2021/2022
BAB I
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan
Penyusun
PENDAHULUAN
BAB I
A. LatarBelakang
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh salmonella thypii. Penyakit ini dapat ditularkan melalui makanan, atau
minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii (Hidayat, 2008, hal:120).
Demam thypoid dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang terutama terletak di
daerah tropis dan subtropis dengan angka kejadian masih sangat tinggi yaitu 500 per 100.000
terdapat 17 juta kasus demam thypoid di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai
600.000 kasus. Secara keseluruhan, demam tifoid diperkirakan menyebabkan 21,6 juta kasus
dengan
216.500 kematian pada tahun 2000. Insidens demam tifoid tinggi (>100 kasus
per100.000 populasi per tahun) dicatat di AsiaTengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan
populasi pertahun) di Asia lainnya, Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali
Australia dan Selandia Baru), serta yang termasuk rendah (<10 kasus per100.000
Kejadian demam thypoid didunia sekitar 21,6 juta kasus dan terbanyak di Asia,
Afrika dan Amerika Latin dengan angka kematian sebesar 200.000. Setiap tahunnya, 7
juta kasus terjadi di Asia Tenggara, dengan angka kematian 600.000 orang. Hingga saat
ini penyakit demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara tropis
termasuk Indonesia dengan angka kejadian sekitar 760 sampai 810 kasus pertahun, dan
2
angka kematian 3,1 sampai 10,4% (WHO, 2004).Sedangkan data World Health
demam thypoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.
Demam thypoid dan demam para thypoid adalah penyakit infeksi akut usus
halus yang disebabkan kuman Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari satu
minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyakit ini
termasuk penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak orang dan masih
penderita per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun. Penyakit
ini tersebar di seluruh wilayah dengan insiden yang tidak berbeda jauh antar daerah.
Serangan penyakit lebih bersifat sporadis dan bukan epidemik. Dalam suatu daerah
terjadi kasus yang berpencar-pencar dan tidak mengelompok. Sangat jarang ditemukan
beberapa kasus pada satu keluarga pada saat yang bersamaan (Widoyono,2011, hal:
144).
Dalam Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 demam thypoid
termasuk dalam kejadian luar biasa (KLB) dengan attack rate sebesar0,37% yang
menyerang 4 kecamatan dengan jumlah 4 desa dan jumlah penderita 51 jiwa. Pada
tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah penderita demam thypoid sebesar 150 jiwa yang
menyerang 3 kecamatan dan jumlah 3 desa dengan attackrate sebesar 2,69%. Tahun
2010 kasus KLB demam tifoid kembali terjadi dengan attack rate sebesar 1,36% yang
menyerang 1 kecamatan dengan 1 desa dan jumlah penderita 26 jiwa (Dinkes Prop
Jateng,2010).
3
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008,
demam thypoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap
di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15%, urutan
pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan proporsi 7,52%,
urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01%
(Depkes RI,2009).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi yang lazim didapatkan di daerah tropis
dan subtropis dan sangat erat kaitannya dengan sanitasi yang jelek di suatu masyarakat.
Penularan penyakit ini lebih mudah terjadi di masyarakat yang padat seperti urbanisasi
di negara yang sedang berkembang dimana sarana kebersihan lingkungan dan air
minum bersih belum terpenuhi dan oleh karena itu penyakit demam thypoid mudah
menyebar melalui makanan dan minuman yang tercemar melalui lalat, dan serangga.
Sumber utamanya hanyalah manusia. Penularan terjadi melalui air atau makanan yang
tercemar kuman salmonella secara langsung maupun tidak langsung (dari orang yang
sakit maupun dari ‘’carrier’’) yang erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan dan
perorangan. Demikian juga cara mencuci bahan makanan (segala macam makanan)
dengan air yang tercemar akan mempermudah penularan demam tifoid apabila tidak
Komplikasi yang dapat muncul akibat demam thypoid tidak segera ditangani
adalah dapat terjadi perdarahan dan perforasi usus, yaitu sebanyak 0,5 – 3% yang terjadi
setelah minggu pertama sakit. Komplikasi tersebut dapat ditengarai apabila suhu badan
dan tekanan darah mendadak turun dan kecepatan nadi meningkat. Perforasi dapat
ditunjukkan lokasinya dengan jelas, yaitu di daerah distal ileum disertai dengan nyeri
perut, tumpah-tumpah dan adanya gejala peritonitis. Selanjutnya gejala sepsis sering
4
kali timbul. Sekitar 10% pneumonia dan bronchitis ditemukan pada anak-anak dan
komplikasi yang lebih berat dengan akibat fatal adalah apabila mengenai jantung
Sulawesi Tenggara yakni 4.641 kasus. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSU
Bahteramas pada tahun 2017 ditemukan 410 kasus thypoid , sebanyak 175 kasus adalah
menyerang anak-anak. Dari bulan Januari sampai dengan Mei 2018 didapatkan kasus
demam thypoid sebanyak 75 anak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kasus demam
thypoid masih sangat tinggi. Berdasarkan keterangan data diatas, maka penulis tertarik
untuk menggali permasalahan tentang penyakit demam thypoid dan membuat karya
B. Tujuan
1. Umum
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Demam Thypoid pada Anak” adalah agar penulis dapat memahami
dan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan demam
2. Khusus
Tujuan khusus dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini diharapkan penulis mampu:
Tenggara.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat pada klien dengan
SulawesiTenggara.
SulawesiTenggara.
Tenggara.
C. Manfaat
1. Bagi IlmuPengetahuan
2. BagiPenulis
thypoid padaanak
3. Bagi InstitusiPendidikan
6
demamthypoid.
4. Bagi LahanPraktik
Sebagai referensi untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan agar
5. BagiPasien
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Demam Thypoid atau thypoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang
terutama disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid merupakan jenis
terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam
paratifoid yang disebabkan oleh S. Paratyphi A, S. Schottmuelleri (semula S.
Paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S. Paratyphi C). Demam tifoid
memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain
(Widagdo, 2011, hal: 197). Menurut Ngastiyah (2005, hal: 236) Tifus
abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan demam lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan,dan gangguan kesadaran.
Menurut Soedarto (2009, hal: 128) Penyakit infeksi usus yang disebut
juga sebagai Tifus abdominalis atau Typhoid Fever ini disebabkan oleh kuman
Salmonella typhiatauSalmonella paratyphi A, B, dan C. Demam tifoid
merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia maupun di daerah-
daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit demam
tifoid atau tifus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang
menyerang manusia khususnya pada saluran pencernaan yaitu pada usus halus
yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi yang masuk melalui makanan
atau minuman yang tercemar dan ditandai dengan demam berkepanjangan
lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan lebih
diperburuk dengan gangguan penurunan kesadaran.
B. Etiologi
Menurut Widagdo (2011, hal: 197) Etiologi dari demam Thypoid
adalah Salmonella typhi, termasuk genus Salmonella yang tergolong dalam
famili Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk spora,
tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahah
beberapa hari / minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan
kering, bahan farmasi, dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1
jam atau 60º C dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O (somatik)
adalah komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas dan
antigen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi,
9
juga pada S. Dublin dan S. hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu polisakarida
kapsul.
C. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan
dalam lambung oleh asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus
halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang usus halus.
Kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan
mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ lainnya.Proses ini
terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal
melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia
untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ
tubuh terutama limpa, usus, dan kandung empedu (Suriadi &Yuliani, 2006,
hal:254).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi
penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,
kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan
oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh
kelainan pada usus halus (Suriadi &Yuliani, 2006, hal: 254).
D. ManifestasiKlinik
Menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) Gambaran klinik demam tifoid
pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masa
tunasnya 10-20 hari, tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan.
Sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi
9
mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan berkurang.
