Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MIOMA UTERI


PADA WANITA DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU
LAMPUNG 2013

Zulaika1

1
Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Kesehatan, Universitas MH. Thamrin Alamat
korespondensi:
Prodi DIII Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin,
Jln. Raya Pondok Gede No. 23-25 Kramat Jati Jakarta Timur 13550 Telp:
021 8096411 ext 1501

ABSTRAK

Mioma uteri adalah tumor jinak pada otot rahim, disertai jaringan jaringan ikat sehingga dapat dalam bentuk padat,
karena jaringan ikat dan otot rahimnya yang dominan. Salah satu kejadian kesehatan reproduksi yang masih tinggi
di Indonesia adalah infertilitas. Tujuan penelitian memperoleh informasi tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan Mioma Uteri Pada Wanita di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Kabupaten
Pringsewu Lampung. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi
dan sampel penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang mengalami kejadian mioma uteri 92 orang. Sampel
merupakan total populasi.

Dari hasil analisis data univariat diperoleh responden dengan mioma intramural dan subserosum 57,6 %,
sedangkan respon dengan mioma submukosum 42,4 %. Angka kejadian mioma uteri menurut usia tertinggi terjadi
pada usia <20 dan >35 tahun yakni 66,3 %, sedangkan usia 20-35 tahun 33,7 %. Menurut paritas angka kejadian
mioma uteri tertinggi terjadi pada paritas multipara yakni 58,7 %, sedangkan pada primipara 41,3 %. Menurut
Indeks Massa Tubuh (IMT), kejadian mioma uteri tertinggi terjadi pada responden dengan IMT >29 kg/m2 yakni
62 %, sedangkan responden dengan IMT 18-29 kg/m2 38 %. Hasil Bivariat di peroleh terdapat hubungan usia,
paritas dan IMT dengan kejadian mioma uteri, usia <20 dan >35 tahun lebih beresiko 36 kali di bandingkan dengan
usia 20-35 tahun dengan hasil P Value 0,000, OR 0.036 dan CI 95 %. Menurut paritas, paritas multipara lebih
beresiko 53 kali dibandingkan dengan primipara dengan hasil P Value 0,000, OR 52,800 dan CI 95 %. Menurut
IMT, responden dengan IMT >29 kg/m2 memiliki resiko 32 kali di bandingkan dengan responden dengan IMT 18-
29 kg/m2, dengan hasil P Value 0,000, OR 32,000 dan CI 95 %.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan kejadian mioma uteri dengan usia, paritas dan IMT.

Kata kunci: Mioma Uteri, Usia, Paritas , Indeks Massa Tubuh (IMT)
Propinsi Lampung pada tahun 2013 angka kejadian
PENDAHULUAN Mioma Uteri sekitar 825 kasus. Novak menemukan
Menurut data dari Organsasi Kesehatan Dunia 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang
(WHO), setiap tahun jumlah penderita tumor mioma, dan hal ini ditemukan lebih banyak pada
bertambah mencapai 6,25 juta orang. Dalam 10 tahun wanita kulit hitam. Mioma uteri belum pernah
mendatang, diperkirakan 9 juta orang akan meninggal dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah
akibat tumor setiap tahunnya. Dua per tiga dari menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
penderita tumor di dunia ada berada di Negara-negara tumbuh. Di Indonesia, pada tahun 2011 kasus mioma
yang sedang berkembang (Setiati E, 2009). uteri ditemukan sebesar 2,39% -11,7 % pada semua
Di Indonesia, berdasarkan Survei Demografi dan penderita ginekologi yang dirawat (Wiknjosasto H,
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 - 2013, angka kasus 2009).
Mioma Uteri sebesar 20 per 1000 wanita dewasa. Menurut penelitian Josef et.al. (2009) yang dikutip
Dalam 1 tahun, sekitar 49.598 wanita mengalami dari Schwartz di Amerika Serikat, angka jenis mioma
Mioma Uteri. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan uteri adalah 2-12,8 orang per 1000 wanita tiap tahunnya.
165
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
Schwartz menunjukan angka jenis mioma uteri 2-3 kali mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal,
lebih tinggi pada wanita kulit hitam dibanding kulit dan menarche dini (<10 tahun) berkemungkinan lebih
putih (Muzakir, 2008). Penelitian Ran Ok et.al (2007) di sering menderita mioma uteri. Mioma umumnya
Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17 ditemukan pada wanita usia reproduksi, dan belum
persen kasus mioma uteri dari 4784 kasus-kasus bedah pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche, pada masa
ginekologi yang diteliti (Muzakir, 2008). Penelitian menopausemioma akan mengecil seiring dengan
Okezie O (2006) di Nigeria melaporkan kasus mioma penurunan hormon estrogen dalam tubuh (Winjoksastro,
uteri sebanyak 190 atau sekitar 9,8% dari total kasus 2009).
ginekologi (Usimus, 2006). Penelitian Rani Akhil Bhat Berdasarkan hasil prasurvei di Ruang Kebidanan
(2006) di India terdapat 150 kasus mioma uteri, dan 77 Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Kabupaten
kasus terjadi pada wanita umur 40-49 tahun dengan Pringsewu Lampung pada tahun 2013 terdapat 92 kasus
prevalensi 51 persen, dan 45 kasus terjadi pada wanita yang menderita mioma uteri. Sedangkan hasil survey di
umur lebih dari 50 tahun dengan prevalensi 30 persen Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kalianda
(Usimus, 2006). pada tahun 2013 terdapat 70 kasus yang menderita
Dampak mioma uteri yang tidak segera ditangani mioma uteri, jenis intramural dan subserosum 24
menurut Kostania (2009) dikutip dari Marquard (2008) (34,28%), submukosum 46 orang (65,71%).
antara lain dapat menyebabkan nyeri perut dan Berdasarkan data diatas hal ini menunjukkan bahwa
perdarahan abnormal, serta diperkirakan dapat kejadian mioma uteri di Ruang Kebidanan Rumah Sakit
menyebabkan infertilitas. Diantara faktor-faktor risiko Umum Daerah Pringsewu Kabupaten Pringsewu
yang mempengaruhi mioma uteri menurut Ayurai Lampung masih tinggi dibandingkan Ruang Kebidanan
(2009) antara lain: usia, paritas, genetik, fungsi ovarium, Rumah Sakit Umum Daerah Kalianda.
ras (Emir Fakhrudin, 2010) menarche dini, obesitas, Rumusan masalah
kehamilan (Marwan A, 2010). Masih tingginya angka kejadian mioma uteri di
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah RSUD Pringsewu lampung di bandingkan dengan
terjadinya mioma uteri yaitu dengan melakukan Rumah Sakit kalianda
pengkajian pada setiap wanita yang datang
memeriksakan keadaannya ke tenaga kesehatan. Jika METODE
wanita mengalami gejala-gejala seperti perdarahan, Penelitian ini dilakukan di Bagian Kebidanan dan
adanya efek penekanan pada perut, nyeri perut, Penyakit Kandungan serta Bagian Rekam Medik RSUD
infertilitas maupun abortus, dan penderita merasakan Pringsewu Lampung selama 3 bulan mulai Juni –
adanya massa di perut bagian bawah pada usia antara Agustus 2014. Berdasarkan permasalahan yang ada dan
35-45 tahun. Wanita yang usianya kurang dari atau sama tujuan yang akan dicapai, maka penelitian ini
dengan 35 tahun (resiko rendah) sebagian kecil menggunakan desain penelitian analitic dengan
mempunyai mioma jenis mioma subserosum (25%) dan menggunakan pendekatan retrospective yaitu mengikuti
sisanya mempunyai mioma jenis intramural. Pada perjalanan penyakit kearah belakang untuk menganalisa
wanita yang berusia lebih dari 35 tahun (resiko tinggi) adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel
sebagian kecil mempunyai mioma jenis intramural yaitu terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
sebesar 22,2 persen dan mioma jenis submukosum yaitu pasien rawat inap di Bagian Penyakit Kandungan RSUD
sebesar 77,7 persen (Ningsih, 2011). Upaya lain yang Pringsewu Lampung yang pernah mengalami mioma
dapat dilakukan antara lain dengan menganjurkan uteri. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
wanita usia pubertas (10-21 tahun) dan wanita yang adalah teknik total sampling. Kriteria inklusi dalam
paling beresiko terkena mioma (usia 35-45 tahun) untuk penelitian ini adalah pasien dengan rekam medik
membiasakan pola hidup sehat, yaitu dengan lengkap untuk diteliti yaitu terdapat data mengenai:
memperbanyak asupan kedelai. Kedelai mengandung umur, paritas, dan indeks massa tubuh (IMT). Kriteria
protein yang dapat menghambat pertumbuhan mioma. eksklusi adalah pasien yang rekam mediknya tidak
Selain itu disarankan juga untuk mengurangi asupan tersedia di Bagian Rekam Medik (di bawa pulang,
daging merah dan produk susu yang mengandung pindah Rumah sakit atau sedang digunakan untuk
estrogen tinggi. Hal ini dikhawatirkan dapat memicu kepentingan pasien maupun pihak rumah sakit).
tumbuhnya mioma. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor risiko
Mioma uteri memiliki banyak faktor risiko. Risiko meliputi umur, paritas, IMT. Variabel terikat penelitian
mioma uteri meningkat seiring dengan peningkatan ini adalah kejadian mioma uteri. Data yang didapat
umur. Kasus mioma uteri terbanyak terjadi pada kemudian dianalisis secara univariat dengan
kelompok umur 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42,97 menggunakan tabel silang untuk mengetahui distribusi
tahun sebanyak 51%. Risiko mioma uteri meningkat frekuensi dari masing-masing variabel. Analisis bivariat
pada wanita nullipara. Beberapa penelitian menemukan dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas
hubungan antara obesitas dan menarche dini dengan dan variabel terikat. Teknik analisis yang digunakan
peningkatan insiden mioma uteri. Wanita yang adalah uji statistik Chi Square. Dengan tingkat
166
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
kepercayaan 95% (α ≤ 0,05), jika p ≤ 0,05 maka terdapat pada katagori berisiko (> 29 kg/m2) 57 reponden
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. (62%), sedangkan tidak berisiko (18-29 kg/m2) 35
responden (38%).
HASIL Penelitian Univariat 1. Gambaran Kejadian Tabel 4
Mioma Uteri Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan
Responden dengan mioma uteri di Ruang Kebidanan Indeks Masa Tubuh (IMT) di Ruang
Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu tertinggi Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah
mengalami mioma uteri intramural dan subserosum Pringsewu Kabupaten Pringsewu
53 responden (57,6%), sedangkan responden dengan Lampung 2013
mioma uteri submukosum 39 responden (42,4%).

Tabel 1 Distribusi Ibu dengan Mioma Uteri di


Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Lampung 2013
Frekuensi Persentase
Kejadian Mioma Uteri (n) (%)
Intramural dan subserosum 53 57,6
Submukosum 39 42,4
Total 92 100,0

2. Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan


Usia
Berdasarkan usia distribusi frekuensi ibu dengan
mioma uteri tertinggi usia < 20 tahun dan > 35 tahun
61 responden (66,3%). Sedangkan usia 20 tahun - 35
tahun 31 responden (33,7%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan


Usia di
Frekuensi Persentase
Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Indeks Masa Tubuh (IMT)
(n) (%)
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Lampung 2013 (> 29 kg/m2) 57 33,7
Frekuensi Persentase (18-29 kg/m2) 35 66,3
Usia
(n) (% ) Total 92 100,0
20 tahun - 35 tahun 31 33,7
< 20 tahun dan > 35 tahun 61 66,3
Total 92 100,0

3. Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan


Paritas Tabel 3 Distribusi Frekuensi Ibu
Berdasarkan Paritas di
Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Lampung 2013
Frekuensi
Paritas Persentase (%)
(n)
Multipara 54 58,7
Primipara 39 41,3
Total 92 100,0

Berdasarkan paritas distribusi frekuensi ibu


dengan mioma uteri tertinggi multipara 54
responden (58,7%), sedangkan primipara 38
responden (41,3%).

