Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penyebaran penyakit Demam Berdarah di Indonesia masih cukup luas. Masih
banyak daerah di Indonesia yang merupakan daerah endemis Demam Berdarah. Untuk itu
diperlukan pengetahuan masyarakat mengenai perkembangbiakan nyamuk Aedes
Aegyptidan Aedes albopictus serta cara mencegah nyamuk tersebut berkembang biak.
Pola siklus peningkatan penularan bersamaan dengan musim hujan. Interaksi antara
kebersihan lingkungan, pengetahuan masyarakat tentang Demam Berdarah dengue dan
turunnya hujan adalah determinan penting dari penularan, karena dinginnya suhu
mempengaruhi ketahanan hidup nyamuk dewasa. Lebih jauh lagi, turunnya hujan dan
kebersihan lingkungan dapat mempengaruhi reproduksi nyamuk dan meningkatkan
kepadatan populasi nyamuk vektor (Agustiani,2018)
Dibandingkan dengan orang dewasa, bayi dan anak kecil yang menderita dengue
lebih berisiko mengalami infeksi yang serius. Anak-anak cenderung berisiko mengalami
sakit berat apabila mereka tergolong anak-anak yang berkecukupan gizi (jika mereka
sehat dan memakan makanan bergizi). Ini berbeda dari banyak infeksi lainnya, yang
biasanya lebih parah terjadi pada anak-anak yang termasuk golongan kurang gizi, tidak
sehat, atau tidak memakan makanan bergizi. Perempuan lebih cenderung terserang sakit
yang lebih parah daripada laki-laki. Dengue bisa mengancam jiwa pada pasien dengan
penyakit kronis (jangka panjang), seperti diabetes dan asma.
Data Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Kementerian Kesehatan Pada tahun 2015 dilaporkan terjadi 5 kejadian luar biasa (KLB)
yang terjadi di tiga provinsi, yaitu Sumatera Barat, Maluku, dan Sulawesi Tengah dengan
jumlah kasus 45 dan kematian 7 atau 15,5%.
Kasus Demam Berdarah yang ditemukan di Sumatera Barat tahun 2015
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding jumlah kasus pada 2014
sebanyak 2.311 kasus atau IR sebesar 47,75 per 100.000 penduduk dengan 10 kematian
atau CFR sebesar 0,43 persen. Kasus Demam Berdarah yang terjadi di Sumbar itu ialah

1
944 kasus di Padang, 345 kasus di Tanah Datar, 265 kasus di Agam, 172 kasus di
Kabupaten Solok, 157 kasus di Limapuluh Kota, 151 kasus di Pesisir Selatan, 141 kasus
di Padang Pariaman, 136 kasus di Pariaman, 128 kasus di Sawahlunto, 99 kasus di
Bukittinggi, 96 kasus di Pasaman, 91 kasus di Sijunjung, 83 kasus di Kota Solok, 75
kasus di Pasaman Barat, 49 kasus di Dharmasraya, 39 kasus di Solok Selatan, 29 kasus di
Padang Panjang, 24 kasus di Kepulauan Mentawai dan 23 kasus di Payakumbuh. (Bidang
Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Sumbar Tahun 2015)
Menurut data dari Bidang Pelayanan Medis pasien yang dirawat dengan Demam
Berdarah di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan tahun 2015 sebanyak 315 kasus,
sedangkan data terbaru bulan Januari – Maret tahun 2016 tercatat sebanyak 119 kasus.
Data dari ruangan anak RSUD Dr.Muhammad Zein Painan pada bulan Februari 2016
Demam Berdarah merupakan penyakit nomor satu dari sepuluh penyakit terbanyak yang
dirawat diruang anak.
Mengingat tingginya angka kasus Demam Berdarah di Kabupaten Pesisir Selatan
dan banyaknya pasien yang dirawat dengan Demam Berdarah maka diperlukan
peningkatan pengetahuan kepada masyarakat agar dapat melakukan pencegahan
terjadinya kasus Demam Berdarah dilingkungan masyarakat kita. Peran perawat sangat
penting dalam melakukan perawatan dan Asuhan keperawatan pada anak dengan DHF
yang dengan melakukan pengkajian Kapan mulai demam dan mengetahui masa kritis
pada pasien DHF, Menegakkan diagnosa yang tepat sehingga Merencanakan intervensi
dan melaksanakan Implementasi yang tepat,melakukan evaluasi terhadap Implementasi
yang telah dilakukan.Selain itu penyuluhan kesehatan apabila pasien sudah boleh
pulang,karena cendrung anggota keluarga yang terkena DHF akan terkena anggota yang
lain,karena penanganan keluarga setelah dirawat di RS yaitu menjaga kebersihan,hindari
menggantung pakaian yang lembab, melakukan 3M, Menguras, Menimbun, Membakar
barang yang bisa membuat genangan air.
Berdasarkan fenomena diatas, kelompok tertarik untuk melakukan pengkajian
mengenai asuhan keperawatan pada anak demam berdarah di RSUD Sanjiwani Gianyar
Ruang Abimanyu.

2
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada anak
dengan Dangue Haemorogic Fever (DHF) di RSUD Sanjiwani Gianyar Ruang
Abimanyu.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan Dangue Haemorogic Fever (DHF)
b. Mampu melakukan analisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan pada anak
dengan Dangue Haemorogic Fever (DHF)
c. Mampu menetukan intervensi keperawatan pada anak dengan Dangue Haemorogic
Fever (DHF)
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada anak dengan Dangue
Haemorogic Fever (DHF)
e. Mampu melakukan evaluasi SOAP pada anak dengan Dangue Haemorogic Fever
(DHF)
f. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada anak dengan
Dangue Haemorogic Fever (DHF)
1.3 Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat melakukan
asuhan keperawatan dengan baik terutama pada kasus perawatan anak dengan Dangue
Haemorogic Fever (DHF)
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan keterampilan serta
mengaplikasikan secara langsung teori- teori yang didapat di bangku perkuliahan.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Definisi
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit demam
akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke
orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi
menimbulkan shock yang dapat menimbulkan kematian(Herdman,2012).(Dengue
Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty.
Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina).
Demam berdarah adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes albapictus dan Aedes aegypti) (Ngastiah
2007). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
2. Epidemiologi
Wabah Dengue pertama kali ditemukan di dunia tahun 1635 di Kepulauan Karibia
dan selama abad 18, 19 dan awal abad 20, wabah penyakit yang menyerupai Dengue
telah digambarkan secara global di daerah tropis dan beriklim sedang. Vektor penyakit
ini berpindah dan memindahkan penyakit dan virus Dengue melalui transportasi laut.
Selama awal tahun erotype di setiap eroty, penyakit DBD ini kebanyakan
menyerang anak-anak dan 95% kasus yang dilaporkan berumur kurang dari 15 tahun.
Walaupun demikian, berbagai eroty melaporkan bahwa kasus-kasus dewasa meningkat
selama terjadi kejadian luar biasa (Soegijanto S., 2006).Jumlah kasus dan kematian

4
Demam Berdarah Dengue di Jawa Timur selama 5 tahun terakhir menunjukkan angka
yang fluktuatif, namun secara umum cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun
2015 dan 2016 terjadi lonjakan kasus yang cukup erotyp karena adanya KLB, yaitu
tahun 2015 sebanyak 8246 penderita (angka insiden: 23,50 per-100 ribu penduduk), dan
tahun 2016 (sampai dengan Mei) sebanyak 7180 penderita (angka insidens: 20,34 per 100
ribu penduduk). Sasaran penderita DBD juga merata, mengena pada semua kelompok
umur baik anak-anak maupun orang dewasa, baik masyarakat pedesaan maupun
perkotaan, baik orang kaya maupun orang miskin, baik yang tinggal di perkampungan
maupun di perumahan elite, semuanya bisa terkena Demam Berdarah.
Case Fatality Rate penderita DBD pada tahun 2015 sebesar 0,7 dan erotype rate
sebesar 45. Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai eroty bervariasi
disebabkan beberapa faktor antara lain status umur penduduk, kepadatan eroty, tingkat
penyebaran virus, prevalensi erotype virus Dengue, dan kondisi metereologis. DBD
secara keseluruhan tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan, tetapi kematian
ditemukan lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki.Distribusi umur
pada mulanya memperlihatkan proporsi kasus terbanyak adalah anak berumur <15 tahun
(86-95%), namun pada wabah selanjutnya jumlah kasus dewasa muda meningkat.
3. Etiologi
1) Virus dengue
Deman dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan
virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam aribonukleat rantai tunggal dengan
berat molekul 4 x 106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue dan demam berdarah
dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip
terbanyak (Mansjoer, Arif. 2011)
Virus Dengue merupakan keluarga flaviviridae dengan empat serotip (DEN 1,
2, 3, 4). Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh nukleokapsid. Virus
Dengue memerlukan asam nukleat untuk bereplikasi, sehingga mengganggu sintesis
protein sel pejamu. Kapasitas virus untuk mengakibatkan penyakit pada pejamu
disebut virulensi. Virulensi virus berperan melalui kemampuan virus untuk :

5
a. Menginfeksi lebih banyak sel
b. Membentuk virus progenik
c. Menyebabkan reaksi inflamasi hebat
d. Menghindari respon imun mekanisme efektor
2) Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan
tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya.
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya
nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)
sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam
penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat
bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang
terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan
daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina
lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu
pagi hari dan senja hari. ( Nursalam, 2015)
3) Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta. (Maryunani, Anik. 2017)

4. Patofisiologi

6
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen.
Penyakit DBD ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat virus dengue.
Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit, yaitu jika
mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue. Jika orang digigit nyamuk
Aedes Aegypti maka virus dengue masuk bersama darah yang dihisapnya. Di dalam tubuh
nyamuk itu, virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan
menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus itu berada dalam
kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1 minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau
bahkan ratusan ribu sehingga siap untuk dituarkan/dipindahkan kepada orang lain.
Selanjutnya pada waktu nyamuk itu menggigit orang lain, maka setelah alat tusuk
nyamuk (probosis) menemukan kapiler darah, sebelum darah itu dihisap, terlebih dahulu
dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang dihisap tidak membeku.
Bersama dengan liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan kepada orang lain.
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama
kali menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat
pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat
infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila
seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue
lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang
tinggi.
Virus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty,
pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali). Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti
pembuluh darah dibawah kulit.

7
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan
C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra
seluler.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan
DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
(syok).Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia,
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan
saluran gastrointestinal pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui
infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami
renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia
dan gangguan koagulasi.

8
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak
segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain
kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti
terganggu oleh aktifasi system koagulasi.Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS,
terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.
5. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO, DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai berikut:
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+),
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain ditambah
dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis,
melena, perdarahan gusi.
c. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah
(hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda-tanda dini
renjatan).
d. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa
inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO sebagai berikut :
a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari kemudian turun menuju suhu
normal atau lebih rendah. 

9
b. Manifestasi perdarahan, perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam
danumumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet
yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura,
paling tidak terdapat uji tourniquet positif, seperti perdarahan pada kulit (petekie,
ekimosis. Epistaksis, Hematemesis,Hematuri, dan melena)
c. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit),
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah.
d. Syok biasanya terjadi pada hari ke 4 sejak sakitnya penderita, yang ditandai dengan
nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg
atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan
lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis
disekitar mulut.
Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran klinis
lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
c. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan
sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh dll.
d. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia (kurang
atau sama dengan 100.000 mm3) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih
atau sama dengan 20 %)
7. Pemeriksaan Fisik
a. Muka tampak merah, pembengkakan sekitar mata, konjungtiva hiperemis, lakrimasi
dan fotopobia, epitaksis, bibir kering, kemungkinan sianosis, perdarahan pada gusi.
b. Pembesaran kelenjer limfe
c. Nafas cepat, dispnea, takipnea
d. Dapat ditemukan perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma) serta
perdarahan lain seperti epitaksis, hematemesis, hematuria dan malena.
e. Frekuensi BAK berkurang, BAB konstipasi atau diare, hematuria

10
f. Dapat ditemukan nyeri tekan epigastrium, pembesaran hati, perdarahan dan ulserasi
gusi, hematemesis, dan malena
g. Sadar sampai penurunan kesadaran, nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh.
8. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik
Ada beberapa pemeriksaan pada pasien DBD, diantaranya :
a. Tes Tourniquet yang positif
b. Pemeriksaan Hematologi, beberapa diantaranya :
1) Hematokrit
Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari
perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan
penyakit DBD.
2) Hemoglobin
Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit
menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti peningkatan
hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi paling awal yang dapat
ditemukan pada DBD.
3) Jumlah leukosit dan hitung jenis
Pada penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai leukositosis
sedang. Leukopenia dapat dijumpai antara hari pertama dan ketiga dengan
hitung jenis yang masih dalam batas normal. Jumlah granulosit menurun pada
hari ketiga sampai kedelapan.
4) Trombosit
Trombositopenia merupakan salah satu kriteria sederhana yang diajukan
oleh WHO sebagai diagnosis klinis peyakit DBD.Jumlah trombosit biasanya
masih normal selama 3 hari pertama. Trombositopenia mulai tampak beberapa
hari setelah panas, dan mencapai titik terendah pada fase syok.
c. Diagnosis Laboratorium Infeksi Virus Dengue, uji laboratorium meliputi:
1) Isolasi Virus Dengue

11
Isolasi virus merupakan cara yang paling baik dala arti sangat
menentukan, tetapi diperlukan peralatan dan teknik yang canggih, sehingga tidak
dipakai secara rutin.
2) Pemeriksaan Serologi
Uji serologi dengan mendeteksi kenaikan antibodi jauh lebih sederhana
dan lebih cepat, tetapi kros reaksi antibodi antara virus dengue dan virus dari
kelompok flavirus dapat memberikan hasil positif palsu.
Ditemukannya anti bodi IgG ataupun AgM yang meningkatkan tinggi
titernya mencapai empat kali lipat terhadap satu atau lebih antigen dengue dalam
spesimen serta berpandangan. Dibuktikan adanya virus dengue dari jaringan
otopsi dengan cara immunokimiawi atau dengan cara immuno-flouresens,
ataupun di dalam spesimen serum dengan uji ELISA.
d. Pemeriksaan Radiologi dan USG
Pada pemeriksaan radiologi dan USG kasus DBD, terdapat beberapa kelainan
yang dapat dideteksi, yaitu : dilatasi pembuluh paru, efusi pleura, kardiomegali, efusi
perikard, hepatomegali, cairan dalam rongga peritoneum.
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) DHF tanpa Renjatan
a) Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
b) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
c) Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th>1th
75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan
dosis 3mg / kb BB ( anak <1th>1th diberikan 5 mg/ kg BB.
d) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF dengan Renjatan
a) Pasang infus RL
b) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 - 30
ml/ kg BB )
c) Tranfusi jika Hb dan Ht turun

12
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pengawasan tanda - tanda vital secara kontinue tiap jam
a) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
b) Observasi intake dan output
c) Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda-tanda
vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter -
2 liter per hari, beri kompres
d) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda-tanda vital, pemeriksaan Hb,
Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
e) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2
pengawasan tanda - tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
2) Resiko Perdarahan
a) Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
b) Catat banyak, warna dari perdarahan
c) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
3) Peningkatan suhu tubuh
a) Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
b) Beri minum banyak
c) Berikan kompres
c. Pencegahan
Prinsip tepat dalam pencegahan DHF :
1) Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan pada saat sedikit terdapatnya DHF / DSS
2) Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.
3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu sekolah
dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi

13
Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang paling
penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat
perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu:
a) Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur sekurang –
kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya.
b) Menutup rapat – rapat tempat penampung air .
c) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung
air hujan.
10. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan yang luas
b. Mengalami shock atau renjatan
c. Mengalami effuse pleura
d. Mengalami penurunan tingkat kesadaran
11. Prognosis
Secara umum demam dengue dan demam berdarah dengue memiliki prognosis
baik bila ditangani dengan baik. Permasalahan terjadi ketika terjadi kelalaian dalam
mengontrol terjadinya syok yang dapat segera menyebabkan kematian.

14
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
2) Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3
dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kult , gusi (grade III.
IV), melena atau hematemesis.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
5) Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
6) Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak

15
nafsu makan. Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan
berat badan sehingga status gizinya berkurang.
7) Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas,
tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang
dibersihkan.
c. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
DHF disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti. DHF sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng
bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak
mandi jarang dibersihkan.Biasanya pada pasien DHF mengalami perubahan
penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam
kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Biasanya pada pasien DHF mengalami mual, muntah, penurunan nafsu
makan selama sakit, nyeri saat menelan sehingga dapat mempengaruhi
status nutrisi.
3) Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada pasien DHF akan terganggu aktifitasnya akibat adanya
kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat
penyakitnya.
4) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pasien DHF kebiasaan tidur akan terganggu dikarenakan
suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu
tidur. Anak dengan DHF sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya berkurang.