Gambaran klinik yang biasa ditemukan menurut Ngastiyah (2005, hal: 237)
adalah:
1. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu kedua,
pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu
berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir mingguketiga
2. Gangguan pada saluranpencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-
pecah (ragaden), lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung
dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), hati dan limpa
membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi
tetapi juga dapat terjadi diare atau normal
3. Gangguankesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis
sampai samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah kecuali
penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan. Di samping
gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan
anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan
karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada
minggu pertama yaitu demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi
dan epitaksis pada anak dewasa
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis,
akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu
kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukarditerangkan.
10
4. PathwayTeori
Skema 2.1
Pathway Teori
Salmonella typhi
Saluran pencernaan
Usus halus
Jaringan limfoid
Lamina frofia
Aliran darah
Tidakdifagosit Imflamasi
Hati&limfa Endotoksin
5. ImplementasiKeperawatan
Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya
adalah mencatat intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi respons
klien. Hal ini dilakukan karena pencatatan akan lebih akurat bila
dilakukan saat intervensi masih segar dalam ingatan. Tulislah apa yang
diobservasi dan apa yang dilakukan (Deswani, 2009).
Implementasi yang merupakan kategori dari proses keperawatan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).
6. EvaluasiKeperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun,
evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan.
Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini,
perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat
berhasil atau gagal (Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani, 2009).
Pada tahap evaluasi, perawat dapat menemukan reaksi klien
terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan
apakah sasaran dari rencana keperawatan dasar mendukung proses
evaluasi. Selain itu juga dapat menetapkan kembali informasi baru yang
ditunjukkan oleh klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa
keperawatan, tujuan atau intervensi keperawatan (Yura dan Walsh, 1988
dalam Deswani, 2009).
BAB III
TINJAUANKASUS
Jam : 12.30
No.RM : 48 0536
Identitas Pasien
Nama : An.S
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : -
Tanggalpengkajian : 12 Juli2018
Jam : 7.45
Nama : Ny.L
Umur : 45Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
34
36
Pekerjaan : IRT
StatusPerkawinan : Kawin
Hubungan : Ibu
A. Pengkajian
Klien mengatakan nyeri perut sejak 2 hari sebelum masuk RS, demam sejak 3 hari
sebelum masuk RS. Nafsu makan hilang, lemah. Kien tidak berobat sebelum
dibawa ke RS dan tidak minum obat apapun, kemudian klien dibawa ke RSU
l. Keluhan utama
Pasiendemam
m. Riwayat kesehatanlalu
n. Riwayat kesehatankeluarga
Keluarga klien tidak ada yang menpunyai riwayat pennyakit keturunan seperti
menularkeluarga
37
o. Riwayat penyakit sekarang : Nyeri perut bagian atas ,kuadran I sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit, nyeri terus menerus, demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, di rumah sudah di minum obat beli di warung karena belum ada perubahan
lalu di bawa ke RSU Baheteramas , di IGD dilakukan tindakan infus ringer lactat
dan inj.ketorolac dan inj.ranitidin jam 07.10, lalu pasien dipindahkan di ruang rawat
q. PemeriksaanFisik
1. Keadaan Umum
Sakit/nyeri:
P : Klien merasakan nyeri perut sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
S :nyeri skala 5
3. Pendengaran
4. Penglihatan
Klien dapat melihat dengan normal, tidak memakai alat bantu penglihatan,
konjungtiva ananemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhor 2/2mm, tidak ada
5. Pengecapan
6. Penghidu
Sistem presepsi sensori penghidu klien baik dan normal,tidak terdapat gangguan
penghidu
7. Peraba
sistem presepsi sensori perabaan klien baik dan normal,tidak terdapat gangguan
8. SistemPernafasan
pneumonia, tidak merokok, terpasang alat bantu oksigen nasal kanul 3 ml.
pengembangan dada simetris antara kanan dan kiri, suara nafas bersih,
menggunakan otot asesoris, tidak ada nafas cuping hidung, fremitus teraba
simetris antara kanan dan kiri, tidak sianosis. Pengembangan paru simetris,
irama tidakteratur
9. SistemKardiovaskuler
Nadi : 90 x/m
Suhu :38,04C
Irama : teratur
Kekuatan : kuat
Akral :hangat
Edema : Tidakada
Kesadaran :Composmetis
Bicara :normal
Orientasi waktu ; Klien dapat menyebutkan waktu dengan baik yaitu saat
Orientasi orang : Klien dapat menyebutkan nama diri sendiri dan mengenali
orang-orang di sekelilingnya.
11. SistemGastrointestinal
Tinggibadan : 140 m
Bentukbadan : normal
Turgorkulit : lembab
Mukosa :sianosis
Kekuatan otot :
5 5
5 5
Warnakulit :putih
Memar : Tidakada
Lain :-
14. RiwayatImmunisasi
f. BCG:tuntas
g. DPT:tuntas
h. Polio: tuntas
i. Campak:tuntas
42
j. Hepatitis: tidakpernah
c. PertumbuhanFisik
d. Perkembangan Tiaptahap
- berjalan 1Tahun
r. Data Penunjang
PemeriksaanLaboratorium
s. Terapi YangDiberikan
Terapi
Terapi Yang Jam Pemberian
Diberikan
IVFD Ringer
Lactat 12 Tpm
Inj.ceftriaxone 08.00
1 x 1000 mg
Inj.ranitidhin 08.00 20.00
2 x 50 mg
Inj.Hexilon 3 x 08.00 16.00 24.00
20 mg
Sukralfat 3x 1 08.00 16.00 20.00
cth
Parasetamol 3 08.00 16.00 20.00
x 500 mg
Curcuma 3 x 08.00 16.00 20.00
200 mg
44
Klasifikasi Data
Data Subyektif Data Obyektif
1. Klien mengatakan nyeri di perut kanan 1. Kesadaran Composmetis
bagianatas. GCS:14 E3 M6 V5
P : Klien merasakan nyeri perut sejak 2. wajah tampak menahansakit
2 hari sebelum masuk rumahsakit. 3. Klien tampak lemas, pucat, tidak
R : perut bagian kanan atas kuadran 1 nafsumakan.
S : nyeri skala 5 4. klien tampak gelisah
T : nyeri terus-menerus 5. Akral hangat
2. Klien mengatakanlemas 6. Membran mukosakering
3. Klien mengatakan lidah terasa pahit, 7. BAK 70-80cc, 2-3x/hari
nafsu makanberkurang 8. klien tampak lemah
9. TD :110/70mmHg
RR : 15 x/menit
N : 88x/menit
S : 38oC
CRT: < 2 detik
BB sebelum masuk 41 kg
BB Sesudah masuk 40 kg
THYPI POST 1/400
IMT 17,9kg/m2
Hb L11,5 g/dL
Limfosit 36%
10. Diit BK, habis ¼ porsi 250cc,
minum 1 gelas 300cc
45
B. Analisa Data
Analisa Data
SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
DS : bakteri masuk ke aliran darah Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri di ↓
perut kanan bagianatas inflamasihati&limfa
P : Klien merasakan nyeri ↓
perut sejak 2 hari sebelum Mengaktifkan mediatorkimia
masuk rumah sakit. (Histamin dan bradikinin)
R : perut bagian kanan atas ↓
kuadran 1 Menstimulasi pelepasan
S : nyeri skala 5 prostaglandin di hipotalamus
T : nyeri terus-menerus ↓
DO : Nyeri dipersepsikan(nyeri
- Composmetis (GCS:14 E3 M6 kolik)
V5) ↓
- wajah tampak menahansakit Nyeri Akut
- TD :110/70 mmHg
RR : 15 x/menit
N : 88x/menit
S : 38 oC
CRT: < 2 detik
- lab THYPI POST1/400
DS : Bakteri masuk kedalam aliran Hipertermia
- Klien mengatakan lemas darah
DO: ↓
- klien tampak gelisah Bakteri mengeluarkan
- Akral hangat endotoksin
- Membran mukosakering ↓
- BAK 70-80cc, 2-3x/hari Hipotalamus
- TD :110/70 mmHg ↓
RR : 15x/menit Hipertermi
N :88x/menit
S : 38oC
DS: Bakteri salmonella thypi Nutrisi kurang
- Klien mengatakan lidahterasa ↓ dari kebutuhan
46
Tabel 3.6
Intevensi Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
Hr/Tgl Diagnosa Keperawatan Tindakan
Tujuan/Kriteria Hasil (NOC)
(NIC)
Kamis Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera NOC: NIC:
20/5/2021 biologis (imflamsi hati) ditandai dengan: Manajemen Nyeri
DS : Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri
- Klien mengatakan nyeri di perut kanan secara komperhensif
bagianatas 1. Klien melaporkan nyeri termasuk lokasi,
P : Klien merasakan nyeri perut sejak 2 berkurang karakteristik, durasi
hari sebelum masuk rumah sakit. 2. Klien dapat mengenal frekuensi, kualitas dan
R : perut bagian kanan atas kuadran 1 lamanya (onset)nyeri factorpresipitasi.
S : nyeri skala 5 3. Klien dapat 2. Observasi adanya petunjuk
T : nyeri terus-menerus menggambarkan faktor nonverbal mengenai
DO : penyebab ketidaknyamanan
- Composmentis (GCS:14 E3 M6 V5) 4. Klien dapat 3. Kendalikan faktor
- wajah tampak menahansakit menggunakan teknik lingkungan yang dapat
- TD :110/70 mmHg nonfarmakologis mempengaruhi respon
RR : 15 x/menit 5. Klien menggunakan pasien terhadap
N :88x/menit analgesicsesuai ketidaknyamanan(misalnya,
S : 38oC suhu ruangan,pencahayaan,
50
Rencana Tindakan Keperawatan
Hr/Tgl Diagnosa Keperawatan Tindakan
Tujuan/Kriteria Hasil (NOC)
(NIC)
CRT: < 2 detik instruksi suara bising)
lab THYPI POST 1/400 4. Ajarkan tentang teknik non
Pain Level farmakologi (teknik relaksasi
nafasdalam)
1. Klien melaporkan nyeri 5. Dukung istirahat/tidur yang
berkurang adekuat untuk membantu
2. Klien tidak tampak penurunannyeri
mengeluh dan
menangis Pemberian analgesik
3. Ekspresi wajah klien 6. Cek adanya riwayat alergi
tidak menunjukkan obat.
nyeri 7. Cek perintah pengobatan
4. Klien tidakgelisah meliputi obat, dosis, dan
frekuensi
1.
Monitor tanda-tanda vital
Monitor tekanan darah, nadi,
suhu dan status pernapasan
dengan tepat
Kamis Hippertermia berhubungan proses infeksi NOC : NIC:
20/5/2021 (penyakit) Thermoregulation Perawatan Demam
DS : Kriteria Hasil : 1. Pantau suhu dan tanda-
- Klien mengatakan lemes 1.Suhu tubuh dalamrentang tanda vital lainnya (tekanan
DO: normal darah, nadi dan
- klien tampak gelisah 2.Nadi dan RR dalamrentang pernapasan)
51
Rencana Tindakan Keperawatan
Hr/Tgl Diagnosa Keperawatan Tindakan
Tujuan/Kriteria Hasil (NOC)
(NIC)
- Akral hangat normal 2. Monitor warna dan suhu
- Membran mukosa kering 3.Tidak ada perubahan warna kulit
- BAK 70-80cc, 2-3x/hari kulit dan tidak ada keluhan 3. Tutup pasien dengan
- TD :110/70 mmHg pusing selimut atau pakaian ringan
RR : 15x/menit tergantung pada fase
N :88x/menit demam
S : 38oC 4. Kompres pasien pada lipat
paha danaksila
5. Berikan cairan intravena
6. Kolaborasi pemberian
terapi antipiretik, antibiotik
atau agen antimenggigil
Kamis Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh NOC : NIC :
20/5/2021 berhubungan penurunan napsumakan Nutritional Status : food and Nutrition Monitoring
DS: Fluid Intake 1. Monitor adanya penurunan
- Klien mengatakan lidah terasa pahit, Kriteria Hasil beratbadan
nafsu makanberkurang 1. Tidak ada tanda-tanda 2. Monitor interaksi anak atau
DO: malnutrisi orangtua selamamakan
- klien tampak lemah 2. Menunjukkan peningkatan 3. Monitor turgorkulit
- Klien tampak lemas, pucat, tidak nafsu fungsi pengecapan dan 4. Monitor kekeringan,
makan. menelan rambut kusam, dan mudah
- BB sebelum masuk 41 kg 3. Tidak terjadi penurunan patah
BB Sesudah masuk 40kg berat badan yangberarti 5. Monitor mual danmuntah
- DiitBK,habis¼porsi250cc,minum1 4. Mampumengidentifikasi 6. Monitor kadaralbumin,
kebutuhan nutrisi total protein, Hb, dan kadar
52
Rencana Tindakan Keperawatan
Hr/Tgl Diagnosa Keperawatan Tindakan
Tujuan/Kriteria Hasil (NOC)
(NIC)
gelas 300cc Ht
- IMT 17,9kg/m2
- Hb L11,5g/dL
- Limfosit36%
53
Hari/Tgl/ Kode Dx. No
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam Keperawatan Dx
Pernapasan : 23 x/menit Skala nyeri5
Klien nampak meringis dan
09.06 2. Lakukan pengkajian nyeri secara 00132 merintih
komperhensif termasuk lokasi, A:
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas Masalah nyeri belum teratasi
dan faktor presipitasi. P : Intervensidilanjutkan
Hasil : Lakukan pengkajian nyeri secara
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian komperhensif termasuk lokasi,
uluhati. Dengan skala nyeri 6 dan nyerila karakteristik, durasi frekuensi,
hilang timbul kualitas dan factorpresipitasi.
Observasi reaksi nonverbal dari
09.10 3. Observasi reaksi nonverbal dari 00132
ketidaknyamanan
ketidaknyamanan.
Observasi tanda-tandavital.
Hasil : Klien nampak meringis dan
merintih. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
09.30 4. Memonitor adanya penurunan berat 00002 suhu ruangan, pencahayaan dan
badan kebisinganberulang).
Hasil : BB saat ini 40 dan BB sebelumnya Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
41 kg menentukan intervensi.
Ajarkan tentang teknik non
09.35 5. Mengajarkan tentang teknik non 00132 farmakologi (teknik relaksasi
farmakologi (Teknik nafas dalam) nafasdalam)
Hasil : Klien Nampak mengikuti apa yang Berikan analgetik untuk
diajarkan (teknik relaksasi nafas dalam ) menguranginyeri
54
Hari/Tgl/ Kode Dx. No
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam Keperawatan Dx
6. Memonitor mual danmuntah Tingkatkan istirahat
09.37 Hasil : klien mengatakan masih mual 00002
tetapi tidak muntah 2
S:
7. Menganjurkan klien untuk meningkatkan Ibu pasien mengatan badan
09.38 istirahat. 00132, 00007 anaknya masihhangat
Hasil : klien nampak mengerti dengan & 00002 O: o
Suhu : 37,0
apa yang dianjurkan dan akan c
melakukannya. Kulit terabahangat
A:
8. Mengompres pasien pada lipat paha dan Masalah hipertermi belum
09.45 aksila 00007 teratasi
Hasil : mengompres lipatan paha dan P : Intervensi tetap dilanjutkan
perut dengan handuk hangat Pantau suhu dan tanda-tanda
9. Mengontrol lingkungan yang dapat vital lainnya (tekanan darah,
09.45 mempengaruhi nyeri seperti suhu 00132 & nadi danpernapasan)
ruangan, pencahayaan dan kebisingan 00007 Monitor warna dan suhukulit
berulang) Kompres pasien pada lipat paha
Hasil : Membatasi pengunjung dan dan aksila
mengontrol kebisingan Berikan cairanintravena
Kolaborasi pemberian terapi
10. Memonitor interaksi anak atau orangtua antipiretik, antibiotik atau agen
12.10 selamamakan 00002 antimenggigil
Hasil : anak nampak malas makan 3
S:
11. Memonitor mual danmuntah
55
Hari/Tgl/ Kode Dx. No
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam Keperawatan Dx
Hasil : klien mengatakan masih mual 00002 Klien mengatakan malasmakan
tetapi tidak muntah O:
Klien nampak malasmakan
Porsi makan tidakdihabiskan
BB : 40 kg
A:
Masalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
belumteratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Monitor adanya penurunan
beratbadan
Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
Monitor mual danmuntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadarHt
Jum’at, Sabtu, 14 Juli 2018 (jam 07.200)
21/4/2021
1. Monitor tanda-tanda vital 00132, 00007 1 S:
07.30 Hasil : & 00002 Klien mengatakan perutnya masih
Tekanan darah: 100/80 mmHg sakit
Nadi : 92 x/menit O:
Suhu : 37,0 oC Tekanan darah: 110/80mmHg
Pernapasan : 23 x/menit Skala nyeri4
56
Hari/Tgl/ Kode Dx. No
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam Keperawatan Dx
Klian nampakmerintih
2. Lakukan pengkajian nyeri secara 00132 A:
07.36 komperhensif termasuk lokasi, Masalah nyeri belum teratasi
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas P : Intervensidilanjutkan
dan faktorpresipitasi. Lakukan pengkajian nyeri secara
Hasil : komperhensif termasuk lokasi,
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian karakteristik, durasi frekuensi,
uluhati. Dengan skala nyeri 4 dan nyerila kualitas dan factorpresipitasi.
hilang timbul Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Observasi reaksi nonverbal dari 00132 Observasi tanda-tandavital.
07.36 ketidaknyamanan. Kontrol lingkungan yang dapat
Hasil : Klien nampak merintih mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan
4. Menganjurkan untuk melakukan teknik 00132 kebisinganberulang).
07.45 non farmakologi (Teknik nafas dalam dan Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
distraksi) menentukan intervensi.
Hasil : Klien mengatakan ia melakukan Ajarkan tentang teknik non
yang telah diajarkan perawat. farmakologi (teknik relaksasi
5. Menganjurkan klien untuk meningkatkan 00132, 00007 nafasdalam)
istirahat. & 00002 Berikan analgetik untuk
Hasil : klien mengatakan ia susah untuk menguranginyeri
tidur Tingkatkan istirahat
57
Hari/Tgl/ Kode Dx. No
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam Keperawatan Dx
Hasil : mengompres lipatan paha dan S:
perut dengan handuk hangat Ibu pasien mengatan badan
anaknya masihhangat
7. Mengontrol lingkungan yang dapat 00132 & O: o
10.45 mempengaruhi nyeri seperti suhu 00007 Suhu : 37,0
c
ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kulit terabahangat
berulang) A:
Hasil : Membatasi pengunjung dan
Masalah hipertermi belum
mengontrol kebisingan.
teratasi
P : Intervensi tetap dilanjutkan
8. Menyambungcairan 00132, 00007
Pantau suhu dan tanda-tanda
11.10 Hasil : terpasang cairan RL (20 tpm) & 00002
vital lainnya (tekanan darah,
nadi danpernapasan)
9. Memonitor interaksi anak atau orangtua 00002
Monitor warna dan suhukulit
11.20 selamamakan
Kompres pasien pada lipat paha
Hasil : anak nampak malas makan
dan aksila
Berikan cairanintravena
10. Memonitor mual danmuntah
Kolaborasi pemberian terapi
Hasil : klien mengatakan masih mual
antipiretik, antibiotik atau agen
tetapi tidak muntah
antimenggigil
3
S:
Klien mengatakan malasmakan
O:
Klien nampak malasmakan
58
Hari/Tgl/ Kode Dx. No
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam Keperawatan Dx
Porsi makan tidakdihabiskan
BB : 40 kg
A:
Masalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi
belumteratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Monitor adanya penurunan
beratbadan
Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
Monitor mual danmuntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadarHt
59
Hari/Tgl/ Kode Dx. No
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam Keperawatan Dx
07.20 1. Monitor tanda-tanda vital 00132, 00007 1. S:
Hasil: & 00002 Klien mengatakan perutnya
07.25 Tekanan darah: 110/80 mmHg masih sakit tapi makin
Nadi : 90 x/menit berkurang
Suhu : 37,0 oC
Pernapasan : 24 x/menit O:
Tekanan darah: 110/70mmHg
07.25 2. Lakukan pengkajian nyeri secara 00132 Skala nyeri2
komperhensif termasuk lokasi, A:
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas Masalah nyeri belum teratasi
dan faktorpresipitasi. P : Intervensidilanjutkan
Hasil : Lakukan pengkajian nyeri secara
Klien mengatakan perutnya masih sakit, komperhensif termasuk lokasi,
skala nyeri 3 dan nyeri hilang timbul karakteristik, durasi frekuensi,
kualitas dan factorpresipitasi.
07.40 3. Menganjurkan untuk melakukan teknik 00132 Observasi tanda-tandavital.
non farmakologi (Teknik nafas dalam dan Kontrol lingkungan yang dapat
distraksi) mempengaruhi nyeri seperti
Hasil : Klien mengatakan ia melakukan suhu ruangan, pencahayaan dan
yang telah diajarkan perawat. kebisinganberulang).
Ajarkan tentang teknik non
07.41 4. Menganjurkan klien untuk meningkatkan 00132, 00007 farmakologi (teknik relaksasi
istirahat. &00002 nafasdalam)
Hasil : klien mengatakan ia susah untuk Berikan analgetik untuk
tidur menguranginyeri
10.15 5. Mengontrol lingkungan yang dapat 00132&
60
Hari/Tgl/ Kode Dx. No
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam Keperawatan Dx
mempengaruhi nyeri seperti suhu 00007 Tingkatkan istirahat
ruangan, pencahayaan dan kebisingan 2
berulang) S:
Hasil : Membatasi pengunjung dan Ibu pasien mengatan badan
mengontrol kebisingan. anaknya tidak sehangat seperti
kemarin-kemarin
11.20 6. Menyambungcairan 00132, 00007 O: o
Suhu : 36,9
Hasil : terpasang cairan RL (20 tpm) & 00002 c
Kulit terabahangat
12.25 7. Memonitor interaksi anak atau orangtua 00002 A:
selamamakan Masalah hipertermi teratasi
14.10 Hasil : anak nampak malas makan P : Intervensidihentikan
61
Hari/Tgl/ Kode Dx. No
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam Keperawatan Dx
P : Intervensi dilanjutkan
Monitor adanya penurunan
beratbadan
Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadarHt
62
Hari/Tgl/ Kode Dx. No
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam Keperawatan Dx
timbul Intervensidihentikan
63
Hari/Tgl/ Kode Dx. No
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam Keperawatan Dx
tetapi tidak muntah
64
77
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
dengan demam thypoid diperoleh data yang tidak jauh berbeda dengan
manifestasi klinis dari penyakit demam thypoid yaitu nyeri pada daerah perut
kanan bagian atas, lemas, lidah terasa pahit, nafsu makan berkurang, tidak
2. DiagnosaKeperawatan
diagnosa keperawatan pada An.S dengan demam thypoid yang sesuai dengan
teori yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (imflamsi
3. RencanaKeperawatan
kesenjangan rencana keperawatan antara teori dan kasus untuk setiap diagnosa
yang sama.
4. Implementasi Keperawatan
78
5. EvaluasiKeperawatan
relaksasi napas dalam ketika nyeri kembali dirasakan dan menganjurkan klien
selalu mengkonsumsi air yang cukup dan menganjurkan keluarga untuk selalu
instruksi.
78
B. Saran
2. Bagiperawat
kerja sama yang baik antara klien dan perawat, agar data yang diperoleh
3. Bagi institusipendidikan
pembuatan asuhan keperawatan baik itu yang terkait penyakit demam thypoid
Diharapkan keterlibatan dan kerja sama antara klien dan keluarga klien
5. BagiMahasiswa