamin 3. Vitamin K
K dan dapat
banyak membantu
minum air proses
putih pembekuan
4 Kolaborasi darah.
dalam 4. Asam
pemberian tranexamat
asam dapat
tranexamat mengurangi
IV perset pendarahan
50
B. IMPLEMENTASI
Hari/Tgl/Jam No DK Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
Senin, 30 1, 2, dan 3 Mengkaji keadaan umum DS : -
Desember pasien tanda – tanda vital DO :
2019. Pkl Mengobservasi tanda- - pasien tampak berbaring
15.00 tanda perdarahan. di tempat tidur
- terdapat perdarahan di
hidung pasien
- terdaapat petekie di
tangan pasien
- bibir tampak kering dan
gusi berdarah
- masih terdapat distensi
abdomen
- S : 39,9 ° C
- N : 95x/mnt
- R : 20x/mnt
51
Pkl 16.30 1,3 Memberikan Paracetamol DS :
Plass 20cc dengan injeksi - Pasien mengatakan sakit
IV perset saat dimasukan obat
Menganjurkan pasien - Ibu pasien mengatakan
untuk makan makanan mau memberikan
yang mengandung vit. K makanan yang
seperti sayur bayam, mengandung vit. K
sawi.
DO :
- Pasien menangis
- Pasien tampak meringis
kesakitan
- Obat masuk semua
52
mulutnya saat di berikan
bubur
- KU pasien lemas
53
Pkl. 19.30 2, 3 Menganjurkan pasien DS :
untuk banyak minum - Ibu pasien mengatakan
pasien sudah minum
setengah gelas air
DO :
- Mukosa bibir kering
54
Pkl.09.00 Memeriksa keadaan DS : -
1,3
umum tanda tanda vital DO :
Mengobserasi tanda- - Bibir pasien kering dan
tanda pendarahan pendarahan pada gusi
sudah tidak ada lagi
- Masih terdapat distensi
abdomen
- KU lemah
- S : 37,3
- N: 80x/mnt
- R : 20x/mnt
55
Pemberian PCT injeksi DS :
Pkl. 11.30 1 perset 20ml melalui - pasien mengatakan sakit
intravena saat di masukan obat
DO :
- pasien tampak menangis
saat di masukan obat
56
Pkl. 13.00 3 Mengganti cairan infuse DS : -
DS ½ NS DO :
- KU baik
- Mukosa bibir lembab
57
Pkl. 19.00 Memantau suhu tubuh DS : -
1
klien DO : Suhu tubuh klien 36,5OC
C. EVALUASI
a. Formatif
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
30/12/2019 1 S = Keluarga pasien mengatakan suhu
tubuh anaknya hangat
O = Suhu tubuh klien adalah 39,9oC
A = Tujuan No. 1 belum tercapai.
P = Lanjutkan Intervensi
58
A = Tujuan No. 1 dan 2 belum tercapai
P = Lanjutkan intervensi
1 S = Keluarga mengatakan tubuh anaknya
31/12/19 teraba hangat
O = Suhu tubuh klien ( axila ) 37,3OC
A = Tujuan No. 1 Tercapai
P = Pertahankan Kondisi Klien
2 S = Keluarga mengatakam klien makan
sedikit tetapi sering, pasien merasa mual
tetapi tidak ingin muntah
O = Klien tampak pucat
A = Tujuan No. 1,2,3 belum tercapai
P =Lanjutkan Intervensi
3 S=-
O = Tidak terjadi tanda – tanda perdarahan
dan distensi abdomen.
A = Tujuan No, 1,2 tercapai
P = Pertahankan Kondisi Klien.
1/01/2020 2 S = Keluarga mengatakan nafsu makan
klien sudah meningkat, bibir tidak terasa
pahit, tidak merasa mual
O = Klien tidak nampak pucat, mukosa
bibir lembab
A = Tujuan No. 1,2,3 tercapai.
P = Pertahankan Kondisi Klien
b. Sumatif
Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
31/12/19 1 S = Keluarga mengatakan tubuh anaknya
teraba hangat
O = Suhu tubuh klien ( axila ) 37,3OC
A = Tujuan No. 1 Tercapai
P = Pertahankan Kondisi Klien
1/1/20 2 S = Keluarga mengatakan nafsu makan klien
sudah meningkat, bibir tidak terasa pahit, tidak
merasa mual
59
O = Klien tidak nampak pucat, mukosa bibir
lembab
A = Tujuan No. 1,2,3 tercapai.
P = Pertahankan Kondisi Klien
31/12/19 3 S=-
O = Tidak terjadi tanda – tanda perdarahan
dan distensi abdomen.
A = Tujuan No, 1,2 tercapai
P = Pertahankan Kondisi Klien.
BAB IV
PEMBAHASAN
Terdapat persamaan dan perbedaan antara konsep asuhan keperawatandan aplikasi asuh
an keperawatan pada pasien. Persamaan dan perbedaannya antara lain adalah :
1. Di konsep asuhan keperawatan tanda dan gejala yang biasanya ditemui pada pasien
DHF adalah :
a) Demam
b) Perdarahan
c) Hepatomegali
d) Renjatan (Syok)
60
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 4 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada
ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut.
a) Demam
b) PerdarahanMata : normal
Hidung : terdapat perdarahan
c) Hepatomegali
Hati sudah teraba
d) Syok
Sehingga diagnosa yang bisa diangkat antara lain :
61
2. Risiko pemenuhan kebutuhan nurisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan nafsu makan.
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Ada beberapa persamaan teoritis dengan kasus yang kelompok ambil, diantaranya
pasien mengalami demam tinggi selama 5 hari, masa kritis pasien DHF demam hari 2 - 7
hari demam, hasil pengkajian dan pemeriksaan fisik terdapat ptekie dan mulut kering.
Melakukan analisa data pada An. D dengan Dangue Haemorogic Fever (DHF). Diagnosa
yang timbul hipertermi. Management hipertermi melakukan protap hipertermi sesuai
protap diruangan anak, memberikan paracetamol plass 20cc dengan injeksi IV preset,
memberikan obat injeksi intravena perset Raitidin 2x 20 mg, pemberian PCT injeksi
perset 20ml melalui intravena. Evaluasi yang tercapai hipertermi teratasi.
Untuk mengurangi dampak masih tingginya kasus DHF terutama pada anak,
perawat berperan penting dalam melakukan perawatan pada pasien DHF juga melakukan
penyuluhan pada keluarga tentang perawatan anak yang mengalami DHF, apa yang
dilakukan dirumah setelah dirawat, jaga kebersihan terutama hindari pakaian yang
bergantungan, aliran selokan jangan sampai tergenang, 3 M, Menguras, Menutup dan
Menimbun/Membakar barang yang bisa membuat air tergenang.
1.2 Saran
2. Bagi tenaga kesehatan
62
Diharapkan penyusunan makalah ini dapat meningkatkan
kualitas pelayanan sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik teruta
ma pada kasus perawatan anak dengan Dangue Haemoragic Fever (DHF) dan dapat
menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.
3. Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan keterampilan
serta mengaplikasikan secara langsung teori-teori yang didapat di bangku
perkuliahan dan dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan
dan praktik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
63
64