Anda di halaman 1dari 3

ABSTRAK

Mioma uteri adalah tumor jinak pada otot rahim, disertai jaringan jaringan ikat sehingga dapat dalam bentuk
padat, karena jaringan ikat dan otot rahimnya yang dominan. Salah satu kejadian kesehatan reproduksi yang
masih tinggi di Indonesia adalah infertilitas. Tujuan penelitian memperoleh informasi tentang Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Mioma Uteri Pada Wanita di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Lampung. Dari hasil analisis data univariat diperoleh responden dengan mioma intramural
dan subserosum 57,6 %, sedangkan respon dengan mioma submukosum 42,4 %. Angka kejadian mioma uteri
menurut usia tertinggi terjadi pada usia 35 tahun yakni 66,3 %, sedangkan usia 20-35 tahun 33,7 %. 62 %,
sedangkan responden dengan IMT 18-29 kg/m2 38 %. Hasil Bivariat di peroleh terdapat hubungan usia, paritas
dan IMT dengan kejadian mioma uteri, usia 35 tahun lebih beresiko 36 kali di bandingkan dengan usia 20-35
tahun dengan hasil P Value 0,000, OR 0.036 dan CI 95 %.

PENDAHULUAN

Menurut data dari Organsasi Kesehatan Dunia, setiap tahun jumlah penderita tumor bertambah mencapai 6,25
juta orang. Dalam 10 tahun mendatang, diperkirakan 9 juta orang akan meninggal akibat tumor setiap tahunnya.
Dua per tiga dari penderita tumor di dunia ada berada di Negara-negara yang sedang berkembang .

Di Indonesia, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 - 2013, angka kasus Mioma Uteri
sebesar 20 per 1000 wanita dewasa.

Dalam 1 tahun, sekitar 49.598 wanita mengalami Mioma Uteri. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi
Lampung pada tahun 2013 angka kejadian Mioma Uteri sekitar 825 kasus. Novak menemukan

27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, dan hal ini ditemukan lebih banyak pada wanita kulit
hitam. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma yang masih tumbuh. Di Indonesia, pada tahun 2011 kasus mioma uteri ditemukan sebesar 2,39% -11,7 %
pada semua penderita ginekologi yang dirawat Wiknjosasto H, Menurut penelitian Josef et.al. yang dikutip dari
Schwartz di Amerika Serikat, angka jenis mioma uteri adalah 2-12,8 orang per 1000 wanita tiap tahunnya.
Schwartz menunjukan angka jenis mioma uteri 2-3 kali lebih tinggi pada wanita kulit hitam dibanding kulit putih .
Penelitian Ran

Ok et.al di Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17 persen kasus mioma uteri dari 4784 kasus-kasus
bedah ginekologi yang diteliti . Penelitian Okezie O di Nigeria melaporkan kasus mioma uteri sebanyak 190 atau
sekitar 9,8% dari total kasus ginekologi . Penelitian Rani Akhil Bhat di India terdapat 150 kasus mioma uteri, dan
77 kasus terjadi pada wanita umur 40-49 tahun dengan prevalensi 51 persen, dan 45 kasus terjadi pada wanita
umur lebih dari 50 tahun dengan prevalensi 30 persen Usimus, Dampak mioma uteri yang tidak segera ditangani
menurut Kostania dikutip dari Marquard antara lain dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal,
serta diperkirakan dapat menyebabkan infertilitas. Diantara faktor-faktor risiko yang mempengaruhi mioma uteri
menurut Ayurai antara lain: usia, paritas, genetik, fungsi ovarium, ras menarche dini, obesitas, kehamilan .

