Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

(Demam Typoid)

Dosen Pengampu: Ns. Muh. Darwis, S.kep

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

• DESI RATNA SARI

• SITI RANI HASIR

• LAILATUL MUFARRAHA

• NOVTALYA LABI MEMBEA

• SISKA DAMAYANTI

• DEA JANE LARA

• YOYON KARUNIA SAPUTRA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN & BISNIS ST. FATIMAH MAMUJU

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta

hidayah Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.

Sholawat serta salam tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW. Nabi akhir zaman

yang menjadi suri tauladan sepanjang hayat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada Bapak Ns. Muh. Darwis, S.kep

selaku dosen “Keperawatan Medikal Bedah” yang telah memberikan tugas ini. Ucapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, keluarga, dan teman-teman

yang yang tidak mungkin disebutkan satu persatu atas do’a dan motivasinya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tentunya tidak terlepas dari segala

kekurangan.

Penulis,

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................................ 3

D. Manfaat............................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 6

A. Definisi .............................................................................................................................. 6

B. Etiologi ............................................................................................................................... 7

C. Patofisiologi ........................................................................................................................ 8

D. Manifestasi ......................................................................................................................... 8

E. Komplikasi .......................................................................................................................... 9

F. Pemeriksaan diagnostik ..................................................................................................... 10

G. Penatalaksanaan ................................................................................................................ 10

BAB III TINJAUAN KASUS .................................................................................................. 30

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................... 35

A. Kesimpulan........................................................................................................................ 35

B. Saran .................................................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 35


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada tahun ( 1896 Widal ) mendapatkan salah satu metode untuk diagnosis
penyakit demam tifoid. Pada tahun yang sama ( Wright dari Inggris dan Pfeifer dari
Jerman ) mencoba vaksinasi terhadap demam tifoid. Pada era 1970 dan 1980 mulai
dicoba vaksin oral yang berisi kuman hidup yang dilemahkan dan vaksin suntik
yang berisi Vi kapsul polisakarida. Pada tahun ( 1948 Woodward dkk ) di Malaysia
menemukan bahwa kloramfenikol adalah efektif untuk pengobatan penyakit demam
tifoid.

Pada tahun 1829 Pierre Louis ( Perancis ) mengeluarkan istilah typhoid yang
berarti seperti typhus. Baik kata typhoid maupun typhus berasal dari kata yunani
typhos. Terminologi ini dipakai pada penderita yang mengalami demam disertai
kesadaran yang terganggu.

Baru pada tahun ( 1837 William Word Gerhard ) dari Philadelphia dapat
membedakan tifoid dari typhus. pada tahun ( 1880 Eberth ) menemukan Bacillus
typhosus pada sediaan histology yang berasal dari kelenjar limfe mesentarial dan
limpa. Pada tahun ( 1884 Gaffky ) berhasil membiakkan salmonella tyhpi, dan
memastikan bahwa penularannya melalui air dan bukan udara.

Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,
cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi
pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan
penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase
konfalesen, dan kronik karier (Depkes RI, 2009) .

Penyakit thypoid termasuk penyakit yang mengakibatkan angka kejadian luar


biasa (KLB) yang terjadi di Jawa Tengah, pada tahun 2003 menempati urutan ke 21
dari 22 (4,6%) penyakit yang tercatat. Meskipun hanya menempati urutan ke 21,

5
penyakit thypoid memerlukan perawatan yang komprehensif, mengingat penularan
salmonella thypi ada dua sumber yaitu pasien dengan demam thypoid dan pasien
dengan carier. Pasien carier adalah orang yang sembuh dari demam thypoid dan
terus mengekspresi salmonella thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1
tahun (Depkes, 2008) .

Hasil rekapitulasi kunjungan di Puskesmas Tlogosari wetan menunjukkan bahwa


penyakit ini mengalami peningkatan pada tahun 2008 angka kejadian penyakit ini
berkisar 156 kasus per 100.000 penduduk. Dibandingkan tahun 2006 angka
kejadiannya lebih kecil yaitu 127 kasus per 100.000 penduduk. Adapun untuk
kejadian typhoid di Puskesmas Tlogosari Wetan pada anak usia 3-19 tahun serta
membantu mencarikan jalan pemecahannya (Walchi, 2007) .