16
5) Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi retensi bila dehidrasi karena
panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
kadang-kadang anak dengan DHF mengalami diare atau konstipasi,
sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria.
6) Pola reproduksi dan sexual
Pola ini menjelaskan tentang bagaimana keadaan system reproduksi dan
seksual klien, mengkaji adanya perdarahan pervagina pada anak perempuan.
7) Pola kognitif dan perseptual
Biasanya pada penderita DHF mengalami perubahan kondisi kesehatan dan
gaya hidup yang akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam
merawat diri. Sistem penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan
penghidu tidak mengalami gangguan.Nyeri dapat menjadi keluhan pada
pola sensori.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Pada pasien dengan DHF biasanya timbul  rasa cemas, gelisah dan rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal.
9) Pola koping dan toleransi
Biasanya pada pasien DHF stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif
dalam mengatasi masalah penyakitnya.Anak dengan DHF biasanya
merasakan cemas dan takut terhadap penyakitnya, anak cenderung ingin
ditemani orang tua dan orang terdekat.
10) Pola Hubungan dan Peran
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal
dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama
sakit,karena  klien  harus  menjalani  perawatan  di  rumah  sakit  maka
dapat  mempengaruhi  hubungan  dan  peran  klien  baik  dalam  keluarga,
lingkungan bermain  dan  sekolah.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi
cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

17
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pasien DHF biasanya didapatkan terjadinya peningkatan suhu tubuh.
Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai berikut :

a) Grade I : Kesadaran composmetis, keadaan umum lemah,


tanda-tanda vital dan nadi elmah.
b) Grade II : Kesadaran composmetis, keadaan umum
lemah, ada perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi
dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur
c) Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan
umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta
takanan darah menurun.
d) Grade IV : Kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi
tidak teraba, tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak
teratur, ekstremitas dingin, berkeringat dan kulit tampak
biru meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari
ujung rambut sampai ujung kaki.

2) Pemeriksaan Fisik Head To Toe


a) Integument : Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan
muncul keringat dingin, dan lembab, kuku sianosis atau tidak.
b) Kepala : Bentuk mesochepal, rambut hitam, kulit kepala bersih
c) Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik, reflek pupil isokor.
d) Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
e) Hidung : Simetris, ada perdarahan hidung / epsitaksis.
f) Mulut : Mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada
perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.
g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kekakuan
leher, nyeri telan.

18
h) Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan.
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Palpasi : Taktil fremitus normal
Auskultasi : Vesikuler
i) Abdomen :
Inspeksi : Bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali).
Auskultasi : Bising usus 8x/menit
Perkusi : Tympani
Palpasi : Turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
j) Ekstremitas : Sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi
dan tulang.
k) Genetalia : Bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang
kateter
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termolegurasi sekunder
terhadap infeksi virus dengue.
b. Risiko pemenuhan kebutuhan nurisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan penurunan nafsu makan.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
e. Resiko perdarahan berhubungan dengan  Trombositopenia.

3. Rencana keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Hipertermi berhubungan Setelah diberikan Fever treatment:
dengan tidak efektifnya asuhan keperawatan 1. Monitor suhu sesering
termolegurasi sekunder selama …x24 mungkin
terhadap infeksi, virus diharapkan suhu tubuh 2. Monitor IWL
dengue ditandai dengan dalam batas normal 3. Monitor warna dan suhu
peningkatan suhu tubuh dengan kriteria hasil : kulit

19
1) Suhu tubuh pasien 4. Monitor tekanan darah,
dalam batas nadi dan RR
normal (36 – 37 5. Monitor penurunan tingkat

c). kesadaran
2) Nadi dan RR 6. Monitor WBC, Hb, dan
pasien dalam Hct
rentang normal. 7. Monitor intake dan output
3) Tidak ada 8. Berikan antipiretik
perubahan warna 9. Berikan pengobatan untuk
kulit dan tidak ada mengatasi penyebab
pusing. demam
10. Selimuti pasien
11. Lakukan tapid sponge
12. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
13. Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation:
1. Monitor suhu minimal tiap
2 jam
2. Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
3. Monitor TD, Nadi dan RR
4. Monitor warna dan suhu
kulit
5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi

20
6. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek egatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari
hipertermi dan
penanganan yang
diperlukan
12. Berikan antipiretik jika
perlu
Vital sign monitoring:
1. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri

21
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, Nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktifitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.

2 Risiko pemenuhan Setelah diberikan Nutrition management:


kebutuhan nurisi kurang asuhan keperawatan 1. Kaji adanya alergi
dari kebutuhan selama …x24 jam makanan
berhubungan dengan diharapkan asupan 2. Kolaborasi dengan ahli
penurunan nafsu makan. nutrisi adekuat dengan gizi untuk menentukan
kriteria hasil : jumlah kalori dan nutrisi
1) Adanya yang dibutuhkan pasien
peningkatan berat 3. Anjurkan pasien untuk
badan pasien sesuai meningkatkan intak FE
dengan tujuan 4. Anjurkan pasien untuk

22
2) Berat badan pasien meningkatkan protein
ideal sesuai dengan dan vitamin C
tinggi badan 5. Berikan substansi gula
3) Pasien mampu 6. Yakinkan diet yang
mengidentifikasi dimakan mengandung
kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk
4) Tidak ada tanda- mencegah konstipasi
tanda malnutrisi 7. Berikan makanan yang
5) Pasien mampu terpilih (sudah
menunjukkan dikonsultasikan dengan
peningkatan fungsi ahli gizi
pengecapan dari 8. Ajarkan pasien
menelan bagaimana membuat
6) Tidak terjadi catatan makanan harian
penurunan berat 9. Monitor jumlah nutrisi
badan yang berarti dan kandungan kalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition monitoring:
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor type dan jumlah
aktifitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak

23
atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan
rambut kusam dan
mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadan albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
13. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori dan
intake nutrisi
15. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas
oral
16. Catat jika lidah berwarna

24
magenta, skarlet

3 Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan Pain Management:


dengan agens cedera asuhan keperawatan
1. Lakukan pengkajian nyeri
biologis. selama …x24 jam
secara komprehensif
diharapkan nyeri
termasuk lokasi,
pasien terkontrol
karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil:
frekuensi, kualitas dan
1) Klien mampu
faktor presipitasi
mengontrol nyeri
2. Observasi reaksi non
(tahu penyebab
verbal dari
nyeri, mampu
ketidaknyamanan
menggunakan
3. Gunakan teknik
teknik non
komunikasi terapeutik
farmakologi untuk
untuk mengetahui
mengurangi nyeri,
pengalaman nyeri pasien
mencari bantuan).
4. Kaji kultur yang
2) Pasien mampu
mempengaruhi respon
melaporkan bahwa
nyeri
nyeri berkurang
5. Evaluasi pengalaman
dengan
nyeri masa lampau
menggunakan
6. Evaluasi bersama pasien
menegement nyeri
dan tim kesehatan lain
3) Pasien mampu
tentang ketidakefektifan
mengenali nyeri
kontrol nyeri masa lampau
(skala, intensitas,
7. Bantu pasien dan keluarga
frekuensi dan tanda
untuk mencari dan
nyeri).
menemukan dukungan
4) Pasien mampu
8. Kontrol lingkungan yang
menyatakan rasa
dapat mempengaruhi nyeri
nyaman setelah
seperti suhu ruangan,

25
nyeri berkurang pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakilogi, non
farmakologi dan
interpersonal)
11. Kaji type dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
menagement nyeri

Analgesic Administration:

1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum

26
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesic yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesic ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesic tergantung type
dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesic
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
9. Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala

27
4 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan 1. Kaji hal-hal yang
tindakan keperawatan mampu dilakukan
selama ... x 24 jam, klien.
pasien akan : 2. Bantu klien memenuhi
kebutuhan aktivitasnya
- Dapat
sesuai dengan tingkat
berpartisipasi
keterbatasan klien
dalam aktivitas
3. Beri penjelasan
fisik
tentang hal-hal yang
- Dapat
dapat membantu dan
melakukan
meningkatkan
aktivitas sehari-
kekuatan fisik klien.
hari
4. Libatkan keluarga
- TTV normal
dalam pemenuhan
ADL klien
5. Jelaskan pada keluarga
dan klien tentang
pentingnya bedrest
ditempat tidur.
5 Resiko Perdarahan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda – tanda
tindakan keperawatan pendarahan
selama ... x 24 jam, 2. Monitor hasil
pasien akan : laboraturium ( DL )
3. Anjurkan klien untuk
- Hemoglobin
meningkatkan
dan hematokrit
makanan yang
dalam batas
mengandung vitamin
normal.
K
- Kehilangan
4. Kolaborasi dalam
darah yang
pemberian asam
berlebihan
tranexamat IV perset

28
- TD dalam batas
normal
- Trombosit
dalam batas
normal

4. Implementasi
Pada implementasi, perawat melakukan tindakan berdasarkan, perencanaan
mengenai diagnosa yang telah di buat sebelumnya.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya berhasil dicapai. Evaluasi bisa bersifat formatif yaitu dilakukan
terus-menerus untuk menilai setiap hasil yang telah dicapai. Dan bersifat sumatif
yaitu dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan keparawatan yang telah
dilakukan. Melalui SOAP kita dapat mengevaluasi kembali.
Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :
a. Suhu tubuh dalam batas normal.
1) Suhu tubuh dalam batas normal (36 – 37 ◦C).
2) Mukosa bibir lembab
3) Klien merasa nyaman tanpa rasa panas.
b. Asupan nutrisi adekuat.
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
3) Tidak ada tanda tanda malnutrisi.
4) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
c. Nyeri pasien terkontrol.
1) Klien melaporkan nyeri berkurang.
2) Ekspresi wajah rileks.
3) Berpartisipasi dalam aktivitas dengan tepat.
d. Tidak terjadi kekurangan volume cairan.
1) Pasien mampu mempertahankan keseimbangan cairan.

29
2) Membran mukosa lembab.
3) Turgor kulit elastis.
e. Tidak terjadi perdarahan.
1) Trombosit dalam batas normal (150.000/uL).
2) Membrane mukosa lembab.
3) Turgor kulit elastis.

BAB III

30
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum

DATA PASIEN DATA ORANG TUA


Nomor RM : 587682 Nama Ibu :Ny. B
Nama : An. D Usia Ibu : 36 th
Tempat, Tanggal Lahir : Gianyar, 23- 11-2013 Pekerjaan Ibu : Wiraswasta
Jenis Kelamin :P Pendidikan Ibu : SMA
Alamat : Banjarangkan Nama Ayah : Tn. S
Tanggal Masuk RS : 29 Desember 2019 Usia Ayah : 37 th
Tanggal Pengkajian : 30 Desember - 1 Pekerjaan Ayah : Pegawai Swasta
Januari 2020 jam: 16.00 Pendidikan Ayah : D2
Diagnosa Medis : DHF Grade II, panas Alamat : Banjarangkan
hari ke 5 Suku : Indonesia
Agama : Hindu
Bila ada stiker identitas, dapat ditempel disini Sumber Informasi
Nama : Ny. B
Usia : 36 th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Banjarangkan
Hubungan dengan anak : Orang tua
(ibu)

2. Kedudukan anak dalam keluarga


Nama Jenis Kelamin Keadaan sekarang Ket
Laki-laki Perempuan Sehat Sakit Meningga
(Inisial) Umur

31
l
An. R √ 10 √ Sehat
An. D √ 6 √ Sakit

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama Saat MRS
Demam sejak 5 hari yang lalu
b. Keluhan Utama saat pengkajian
Keluarga mengatakan pasien demam, susah menelan, mual tetapi tidak muntah,
nyeri sendir
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga Pasien mengatakan demam sejak 5 hari yang lalu, sebelum di bawa ke
UGD RSUD Sanjiwani Gianyar pasien sempat diberikan parasetamol tetapi demam
tidak kunjung hilang. Tanggal 30 Desember 2019 klien dibawa ke UGD dan
dianjurkan untuk rawat inap di ruang Abimanyu. Selama dirawat di Ruang
Abimanyu, pasien memperoleh terapi :
- Infus DS ½ NS
- PCT flass 20ml, 16tpm
- Ranitidine 2x20mg
d. Riwayat Sebelumnya
Pasien tidak pernah mengalami penyakit serupa, hanya batuk pilek biasa yang di
bawa kedokter 1x sudah membaik.

Riwayat Kelahiran
1. Prenatal
Usia Ibu saat hamil  < 20 tahun  20 – 35 tahun  >35 tahun
Persepsi terhadap kehamilan  Kehamilan direncanakan
 Kehamilan tidak direncanakan
Antenatal Care  Tidak  Ya,
Apabila Ya, jumlah kunjugan 4 kali
Kenaikan BB selama kehamilan 10 kg
Konsumsi obat selama kehamilan konsumsi vitamin
(obat yang bersifat tertogenik)
Riwayat Injury selama kehamilan  Tidak  Jatuh  Kecelakaan
 Lainnya……….……………………………
Komplikasi selama kehamilan  Tidak  Ya……………………………..

32
Riwayat hospitalisasi  Tidak  Ya……………………………..
Pemeriksaan penunjang kehamilan  Tidak  Ya:
 Rubella  Hepatitis  CMV
 GO  Herpes  HIV
 Lainnya…………………………………....
Riwayat obstetri sebelumnya
No. Nama Anak Proses Penolong Jenis Berat Badan Penyulit
Persalinan Persalinan Kelamin Lahir
2 An.D Spontan Dokter Perempua 3500 gram -
n

2. Intranatal
Riayat kelahiran  Spontan  SC  Dengan alat bantu
Usia kelahiran  Kurang bulan Cukup bulan  Lebih bulan
Penolong persalinan  Dokter  Perawat/Bidan
 Bukan tenaga kesehatan
Lama Persalinan 1 jam
Komplikasi Persalinan Tidak ada
3. Postnatal
Pertumbuhan bayi saat lahir BBL 3500 gram, PB 50.cm, LK 34.cm LLA
9,5 cm
APGAR score 8 dari 10
Usia gestasi / (Balard score) Aterm 37 – 42 minggu
Kebutuhan alat bantu  Inkubator  Oksigen  Suction
Ventilator  Lainnya………………….
Kelainan kongenital Tidak  Ya……………………………
Trauma Lahir  Tidak  Ya, Jika ya:
 Caput  Chepalhematom
Pengeluaran meconium  Tidak  Ya, Jika ya:
 < 24 jam  > 24 jam
Riwayat Penyakit Terdahulu
1. Penyakit yang pernah dialami  Tidak  Ya……………………………
Penatalaksanaan yang dilakukan …………………………………………….....
2. Riwayat hospitalisasi  Tidak  Ya, Jika ya:
Kapan -
Dimana -
Penyakit -
3. Riwayat Operasi Tidak  Ya, Jika ya:
Kapan………………………………………...
Dimana……………………………………….
Jenis Operasi…………………………………
4. Riwayat penggunaan obat  Tidak  Ya, Jika ya:

33
Jenis obat……………………………………..
Respon terhadap pengobatan…………………
5. Riwayat injury/kecelakaan  Tidak  Ya……………………………
6. Riwayat alergi  Tidak  Ya, Jika ya:
 Makanan  Obat  Udara  Debu
 Lainnya……………………………………
Riwayat Imunisasi
( ) BCG ( ) Hepatitis B I ( ) DPT I ( ) Campak
( ) Polio I ( ) Hepatitis B II ( ) DPT II ( ) MMR
( ) Polio II ( ) Hepatitis B III ( ) DPT III ( ) HIB
( ) Polio III ( ) Varicela ( ) Typhus ( ) Influenza

Riwayat Penyakit Keluarga


 Asma  Hipertensi  Penyakit jantung  Diabetes melitus  TBC
 Lainnya………………………………………………....................................

Genogram

34
Keterangan :
or = Garis Penghubung
= Laki- Laki

= Perempuan = Penderita

4. Pengkajian Psiko, Sosio, Spiritual dan Lingkungan

35
PENGKAJIAN PSIKOSPIRITUAL
Penurunan prestasi sekolah : ( )Tidak, ( )Ya

Penelantaran fisik/mental : ( ) Pernah ( ) Tidak


Perawatan anak dibantu oleh : ( ) Orang tua ( ) Wali ( ) Pengasuh
Mekanisme Koping : ( ) Menyerang ( ) Menghindar ( ) Diam ( ) Terbuka
Gangguan body image : ( ) Tidak ( ) Ya,
Jelaskan__________________________________________________________________

Cita-cita anak : Dokter


Efek hospitalisasi : Perasaan : Gelisah

Harapan : Agar cepat sembuh dan tidak masuk rumah sakit lagi

Takut : Takut akan penyakit yang dialami sekarang

Kecemasan : Cemas akan penyakitnya

Lainnya :…………………

Agama : ( ) Hindu, ( ) Islam, ( ) Protestan, ( ) Katolik, ( ) Budha, ( ) Lainnya


:_________________________________

Kegiatan beribadah :
Biasanya melakukan sembahyang saat rahinan saja

Perlu Rohanian : ( ) Tidak ( ) Ya, jelaskan________________________________

PENGKAJIAN SOSIAL KULTURAL


Pembiayaan Kesehatan : ( )Biaya sendiri ( )Asuransi ( )Perusahaan ( )Lain-lain, jelaskan
:__________________________
Anak tinggal bersama : ( )Orangtua ( )Kakek/Nenek ( )Lain-lain, jelaskan
_____________________________________________

Bahasa yang digunakan sehari-hari : ( ) Bahasa Indonesia, ( ) Bahasa daerah, jelaskan :


__________________________________ 36

Hambatan dalam bahasa : ( )Tidak, ( ) Ya, jelaskan : _______________________________________


5. Pemeriksaan Fisik
PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA
Bentuk : ( ) Normosefali ( ) Mikrosefali ( ) Hidrosefali Warna rambut _____________________
Ubun-ubun : ( ) Cekung ( ) Cembung (  ) Datar
Caputsuksedenum : (  ) tidak ( ) ya
Sefal hematom : ( ) tidak ( ) ya
Lain-lain :
MATA : Konjungtiva : ( ) Merah muda ( ) anemis Sklera : ( )Normal ( ) Ikterus
Reflek cahaya : ( ) positif ( ) negatif
Pupil : (  ) isokor ( ) anisokor, diameter : ______________mm
Sekret : ( ) tidak ada ( ) ada
Edema palpebra : (  ) tidak ( ) ya
Lain-lain __________________________________
TELINGA : Simetris : ( ) Ya ( ) Tidak
Serumen : ( ) Ya ( ) Tidak
Darah : ( ) Ya (  ) Tidak
Kelainan : (  ) Tidak ( ) Ya, Jelaskan
________________________________________________________

Hidung : Pernafasan cuping hidung : ( ) Ya (  ) Tidak


Sekret : ( ) Ya ( ) Tidak
Kelainan : ( ) Tidak ( ) Ya, jelaskan : terlihat perdarahan pada hidung pasien
_________________________________________________________

MULUT : mukosa bibir : ( ) lembab (  ) Kering


Stomatitis : ( ) tidak ( ) Ya
Sianosis : (  ) tidak ( ) Ya
Kelainan : ( ) Tidak (  ) Ya, Jelaskan terdapat perdarahan pada gusi
_______________________________________________

LEHER : Bentuk : ( )Normal Kelainan : ( )Tidak ( )Ya, jelaskan :_______________________________________

Pembesaran kelenjer tiroid : ( ) tidak ( ) ya, jelaskan __________________________________________

Kaku kuduk : (  ) tidak ( ) ya

DADA : Bentuk : ( ) Simetris ( ) tidak simetris


Kelainan : ( ) Tidak ( )Ya, jelaskan

37
___________________________________________________________

Irama Nafas : ( ) Regular ( ) Irregular


Suara Nafas : ( ) Normal ( ) suara nafas tambahan : Jelaskan
__________________________________________

Vokal premitus : (  ) sama ( ) tidak sama


Batuk : ( ) Tidak ( )Ya Retraksi : ( )Tidak ( )Ya
Sekret : ( ) Tidak ( )Ada, Warna/Jumlah______________/______________

Tampak Ictus Cordis : ( ) Tidak ( ) Ya, Jelaskan posisinya :


______________________________________
Suara Jantung : S1, terdengar bunyi lub pada ruang ICS V sebelah kiri stenum diatas apeks jantung
S2, ter dengar bunyi dub pada ICS II sebelah kanan sternum
S3, jelaskan tidak terdengar

ABDOMEN :
Inspeksi : bentuk : ( ) datar ( ) tidak datar lingkar perut : 15 cm
ikut gerak nafas : (  ) ya ( ) tidak
Tali pusat : ( ) kering ( ) tidak kering, tanda peradangan : ( ) tidak ( ) ya, jelaskan
Stoma: tidak ada

Jelaskan: __________________

Kelainan pada abdomen : ( ) tidak (  ) ya, jelaskan terjadi


distensi__________________________________________
Auskultasi : Bising Usus : 15 x/menit
Perkusi : ( ) timpani ( ) hipertimpani (  ) pekak
Palpasi : Nyeri tekan : (  ) tidak ( ) ya, jelaskan ________________________________________________________
Distensi : ( ) Tidak ( ) Ya
Massa : ( ) tidak ( ) ya, jelaskan ________________________________________________________
Asites : (  ) tidak ( ) ya
Limpa : (  ) tidak teraba ( ) teraba,
jelaskan_______________________________________________________
Hepar : ( ) tidak teraba ( ) teraba, jelaskan _____________________________________________
EKSTREMITAS : Akral : ( ) Hangat ( ) Dingin, Pergerakan : ( ) Aktif ( ) Pasif ,
Kekuatan Otot :

Kelainan : ( ) Tidak ( ) Ya, jelaskan _________________________________________________

38
Edema : (  ) tidak ( ) ya, jelaskan : ________________________________________________

Capillary refill time : tidak lebih dari 2 detik

KULIT : Warna : ( ) Normal, ( ) Ikterus, ( ) Sianosis


Hematome : ( ) Tidak, ( ) Ya Luka : ( )Tidak, ( )Ya, jelaskan :
_____________________________

Masalah integritas kulit: ( )Tidak ( )Ya, jelaskan _______________________________________________


Scar BCG : ( ) ada ( ) tidak
Rumfflet test : (  ) positif ( ) negatif
Petekie : ( ) tidak (  ) ya
Ekimosis : (  ) tidak ( ) ya
Vesikel : ( ) tidak ( ) ya

KUKU : Bentuk : (  ) Normal ( ) Abnormal Jelaskan


________________________________________________
Kebersihan : (  ) Ya ( ) Tidak

ANUS DAN GENETALIA : Kelainan/masalah : ( )Tidak ( )Ya, jelaskan


________________________________________
Keluhan pada Pernafasan
Kesulitan bernafas : ( ) Tidak, ( )Ya, jelaskan
____________________________________________________________________

Penggunaan alat bantu nafas:


- memakaiO2 ____-_______ lt/menit dengan : ( ) Nasal canule
( ) masker rebreathing
( ) Masker nonrebreathing
- CPAP
- Ventilasi mekanik

Keluhan Makan dan Minum

Makan
Nafsu makan : ( ) Baik, ( ) Tidak
Jenis Makanan : ( ) Bubur, ( ) Nasi, ( ) ASI ( ) Susu Formula ( ) Lain-lain, jelaskan
_______________________________________

39
Jumlah : 5 sendok /hari
Frekuensi : 2 kali /hari

Kesulitan makan : ( ) Tidak, ( ) Ya, jelaskan: susah menelan


Kebiasaan makan : ( ) Mandiri, ( ) Dibantu
Keluhan : Mual : ( ) Tidak, ( ) Ya Muntah : ( )Tidak, ( )Ya, Warna/Volume kuning / 100 ml

Minum
Jenis minuman : air mineral
Jumlah 5 gelas /hari ( 5x 40cc) = 200cc atau setengah gelas habis
Kesulitan saat minum ( ) Tidak, ( ) Ya, Jelaskan: ---------------------------------------------
Kebiasaan makan : ( ) Mandiri, ( ) Dibantu
Keluhan : Mual : ( ) Tidak, ( ) Ya Muntah : ( )Tidak, ( )Ya, Warna/Volume kuning / 100 ml

Cara Pemberian: Memakai Gelas

Keluhan Eleminasi

BAK
Warna Urine : ( ) Kuning Jernih (  ) Kuning Pekat ( ) Keruh ( ) Merah
Deuresis : _________500_______cc/jam
Keluhan saat berkemih : (  ) Tidak ( ) Ya, jelaskan
_______________________________________________________________________
Penggunaan alat bantu untuk berkemih : ( ) Tidak ( ) Ya, Jelaskan
________________________________________
BAB
Konsistensi : Lembek ( ) Cair ( )
Terdapat darah : (  ) Tidak ( ) Ya
Terdapat Lendir : (  ) Tidak ( ) Ya
Warna, Jelaskan kuning kehitaman
Frekuensi : 1x/ hari
Keluhan saat BAB : (  ) Tidak ( ) Ya, jelaskan
____________________________________________________________
Penggunaan alat bantu untuk BAB : ( ) Tdak ( ) Ya, Jelaskan
______________________________________________________

Keluhan Istirahat Tidur


Lama tidur 7jam/hari Kesulitan Tidur : ( )Tidak, ( ) Ya , jelaskan _____________________________________

Tidur siang : ( )Tidak, ( )Ya

Keluhan Mobilisasi

40
( ) Normal/mandiri, ( ) Dibantu, ( ) Menggunakanalat bantu, jelaskan_______________________________________

Lain-lain __________________________________________

Lekosit H 0-1 /LPB 0-5


HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Nama test Flag Hasil Satuan Nilai Rujukan


Leukosit (WBC) L 2.12 10^3/uL 4.00 -12.00
Neu # L 0.90 10^3/uL 1.80 – 8.00
Lym # L 1.05 10^3/uL 1.20 – 5.80
Trombosit (PLT) L 117 10^3/uL 150 – 450
Ph/Reaksi L 5.5 6.0 – 6.5
Eritrosit H 1-2 /LPB <2

6. Pengkajian Nyeri

Nyeri : ( )Tidak ( )Ya Skala : 3

Lokasi Nyeri : seluh sendi

Frekuensi Nyeri : ( ) Jarang ( ) Hilang timbul ( ) Terus-menerus

Lama Nyeri : 5- 6 menit

Menjalar : ( )Tidak ( )Ya, ke : _______________________________

Kualitas Nyeri : ( ) Tumpul ( ) Tajam ( ) Panas/terbakar ( ) Lain-lain :_____________

Faktor pemicu/yang memperberat : saat bergerak

Faktor yang mengurangi/menghilangkan nyeri dengan istirahat

SKALA NYERI
SKALA FLACC (untuk anak usia 1-3 tahun)
Penilaian Deskripsi Skor
F (Wajah) Tidak ada ekspresi khusus, senyum 0

41
Menyeringai, mengerutkan dahi, tampak tidak 0
tertarik
Dagu gemetar, gigi gemertak (sering) 0
L (Kaki) Normal, rileks 0
Gelisah, tegang 0
Menendang, kaki tertekuk 0
A (Aktivitas) Berbaring tenang, posisi normal, gerakan mudah 0

Menggeliat, tidak bisa diam, tegang 0


Kaku, kejang 0
C (Menangis) Tidak menangis 0
Merintih, merengek, kadang mengeluh 0
Terus menangis, berteriak, sering mengeluh 0
C (Consolability Rileks 0
Dapat ditenangkan dengan sentuhan, pelukan dan 0
bujukan
Sulit dibujuk 0
Total Skor 0

Skor : 0 = Tidak Nyeri 1-3 = Nyeri Ringan

4-6 = Nyeri Sedang 7-10 = Nyeri Berat

WONG-BAKER FACES PAIN Rating Scale (untuk anak usia 3 tahun ke atas)

Skala Nyeri : 2

7. Pengkajian resiko tekan


Skor Braden
No. Parameter Skor
1. PERSEPSI SENSORI
Kemampuan untuk merespon ketidaknyamanan tekanan
Tidak berespon = 1 4
Sangat terbatas = 2
Sedikit terbatas = 3
Tidak ada gangguan = 4
2 KELEMBABAN
Seberapa sering kulit terpapar kelembaban 2
Kelembaban konstan = 1
Sering lembab = 2
Kadang lembab = 3
Jarang lembab = 4
3 AKTIVITAS
Tingkat aktivitas fisik

42
Tergeletak di tempat tidur = 1 4
Tidak bisa berjalan = 2
Berjalan pada jarak terbatas = 3
Berjalan di sekitar ruangan = 4
4 MOBILITAS
Kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi tubuh 3
Tidak bisa bergerak = 1
Sangat terbatas = 2
Sedikit terbatas = 3
Tidak ada batasan = 4
5 NUTRISI
Pola asupan makanan 2
Sangat buruk = 1
Kurang adekuat = 2
Adekuat = 3
Sangat baik = 4
6 FRIKSI
Masalah = 1 3
Potensi masalah = 2
Tidak ada masalah = 3
Total skor
18

Kategori :
 >18 : tidak beresiko mengalami luka tekan
 15-18 : beresiko ringan untuk mengalami luka tekan
 13-14 : beresiko sedang untuk mengalami luka tekan
 10-12 : beresiko tinggi untuk mengalami luka tekan
 ≤9 : beresiko sangat tinggi untuk mengalami luka tekan
8. Pengkajian resiko jatuh

SKRINING RISIKO JATUH/CEDERA


Anak berusia <12 tahun dianggap berisiko tinggi dan anak usia 12-18 tahun dilakukan penilaian risiko jatuh
anak dengan menggunakan Humpty Dumpty Scale dan diberi skor. Jika nilainya berisiko tinggi, maka klip risiko
jatuh (pada pasien) dan segitiga (di tempat tidur/ brankar/ kursi roda) berwarna kuning dipasangkan 
 Berisiko rendah (skor 7 – 11)  Berisiko Tinggi (skor ≥ 12)

Parameter Kriteria Skor Hasil Parameter Kriteria Skor Hasil


Skoring Skoring
Umur < 3 tahun 4 Gangguan Tidak sadar 3

43
3-7 tahun 3 kognitif terhadap
7-13 tahun 2 keterbatasan
>13 tahun 1 (gangguan
kesadaran,
retardasai mental)

Lupa keterbatasan
2
(anak-anak
hiperaktif)

Mengetahui
kemampuan diri
1
Jenis Laki-laki 2 Faktor Riwayat jatuh dari 4
Kelamin Perempuan 1 Lingkungan tempat tidur saat
bayi-anak

Pasien
menggunakan alat
3
bantu atau
box/mebel

Pasien berada di
tempat tidur 2

Di luar ruang rawat


1
Diagnosa Kelainan 4 Respon Dalam 24 jam 3
Neurologi terhadap
Dalam 48 jam
operasi/obat 2
Perubahan penenang/ >48 jam
dalam efek 1
oksigenasi anestesi
Penggunaan Bermacam-macam 3
(masalah
obat obat yang
saluran nafas,
digunakan: obat
dehidrasi, 3
sedatif (kecuali
anemia,
pasien ICU yang
anoreksia,
menggunakan
sinkop/sakit
sedasi paralisis),
kepala, dll)
hipnotik, barbiturat,
fenotiazin,
Kelainan psikis/ 2
antidepresan,
perilaku
laksans/diuretika,
narkotik
Diagnosis lain 1
Salah satu dari
2
pengobatan di atas

Pengobatan lain
1

44
Total

2. Analisa Data
Data Subyektif Data Obyektif Interpretasi

- Pasien mengeluh panas - Pasien tampak


- Ibu pasien mengatakan lemas dan wajah
pasien sangat gelisah pasien kemerahan
- Ibu pasien mengatakan - Pasien tampak Hipertermia
demam naik turun sejak gelisah dan rewel
5 hari sebelum MRS - Suhu 39.9 °C
- Selaput mukosa
kering

- Pasien mengeluh pahit - Porsi makan tidak

45
pada lidah habis Risiko gangguan pemenuhan
- Ibu pasien mengatakan - KU lemah kebutuhan nutrisi kurang dari
pasien tidak nafsu makan - Makan pagi hanya kebutuhan
mau 5 sendok . BB :
13kg.

- - Tampak ada Resiko Perdarahan


perdarahan pada
hidung pasien
- Mulut pasien
tampak kering
- Terdapat
perdarahan pada
gusi pasien
- Terdapat scar
BCG dan petekie
pada tangan
pasien
- Perut pasien
tampak kembung
(distensi)

3. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas


1. Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termolegurasi sekunder terhadap
infeksi, virus dengue ditandai dengan pasien mengeluh panas, pasien sangat gelisah,
ibu pasien mengatakan demam naik turun sejak 5 hari sebelum MRS, nyeri aku
berhubungan dengan cedera biologis. Pasien tampak lemas dan wajah pasien
kemerahan, pasien tampak gelisah dan rewel, suhu 39.9 °C, selaput mukosa kering
2. Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
nafsu makan menurun yang di tandai dengan pasien mengeluh pahit pada lidah, Ibu
pasien mengatakan pasien tidak nafsu makan. Porsi makan tidak habis, KU lemah,
makan pagi hanya mau 5 sendok . BB : 13kg.

46
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia ditandai dengan terdapat
perdarahan pada hidung pasien, bibir pasien kering, gusi pasien mengalami
perdarahan, terdapat scar BCG dan petekie pada tangan pasien, dan perut pasien
tampak kembung (distensi).

4. Perencanaan Keperawatan
N Hari/Tgl/ Diagnosa Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o Jam
1. 30 Hipertermi Setelah dilakukan Mandiri : 2. Pola demam dapat
Desember berhubungan dengan pengkajian 3x24 jam 1. Observasi membantu dalam
2019 tidak efektifnya di harapkan suhu keadaan umum diagnosis : kurva
termolegurasi tubuh pasien pasien (suhu, 4 hari tidak
sekunder terhadap menurun. Dengan nadi,respirasi menunjukan
infeksi, virus dengue kriteria hasil : 2. Anjurkan infeksi lain
1. Suhu dalam pasien untuk 3. Peningkatan suhu
rentang normal banyak minum tubuh
36,4 – 37,5 OC (kurang lebih mengakibatkan
2,5 liter/ 24 penguapan tubuh
jam) meningkat
3. Berikan sehingga perlu
kompres diimbangi dengan
hangat asupan cairan

47
4. Anjurkan yang banyak
untuk tidak 4. Dengan
memakai vasodilatasi dapat
pakaian tipis meningkatkan
5. Berikan terapi penguapan yang
cairan mempercepat
intravena dan penuruan suhu
obat obatan tubuh
sesuai program 5. Pakaian tipis
dokter membantu
6. Berikan mengurai
antipiretik penguapan tubuh
6. Pemberian cairan
sangat penting
bagi pasien
dengan suhu tingg
7. Digunakan untuk
mengurai demam
dengan aksi
sentralnya pada
hipotelamus.

30 Risiko pemenuhan Setelah diberikan Mandiri 1. Untuk


Desember kebutuhan nurisi asuhan keperawatan 1. Kaji keluan menetapkan
2019 kurang dari selama 3 x 24 jam mual, sakit cara
kebutuhan diharapkan tidak menelan, mengatasi
berhubungan dengan terjadi risiko dan muntah 2. Membantu
penurunan nafsu pemenuhan yang di mengurai
makan. kebutuhan nurisi alami kelelahan
kurang dari pasien pasien dan

48
kebutuhan. 2. Berikan meningkatkan
1. Menunjukan makanan asupan
peningkatan yang makanan
fungsi mudah 3. Untuk
pengecapan ditelan menghindari
dan menelan seperti mual
2. Tidak terjadi bubur 4. Untuk
penurunan 3. Berikan mengetahui
berat badan makanan pemenuhan
yang berarti dalam porsi kebutuhan
3. Mual kecil dan nutrisi
berkurang frekuensi
sering
4. Catat
jumlah /
porsi
makanan
yang
dihabiskan
oleh pasien
setiap hari

30 Resiko perdarahan Setelah diberikan Mandiri :


Desember berhubungan dengan asuhan keperawatan 1 Observasi 1. Mengetahui
2019 trombositopenia selama 3 x 24 jam tanda-tanda tanda – tanda
diharapkan tidak perdarahan perdarahan
terjadi risiko 2 Monitor akan
pendarahan nilai lab meminimalisir
1 Tidak ada (trombosit) terjadinya

49
perdarahan 3 Anjurkan perdarahan.
2 Tidak ada pasien 2. Rendahnya
distensi meningkatk nilai trombosit
abdominal an intatke akan
makan memperbesar
yang resiko
mengandun perdarahan
g vitamin 3. Vitamin K
K dan dapat
banyak membantu
minum air proses
putih pembekuan
4 Kolaborasi darah.
dalam 4. Asam
pemberian tranexamat
asam dapat
tranexamat mengurangi
IV perset pendarahan

50
B. IMPLEMENTASI
Hari/Tgl/Jam No DK Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
Senin, 30 1, 2, dan 3 Mengkaji keadaan umum DS : -
Desember pasien tanda – tanda vital DO :
2019. Pkl Mengobservasi tanda- - pasien tampak berbaring
15.00 tanda perdarahan. di tempat tidur
- terdapat perdarahan di
hidung pasien
- terdaapat petekie di
tangan pasien
- bibir tampak kering dan
gusi berdarah
- masih terdapat distensi
abdomen
- S : 39,9 ° C
- N : 95x/mnt
- R : 20x/mnt

51
Pkl 16.30 1,3 Memberikan Paracetamol DS :
Plass 20cc dengan injeksi - Pasien mengatakan sakit
IV perset saat dimasukan obat
Menganjurkan pasien - Ibu pasien mengatakan
untuk makan makanan mau memberikan
yang mengandung vit. K makanan yang
seperti sayur bayam, mengandung vit. K
sawi.

DO :
- Pasien menangis
- Pasien tampak meringis
kesakitan
- Obat masuk semua

Pkl. 17.00 2,3 Mengkaji pemenuhan DS :


nutrisi pasien - Ibu pasien mengatakan
Menganjurkan pasien hanya mau makan 5
untuk meningkatkan sendok bubur
porsi makanan yang - Ibu pasien mengatakan
mengandung vitamin K anaknya tidak mau
dan meningkatkan minum air putih, tetapi
frekuensi minum air mau minum rasa buah
putih. vita jambu sebanyak 2
kotak (500ml)
DO :
- Pasien tampak menutup

52
mulutnya saat di berikan
bubur
- KU pasien lemas

Pkl. 17.45 1 Memberikan Kompres DS:-


hangat pada kening DO:
- Pasien tampak tenang
saat diberikan kompres
- KU lemah

Pkl. 18.00 2 Mengganti cairan Infuse DS :-


DS 1/2NS 16 tpm DO :-

Pkl . 19.00 2 Mengkaji Kebutuhan DS :


Nutrisi Pasien - ibu pasien mengatakan
pasien mau makan nasi
setengah porsi habis
DO :
- pasien tampak masih
lemas
- ADL dibantu penuh
- Porsi makan habis
setengah porsi

53
Pkl. 19.30 2, 3 Menganjurkan pasien DS :
untuk banyak minum - Ibu pasien mengatakan
pasien sudah minum
setengah gelas air
DO :
- Mukosa bibir kering

Pkl. 20.00 Mengobservasi tanda- DS :


3
tanda pendarahan - Ibu pasien mengatakan
tidak terjadi pendarahan
lagi di hidung pasien
DO :
- Terdapat petekie di
tangan pasien
- Bibir pasien kering dan
gusi berdarah
- Tidak terdapat
pendarahan pada hidung
pasien
- Masih tedapat distensi
pada abdomen pasien
- KU pasien lemah

Selasa, 31 Memberikan obat injeksi DS :


1 dan 2
desember intravena perset Raitidin - Pasien mengatakan sakit
2019 2x 20 mg saat dimasukan obat
Pkl. 08.00 DO :
- Pasien tampak menangis
- Pasien berontak saat di
masukan obat

54
Pkl.09.00 Memeriksa keadaan DS : -
1,3
umum tanda tanda vital DO :
Mengobserasi tanda- - Bibir pasien kering dan
tanda pendarahan pendarahan pada gusi
sudah tidak ada lagi
- Masih terdapat distensi
abdomen
- KU lemah
- S : 37,3
- N: 80x/mnt
- R : 20x/mnt

Pkl. 10.00 Membantu pemenuhan DS :


2,3
nutrisi ADL pasien - Pasien mengatakan
(makan) sudah tidak sakit
menelan
- Porsi makan ¼ masih
- Pahit makannan sudah
tidak ada
DO :
- Porsimakan ¼ masih
- Nafsu makan sudah
mulai meningkat
- Hasil trombosit pasien
yaitu

55
Pemberian PCT injeksi DS :
Pkl. 11.30 1 perset 20ml melalui - pasien mengatakan sakit
intravena saat di masukan obat
DO :
- pasien tampak menangis
saat di masukan obat

Pkl. 12.00 Membantu pemenuhan DS :


1
nutrisi ADL(makan) - Pasien mengatakan
makanannya sudah
terasa
DO :
- Porsi makan habis
- KU pasien baik

Pkl. 12.30 3 Memeriksa keadaaan DS : -


umum Tanda – tanda DO :
vital - S : 36,9 °C
- N : 80x/mnt
- R : 20/xmnt
- KU baik

56
Pkl. 13.00 3 Mengganti cairan infuse DS : -
DS ½ NS DO :
- KU baik
- Mukosa bibir lembab

Pkl. 13.30 Mengkaji keluhan mual DS : pasien mengatakan mual


2
klien, sakit menelan, dan tetapi tidak sampai muntah
muntah. DO : pasien tampat pucat

Rabu, 1 Menghitung suhu klien DS : Ibu mengatakan tubuh


Januari 1 (axila) anaknya teraba hangat
2020. Pkl. DO : Suhu klien adalah 36,8OC
14.00

Pkl. 14.30 1,2 Memberikan obat injeksi DS : -


melalui IV perset DO : Klien tampak menangis
Ranitide dan PCT saat di injeksikan obat

Pkl. 18.00 Menganjurkan keluarga DS : Keluarga mengatakan


2
untuk memberikan sudah memberikan makan
pasien makan sedikit sering tetapi sedikit
tetapi sering DO : Klien tampak memakan
porsi makanan yang diberikan
dari rumah sakit.

57
Pkl. 19.00 Memantau suhu tubuh DS : -
1
klien DO : Suhu tubuh klien 36,5OC

C. EVALUASI
a. Formatif
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
30/12/2019 1 S = Keluarga pasien mengatakan suhu
tubuh anaknya hangat
O = Suhu tubuh klien adalah 39,9oC
A = Tujuan No. 1 belum tercapai.
P = Lanjutkan Intervensi

2 S = Keluarga mengatakan anaknya


mengeluhkan mual dan bibir terasa pahit
saat makan
O = Mukosa bibir klien kering, klien
tampak pucat
A = Tujuan No, 1,2,3 belum tercapai
P = Lanjutkan Intervensi
3 S=-
O = Terdapat perdarahan kecil pada gusi
klien, bibir klien kering, pendarahan pada
hidung, petekie pada tangan, distensi
abdomen.

58
A = Tujuan No. 1 dan 2 belum tercapai
P = Lanjutkan intervensi
1 S = Keluarga mengatakan tubuh anaknya
31/12/19 teraba hangat
O = Suhu tubuh klien ( axila ) 37,3OC
A = Tujuan No. 1 Tercapai
P = Pertahankan Kondisi Klien
2 S = Keluarga mengatakam klien makan
sedikit tetapi sering, pasien merasa mual
tetapi tidak ingin muntah
O = Klien tampak pucat
A = Tujuan No. 1,2,3 belum tercapai
P =Lanjutkan Intervensi
3 S=-
O = Tidak terjadi tanda – tanda perdarahan
dan distensi abdomen.
A = Tujuan No, 1,2 tercapai
P = Pertahankan Kondisi Klien.
1/01/2020 2 S = Keluarga mengatakan nafsu makan
klien sudah meningkat, bibir tidak terasa
pahit, tidak merasa mual
O = Klien tidak nampak pucat, mukosa
bibir lembab
A = Tujuan No. 1,2,3 tercapai.
P = Pertahankan Kondisi Klien

b. Sumatif
Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
31/12/19 1 S = Keluarga mengatakan tubuh anaknya
teraba hangat
O = Suhu tubuh klien ( axila ) 37,3OC
A = Tujuan No. 1 Tercapai
P = Pertahankan Kondisi Klien
1/1/20 2 S = Keluarga mengatakan nafsu makan klien
sudah meningkat, bibir tidak terasa pahit, tidak
merasa mual

59
O = Klien tidak nampak pucat, mukosa bibir
lembab
A = Tujuan No. 1,2,3 tercapai.
P = Pertahankan Kondisi Klien
31/12/19 3 S=-
O = Tidak terjadi tanda – tanda perdarahan
dan distensi abdomen.
A = Tujuan No, 1,2 tercapai
P = Pertahankan Kondisi Klien.
BAB IV

PEMBAHASAN

Terdapat persamaan dan perbedaan antara konsep asuhan keperawatandan aplikasi asuh
an keperawatan pada pasien. Persamaan dan perbedaannya antara lain adalah :

1. Di konsep asuhan keperawatan tanda dan gejala yang biasanya ditemui pada pasien
DHF adalah :

a) Demam

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun


menuju suhu normal atau lebih rendah. 

b) Perdarahan

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam danumumnya terjadi


pada kulit dan dapat berupa uji tocniquet yang positif muda terjadi perdarahan
pada tempat fungsi vena, ptekie dan purpura.

c) Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak


yang kurang gizi hati juga sudah.

d) Renjatan (Syok)

60
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 4 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada
ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut.

Sedangkan tanda dan gejala yang dijumpai pada pasien adalah :

a) Demam

Pasien datang ke RS dengan keluhan utama panas sudah 5 hari dengan


temperatur 39,90C sebelum masuk rumah sakit , demam meningkat pada
malam hari dan membaik pada dini hari, keluhan dirasakan membaik saat
pasien minum obat yang di berikan dokter yaitu antibiotik, setelah beberapa
jam kemudian panas meningkat kembali, sehingga pada tanggal 29 Desember
2019 pasien masuk melalui IGD dan dirawat diruangan Anak Abimanyu RS
Sanjiwani Gianyar.

b) PerdarahanMata :  normal

Hidung : terdapat perdarahan

Mulut : bibir kering dan terdapat perdarahan pada gusi

Perut : distensi (+)

Kulit : terdapat ptekie dan terdapat scar BCG. Ekstremitas : normal

c) Hepatomegali

Hati sudah teraba

d) Syok 

Pasien tidak mengalami syok

Sehingga diagnosa yang bisa diangkat antara lain :

1. Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termolegurasi sekunder


terhadap infeksi.

61
2. Risiko pemenuhan kebutuhan nurisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan nafsu makan.
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

BAB V

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Ada beberapa persamaan teoritis dengan kasus yang kelompok ambil, diantaranya
pasien mengalami demam tinggi selama 5 hari, masa kritis pasien DHF demam hari 2 - 7
hari demam, hasil pengkajian dan pemeriksaan fisik terdapat ptekie dan mulut kering.
Melakukan analisa data pada An. D dengan Dangue Haemorogic Fever (DHF). Diagnosa
yang timbul hipertermi. Management hipertermi melakukan protap hipertermi sesuai
protap diruangan anak, memberikan paracetamol plass 20cc dengan injeksi IV preset,
memberikan obat injeksi intravena perset Raitidin 2x 20 mg, pemberian PCT injeksi
perset 20ml melalui intravena. Evaluasi yang tercapai hipertermi teratasi.
Untuk mengurangi dampak masih tingginya kasus DHF terutama pada anak,
perawat berperan penting dalam melakukan perawatan pada pasien DHF juga melakukan
penyuluhan pada keluarga tentang perawatan anak yang mengalami DHF, apa yang
dilakukan dirumah setelah dirawat, jaga kebersihan terutama hindari pakaian yang
bergantungan, aliran selokan jangan sampai tergenang, 3 M, Menguras, Menutup dan
Menimbun/Membakar barang yang bisa membuat air tergenang.

1.2 Saran
2. Bagi tenaga kesehatan

62
Diharapkan penyusunan makalah ini dapat meningkatkan
kualitas pelayanan sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik teruta
ma pada kasus perawatan anak dengan Dangue Haemoragic Fever (DHF) dan dapat
menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.
3. Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan keterampilan
serta mengaplikasikan secara langsung teori-teori yang didapat di bangku
perkuliahan dan dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan
dan praktik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Nurlinda. 2018. Karya Tulis Ilmiah DHF. Samarinda


Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2017. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
M. Nurs, Nursalam. 2015. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta:
MediAction Jogja.

63
64

Anda mungkin juga menyukai