4. Gambaran Kejadian Mioma uteri Berdasarkan


Indeks Masa Tubuh (IMT)
Berdasarkan indeks massa tubuh distribusi
frekuensi ibu dengan mioma uteri tertinggi terdapat
167
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015

Tabel 5.
Hubungan antara Usia Ibu dengan Kejadian Mioma uteri di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum
Daerah Pringsewu Kabupaten Pringsewu Lampung 2013

Kejadian Mioma uteri


Berisiko Tidak Berisiko OR
Usia Ibu Total
Mioma uteri Mioma uteri P Value (95% CI)
N % N % n %
20 tahun - 35 4 12,9 27 87,1 31 100
tahun

< 20 tahun 49 80,3 12 19,7 61 100 0,036


0,000
dan > 35 (0,011-0,124)
tahun

Total 53 57,6 39 42,4 92 100

Hubungan Paritas dengan Kejadian Mioma Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
Uteri persentase pada kelompok paritas multipara yang mengalami mioma uteri (88,9%), sedangkan pada
Hasil Bivariat 1. Hubungan Usia Dengan Kejadian Hasil analisis diperoleh nilai OR = 0,036 dengan
Mioma Uteri (CI = 0,011-0,124), artinya ibu yang berusia < 20
Dari hasil penelitian diperoleh kelompok usia 20 tahun dan > 35 tahun memiliki peluang mengalami
tahun - 35 tahun yang berisiko mengalami mioma mioma uteri 36 kali dibandingkan dengan ibu yang
uteri (12,9%), sedangkan pada kelompok usia < 20 berusia 20 tahun-35 tahun.
tahun dan > 35 tahun yang berisiko mengalami
mioma uteri (80,3%).
P value yang didapatkan pada uji statistik adalah kelompok primipara, persentase yang mengalami
mioma uteri hanya (13,2%).
0,000< α ( 0,05), dengan demikian
P value yang didapatkan pada uji statistik
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
adalah 0,000< α ( 0,05), dengan demikian dapat
signifikan antara proporsi usia dengan kejadian mioma
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
uteri.
antara proporsi paritas ibu dengan kejadian mioma
uteri.

Hasil analisis diperoleh nilai OR = 52,800 dengan


(CI = 14,874-187,426), artinya ibu yang multipara,
memiliki kemungkinan mengalami mioma uteri 53 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang paritasnya
primipara.
3. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan adalah 0,000< α ( 0,05), dengan demikian dapat
Mioma Uteri disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa antara proporsi IMT dengan kejadian mioma uteri.
persentase pada kelompok IMT berisiko (> 29
kg/m2 mengalami mioma uteri (84,2%), sedangkan
persentase pada kelompok IMT tidak berisiko
(1829 kg/m2) yang mengalami mioma uteri hanya
(14,3%).
P value yang didapatkan pada uji statistik

Tabel 6.
Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Mioma Uteri di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum
Daerah Pringsewu Kabupaten Pringsewu Lampung 2013

Kejadian Mioma uteri


Berisiko Mioma Tidak Berisiko Mioma Total OR
Paritas
uteri uteri P Value (95% CI)
N % N % n %
Multipara 48 88,9 6 11,1 54 100
52,800
Primipara 5 13,2 33 86,8 38 100 0,000
(14,874187,426) 168
Total 53 57,6 39 42,4 92 100
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
Hasil analisis diperoleh nilai OR = 32,000 dengan lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang IMT
(CI = 9,788-104,617), artinya ibu yang IMT berisiko tidak berisiko.
memiliki kemungkinan mengalami mioma uteri 32 kali
tahun memiliki kemungkinan mengalami mioma uteri

Tabel 7
Hubungan Antara Indeks Masa Tubuh Dengan Kejadian Mioma Uteri di Ruang Kebidanan Rumah
Sakit Umum Daerah Pringsewu Kabupaten Pringsewu Lampung 2013

Kejadian Mioma uteri


Indeks Masa Berisiko Mioma Tidak Berisiko Total OR
Tubuh uteri Mioma uteri P Value (95% CI)
n % n % n %
Berisiko (> 29 48 84,2 9 15,8 57 100
kg/m2)
32,000
Tidak berisiko (18- 5 14,3 30 85,7 35 100 0,000
(9,788104,617)
29 kg/m2)

Total 53 57,6 39 42,4 92 100


PEMBAHASAN 36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang
Dari tabel diatas menunjukan distribusi frekuensi berusia 20-35 tahun
ibu di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Hal ini juga sesuai dengan penelitian Nishizawa di
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Lampung adalah Jepang (2008) yang menemukan insidens rates mioma
berjumlah 92 responden. Yang mengalami jenis mioma uteri lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104 per 1000
uteri intramural dan subserosum adalah berjumlah 53 wanita belum menopause dan 12 per 1000 wanita
responden (57,6%), dan yang jenis mioma uteri menopause (P<0,001). Sedangkan penelitian Kostania
submukosum adalah berjumlah 39 responden ( 42,4%) (2008) menyatakan bahwa risiko mioma uteri pada usia
Analisis hubungan kejadian mioma uteri. Dari kurang dari 35 tahun beresiko lebih besar dibanding
hasil penelitian didapatkan bahwa pada jenis mioma wanita dengan usia lebih dari 35 tahun.
uteri intramural dan subserosum adalah berjumlah Anggreani (2012) yang menyatakan bahwa usia
(57,6%), sedangkan pada yang jenis mioma uteri tidak berhubungan dengan mioma uteri. Adanya
submukosum adalah berjumlah ( 42,4%). perbedaan dalam penelitian ini dikarenakan pada
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penelitian yang dilakukan oleh Anggreani hanya
diketahui bahwa hampir sebagian dari sampel dilakukan pengukuran usia pada mioma uteri
mengalami mioma uteri jenis intramural dan submukosum.
subserosum. Dimana mioma uteri adalah tumor jinak Hasil penelitian ini sesuai dengan teori mioma uteri
pada otot rahim, diserati jaringan ikat sehingga dapat merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ
dalam bentuk padat, karena jaringan ikat dan otot reproduksi wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita
rahimnya yang dominan. berumur 20 tahun dan belum pernah
Jenis mioma intramural dan subserosum beresiko (dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak
pada mioma uteri, sedangkan mioma submukosum ditemukan pada wanita berumur 35-45 tahun proporsi
beresiko pada mioma uteri. Selain mioma jenis 25 persen. Setelah menopause hanya kira-kira 10 persen
submukosum, mioma dengan jenis subserosum dan mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri pada masa
intramural juga dapat menyebabkan perdarahan lama reproduksi 20-25 persen.
dan banyak oleh karena adanya gangguan kontraksi otot Usia merupakan faktor resiko yang menyebabkan
uterus. Penanganan terhadap mioma uteri pada wanita mioma uteri. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan
dapat dilakukan dengan menjaga kondisi tubuh agar dan perkembangan mioma uteri dipengaruhi oleh
tetap sehat dan terhindar dari infeksi. Selain itu segera stimulasi hormon estrogen yang disekresikan oleh
memiliki anak juga salah satu cara pencegahan ovarium. Pada usia reproduksi sekresi hormon estrogen
terjadinya mioma uteri baik mioma jenis intramural, oleh ovarium meningkat, berkurang pada usia
subserosum maupun submukosum. Hubungan Usia klimakterium, dan pada usia menopause hormon
Dengan Kejadian Mioma Uteri estrogen tidak disekresikan lagi oleh ovarium. Oleh
karena itu, mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50
Terdapat hubungan yang signifikan antara proporsi tahun yaitu mendekati angka 40%, dan jarang
usia ibu dengan kejadian mioma uteri (p value 0,000). ditemukan pada usia dibawah 20 tahun. Berdasarkan
Hasil analisis diperoleh nilai OR = 0,036 dengan (CI otopsi, Novak menemukan 27 persen wanita berumur 25
=95 %), artinya ibu yang berusia < 20 tahun dan > 35
169
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) Dengan
berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri Kejadian Mioma uteri
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa distribusi
Setelah menopause hanya kira-kira 10 persen mioma frekuensi responden yang memiliki IMT berisiko (> 29
yang masih bertumbuh (Prawirohardjo, 2008). Semakin kg/m2) sebanyak 57 responden (62%). Pada kelompok
bertambahnya usia, seseorang akan mengalami proses ini sebanyak 84,2% diantaranya mengalami mioma
kemunduran yang tidak terjadi pada suatu alat saja tetapi uteri. Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh nilai
pada seluruh organ tubuh, terutama kemunduran pada OR sebesar 32, yang berarti responden yang memiliki
alat reproduksi wanita. Salah satunya mioma uteri. IMT berisiko secara bermakna mengalami mioma uteri
Wanita yang berusia kurang dari atau sama dengan 35 32 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden
tahun akan berisiko mengalami mioma intramural dan yang IMT tidak berisiko (OR 32,00; 95%CI
subserosum sedangkan wanita yang berusia lebih dari 35 9,788104,617). Hal ini sesuai dengan teori bahwa
tahun berisiko mengalami mioma submukosum. obesitas berperan dalam terjadinya mioma uteri. Kemu
Meskipun tergolong dalam usia resiko rendah, ngkinan terdapat
wanita yang berusia kurang dari atau sama dengan 35 hubungan dengan konversi hormon androgen menja
tahun diharapkan pula dapat lebih sadar akan perilaku di esterogen oleh enzimaromatease di jaringan lemak
hidup sehat sebagai salah satu upaya pencegahan secara (Djuwantono, 2005). Hasilnya terjadi peningkatan
dini terhadap mioma uteri. jumlah esterogen tubuh yang mampu meningkatkan
prevalensi mioma uteri (Parker, 2007).
Hubungan Paritas dengan Kejadian Mioma uteri Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai
kemungkinan risiko menderita mioma uteri adalah
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa persentase setinggi 21% untuk setiap peningkatan indeks massa
pada kelompok paritas multipara yang mengalami tubuh. Ini terjadi karena obesitas menyebabkan
mioma uteri (88,9%), sedangkan persentase kelompok peningkatan konversi androgen adrenal kepada
primipara yang mengalami mioma uteri (13, 2%). estrogen dan menurunkan hormon sex-binding
Terdapat hubungan yang signifikan antara mioma uteri globulin. Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen
dengan paritas, reponden dengan paritas multipara lebih secara biologikal yang bias menerangkan mengapa
beresiko 53 kali mengalami mioma dibandingkan terjadi peningkatan prevalensi mioma uteri dan
dengan responden paritas primipara ( OR 52,8; 95%CI pertumbuhannya. Beberapa penelitian menemukan
14,874-187,426). hubungan antara obesitas dan peningkatan kejadian
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut mioma uteri. Wanita yang mempunyai Indeks Massa
(Khashaeva, 2009). Mioma uteri lebih banyak terjadi Tubuh (IMT) di atas normal, berkemungkinan 30,23%
pada wanita dengan multipara dibandingkan dengan lebih sering menderita mioma uteri.
wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 0 Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma
(nol) atau 1 (satu) kali. Dari penelitian yang dilakukan uteri. Hal inimungkin berhubungan dengan konversi
Hafiz et al di Nisthar Hospital Multan Pakistan hormon androgen menjadi esterogen oleh enzim
mengemukakan bahwa mioma uteri terjadi pada 74% aromatease di jaringan lemak. Hasilnya terjadi
pasien dengan paritas 2-4 (multipara) dan 13% pasien peningkatan jumlah esterogen tubuh, dimana hal ini
dengan paritas 0 (nullipara), dengan kata lain sebagian dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan
besar mioma uteri terjadi pada pasien dengan multipara prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri
(Hafiz et el, 2003). (Marquard,2008). Oleh karena itu dianjurkan untuk
Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang memperbanyak asupan kedelai. Dikarenakan kedelai
dilakukan Bhat dan Kumar di Kturba Hospital (India) mengandung protein yang dapat menghambat
yaitu mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita pertumbuhan mioma serta mengurangi asupan daging
kelompok multipara yaitu 60% di bandingkan wanita merah dan produk susu yang mengandung estrogen
primipara yaitu 40% (Bath et-al, 2008). tinggi.
Temuan penelitian ini menunjukkan besarnya
pengarh paritas dengan kejadian mioma, sehingga KESIMPULAN
wanita usia reproduksi sangat dianjurkan untuk Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan
menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai. Alat bahwa:
kontasepsi mengandung hormonal dan non hormonal Frekuensi responden yang mengalami mioma uteri
yang mengandung progesterone dan esterogen yang intramural/subserosum di RSUD Pringsewu adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan berjumlah 53 responden (57,6%) dan yang mengalami
sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang mioma uteri submukosum adalah berjumlah 39
dengan sel sperma. responden (42,4%). Terdapat hubungan yang yang
bermakna antara mioma uteri dengan usia, paritas dan
Indeks Massa Tubuh. Usia <20 tahun dan >35 tahun
170
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
memiliki resiko 36 kali mengalami mioma di
bandingkan dengan usia 20-35 tahun, paritas multipara Nana.2012. Faktor Risiko Mioma
memiliki resiko 53 kali mengalami mioma uteri Uteri.http://midwifenana.blogspot.com
dibandingkan dengan primipara. Dan responden
dengan IMT Berisiko (> 29 kg/m2) memiliki resiko 32 Nishi Dewi Ruci. 2010. Mioma Uteri Pada Obesitas.
kali mengalami mioma uteri dibandingkan dengan IMT http//www.fkumyecase.net.
Tidak berisiko (18-29 kg/m2).
Novie Hendiyani (2011), Mioma Uteri.
DAFTAR PUSTAKA http//www.dokterku.net

Aisyah.2008. Usia Reproduksi wanita. Parker. 2007. Etiologi Symptomatology and Diagnosis
Of Uterine Myomas.
Anggraini, Meirianika. 2012. Hubungan Usia, Paritas
dan BMi terhadap Karakteristik Prawirohardjo. 2008. Infertilitas. Buku Ilmu
dan Penatalaksanaan Mioma Uteri di Rumah Kandungan. Jakarta
Sakit
Bhakti Yudha Depok Periode Januari 2006 – Prawirohardjo. 2008. Mioma Uteri. Buku Ilmu
November 2011.Jakarta : Universitas Kandungan. Jakarta
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Sabri, dkk. 2009. Biostastika. Jakarta
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTER
AN/0810211047/ABSTRAK.pdf

Emir Fakhrudin. 2010. Mioma


uteri.www.emirfakhrudin.com.

Hadibroto. 2005. Mioma Uteri.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Metode penelitian


Kebidanan Dan Teknik analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.

Isella, Devi. 2004. Hubungan Faktor Risiko Dengan


Kejadian Mioma Uteri Di Rsud Tugurejo
Semarang.Skripsi : Universitas Muhamaddiyah
Semarang.

http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=r
ead&id=jtptunimus-
gdldevyisell6421&PHPSESSID=7e6a333b7552
9c d2dfdb6ca85b5063ba

Konstania, Gita. 2008. Hubungan Umur Penderita


Dengan Mioma Uteri Di Rsud Dr. Moewardi
Surakarta Bulan Januari-Juni 2008. Laporan
Akhir Universitas Sebelas Maret
.dari,
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php
mn=showview-&id=10602

Manuaba. 2010. Mioma Uteri.


www.kesmasunsoed.blogspot.com.

Muzakir. 2008. Profil penderita Mioma Uteri di RSUD


Arifin Achmad Provinsi Riau periode 1 Januari-
31 Desember 2006.

171
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015

171

Anda mungkin juga menyukai