Lingkungan sehat dan bersih sangat menjamin status kesehatan seseorang ,


namun hal tersebut masih dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak penting.
Sehingga membuat kehidupan menjadi tidak sehat dan banyak menimbulkan
berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh bakteri , diantara nya Demam
Typhoid.

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang
yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis.

Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena
penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan
lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri
pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H, 2009).
Data WHO tahun 2009, memperkirakan terdapat 17 juta kasus demam tifoid di
seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. Insidens rate
demam tifoid di Asia Selatan dan Tenggara termasuk China pada tahun 2010 rata-
rata 1.000 per 100.000 penduduk per tahun.
Insidens rate demam tifoid tertinggi di Papua New Guinea sekitar 1.208 per
100.000 penduduk per tahun. Insidens rate di Indonesia masih tinggi yaitu 358 per
100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk perkotaan per tahun

6
dengan rata-rata kasus per tahun 600.000-1.500.000 penderita. Angka kematian
demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar 10% (Nainggolan, R,
2011).
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008,
demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap
di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15%,
urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan proporsi
7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539 dengan
proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009).

B. TUJUAN
a. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan laporan pendahuluan ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan atau perawat tentang penyakit
epilepsi beserta prinsip asuhan keperawatan klien dengan kasus epilepsi.
b. Tujuan khusus
1. Mampu Melakukan Pengkajian pada pasien
2. Mampu Menegakkan Diagnosa Keperawatan
3. Mampu Melakukan Intervensi Keperawatan
4. Mampu Melakukan Implementasi Keperawatan
5. Mampu Melakukan Evaluasi Keperawatan

C. MANFAAT
1. Manfaat bagi praktek keperawatan
Untuk menambah pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus typhoid.
2. Manfaat bagi Institut
Untuk memberi bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama pada
perawatan pasien typhoid, juga sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan
bagi mahasiswa keperawatan yang berkaitan dengan cara perawatan typhoid.
3. Manfaat bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan bagi penulis mengenai kasus typhoid.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella
Thypi.Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella
(Smeltzer & Bare, 2002).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi(Arief Maeyer, 1999 ).
Demam typhoid adalah penyakit bakteri yang disebabkan oleh Salmonella typhi
(WHO).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. Sinonim dari penyakit ini adalah
Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A.W., & B. Setiyohadi, 2006).
Demam tifoid (Thypoid fever) adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang
ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat
difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. Tifus
abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan,
anoreksia, bradikardi relatif, kadang - kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-
duanya ( Samsuridjal , 2010 ) .
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (
Bruner and Sudart, ) .

B. Etiologi
Penyebab demam typhoid adalah bakteri Salmonella typhi.Sementara demam
paratyphoid yang gejalanya mirip dengan demam typhoid namun lebih ringan,
disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C. ( James Chin, MD, 2006)
Salmonella typhisama dengan salmonella yang lain adalah bakteri Gram-
nagative, mempunyai flegala, tidak berkapul, tidak membentuk spora, fakultatif

8
anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flageral
antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K)yang terdiri dari
polisakarida.
Penyebab demam tifoid dan demam paratifoid adalah S.typhi, S.paratyphi A,
S.paratyphi B dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997).

C. Patofisiologi
Kuman Salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan
makanan dan air yang tercemar.Sebagian kuman dimusnakan oleh asam
lambung.Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid di
ileum terminalis yang mengalami hipertrofi.
Basil diserap di usus halus, melalui pembuluh limfe halus masuk ke dalam
peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limfe. Basil yang tidak
dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe, sehingga organ tersebut akan
membesar disertai nyeri pada perabaan.
Basil masuk kedalam darah dan menyebar keseluruh tubuh terutama kelenjar
limfoid usus halus, sehingga tukak berbentuk lonjong pada mukosanya,
mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus, Gejala demam disebabkan oleh
endotoxin.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Masa inkubasi demam tifoid berlangsung
selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman
yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis
(Soegeng soegijanto, 2002).

D. Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang timbul bervariasi. Dalam minggu pertama, keluhan dan
gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam,nyeri
kepala,pusing,nyeri otot,anoreksia,mual muntah,nyeri perut , batuk, dan
epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapat peningkatan suhu badan.