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya mioma uteri yaitu dengan melakukan pengkajian pada
setiap wanita yang datang memeriksakan keadaannya ke tenaga kesehatan.

tahun. Wanita yang usianya kurang dari atau sama dengan 35 tahun sebagian kecil mempunyai mioma jenis
mioma subserosum dan sisanya mempunyai mioma jenis intramural. Pada wanita yang berusia lebih dari 35
tahun sebagian kecil mempunyai mioma jenis intramural yaitu sebesar 22,2 persen dan mioma jenis
submukosum yaitu sebesar 77,7 persen . Upaya lain yang dapat dilakukan antara lain dengan menganjurkan
wanita usia pubertas dan wanita yang paling beresiko terkena mioma untuk membiasakan pola hidup sehat,
yaitu dengan memperbanyak asupan kedelai. Kedelai mengandung protein yang dapat menghambat
pertumbuhan mioma. Selain itu disarankan juga untuk mengurangi asupan daging merah dan produk susu yang
mengandung estrogen tinggi. Hal ini dikhawatirkan dapat memicu tumbuhnya mioma.

Mioma uteri memiliki banyak faktor risiko. Risiko mioma uteri meningkat seiring dengan peningkatan umur.
Kasus mioma uteri terbanyak terjadi pada kelompok umur 40-49 tahun dengan usia rata-rata

42,97 tahun sebanyak 51%. Risiko mioma uteri meningkat pada wanita nullipara. Beberapa penelitian
menemukan hubungan antara obesitas dan menarche dini dengan peningkatan insiden mioma uteri. Wanita
yang mempunyai Indeks Massa Tubuh di atas normal, dan menarche dini
RUMUSAN MASALAH

masih tingginya angka kejadian mioma uteri di RSUD pringsewu lampung di bandingkan dengan rumah sakit
kalianda.

PEMBAHASAN

Dari tabel diatas menunjukan distribusi frekuensi ibu di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Lampung adalah berjumlah 92 responden.

Analisis hubungan kejadian mioma uteri. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada jenis mioma uteri
intramural dan subserosum adalah berjumlah , sedangkan pada yang jenis mioma uteri submukosum adalah
berjumlah .

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka diketahui bahwa hampir sebagian dari sampel mengalami mioma
uteri jenis intramural dan subserosum. Dimana mioma uteri adalah tumor jinak pada otot rahim, diserati jaringan
ikat sehingga dapat dalam bentuk padat, karena jaringan ikat dan otot rahimnya yang dominan.

Jenis mioma intramural dan subserosum beresiko pada mioma uteri, sedangkan mioma submukosum beresiko
pada mioma uteri. Selain mioma jenis submukosum, mioma dengan jenis subserosum dan intramural juga dapat
menyebabkan perdarahan lama dan banyak oleh karena adanya gangguan kontraksi otot uterus. Penanganan
terhadap mioma uteri pada wanita dapat dilakukan dengan menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat dan
terhindar dari infeksi. Selain itu segera memiliki anak juga salah satu cara pencegahan terjadinya mioma uteri
baik mioma jenis intramural, subserosum maupun submukosum.

HUBUMGAN USIA DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI

Terdapat hubungan yang signifikan antara proporsi usia ibu dengan kejadian mioma uteri (pvalue 0,000). Hasil
analisis diperoleh nilai OR = 0,036 dengan (CI =95 %), artinya ibu yang berusia < 20 tahun dan > 35 tahun memiliki
kemungkinan mengalami mioma uteri 36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang berusia 20-35 tahun.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Nishizawa di Jepang (2008) yang menemukan insidens rates mioma uteri
lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104 per 1000 wanita belum menopause dan 12 per 1000 wanita menopause
(P<0,001).

Anggreani (2012) yang menyatakan bahwa usia tidak berhubungan dengan mioma uteri Usia merupakan
faktor resiko yang menyebabkan mioma uteri. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan
mioma uteri dipengaruhi oleh stimulasi hormon estrogen yang disekresikan oleh ovarium. Pada usia reproduksi
sekresi hormon estrogen oleh ovarium meningkat, berkurang pada usia klimakterium, dan pada usia menopause
hormon estrogen tidak disekresikan lagi oleh ovarium. Oleh karena itu, mioma uteri paling tinggi antara usia 35-
50 tahun yaitu mendekati angka 40%, dan jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun.

Semakin bertambahnya usia, seseorang akan mengalami proses kemunduran yang tidak terjadi pada suatu alat
saja tetapi pada seluruh organ tubuh, terutama kemunduran pada alat reproduksi wanita. Salah satunya mioma
uteri.

HUBUNGA PARITAS DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa persentase pada kelompok paritas multipara yang mengalami mioma
uteri (88,9%), sedangkan persentase kelompok primipara yang mengalami mioma uteri (13, 2%). Terdapat
hubungan yang signifikan antara mioma uteri dengan paritas, reponden dengan paritas multipara lebih beresiko
53 kali mengalami mioma dibandingkan dengan responden paritas primipara ( OR 52,8; 95%CI 14,874-187,426).

Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan dengan wanita yang mempunyai
riwayat frekuensi melahirkan 0 (nol) atau 1 (satu) kali. Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan
Bhat dan Kumar di Kturba Hospital (India) yaitu mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita kelompok
multipara yaitu 60% di bandingkan wanita primipara yaitu 40% (Bath et-al, 2008).
Temuan penelitian ini menunjukkan besarnya pengarh paritas dengan kejadian mioma, sehingga wanita usia
reproduksi sangat dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai.

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa distribusi frekuensi responden yang memiliki IMT berisiko (> 29 kg/m2)
sebanyak 57 responden (62%). Pada kelompok ini sebanyak 84,2% diantaranya mengalami mioma uteri.
Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh nilai OR sebesar 32, yang berarti responden yang memiliki IMT
berisiko secara bermakna mengalami mioma uteri 32 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang IMT
tidak berisiko (OR 32,00; 95%CI 9,788-104,617).

Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko menderita mioma uteri adalah setinggi 21%
untuk setiap peningkatan indeks massa tubuh. Ini terjadi karena obesitas menyebabkan peningkatan konversi
androgen adrenal kepada estrogen dan menurunkan hormon sex-binding globulin. Hasilnya menyebabkan
peningkatan estrogen secara biologikal yang bias menerangkan mengapa terjadi peningkatan prevalensi mioma
uteri dan pertumbuhannya. Beberapa penelitian menemukan hubungan antara obesitas dan peningkatan
kejadian mioma uteri.

Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal inimungkin berhubungan dengan konversi hormon
androgen menjadi esterogen oleh enzim aromatease di jaringan lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah
esterogen tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan
pertumbuhan mioma uteri (Marquard,2008).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

Frekuensi responden yang mengalami mioma uteri intramural/subserosum di RSUD Pringsewu adalah berjumlah
53 responden (57,6%) dan yang mengalami mioma uteri submukosum adalah berjumlah 39 responden (42,4%).
Terdapat hubungan yang yang bermakna antara mioma uteri dengan usia, paritas dan Indeks Massa Tubuh. Usia
<20 tahun dan >35 tahun memiliki resiko 36 kali mengalami mioma di bandingkan dengan usia 20-35 tahun,
paritas multipara memiliki resiko 53 kali mengalami mioma uteri dibandingkan dengan primipara. Dan responden
dengan IMT Berisiko (> 29 kg/m2) memiliki resiko 32 kali mengalami mioma uteri dibandingkan dengan IMT
Tidak berisiko (18-29 kg/m2).

DAFTAR PUSTAKA

Bhakti Yudha Depok Periode Januari 2006 – November 2011. Mioma uteri.www.emir- fakhrudin.com. Mioma
Uteri. Hubungan Faktor Risiko Dengan Kejadian Mioma Uteri Di Rsud Tugurejo Semarang.

Hubungan Umur Penderita Dengan Mioma Uteri Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Bulan Januari-Juni 2008.
Laporan Akhir Universitas Sebelas Maret . Mioma Uteri. Januari-31 Desember 2006.

Mioma Uteri Pada Obesitas. Novie Hendiyani , Mioma Uteri. Mioma Uteri. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai