DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. ANGGENLINA
2. YOHANA PUTRI BAKTI PRATIWI
3. ANDI AWAL FATURRAHMAN.M
4. NUR HAEDA
5. NUR AIMA
6. MASNIA
7. GEBBY
8. WAHYUNI
PRODI : S1 KEPERAWATAN
SEMESTER IV
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan kasih karuniaNya, kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan Medikal
Bedah II mengenai “LAPORAN PENDAHULUAN PADA KASUS DAN ASUHAN
KEPERAWATAN DIABETES MELITUS” dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
saya sangat berharap hasil makalah ini dapat berguna dalam memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. saya menyadari bahwa di dalam hasil makalah
ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saya mengharapkan kritik, saran dan usulan yang membangun demi perbaikan hasil
makalah yang telah kami buat di masa mendatang.
Semoga hasil makalah ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan pada
umumnya dan proses pembelajaran Keperawatan Medikal Bedah II.
PENULIS
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
................................................................................................................................26
1. Pengkajian ....................................................................................................26
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................................34
3. Intervensi Keperawatan ................................................................................35
4. Implementasi Keperawatan ..........................................................................45
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................................47
BAB IV PENUTUP...................................................................................................52
A. KESIMPULAN ...............................................................................................52
B. SARAN ..........................................................................................................52
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Dari penjelasan yang tersebut diatas peranan soerang perawat sangat penting
dalam pemberian asuhan keperawatan untuk menurunkan angka kesakitan
dan angka kematian yang disebabkan karena diabetes mellitus, sehingga
diharapkan mahasiswa keperawatan dapat memahami dan menguasai konsep
asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana proses asuhan keperawatan pasien dengan masalah diabetes
melitus dilukakan kepada pasien.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa
mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Memahami Pengertian Diabetes Mellitus
b. Memahami Konsep Keperawatan Diabetes Mellitus.
c. Menjelaskan Perbedaan Antara Diabetes Melitus Tipe I Dan Diabetes
Melitus Tipe II
2
BAB II
PEMBAHASAN
DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh karena
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan
hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin
sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit
tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas.
3
Keadaan yang menyebabkan hiperglikemia, yaitu :
• Kerusakan genetik dari sel beta
• Kerusakan genetik dari aksi insulin
• Penyakit dari pankreas endokrin : pankreasitis, trauma, neoplasma.
• Mengkonsumsi obat – obatan ilmiah
• Infeksi
• Faktor keturunan
4
2. Diabetes Melitus Tipe II (NIDDM) / Tidak Tergantung Dengan Insulin
(DMTTI)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin.
Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak
terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin
mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan
transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI
terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini
dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang
responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan
abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang
cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya
sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes
Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen
bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada
orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65th
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe
II. Pada awlanya, tipe II muncul seiring dengan bertambahnya usia
dimana keadaan fisik mulai menurun.
b. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa
yang menyebabkan diabetes tipe II. Hala ini jelas dikarenakan
5
persediaan cadangan glukosa dalam tubuh mencapai level yang
tinggi. Selain itu kadar kolesterol dalam darah serta kerja jantung
yang harus ekstra keras memompa darah keseluruh tubuh menjadi
pemicu obesitas. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan
dengan perbaikan dalam sensivitas insulin dan pemulihan toleransi
glukosa.
c. Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe II pada kembar monozigot hamper 100%.
Resiko berkembangnya diabetes tipe II pada sausara kandub
mendekati 40% dan 33% untuk anak cucunya. Jika orang tua
menderita diabetes tipe II, rasio diabetes dan nondiabetes pada anak
adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa carer diabetes tipe II.
6
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan
seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala
diabetes melitus dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu
dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang
menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita
diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai
gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah
menderita kencing manis.Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM
pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati visceral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
7
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien – pasien yang
mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan.
Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal
( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan
timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan
juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk
energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan
arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada
saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
➢ Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik
DM akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori
glikosilasi.
- Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar
glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat
mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang
berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara
normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan
perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi
sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan
8
tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan
fungsi.
- Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya
glikosilasi pada semua protein, terutama yang
mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi
pada protein membran basal dapat menjelaskan semua
komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.Terjadinya
Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – factor
disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan
timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi.
Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD.
Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya
gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik
akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri
pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa
yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan
motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot
kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan
ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan
terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan
darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka
penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia
berjalan pada jarak tertentu.
➢ Manifestasi Gangguan
Pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa
dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki
menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan
menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen
(zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit
sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi
yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau
neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh
terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
9
5. GEJALA KLINIS DIABETES MELITUS
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita
Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu :
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan
berat badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa
menimbulkan berbagai komplikasi, yaitu :
a. Kardiopati diabetik,
b. Gangren dan impotensi,
c. Nefropati diabetik,
d. Retinopati diabetik
10
a. Kardiopati Diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes.
Glukosa darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan
menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lama-
kelamaan akan terjadi aterosklerosis atau penyempitan
pembuluh darah. Maka bagi para penderita diabet perlu
pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah secara rutin.
Dari pengalaman saya untuk menurunkan kadar gula darah
sekaligus menormalkan kadar kolestrol dan trigliserida
sebenarnya sangat mudah. Yang pertama sebenarnya pola
makan malam. Upayakanlah tidak makan nasi pada malam hari.
Gantilah dengan makan kentang atau bisa juga pisang kepok
rebus atau bisa juga konsumsi sayur dan buah-buahan.
Penyempitan pembuluh darah koroner menyebabkan infark
jantung dengan gejala antara lain nyeri dada. Karena diabetes
juga merusak sistem saraf, rasa nyeri kadang-kadang tidak
terasa. Serangan yang tidak terasa ini disebut silent infraction
atau silent heart attack. Kematian akibat kelainan jantung dan
pembuluh darah pada penderita diabetes kira-kira dua hingga
tiga kali lipat lebih besar dibanding bukan penderita diabetes.,
pengendalian kadar gula dalam darah belum cukup untuk
mencegah gangguan jantung pada penderita diabetes.
Sebagaimana rekomendasi Asosiasi Diabetes Amerika (ADA)
serta perkumpulan sejenis di Eropa atau Indonesia (Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia/Perkeni), penderita diabetes diharapkan
mengendalikan semua faktor secara bersama-sama untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Tekanan darah harus
diturunkan secara agresif di bawah 130/80 mmHg, trigliserida di
bawah 150 mg/dl, LDL (kolesterol buruk) kurang dari 100 mg/dl,
HDL (kolesterol baik) di atas 40 mg/dl. Hal ini memberi proteksi
lebih baik pada jantung.
c. Nefropati Diabetik
Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat
kebocoran selaput penyaring darah. Sebagaimana diketahui,
ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring (glomerulus). Setiap unit
penyaring memiliki membran/selaput penyaring. Kadar gula
darah tinggi secara perlahan akan merusak selaput penyaring ini.
Gula yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein
sehingga mengubah struktur dan fungsi sel, termasuk membran
basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein rusak dan
terjadi kebocoran protein ke urin (albuminuria). Hal ini
berpengaruh buruk pada ginjal.
Menurut situs Nephrology Channel, tahap mikroalbuminuria
ditandai dengan keluarnya 30 mg albumin dalam urin selama 24
12
jam. Jika diabaikan, kondisi ini akan berlanjut terus sampai tahap
gagal ginjal terminal. Karena itu, penderita diabetes harus
diperiksa kadar mikroalbuminurianya setiap tahun. Penderita
diabetes tipe 1 secara bertahap akan sampai pada kondisi
nefropati diabetik atau gangguan ginjal akibat diabetes. Sekitar
lima sampai 15 persen diabetes tipe 2 juga berisiko mengalami
kondisi ini. Gangguan ginjal, menyebabkan fungsi ekskresi,
filtrasi dan hormonal ginjal terganggu. Akibat terganggunya
pengeluaran zat-zat racun lewat urin, zat racun tertimbun di
tubuh. Tubuh membengkak dan timbul risiko kematian.
Ginjal juga memproduksi hormon eritropoetin yang berfungsi
mematangkan sel darah merah. Gangguan pada ginjal
menyebabkan penderita mengalami anemia. Pengobatan
progresif sejak dini bisa menunda bahkan menghentikan
progresivitas penyakit. Repotnya penderita umumnya baru
berobat saat gangguan ginjal sudah lanjut atau terjadi
makroalbuminuria (300 mg albumin dalam urin per 24 jam).
Pengobatan meliputi kontrol tekanan darah. Tindakan ini
dianggap paling penting untuk melindungi fungsi ginjal. Biasanya
menggunakan penghambat enzim pengonversi angiotensin (ACE
inhibitors) dan atau penghambat reseptor angiotensin (ARBs).
Selain itu dilakukan pengendalian kadar gula darah dan
pembatasan asupan protein (0,6-0,8 gram per kilogram berat
badan per hari). Penderita yang telah sampai tahap gagal ginjal
memerlukan hemodialisis atau transplantasi ginjal.
Gejala nefropati diabetes baru terasa saat kerusakan ginjal telah
parah berupa bengkak pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu,
sakit kepala, gatal, sering cegukan, mengalami penurunan berat
badan. Penderita nefropati harus menghindari zat yang bisa
memperparah kerusakan ginjal, misalnya pewarna kontras yang
digunakan untuk rontgen, obat anti-inflamasi nonsteroid serta
obat-obatan yang belum diketahui efek sampingnya.
d. Retinopati Diabetik
13
Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata,
terutama adalah retinopati diabetik. Keadaan ini, disebabkan
rusaknya pembuluh darah yang memberi makan retina. Bentuk
kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah yang
membuat retina bengkak atau timbul endapan lemak yang
disebut eksudat. Selain itu terjadi cabang-cabang abnormal
pembuluh darah yang rapuh menerjang daerah yang sehat.
Retina adalah bagian mata tempat cahaya difokuskan setelah
melewati lensa mata. Cahaya yang difokuskan akan membentuk
bayangan yang akan dibawa ke otak oleh saraf optik. Bila
pembuluh darah mata bocor atau terbentuk jaringan parut di
retina, bayangan yang dikirim ke otak menjadi kabur. Gangguan
penglihatan makin berat jika cairan yang bocor mengumpul di
fovea, pusat retina yang menjalankan fungsi penglihatan sentral.
Akibatnya, penglihatan kabur saat membaca, melihat obyek yang
dekat serta obyek yang lurus di depan mata. Pembuluh darah
yang rapuh bisa pecah, sehingga darah mengaburkan vitreus,
materi jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata.
Hal ini menyebabkan cahaya yang menembus lensa terhalang
dan tidak sampai ke retina atau mengalami distorsi. Jaringan
parut yang terbentuk dari pembuluh darah yang pecah di korpus
vitreum dapat mengerut dan menarik retina, sehingga retina
lepas dari bagian belakang mata. Pembuluh darah bisa muncul
di iris (selaput pelangi mata) menyebabkan glaukoma.
Risiko terjadinya retinopati diabetik cukup tinggi. Sekitar 60
persen orang yang menderita diabetes 15 tahun atau lebih
mengalami kerusakan pembuluh darah pada mata. Pemeriksaan
dilakukan dengan oftalmoskop serta angiografi fluoresen yaitu
foto rontgen mata menggunakan zat fluoresen untuk mengetahui
kebocoran pembuluh darah. Pengobatan dilakukan dengan
bedah laser oftalmologi. Yaitu, penggunaan sinar laser untuk
menutup pembuluh darah yang bocor, sehingga tidak terbentuk
pembuluh darah abnormal yang rapuh. Selain itu bisa dilakukan
vitrektomi yaitu tindakan mengeluarkan vitreus yang dipenuhi
14
darah dan menggantinya dengan cairan jernih. Penderita
retinopati hanya boleh berolahraga ringan dan harus menghindari
gerakan membungkuk sampai kepala di bawah. Menderita
diabetes bukan berarti kiamat. Penderita diabetes bisa hidup
secara wajar dan normal seperti orang- orang yang bukan
penderita diabetes. Bedanya, penderita diabetes harus disiplin
mengontrol kadar gula darah agar tidak meningkat di atas normal
untuk jangka waktu panjang. Penyakit diabetes mellitus (DM)-
yang dikenal masyarakat sebagai penyakit gula atau kencing
manis-terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan
kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau
reseptor insulin tidak berfungsi baik.
Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe
1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedang
diabetes karena insulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM
tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas,
sebuah kelenjar yang terletak di belakang lambung, yang
berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi serta
mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di
dalam hati dan otot. Tidak keluarnya insulin dari kelenjar
pankreas penderita DM tipe 1 bisa disebabkan oleh reaksi
autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel beta pankreas.
Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan
baik karena reseptor insulin pada sel berkurang atau berubah
struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk sel.
Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain
glukosa menumpuk dalam darah. Kondisi ini dalam jangka
panjang akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan
pelbagai komplikasi. Tiga gejala klasik yang dialami penderita
diabetes. Yaitu, banyak minum, banyak kencing, dan berat badan
turun. Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita
diabetes naik. Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam tubuh.
Gejala lain, adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan
15
terutama di malam hari, gangguan penglihatan, gatal di daerah
kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau luka yang lama sembuh,
gangguan ereksi pada pria dan keputihan pada perempuan. Jika
tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes
bisa menimbulkan berbagai komplikasi akibat gangguan
pembuluh darah, gangguan bisa terjadi pada pembuluh darah
otak (stroke), pembuluh darah mata (gangguan penglihatan),
pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), pembuluh
darah ginjal (gagal ginjal), serta pembuluh darah kaki (luka yang
sukar sembuh/gangren). Penderita juga rentan infeksi, mudah
terkena infeksi paru, gigi, dan gusi serta saluran kemih.
16
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita
diabetes, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila
dikerjakan setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula
mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan
akan dirangsang pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)
merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya:
leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4. Obat
- Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
- Mekanisme kerja sulfanilurea
- kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
- kerja OAD tingkat reseptor
19
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
▪ Sistem Integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami
dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
▪ Sistem Pernapasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes
ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
▪ Sistem Kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
Hal ini berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada
makrovaskuler
▪ Sistem Urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk
urin.
▪ Sistem Muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran
masa otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
▪ Sistem Neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system
neurologis pasien sering mengalami penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi.
➢ Pemeriksaan Laboraturium
20
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
- Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
- Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
- Kultur Pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi keperawatan
21
1. Kekurangan volume cairan Tujuan : Kondisi tubuh stabil, a. Pantau tanda-tanda
berhubungan dengan diuresis tanda-tanda vital, turgor kulit, vital, catat adanya
osmotik, kehilangan gastrik, normal. perubahan tekanan
berlebihan diare, mual, darah ortestastik.
muntah, masukan dibatasi, Kriteria Hasil : pasien b. Kaji pola napas dan
kacau mental. menunjukan adanya bau napas.
perbaikan keseimbangan c. Kaji suhu, warna dan
cairan, dengan kriteria ; kelembaban kulit.
pengeluaran urine yang d. Kaji nadi perifer,
adekuat (batas normal), pengisian kapiler,
tanda-tanda vital stabil, turgor kulit dan
tekanan nadi perifer jelas, membran mukosa.
turgor kulit baik, pengisian e. Pantau intake dan
kapiler baik dan membran output. Catat berat
mukosa lembab atau basah. jenis urine.
f. Ukur berat badan
setiap hari.
g. Kolaborasi pemberian
terapi cairan sesuai
indikasi
22
b.mendemonstrasikan kembung,
perilaku, perubahan gaya mual,muntah,
hidup untuk meningkatkan pertahankan puasa
dan mempertahankan berat sesuai indikasi.
badan yang tepat. d. Observasi tanda-
tanda hipoglikemia,
seperti perubahan
tingkat kesadaran,
dingin/lembab,
denyut nadi cepat,
lapar dan pusing.
e. Kolaborasi dalam
pemberian insulin,
pemeriksaan gula
darah dan diet.
3. Risiko tinggi terjadi infeksi Tujuan : Infeksi Tidak Terjadi a. Observasi tanda-
berhubungan dengan tidak Kriteria Hasil : tanda infeksi dan
adekuatnya pertahanan a. mengindentifikasi factor- peradangan seperti
perifer, perubahan sirkulasi, faktor risiko individu dan demam, kemerahan,
kadar gula darah yang tinggi, intervensi untuk adanya pus pada
prosedur invasif dan mengurangi potensial luka , sputum
kerusakan kulit. infeksi. purulen, urin warna
b. pertahankan lingkungan keruh dan berkabut.
aseptik yang aman. b. Tingkatkan upaya
pencegahan dengan
melakukan cuci
tangan yang baik,
setiap kontak pada
semua barang yang
berhubungan
dengan pasien
termasuk
pasiennya sendiri.
23
c. Pertahankan teknik
aseptik pada
prosedur invasif
(seperti pemasangan
infus, kateter folley,
dsb).
d. Pasang kateter /
lakukan perawatan
perineal dengan
baik.
e. Berikan perawatan
kulit dengan teratur
dan sungguh-
sungguh. Masase
daerah tulang yang
tertekan, jaga kulit
tetap kering, linen
kering dantetap
kencang (tidak
berkerut).
f. Posisikan pasien
pada posisi semi
fowler.
g. Kolaborasi antibiotik
sesuai indikasi.
4. Implementasi Keperawatan
24
5. Evaluasi Keperawatan
25
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.T
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Solo
Tanggal Masuk RS : 18 November 2014
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : kaki kesemutan dan mati rasa sejak 1 bulan yang lalu
disertai dengan badan terasa lemas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke rumah sakit KDK kayu putih pada tanggal 18 November 2014
dengan keluhan kaki kesemutan dan mati rasa sejak 1 bulan yang lalu disertai
dengan badan terasa lemas. Kaki sering kesemutan terutama saat setelah
duduk bersila atau jongkok dalam waktu lama. Pasien juga mengaku
terkadang tidak terasa sakit jika kakinya tersandung benda. Pasien juga
mengaku adanya keluhan sering haus, sering terasa lapar dan sering BAK
malam hari lebih dari 3 kali (tidak memperhatikan seberapa banyak kencing
yang keluar).
3. Alergi (obat, makanan, plester, dll)
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat,
makanan, serta plester.
26
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku baru menyelesaikan pengobatan TB parunya sejak 1,5
bulan yang lalu dan dinyatakan sembuh oleh dokter.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu kandung Ny.T memiliki riwayat penyakit yang sama berupa diabetes,
sedangkan riwayat darah tinggi pada orang tua tidak ada.
6. Kebiasaan/polahidup/life style
Keluarga mengatakan bahwa pasien mempunyai kebiasaan merokok, serta
pasien mempunyai kebiasaan minum kopi dengan banyak gula, pasien juga
tidak menjaga pola / menu makanan dan minuman yang di konsumsi,
makanan camilan yang paling di gemari pasien adalah camilan yang manis-
manis.
7. Obat-obat yang digunakan
Keluarga mengatakan bahwa pasien pernah mengkonsumsi obat TB, dan
sudah tidak mengkonsumsi obat sejak 1.5 bulan lalu. Dan semenjak itu pasien
tidak pernah mengkonsumsi obat lain.
Genogram:
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: tinggal satu rumah
: meninggal
: Pasien
27
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
N : 100x/menit,
RR : 20x/menit,
TD : 120/80 mmHg,
S : 36,5 C
GCS : E4V5M6
2. Pemeriksaan Kepala
Bentuk Kepala: Mesochepal, tidak terdapat deformitas
Rambut : Dominan hitam dan tidak mudah rontok
3. Pemeriksaan Mata
Konjungtiva : Pada mata kanan dan kiri tidak terlihat anemis.
Sklera : Pada mata kanan dan kiri terlihat ikterik
Pupil : Isokor kanan-kiri, diameter 3 mm, reflek cahaya( + / + )
Palpebra : Tidak edema
Visus : Baik
4. Pemeriksaan Hidung
Bentuk : normal, tidak terdapat deformitas
Nafas cuping hidung : tidak ada
Sekret : tidak terdapat sekret hidung
5. Pemeriksaan Mulut
Bibir : Tidak sianosis, tidak kering
Lidah : Tidak kotor, tepi tidak hiperemi
Tonsil : Tidak membesar
Faring : Tidak hiperemis
Gigi : Lengkap
6. Pemeriksaan Telinga
Bentuk : normal, tidak terdapat deformitas
Sekret : tidak ada
Fungsional : pendengaran baik
7. Pemeriksaan Leher
JVP : tidak meningkat
Kelenjar tiroid : tidak membesar
28
Kelenjar limfonodi : tidak membesar
Trakhea : tidak terdapat deviasi trakhea
8. Pemeriksaan Thorak
- Paru-paru
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada retraksi, tidak ada sikatrik.
Palpasi : vocal fremitus kanan sama kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru, batas paru hepar pada SICV LMC
dextra
Auskultasi : suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan di semua
lapang paru
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung
Kanan atas : SIC II LPS dextra
Kanan bawah : SIC IV LPS dextra
Kiri atas : SIC II LMC sinitra
Kiri bawah : SIC IV LMC sinistra
Auskultasi : S1- S2, reguler, tidak ada mur-mur, tidak ada gallop
9. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : tampak asites, sikatrik akibat bekas luka operasi apendiksitis,
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : pekak pada region abdomen kanan atas sampai 3 jari dibawah
arcus costae dan tympani di abdomen kanan bawahdan abdomen kiri
Palpasi :supel, terdapat nyeri tekan pada regio bagian atas, teraba adanya
pembesaran hepar dan lien tidak teraba. Tes undulasidan pekak beralih positif.
10. Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : tidak ada deformitas, tidak ada edema, perfusi kapiler baik, tidak
anemis, akral hangat.
Inferior : tidak ada deformitas, tidak ada edema, CRT bagian ujung lebih
dari 3 detik, perfusi kapiler buruk, tidak anemis, akral dingin.
D. ANALISA DATA
29
Data Etiologi Masalah keperawatan
Ds : Pola hidup tidak sehat Risiko ketidakstabilan
-Riwayat penyakit kadar glukosa darah
diabetes sejak 8 bulan lalu Sel beta di pankreas
-klien mengeluh kaki terganggu
kesemutan dan badan
lemas Defisiensi insulin
-sering BAK
-klie suka mengonsumsi
kopi, makan manis, Retensi insulin
merokok 10 batang per
hari
-pasien mengatakan tidak Hiperglikemia
pernah berolahraga
Do:
-pasien tampak lemas Kadar glukosa darah tidak
-Gula darah sewaktu : 333 terkontrol
mg/dl
-gula darah puasa : 256
mg/dl Ketidakstabilan kadar
-urine output : >1500 glukosa darah
cc/jam
30
Glukoneugenesis
Do :
BB sebelum sakit : 62 kg
BB setelah sakit : 58 kg Ketogenesis
TB : 168 Ketonemia
Indeks Masa Tubuh (IMT)
: 20,5
Penurunan BB
Ds : Defisiensi insulin absolute Risiko infeksi
-Pasien mengatakan
kakinya kesemutan
terutama saat setelah Penurunan pemakaian
duduk bersila atau glukosa oleh sel
jongkok dalam waktu
lama.
-Pasien mengaku Hiperglikemia
terkadang tidak terasa
sakit jika kakinya
tersandung benda Hiperosmolalitas
Do :
-Gula darah sewaktu 333
mg/dl
-Gula darah puasa pasien
256 mg/dl.
31
-Klien terlihat cemas dan Kurangnya pengetahuan
gelisah ttg penyakit
-TD : 120/80
-RR : 20x/menit
- Suhu : 36,5 C
32
-Albumin : 3,54 g/dl; 2,64
g/dl ; 2,27 g/dl
-Globulin : 2,55 g/dl; 2,85
g/dl ; 3,46 g/dl
-Hemoglobin : 13,6 gr%
-Gula darah sewaktu : 333
mg/dl
-Gula drah puasa : 256
mg/dl
33
-bayangan kabur dan
seperti berputar-putar Risiko jatuh
-klien sering ke kamar
mandi BAK pada malam
hari
Do:
Pupil : Isokor kanan-kiri,
diameter 3 mm, reflek
cahaya( + / + )
Ds: Diabetas Mellitus tipe II Gangguan pola tidur
-Klien merasa tidak bisa
tidur karena memikirkan
penyakitnya Sering terjaga ketika
-klien sering bolak-balik ke malam
kamar mandi untuk BAK
Do:
-klien tidur pada pukul Pola tidur tidak
23.30 WIB-04.00 WIB (4,5 menyehatkan
jam) dan siang hari tidur
selama 1 jam.
Gangguan pola tidur
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko ketidak stabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kadar
glukosa darah tidak terkontrol.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
2. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Keletihan berhubungan dengan keletihan otot.
34
4. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit (DM).
5. Nyeri
6. Gangguan pola tidur
7. Risiko jatuh
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
35
skala 2 (berat) Pengajaran: Peresepan Diet
ditingkatkan menjadi (5614)
skala 4 (ringan) 1. Kaji tingkat pengetahuan
pasien mengenai diet yang
Manajemen diri :
disarankan
diabetes
2. Kaji pola makan pasien saat
1. Memantau glukosa ini dan sebelumnya, termasuk
darah dari skala 2 makanan yang di sukai
(jarang menunjukkan) 3. Ajarkan pasien membuat
ditingkatkan menjadi diary makanan yang
skala 4 (sering dikonsumsi
menunjukkan) 4. Sediakan contoh menu
makanan yang sesuai
5. Libatkan pasien dan keluarga
2 Ketidakseimb Ketidakseimbangan Manajemen Nutrisi (1100)
angan nutrisi nutrisi, kurang dari 1. Instruksikan kepada pasien
kurang dari kebutuhan tubuh mengenai kebutuhan nutrisi
kebutuhan Setelah dilakukan 2. Tentukan jumlah kalori dan
tubuh asuhan keperawatan, jenis nutrisi yang dibutuhkan
berhubungan diharapkan nutrisi oleh pasien untuk memenuhi
dengan pasien terpenuhi. kebutuhan gizi
intake (1004) Status Nutrisi 3. Ciptakan lingkungan yang
makanan 1. Asupan makanan optimal pada saat
yang kurang. dan cairan dari mengkonsumsi makanan
skala 2 (banyak 4. Monitor kalori dan asupan
menyimpang dari makanan pasien
rentang normal) 5. Monitor kecenderungan
ditingkatkan terjadinya kenaikan atau
menjadi skala 4 penurunan berat badan pada
(sedikit pasien
menyimpang dari
rentang normal)
36
(1622) Perilaku
patuh : diet yang
disarankan
1. Memilih makanan
yang sesuai
dengan diet yang
ditentukan dari
skala 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(sering
menunjukkan)
2. Memilih minuman
yang sesuai
dengan diet yang
ditentukan dari
skala 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatka
menjadi skala 4
(sering
menunjukkan)
(1854)
Pengetahuan : diet
yang sehat
37
ditingkatkan
menjadi skala 4
(pengetahuan
banyak)
3 Domain 11. (00004) Resiko Kontrol Infeksi (6540)
Keamanan/ infeksi 1. Ganti peralatan perawatan
Perlindungan per pasien sesuai protokol
Kelas 1. Setelah dilakukan institusi
Infeksi Resiko asuhan keperawatan, 2. Anjurkan pasien mengenai
infeksi (00004) diharapkan tidak teknik mencuci tangan
terjadi infeksi pada dengan tepat
pasien. 3. Pastikan penanganan aseptik
(1908) Deteksi risiko dari semua saluran IV
Perlindungan Infeksi (6550)
1. Mengenali tanda
1. Monitor kerentanan terhadap
dan gejala yang
infeksi
mengindikasikan risiki
2. Berikan perawatan klit yang
dari skala 2 (jarang
tepat Periksa kulit dan selaput
mnunjukkan)
lendir untuk adanya
ditingkatkan menjadi
kemerahan, kehangatan
skala 4 (sering
ektrim, atau drainase
menunjukkan)
3. Ajarkan pasien dan keluarga
2. Memonitor bagaimana cara menghindari
perubahan status infeksi
kesehatan skala 2
(jarang mnunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)
1. Mengidentifikasi
faktor risiko dari skala
38
2 (jarang
mnunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)
1. Mengenali faktor
risiki skala 2
(jarang
mnunjukkan)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(sering
menunjukkan)
4 Domain 9. (00146) Ansietas Pengurangan kecemasan
Koping/ (5820)
Toleransi Setelah dilakukan 1. Gunakan pendekatan yang
Stress asuhan keperawatan, tenang dan menyakinkan
Kelas 2. diharapkan ansietas 2. Nyatakan dengan jelas
Respon pasien berkurang. harapan terhadap perilaku
Koping (1211) Tingkat klien
Ansietas kecemasan 3. Pahami situasi krisis yang
(00146) terjadi dari perspektif klien
1. Tidak dapat
4. Berikan informasi faktual
beristirahat dari skala
tekait diagnosa, perawatan
2 (cukup berat)
dan prognosis
ditingkatkan menjadi
5. Berada disisi klien untuk
skala 4 (ringan)
meningkatkan rasa aman
2. Perasaan gelisah dan mengurangi ketakutan
dari skala 2 (cukup 6. Dorong keluarga untuk
berat) ditingkatkan mendampingi klien dengan
menjadi skala 4 cara yang tepat
(ringan)
39
3. Gangguan tidur 7. Berikan objek yang
dari skala 2 (cukup menunjukkan perasaan
berat) ditingkatkan aman
menjadi skala 4 8. Puji/kuatkan perilaku yang
(ringan) baik secara tepat
9. Identifikasi saat terjadinya
(0907) Memproses
perubahan tingkat
informasi
kecemasan
1. Menunjukkan 10. Bantu klien mengidentifikasi
proses pikir yang situasi yang memicu
terorganisir dari skala kecemasan
2 (banyak terganggu) 11. Dukung penggunaan
ditingkatkan menjadi mekanisme koping yang
skala 4 (sedikit sesuai
terganggu) 12. Pertimbangkan kemampuan
klien dalam mengambil
(3009) Kepuasan
keputusan
klien : perawatan
13. Intruksikan klien untuk
psikologis
menggunakan teknik
1. Informasi di berikan relaksasi
tentang perjalanan 14. Kaji untuk tanda verbal dan
penyakit dari skala 2 non verbal kecemasan
(agak puas) Peningkatan koping (5230)
ditingkatkan menjadi 1. Bantu pasien dalam
skala 4 (sangat puas) memecah tujuan kompleks
menjadi lebih kecil, dan
2. Informasi di
langkah yang dapat dikelola
berikan mengenai
2. Dukung sikap pasien terkait
respon emosional
dengan harapan yang
yang biasa terhadap
realistis sebagai upaya untuk
penyakit dari skala 2
mengatasi perasaan
(agak puas)
ketidakberdayaan
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sangat puas)
40
3. Cari jalan untuk memahami
prespektif pasien terhadap
situasi
4. Kenali latar belakang
budaya/spiritual pasien
5. Dukung pasien untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman
5 Domain 5. Setelah dilakukan Fasilitasi Pembelajaran (5520)
Persepsi/ asuhan keperawatan, 1. Tekankan pentingnya
Kognisi diharapkan mengikuti evaluasi medik,
Kelas 4. pengetahuan pasien dan kaji ulang gejala yang
Defisiensi mengenai diabetes memerlukan pelaporan
pengetahuan mellitus tipe 2 segera ke dokter
(00124) bertambah. 2. Diskusikam tanda/gejala DM,
1. Pengetahuan: contoh polidipsia, poliuria,
manajemen kelemahan, penurunan berat
diabetes dari skala badan
2 ditingkatkan 3. Gunakan bahasa yang umum
menjadi skala 4 digunakan
2. Perilaku patuh: 4. Berikan informasi yang
diet yang sehat sesuai dengan lokus kontrol
dari skala 2 pasien
ditingkatkan 5. Berikan informasi sesuai
menjadi skala 4 tingkat perkembangan pasien
3. Perilaku patuh: Modifikasi Perilaku (4360)
Aktivitas yang 1. Tentukan motivasi pasien
disarankan dari untuk perubahan perilaku
skala 2 2. Bantu pasien untuk
ditingkatkan mengidentifikasi kekuatan
menjadi skala 4 3. Dukung untuk mengganti
4. Perilaku patuh: kebiasaan yang tidak
Diet yang
41
disarankan dari diinginkan dengan
skala 2 kebiasaan yang diinginkan
ditingkatkan 4. Tawarkan penguatan yang
menjadi skala 4 positif dalam pembuatan
keputusan mandiri pasien
6 Domain 4. (00093) Keletihan Manajemen Energi (0180)
Aktifitas/ 1. Kaji status fisiologis pasien
Istirahat Setelah dilakukan yang menyebabkan kelelahan
Kelas 3. asuhan keperawatan, 2. Anjurkan pasien
Keseimbang diharapkan keletihan mengungkapkan perasaan
an Energi. pada pasien dapat secaraverbal mengenai
Keletihan dikurangi. keterbatasan yang dialami
(00093) (0002) Konservasi 3. Tentukan persepsi
energi pasien/orang terdekat dengan
pasien mengenai penyebab
1. Mempertahankan
kelelahan
intake nutrisi yang
4. Pilih intervensi untuk
cukup dari skala 2
mengurangi kelelahan baik
(jarang menunjukkan)
secara farmakologis maupun
ditingkatkan menjadi
nonfarmakologis
skala 4 (sering
Manajemen Nutrisi (1100)
menunjukkan)
1. Tentukan status gizi pasien
(0005) Toleransi dan kemampuan pasien
terhadap aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
gizi
1. Kekuatan tubuh
2. Intruksikan pasien mengenai
bagian atas dari skala
kebutuhan nutrisi
2 (banyak terganggu)
3. Atur diet yang diperlukan
ditingkatkan menjadi
4. Anjurkan pasien mengenai
skala 4 (sedikit
modifikasi diet yang
terganggu)
diperlukan
2. Kekuatan tubuh
bagian bawah dari
42
skala 2 (banyak 5. Anjurkan pasien terkait
terganggu) dengan kebutuhan diet untuk
ditingkatkan menjadi kondisi sakit.
skala 4 (sedikit
terganggu)
(0007) Tingkat
kelelahan
1. Kelelahan dari
skala 2 (cukup besar)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan)
2. Kehilangan selera
makan dari skala 2
(cukup besar)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan)
(0008) Keletihan :
efek yang
menganggu
1. Penurunan energi
dari skala 2 (cukup
besar) ditingkatkan
menjadi skala 4
(ringan)
2. Perubahan status
nutrisi dari skala 2
(cukup besar)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(ringan)
43
7. Domain 4. (00204) Pengecekan Kulit (3590)
Aktivitas dan Ketidakefektifan 1. Gunakan alat pengkajian
istirahat. perfusi jaringan untuk mengidentifikasi pasien
Kelas 4. perifer yang berisiko mengalami
Respon kerusakan kulit.
Kardiovaskul Setelah dilakukan 2. Monitor warna dan suhu kulit
er/ pulmonal asuhan keperawatan, 3. Periksa pakaian yang terlalu
Ketidakefektifa diharapkan ketat
n perfusi ketidakefektifan perfusi 4. Monitor kulit dan selaput
jaringan perifer jaringan perifer pasien lendir terhadap area
(00204) dapat berkurang. perubahan warna, memar,
(0401) Status dan pecah.
sirkulasi 5. Ajarkan anggota
kelurga/pemberi asuhan
1. Parestesia dari
mengenai tanda-tanda
skala 2 (cukup
kerusakan kulit, dengan
berat) ditingkatkan
tepat.
menjadi skala 4
Manajemen Sensasi Perifer
(ringan)
(2660)
2. Asites dari skala 2
1. Monitor sensasi tumpul atau
(cukup berat)
tajam dan panas dan dingin
ditingkatkan
(yang dirasakan pasien)
menjadi skala 4
2. Monitor adanya Parasthesia
(ringan)
dengan tepat
(0407) Perfusi 3. Intruksikan pasien dan
jaringan : perifer keluarga untuk memeriksa
kulit setiap harinya
1. Parestsia dari skala
4. Letakkan bantalan pada
2 (cukup berat)
bagian tubuh yang terganggu
ditingkatkan menjadi
untuk melindungi area
skala 4 (ringan)
tersebut
(0409) Koagulasi Perawatan Kaki (1660)
darah
44
1. Pembentukan 1. Diskusikan dengan pasien
bekuan dari skala 2 dan keluarga mengenai
(deviasi cukup besar perawatan kaki rutin
dari kisaran normal) 1. Anjurkan pasien dan keluarga
ditingkatkan menjadi mengenai pentingnya
skala 4 (deviasi perawatan kaki
ringan dari kisaran 2. Periksa kulit untuk
normal) mengetahui adanya iritasi,
retak, lesi, dll
(0802) Tanda-tanda
3. Keringkan pada sela-sela jari
vital
dengan seksama
1. Suhu tubuh dari
skala 2 (deviasi
cukup besar dari
kisaran normal)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (deviasi
ringan dari kisaran
normal)
G. Implementasi Keperawatan
No. Hari/ Waktu Implementasi Ttd
Tanggal
1. Senin, 08.00- 1. Memonitor kadar gula darah, sesuai
18/09/17 09.00 indikasi
WIB 2. Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemi: poliuria, polidipsi, polifagi,
kelemahan, latergi, malaise, pandangan
kabur atau sakit kepala.
3. Memberikan insulin sesuai resep
45
4. Mengintruksikan pada pasien dan
keluarga mengenai manajemen
diabetes
5. Mengajarkan pasien membuat diary
makanan yang dikonsumsi
2. Senin 10.30- 1. Memonitor kalori dan asupan makanan
18/09/17 11.30 pasien
WIB 2. Memonitor kecenderungan terjadinya
kenaikan atau penurunan berat badan
pada pasien
3. Menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien
untuk memenuhi kebutuhan gizi
3. Senin, 14.00- 1. Menimbang berat badan setiap hari dan
18/09/17 14.30 monitor satus pasien
WIB 2. Memonitor tanda-tanda vital pasien
3. Memberikan cairan dengan tepat
4. Mendistribusikan asupan cairan selama
24 jam
5. Memonitor berat badan
46
5. Senin, 18.30- 1. Menggunakan pendekatan yang
18/09/17 19.00 tenang dan menyakinkan
2. Memahami situasi krisis yang terjadi
dari perspektif klien
3. Memberikan informasi faktual tekait
diagnosa, perawatan dan prognosis
4. Mendampingi klien untuk
meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan
H. Evaluasi Keperawatan
47
N Hari, Tanggal, Diagnosa Par
Evaluasi
o Jam keperawatan af
O:
A : Masalah teratasi
sebagian
O:
48
A : masalah kebutuhan
nutrisi kurang dapat
teratasi sebagian
O:
P : lanjutkan intervensi
untuk mengurangi diuresi
49
mengurangi terjadinya
infeksi
A : masalah kecemasan
klien dapat teratasi
P : hentikan intervensi
P : hentikan intervensi
50
A : masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
untuk mengurangi
keletihan
8 19 September Ketidakefektifan S:
2017 Perfusi Jaringan -Klien mengatakan kaki
Perifer klien tidak terasa
kesemutan lagi
-Klien mengatakan kaki
klien masih tidak terasa
ketika disentuh
O:
-CRT klien <3 detik
-Akral dingin
-warna sudah tidak pucat
A:
-masalah belum teratasi
sepenuhnya
P:
-Lanjutkan intervensi
perawatan kaki dan
senam kaki
51
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan kadar
hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas yang mengakibatkan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Penurunan ini mengakibatkan
glukosa yang dikonsumsi oleh tubuh tidak dapat diproses secara sempurna
sehingga konsentrasi glukosa dalam darah akan meningkat. Diabetes Mellitus
terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM Sekunder dan
DM gestasional. Diabetes melitus tipe 2 merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes Mellitus Tipe 2
adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah
akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan
fungsi insulin.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah untuk penderita DM tipe 2 diantaranya
adalah riwayat keluarga dengan DM, usia lebih dari 45 tahun, riwayat
melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi lebih dari 4000 gram, dan
riwayat lahir dengan berat badan rendah. Gejala dari DM 2 sendiri ada 2 yaitu
gejala akut dan gejala kronik. Gejala akutnya diantaranya poliphagia,
polidipsia, poliuria, nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan
cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), dan mudah lelah. Sedangkan gejala
kronik diabetes melitus yaitu kesemutan, kulit terasa panas atau seperti
tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk,
pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas. Penatalaksanaan
dan pengelolaan DM dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu
edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis.
B. SARAN
Diharapkan kepada setiap pembaca memberikan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
52
DAFTAR PUSTAKA
Ed. Herman T.H., & Komitsuru. S. 2014. Nanda Internasional Nursing Diagnosis,
Definition and Clasification 2015-2017. EGC. Jakarta.
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedoktera. Jakarta : EGC, 1022
Haida, Nurlaili Kurnia Putri & Atoillah, Nurlaili Isfandiari. Hubungan Empat Pilar
Pengendalian Dm Tipe 2 dengan Rerata Kadar Gula Darah. Average Blood
Sugar and Diabetus Mellitus Type II Management Analysis. Surabaya:
Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga
Kurniawan, Indra. 2010. Diabetes Melitus Tipe 2 pada Usia Lanjut. Volum: 60, Nomor:
12, Desember 2010.
Noor, Restyana Fatimah. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Volume 4 Nomor 5, Februari
2015.
PB PAPDI, 2009. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Interna Publishing: Hlm 9-15.
Soebardi, S., & Yunir E, 2007. Terapi Non Farmakologis Pada DiabetesMelitus dalam
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI: Hlm
1864-186.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta : Interna Publishing
53