9
Dalam minggu kedua gejala-gejala terlihat lebih jelas berupa
demam,bradikardi,dan lidah penderita tifoid kotor ditengah, tepi dan ujung merah
dan tremor, hepatomegali, splenomegali, gangguan kesadaran berupa somnolen
sampai koma.

E. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
2. Komplikasi ekstraintestinal :
a. Komplikasi kardiovaskular : kegagalan sirkulasi perifer(renjatan,sepsis),
miokarditis,trombosis, dan tromboflebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitiktrombositopeniadan sindrom uremia
hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, pleuritis.
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kelolitiasis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
f. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, artritis
g. Komplikasi neuropsikiatri : delirium, meningismus, meningitis, polineuritis
perifer, sindrome Guillain-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.

F. Penatalaksanaan dan terapi


Adapun penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan kasus
typhoid:
1. Pemberian antibiotik , gunanya yaitu untuk menghentikan dan memusnahkan
penyebaran kumam
2. Istirahat dan perawatan profesional, bertujuan mencegah omplikasi dan
mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring minimal 7 atau 14 hari,
mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan kekuatan pasien. Dalam perawatan
perlu sekali dijaga hygene personal, kebersihan tempat tidur, pakaian, dan
peralatan yang dipakai oleh pasien.

10
3. Diet dan terapi penunjang, sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien mulai dari
bubur saring, bubur kasar sampai akhirnya nasi
Adapun terapi yang dapat diberikan pada pasien typhoid antara lain :
1. IVFD : Ringer laktat 20 tts/i
2. Injeksi :
a. Cefotaxime 500 mg/12 jam
b. Ranitidine 1A/12 jam
c. Paracetamol 3 x 500 mg/hari

11
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. BIODATA
B. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 10 tahun
Status Perkawinan : belum
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Siswa
Alamat : Meurah Mulia
Tanggal masuk RS : 2 Maret 2017
No. Register : 06.74.78
Tanggal Pengkajian :3 Maret 2017
Diagnosa Medis : Typhoid

C. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Yuswanto
Hubungan dengan pasien : Ayah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Meurah Mulia

a. KELUHAN UTAMA
Os mengeluh demam selama 1 minggu, mual , muntah, pusing, dan tidak
nafsu makan.

b. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


1. Provocative/Palliative

12
A. Penyebab nya tidak diketahui
B. Hal yang memperbaiki keadaan pasien dengan membawa ke rumah
sakit
2. Quantity/quality
A. Os merasakan demam
B. Os terlihat meringis
3. Ragion
A. Lokasi : di seluruh tubuh
B. Penyebaran : tidak menyebar
4. Savetity ( menggunakan aktivitas)
Os melakukan aktivitas tanpa bantuan dari keluarga
5. Time (waktu timbul penyakit)
Penyakit dapat timbul kapan saja
6. Riwayat penyakit yang lalu
Pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit Hepatitis A

c. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Os pernah mengalami penyakit Hepatitis A pada usia 5 tahun
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Orang tua klien memberikan obat sesuai indikasi dokter
C. Pernah dirawat/dioperasi
Os pernah dirawat pada usia 5 tahun
D. Lamanya
selama 1 minggu
E. Alergi
Os tidak ada alergi
F. Imunisasi
Tidak ada

d. RIWAYAT KELUARGA (DISERTAI GENOGRAM)


A. Orang tua : Orang tua klien tidak mengalami demam

13
B. Saudara kandung : Saudara kandung juga tidak mengalami demam
C. Penyakit keturunan yang ada :-
D. Anggota keluarga yang meninggal : tidak ada
E. Penyebab meninggal :-
F. Genogram
Pasien tidak mempunyai penyakit keturunan dalam keluarga

Genogram

Keterangan :
laki-laki hidup

perempuan hidup

Penderita

e. RIWAYAT / KEADAAN PSIKOSOSIAL


A. Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
B. Persepsi pasien tentang penyakitnya : os ingin cepat sembuh
C. Konsep diri :
1. Body image : klien menyukai semua anggota tubuhnya

2. Ideal diri : Klien berharap supaya cepat pulang


kerumah untuk beraktivitas seperti biasa

14
3. Harga Diri : baik.
4. Peran Diri : Klien berperan sebagai anak ke 2 dalam
keluarga
5. Personal Identity : Klien sebagai ibu rumah tangga
D. Keadaan emosi : klien dapat mengontrol emosinnya
E. Perhatian terhadap orang lain : baik
F. Hubungan dengan keluarga : baik
G. Hubungan dengan orang lain : baik
H. Kegemaran : membaca
I. Mekanisme pertahanan diri : baik

f. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Keadaan umum klien lemah, kesadaran : Compost Mentis

B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 38 °C Nadi : 88x/menit

TD : 110/70 mmHg RR : 20x/menit

TB : 155 cm BB : 55 Kg

C. Pemeriksaan kepala dan leher


a. Kepala dan rambut
1. Kepala :
Bentuk : simetris

Ubun-ubun : keras tertutup

Kulit kepala : bersih

2. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rambut merata,
keadaan rambut baik

Bau : Rambutnya tidak berbau

15
Warna kulit : Sawo matang

3. Wajah : Oval, tidak ada kelainan


Warna kulit : tidak ada kelainan

b. Mata
1. Kelengkapan dan Kesimetrisan
Mata klien lengkap, simetris kiri dan kanan

2. Palpebra
Palpebra klien normal/tidak terdapat kelainan

3. Konjuktiva dan sclera


Konjuktiva dan sclera pucat

4. Pupil
Pupil klien normal dapat beradaptasi dengan rangsangan
cahaya

5. Kornea
Kornea dan iris klien normal/tidak terjadi gangguan

c. Hidung
1. Tulang hidung dan posisi septumnasi : simetris
2. Lubang hidung : simetris
3. Cuping hidung : tidak ada cuping

d. Telinga
1. Bentuk telinga : simetris ka.ki
2. Ukuran telinga : sedang
3. Ketajaman pendengaran : klien dapat mendengar dengan baik

e. Mulut dan faring


1. Keadaan bibir : kering
2. Keadaan gusi dan gigi : bersih
3. Keadaan lidah : normal

16
f. Leher
1. Tiroid : tidak ada pemeriksaan
2. Suara : tidak ada pemeriksaan
3. Denyut nadi karotis : tidak ada pemeriksaan

D. Pemeriksaan integument
1. Kebersihan : Baik,kulit tampak bersih.
2. Warna : warna kulit klien hitam
3. Turgor : Turgor kulit baik
4. kelebaban : Kering

E. Pemeriksaan payudara dan ketiak


1. Ukuran dan bentuk payudara : tidak ada pemeriksaan
2. Warna payudara dan areola : tidak ada pemeriksaan
3. Kelainan payudara dan putting : tidak ada pemeriksaan
4. Aksila dan clavikula : tidak ada pemeriksaan

F. Pemeriksaan Thoraks dan Dada


1. Infeksi Thoraks
a. Bentuk thoraks : tidak ada pemeriksaan
b. Pernafasan :
- Frekuensi : tidak ada pemeriksaan
- Irama : tidak ada pemeriksaan
c. Tanda kesulitan bernafas : tidak ada pemeriksaan
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara : tidak ada pemeriksaan
b. Perkusi : tidak ada pemeriksaan
c. Auskultasi
- Suara nafas : tidak ada pemeriksaan
- Suara tambahan : tidak ada pemeriksaan
3. Pemeriksaan Jantung

17
a. Insfeksi : tidak ada pemeriksaan
b. Palpasi : tidak ada pemeriksaan
- Ictus cordis : tidak ada pemeriksaan
c. Perkusi : tidak ada pemeriksaan
d. Auskultasi : tidak ada pemeriksaan

G. Pemeriksaan Abdomen
1. Infeksi :
a. Bentuk abdomen : Simetris
b. Benjolan/massa : tidak ada
c. Bayangan pembuluh darah : tidak ada
2. Auskultasi
- Peristaltik usus : 10x/i
3. Palpasi
a. Benjolan / massa : tidak ada benjolan
b. Tanda ascites : tidak ada acites
c. Hepar : tidak ada hepatomegali
d. Lien : tidak ada splenomegali
e. Titik mc.burney : tidak ada
4. Perkusi
a. Suara abdomen :
b. Pemeriksaan ascites : tidak ada acites

H. Pemeriksaan kelamin dan Daerah Sekitarnya


1. Genitalia :
a. Rambut pubis : tidak ada pemeriksaan
b. Lubang uretra : tidak ada pemeriksaan
c. Kelainan pada genetalia eksterna : tidak ada pemeriksaan
d. Kelainan pada genetalia interna : tidak ada pemeriksaan
2. Anus
a. Lubang Anus : tidak ada pemeriksaan
b. Kelainan pada lubang anus : tidak ada pemeriksaan

18
c. Perineum : tidak ada pemeriksaan

I. Pemeriksaan Muskuloskeletal / ekstremitas


1. Ekstremitas Atas :
a. Kesimetrisan Otot : simetris
b. Edema (derajat) : tidak ada
c. Kekuatan Otot : tidak ada
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada
2. Ekstremitas Bawah
a. Kesimetrisan Otot : simetris
b. Edema : tidak ada pemerisaan
c. Kekuatan Otot : tidak ada pemeriksaan
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak ada pemeriksaan
e. Varises : tidak ada pemeriksaan

J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran : composmentis
GCS : 15 E 5 M 5 V 5
2. Meningeal sign : tidak ada pemeriksaan
3. Status mental
a. Kondisi emosi dan perasaan : Stabil
b. Orientasi : normal
c. Proses berfikir (ingatan, keputusan, perhitungan) : normal
Motivasi (kemauan) :Kemauan pasien untuk sembuh sangat besar
d. Bahasa :Pasien berkomunikasi menggunakan bahasa Aceh
4. Nervus Cranialis
a. Nervus Olfaktorius / N I / Penciuman (hidung) : normal
b. Nervus Optikus / N II / Penglihatan (mata) : normal
c. Nervus Okulomotoris / N III, Trochlearis / N IV, Abdusen / N
VI/Bergeraknya bola mata : normal
d. Nervus Trigeminus /N V/Sentuhan Halus (dgn kapas) : normal
e. Nervus Fasialis/N VII/Wajah/(otot wajah) : normal

19
f. Nervus Vestibulocochlearis/N VIII/Acusticus (pendengaran) :
normal
g. Nervus Glossopharingeus/N IX, Vagus/N X/ Menelan
(tenggorokan) : normal
h. Nervus Asesorius/N XI/Bahu : normal
i. Nervus Hipoglosus/N XII/Lidah : normal
5. Fungsi Motorik
a. Cara berjalan : sedikit terganggu
b. Romberg Test : tidak ada pemeriksaan
c. Test Jari Hidung : tidak ada pemeriksaan
d. Pronasi Suvinasi Test : tidak ada pemeriksaan
e. Heel to Shin Test : tidak ada pemeriksaan
6. Fungsi Sensorik
a. Identifikasi sentuhan ringan : tidak ada pemeriksaan
b. Test Tajam Tumpul : tidak ada pemeriksaan
c. Test Panas Dingin : tidak ada pemeriksaan
d. Test Getaran : tidak ada pemeriksaan
e. Sreognosis Test : tidak ada pemeriksaan
7. Reflek
a. Reflek Bisep : tidak ada pemeriksaan
b. Reflek Trisep : tidak ada pemeriksaan
c. Reflek Brachioradialis : tidak ada pemeriksaan
d. Reflek Patelar : tidak ada pemeriksaan
e. Reflek Tendon Achiles : tidak ada pemeriksaan
f. Reflek Plantar : tidak ada pemeriksaan

g. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


A. Pola tidur
a. Sebelum sakit :
- Waktu tidur : jam 22.00 WIB
- Waktu bangun : jam 05.30 WIB
- Masalah tidur : tidak ada

20
- Hal – hal yang mempengaruhi tidur : tidak ada
- Hal-hal yang mempermudah tidur : tidak ada
b. Selama sakit :
- Waktu tidur : jam 24.00 WIB
- Waktu bangun : jam 05.00 WIB
- Masalah tidur : tidak nyaman
- Hal – hal yang mempengaruhi tidur : tidak ada
- Hal-hal yang mempermudah tidur : tidak ada
B. Pola eliminasi
a. Sebelum Sakit :
• BAB
- Pola BAB : 1x sehari
- Karakteristik Fases :
o Warna : Kuning kecoklatan
o Konsistensi : Lunak
o Bau : Bau busuk

