Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut

yang disebabkan oleh Salmonella typhi.Penyakit ini ditandai oleh panas yang

berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur

endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam

sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan Peyer’s

patch. Beberapa terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam

paratifoid dan demam enterik. Demam paratifoid secara patologik maupun

klinis adalah sama dengan demam tifoid namun biasanya lebih ringan,

penyakit ini biasanya disebabkan oleh spesies Salmonella enteriditis,

sedangkan demam enterik dipakai baik pada demam tifoid maupun demam

paratifoid.(Sudarmono,2012)

Istilah typhoid berasal dari kata Yunani typhos.Terminologi ini

dipakai pada penderita yang mengalami demam disertai kesadaran yang

terganggu.Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan

penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta

standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2013 (WHO)

memperkirakan jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia mencapai 17

juta kasus dengan insiden 600.000 ribu kematian tiap tahunnya.Demam tifoid

1
merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun

dewasa.Anak merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid, walaupun

gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir semua daerah

endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-19

tahun.(Pawitro,2014)

Insiden, cara penyebaran dan konsekuensi demam enterik sangat

berbeda di negara maju dan yang sedang berkembang. Insiden sangat

menurun di negara maju. Demam tifoid merupakan penyakit endemis di

Indonesia. 96% kasus demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi,

sisanya disebabkan oleh Salmonella paratyphi. Sembilan puluh persen kasus

demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur

5 tahun. (Pawitro,2014)

Berdasarkan Laporan Dirjen pelyanan medis Kementerian kesehatan

Republik Indonesia demam Typoid menempati urutan yang kedua dari 10

penyakit terbanyak pasien rawat inap di Rumah sakit Indonesia dengan

jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15 % (Kemenkes, 2013), Prevelensi

tertinggi diIndonesia terjadi pada usia 5-14 Tahun (Rikesdas, 2012). Pada

usia tersebut anak2 kurang memperhatikan kebesihan diri dan kebiasaan jajan

disembarang tempat sehingga tertular penyakit demam typoid

Di negara-negara berkembang perkiraan angka kejadian demam tifoid

bervariasi dari 10 sampai 540 per 100.000 penduduk. Meskipun angka

kejadian demam tifoid turun dengan adanya perbaikan sanitasi pembuangan

di berbagai negara berkembang. Di negara maju perkiraan angka kejadian

2
demam tifoid lebih rendah yakni setiap tahun terdapat 0,2 – 0,7 kasus per

100.000 penduduk di Eropa Barat; Amerika Serikat dan Jepang serta 4,3

sampai 14,5 kasus per 100.000 penduduk di Eropa Selatan. Di Indonesia

demam tifoid masih merupakan penyakit endemik dengan angka kejadian

yang masih tinggi. Angka kejadian demam tifoid di Indonesia diperkirakan

350-810 kasus per 100.000 penduduk per tahun; atau kurang lebih sekitar

600.000 – 1,5 juta kasus setiap tahunnya. Diantara penyakit yang tergolong

penyakit infeksi usus, demam tifoid menduduki urutan kedua setelah

gastroenteritis. (Prasetyo,2013)

Penyebarannya tidak bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit ini

sering merebak di daerah yang kebersihan lingkungan dan pribadi kurang

diperhatikan.

Berdasarkan data tersebut maka Mahasiswa Program profesu ners UIN

Aluddin Makassar tertarik untuk melakukan proses keperawatan terhadap

kasus demam typhoid pada anak di RS Byangkara makassar

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

masalah dalam laporan ini adalah “Bagaimana Melaksanakan atau

Mengimplementasikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Demam

typoid meliputi Pengajian, Analisa Data, Penegakan Diagnosa Keperawatan,

Perencanaan Keperawatan, Implementasi Keperawatan, Serta Evaluasi

Asuhan Keperawatan, yang dikelola selama 4 hari.

3
C. Tujuan

Penulis dapat menerapkan ilmu yang telah di peroleh selama masa

pendidikan Keperawatan dengan melaksanakan Asuhan Keperawatan secara

komprehensif dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada pasien dengan

Demam Typoid

D. Manfaat Studi Kasus

a. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian, disamping itu

meningkatkan pemahaman tentang memberikan dan menyusun

penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Demam typoid

b. Bagi Klien

Hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan pada

klien dengan Demam Typoid

c. Bagi Institusi

Mengevaluasi tingkat kemampuan mahasiswa dan sebagai cara untuk

mengevaluasi materi yang telah diberikan kepada mahasiswa

d. Bagi Rumah Sakit

Study Kasus ini di jadikan sebagai masukan untuk profesi perawat dalam

mengaplikasikan Asuhan Keperawatan dengan Demam Typoid

Anda mungkin juga menyukai