• BAK
- Pola BAK : 4-5 x sehari
- Karakteristik :
o Warna : Kekuning kuningan
o Bau : Normal
o Berat Jenis : Normal

b. Selama Sakit :
• BAB
- Pola BAB : 1x sehari
- Karakteristik Fases :
o Warna : Kekuning coklat
o Konsistensi : Lunak
o Bau : Bau busuk
• BAK

21
- Pola BAK : 8x/hari
- Karakteristik :
o Warna : Kekuning - kuningan
o Bau : Normal
o Berat Jenis : Normal
C. Pola makan dan minum
1. Sebelum Sakit :
a. Pola makan :
- Diet type : makan rendah serat
- Jumlah/porsi : 3x / 1 porsi
- Pola diet : pagi , siang malam
- Anoreksia : -
- Mual muntah: tidak ada
- Nyeri ulu hati : tidak ada
- Alergi makanan : ikan tongkol
- BB biasa : 55 kg
b. Tanda objek
- BB sekarang : 52 kg
- TB : 155 cm
c. Waktu pemberian makanan : pagi, siang, malam
d. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak
- Kesulitan menelan : tidak
- Tidak dapat makan sendiri : -
e. Pola minum
- Jumlah/porsi : 6-8 gelas sehari
- Kesulitan menelan : tidak
2. Selama Sakit :
1.Pola makan :
- Diet type : makan rendah serat
- Jumlah/porsi : 2/3 porsi yang disediakan habis
- Pola diet : pagi , siang malam

22
- Anoreksia : ada
- Mual muntah: ada , 250 cc
- Nyeri ulu hati : tidak ada
- Alergi makanan : tidak ada
- BB biasa : 55 kg
2. Tanda objek
- BB sekarang : 52 kg
- TB : 155 cm
3. Waktu pemberian makanan : pagi, siang, malam
4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : -
5. Pola minum
- Jumlah/porsi : 3-4 gelas sehari
- Kesulitan menelan : tidak
D. Kebersihan diri / personal hygene
a. Sebelum sakit:
1. Pemeliharaan badan : bersih
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : bersih
3. Pemeliharaan kuku : bersih

b. Selama sakit:
4. Pemeliharaan badan : mandi 1x sehari
5. Pemeliharaan gigi dan mulut : sikat gigi 1x sehari
6. Pemeliharaan kuku : kuku bersih

E. Pola kegiatan / aktivitas :


1. Sebelum sakit : aktivitas pasien mandiri
2. Selama sakit : aktivitas pasien mandiri

F. Kebiasaan ibadah

23
1. Sebelum sakit : ibadah rutin
2. Selama sakit : ibadah terganggu

h. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK


1. Laboratorium
a. Jenis spesimen : urine pagi
b. Kekeruhan : jernih
c. Warna : kuning muda
d. Berat jenis : 1,020
e. Protein : 25 mg/ dl (+)
f. Keton : + 4
g. Eritrosit : 5-10
h. Leukosit : 2-5
i. Epitel : 25-50
j. Anti dengue IgM : -
k. Anti dengue IgG : -

Widal test
Widal test slide O H
S. Typhi Negative 1/40 1/320
S. Parathypi A Negative 1/160 1/160
S. Parathypi B Negative 1/130 1/140
S. Parathypi C Negative 1/80 1/80

2. EKG : tidak dilakukan


3. Rongent : tidak dilakukan

i. THERAPI YANG DIBERIKAN


NO NAMA OBAT DOSIS
1 Cefotaxime 500 mg/ 12 jam
2 Ranitidine 1 A/12 jam

24
3 Paracetamol 500 mg 3 X 1
4 Infus RL 20 tts/i

A. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


Ds : os mengeluh demam Hipertermi Gangguan rasa nyaman
Do : os terlihat lemah dengan
suhu : 380C
RR : 24 x/i
Td : 110/60 mmHg
Pulse : 80x/i
Ds : os mengeluh kering Dehidrasi Intake volume cairan yang
didaerah sekitar bibir mulut tidak adekuat
Do : membrane mukosa
mulut os terlihat kering dan
pecah-pecah
Input: 500 ml
Output: 700 ml
Ds : os mengeluh tidak nafsu Masukan makanan Perubahan nutrisi kurang dari
makan yang tidak kebutuhan tubuh
Do : 1/3 porsi diet MB yang adekuat/kurang
disediakan habis .

B. PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
2. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan
intake volume cairan yang tidak adekuat
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
makanan yang tidak adekuat/kurang

25
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA
NO INTERVENSI RASIONALISASI
KEPERAWATAN HASIL
1 Gangguan rasa nyaman Pasien dapat -beri kompres -dengan memberikan
berhubungan dengan menyatakan hilangnya hangat kompres hangat
hipertermi rasa ketidaknyaman -periksa tanda- demam pasien bisa
Ds : os mengeluh dan suhu tubuh normal tanda vital turun
o
demam kembali. Dengan setiap 3 jam -suhu 38 C
Do : klien terlihat lemah criteria evaluasi : sekali merupakan proses
dengan suhu : 380C -menyangkal demam -kolaborasi infeksius yang akut
RR : 24 x/i -melaporkan adanya dengan tenaga Pola demam dapat
Td : 110/60 mmHg perasaan nyaman kesehatan membantu dalam
Pulse : 80x/i -TTV yang meliputi lainnya dalam diagnosis mengigil
suhu, RR,pulse,Td memberikan sering mendahului
dalam batasan yang obat puncak suhu.
normal. -anjurkan klien -Digunakan untuk
minum mengurangi demam
sebanyak 2500 dengan aksi
cc/hari sentralnya pada
hipotalamus
meskipun demam
dapat berguna dalam
membatasi
pertumbuhan
organisme.

26
2 Resiko tinggi terhadap Mempertahankan -anjurkan klien -karena alkohol
perubahan membran integritas membrane untuk dapat mengiritasi
mukosa oral mukosa dan menghindari mukosa dan
berhubungan dengan mengidentifikasi/melak produk pencuci mempunyai efek
intake volume cairan ukan intervensi khusus mulut yang mengeringkan,
yang tidak adekuat. untuk mengingkat kan mengandung menimbulkan
Ds : os mengeluh kering kesehatan mukosa oral. alkohol ketidak nyamanan
didaerah sekitar bibir -berikan cairan -mencegah
mulut selama 24 jam kekeringan mulut
Do : membrane mukosa dalam batas berlebihan dari
mulut os terlihat kering yang periode lama tanpa
dan pecah-pecah ditentukan masukan oral
Input: 500 ml -anjurkan -menurunkan
output: 700 ml hygene gigi pertumbuhan bakteri
yang baik potensial penyebab
setelah makan infeksi
dan pada saat
tidur.
3 Perubahan nutrisi Pasien dapat - memberikan Untuk meningkatkan
kurang dari kebutuhan mempertahan pemahaman pengetahuan klien
tubuh berhubungan kebutuhan nutrisi untuk kepada keluarga tentang nutrisi
dengan masukan tubuh secara adekuat. pasien tentang sehingga motivasi
makanan yang tidak Dengan criteria manfaat untuk makan
adekuat/kurang evaluasi : makanan meningkat.
Ds : os mengeluh tidak - nafsu makan - timbang berat
- untuk mengetahui
nafsu makan meningkat badan klien
apakah BB pasien
Do : 1/3 porsi diet - klien dapat setiap 3 hari
menurun atau
Makanan rendah serat menghabiskan makanan - berikan klien
meningkat
yang disediakan habis . sesuai dengan porsi yang makanan
sudah disiapkan. dengan porsi - untuk menghindari
kecil dan terjadinya muntah
sesering sehingga porsi makan

27
mungkin yang disediakan habis

D. IMPLEMENTASI

NO Waktu dan tanggal IMPLEMENTASI


1 19.05 wib - Memberikan kompres hangat
03 Maret 2017 - Menganjurkan makan buah-buahan yang
banyak mengandung air, misalnya pepaya
- Memberikan obat sesuai indikasi dokter,
paracetamol 500 mg 3 x 1
- Menganjurkan klien minum sebanyak 2500
cc/hari

2 21.00 wib - Menganjurkan klien untuk menjaga hygiene gigi


04 Maret 2017 dan mulut setelah makan dan mau tidur
3 16.00 wib - Memantau pemasukan nutrisi
05 Maret 2017 - Menganjurkan makanan dengan porsi kecil
sesering mungkin

28
E. EVALUASI

NO

DX TANGGAL/HARI/JAM CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP-


SOAPI)

1 S : pasien mengatakan masih demam dan lemas

O : k/u lemah T: 37,5’ C , sebagian aktifitas di


bantu keluarga
3 Maret 2017 / Jumat/ 17.05 WIB

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

- Beri kompres hangat


- Kolaborasi pemberian obat dengan dokter
(paracetamol 500 mg 3 x 1)

2 S : os mengatakan bibir serta membrane


mukosanya masih kering.

O : membrane mukosa klien terlihat kering

A : masalah belum teratasi

3 Maret 2017/ sabtu/ 17.05 WIB P : intervensi dilanjutkan

- Anjurkan os minum 2500 cc per hari

- Anjurkan konsumsi buah yang banyak


mengandung air

- Atur tetesan infus permenit (20 tts/i)

29
3 S: klien mengatakan masih belum nafsu makan

O : porsi yang disediakan 1/3 habis

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

- anjurkan keluarga memberi makanan kesukaan

3 Maret 2017/ Senin / 17.05 WIB os.

-Memberikan pemahaman kepada keluarga klien


dan klien tentang manfaat makanan

- anjurkan memberikan makanan dengan porsi


kecil sesering mungkin

30
NO
DX
TANGGAL/HARI/JAM CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP-SOAPI)

1 S : pasien mengatakan demamnya sudah mulai


berkurang dan lemasnya sudah mulai hilang

O : k/u lemah T: 37,4’C , aktifitas mandiri


4 Maret 2017 / Sabtu/ 21.00 WIB

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

- Kompres hangat
- - Kolaborasi pemberian analgetik (paracetamol 500
mg 3 x 1)

2 S : os mengatakan bibir serta membrane mukosanya


masih kering.

O : membrane mukosa klien terlihat kering

Input : 550 ml

Output: 700 ml
4 Maret 2017/ Sabtu/ 21.00 WIB
A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

- Anjurkan pasien minum 2500 cc perhari

- - Anjurkan konsumsi buah yang banyak


mengandung air

31
3 S: klien mengatakan masih belum nafsu makan

O : porsi yang disediakan 1/3 habis

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

4 Maret 2017 / Sabtu / 21.00 WIB -Memberikan pemahaman kepada keluarga klien dan
klien tentang manfaat makanan

-anjurkan untuk memberikan makanan dengan porsi


kecil sesering mungkin

NO CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP-SOAPI)

DX TANGGAL/HARI/JAM

1 S : pasien mengatakan tidak lagi demam dan lemas

O : k/u baik T: 37’C , aktifitas mandiri

5 Maret 2017 / Minggu/ 16.00 WIB


A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

2 5 Maret 2017/Minggu/ 16.00 WIB S : os mengatakan bibir serta membrane mukosanya

32
tidak lagi kering.

O : membrane mukosa terlihat segar

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

3 S: klien mengatakan sudah nafsu makan

O : porsi yang disediakan di habiskan


5 Maret 2017/ Minggu / 16.00 WIB
A : masalah sudah teratasi

P : intervensi dihentikan

33
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Ny. S dengan diagnosa medis
Thipoid meliputi:
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Implementasi, dan
e. Evaluasi
2. Setelah dilakukan beberapa pengkajian, didapatkan 3 diagnosa
keperawatan :
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
b. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan
dengan dehidrasi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan makanan yang tidak adekuat/kurang
3. Berdasarkan implementasi yang didasarkan pada intervensi
keperawatan, maka diperoleh hasil evaluasi, bahwa masalah telah teratasi.

B. SARAN
1. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien Thypoid harus
didasarkan pada 5 metode Asuhan Keperawatan.
2. Dalam melakukan asuhan keperawatan, sebaiknya bersamaaan dengan
komunikasi yang baik pada pasien.

34
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC.

Muttaqin, 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta : Salemba Medika

Nugroho, 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika.

35
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai