Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MIOMA UTERI


PADA WANITA DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU
LAMPUNG 2013
Zulaika1

1
Program Studi D-III Kebidanan Fakultas Kesehatan, Universitas MH. Thamrin
Alamat korespondensi:
Prodi DIII Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin,
Jln. Raya Pondok Gede No. 23-25 Kramat Jati Jakarta Timur 13550
Telp: 021 8096411 ext 1501

ABSTRAK

Mioma uteri adalah tumor jinak pada otot rahim, disertai jaringan jaringan ikat sehingga dapat dalam bentuk padat,
karena jaringan ikat dan otot rahimnya yang dominan. Salah satu kejadian kesehatan reproduksi yang masih tinggi
di Indonesia adalah infertilitas. Tujuan penelitian memperoleh informasi tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan Mioma Uteri Pada Wanita di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Kabupaten
Pringsewu Lampung. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi
dan sampel penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang mengalami kejadian mioma uteri 92 orang. Sampel
merupakan total populasi.

Dari hasil analisis data univariat diperoleh responden dengan mioma intramural dan subserosum 57,6 %,
sedangkan respon dengan mioma submukosum 42,4 %. Angka kejadian mioma uteri menurut usia tertinggi terjadi
pada usia <20 dan >35 tahun yakni 66,3 %, sedangkan usia 20-35 tahun 33,7 %. Menurut paritas angka kejadian
mioma uteri tertinggi terjadi pada paritas multipara yakni 58,7 %, sedangkan pada primipara 41,3 %. Menurut
Indeks Massa Tubuh (IMT), kejadian mioma uteri tertinggi terjadi pada responden dengan IMT >29 kg/m2 yakni
62 %, sedangkan responden dengan IMT 18-29 kg/m2 38 %. Hasil Bivariat di peroleh terdapat hubungan usia,
paritas dan IMT dengan kejadian mioma uteri, usia <20 dan >35 tahun lebih beresiko 36 kali di bandingkan
dengan usia 20-35 tahun dengan hasil P Value 0,000, OR 0.036 dan CI 95 %. Menurut paritas, paritas multipara
lebih beresiko 53 kali dibandingkan dengan primipara dengan hasil P Value 0,000, OR 52,800 dan CI 95 %.
Menurut IMT, responden dengan IMT >29 kg/m2 memiliki resiko 32 kali di bandingkan dengan responden dengan
IMT 18-29 kg/m2, dengan hasil P Value 0,000, OR 32,000 dan CI 95 %.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan kejadian mioma uteri dengan usia, paritas dan IMT.

Kata kunci: Mioma Uteri, Usia, Paritas , Indeks Massa Tubuh (IMT)

PENDAHULUAN kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh. Di


Menurut data dari Organsasi Kesehatan Dunia Indonesia, pada tahun 2011 kasus mioma uteri
(WHO), setiap tahun jumlah penderita tumor ditemukan sebesar 2,39% -11,7 % pada semua
bertambah mencapai 6,25 juta orang. Dalam 10 tahun penderita ginekologi yang dirawat (Wiknjosasto H,
mendatang, diperkirakan 9 juta orang akan meninggal 2009).
akibat tumor setiap tahunnya. Dua per tiga dari Menurut penelitian Josef et.al. (2009) yang dikutip
penderita tumor di dunia ada berada di Negara-negara dari Schwartz di Amerika Serikat, angka jenis mioma
yang sedang berkembang (Setiati E, 2009). uteri adalah 2-12,8 orang per 1000 wanita tiap
Di Indonesia, berdasarkan Survei Demografi dan tahunnya. Schwartz menunjukan angka jenis mioma
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 - 2013, angka kasus uteri 2-3 kali lebih tinggi pada wanita kulit hitam
Mioma Uteri sebesar 20 per 1000 wanita dewasa. dibanding kulit putih (Muzakir, 2008). Penelitian Ran
Dalam 1 tahun, sekitar 49.598 wanita mengalami Ok et.al (2007) di Pusan Saint Benedict Hospital Korea
Mioma Uteri. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan menemukan 17 persen kasus mioma uteri dari 4784
Propinsi Lampung pada tahun 2013 angka kejadian kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti (Muzakir,
Mioma Uteri sekitar 825 kasus. Novak menemukan 2008). Penelitian Okezie O (2006) di Nigeria
27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang melaporkan kasus mioma uteri sebanyak 190 atau
mioma, dan hal ini ditemukan lebih banyak pada wanita sekitar 9,8% dari total kasus ginekologi (Usimus,
kulit hitam. Mioma uteri belum pernah dilaporkan 2006). Penelitian Rani Akhil Bhat (2006) di India
terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya terdapat 150 kasus mioma uteri, dan 77 kasus terjadi
165
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
pada wanita umur 40-49 tahun dengan prevalensi 51 Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah
persen, dan 45 kasus terjadi pada wanita umur lebih Kalianda pada tahun 2013 terdapat 70 kasus yang
dari 50 tahun dengan prevalensi 30 persen (Usimus, menderita mioma uteri, jenis intramural dan
2006). subserosum 24 (34,28%), submukosum 46 orang
Dampak mioma uteri yang tidak segera ditangani (65,71%). Berdasarkan data diatas hal ini menunjukkan
menurut Kostania (2009) dikutip dari Marquard (2008) bahwa kejadian mioma uteri di Ruang Kebidanan
antara lain dapat menyebabkan nyeri perut dan Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Kabupaten
perdarahan abnormal, serta diperkirakan dapat Pringsewu Lampung masih tinggi dibandingkan Ruang
menyebabkan infertilitas. Diantara faktor-faktor risiko Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Kalianda.
yang mempengaruhi mioma uteri menurut Ayurai Rumusan masalah
(2009) antara lain: usia, paritas, genetik, fungsi Masih tingginya angka kejadian mioma uteri di
ovarium, ras (Emir Fakhrudin, 2010) menarche dini, RSUD Pringsewu lampung di bandingkan dengan
obesitas, kehamilan (Marwan A, 2010). Rumah Sakit kalianda
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mioma uteri yaitu dengan melakukan METODE
pengkajian pada setiap wanita yang datang Penelitian ini dilakukan di Bagian Kebidanan dan
memeriksakan keadaannya ke tenaga kesehatan. Jika Penyakit Kandungan serta Bagian Rekam Medik RSUD
wanita mengalami gejala-gejala seperti perdarahan, Pringsewu Lampung selama 3 bulan mulai Juni –
adanya efek penekanan pada perut, nyeri perut, Agustus 2014. Berdasarkan permasalahan yang ada dan
infertilitas maupun abortus, dan penderita merasakan tujuan yang akan dicapai, maka penelitian ini
adanya massa di perut bagian bawah pada usia antara menggunakan desain penelitian analitic dengan
35-45 tahun. Wanita yang usianya kurang dari atau menggunakan pendekatan retrospective yaitu mengikuti
sama dengan 35 tahun (resiko rendah) sebagian kecil perjalanan penyakit kearah belakang untuk menganalisa
mempunyai mioma jenis mioma subserosum (25%) dan adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel
sisanya mempunyai mioma jenis intramural. Pada terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
wanita yang berusia lebih dari 35 tahun (resiko tinggi) pasien rawat inap di Bagian Penyakit Kandungan
sebagian kecil mempunyai mioma jenis intramural RSUD Pringsewu Lampung yang pernah mengalami
yaitu sebesar 22,2 persen dan mioma jenis mioma uteri. Teknik pengambilan sampel yang
submukosum yaitu sebesar 77,7 persen (Ningsih, digunakan adalah teknik total sampling. Kriteria inklusi
2011). Upaya lain yang dapat dilakukan antara lain dalam penelitian ini adalah pasien dengan rekam medik
dengan menganjurkan wanita usia pubertas (10-21 lengkap untuk diteliti yaitu terdapat data mengenai:
tahun) dan wanita yang paling beresiko terkena mioma umur, paritas, dan indeks massa tubuh (IMT). Kriteria
(usia 35-45 tahun) untuk membiasakan pola hidup eksklusi adalah pasien yang rekam mediknya tidak
sehat, yaitu dengan memperbanyak asupan kedelai. tersedia di Bagian Rekam Medik (di bawa pulang,
Kedelai mengandung protein yang dapat menghambat pindah Rumah sakit atau sedang digunakan untuk
pertumbuhan mioma. Selain itu disarankan juga untuk kepentingan pasien maupun pihak rumah sakit).
mengurangi asupan daging merah dan produk susu Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor risiko
yang mengandung estrogen tinggi. Hal ini meliputi umur, paritas, IMT. Variabel terikat penelitian
dikhawatirkan dapat memicu tumbuhnya mioma. ini adalah kejadian mioma uteri. Data yang didapat
Mioma uteri memiliki banyak faktor risiko. Risiko kemudian dianalisis secara univariat dengan
mioma uteri meningkat seiring dengan peningkatan menggunakan tabel silang untuk mengetahui distribusi
umur. Kasus mioma uteri terbanyak terjadi pada frekuensi dari masing-masing variabel. Analisis bivariat
kelompok umur 40-49 tahun dengan usia rata-rata dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
42,97 tahun sebanyak 51%. Risiko mioma uteri bebas dan variabel terikat. Teknik analisis yang
meningkat pada wanita nullipara. Beberapa penelitian digunakan adalah uji statistik Chi Square. Dengan
menemukan hubungan antara obesitas dan menarche tingkat kepercayaan 95% (α ≤ 0,05), jika p ≤ 0,05 maka
dini dengan peningkatan insiden mioma uteri. Wanita terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel
yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas terikat.
normal, dan menarche dini (<10 tahun)
berkemungkinan lebih sering menderita mioma uteri. HASIL
Mioma umumnya ditemukan pada wanita usia Penelitian Univariat
reproduksi, dan belum pernah dilaporkan terjadi 1. Gambaran Kejadian Mioma Uteri
sebelum menarche, pada masa menopausemioma akan Responden dengan mioma uteri di Ruang
mengecil seiring dengan penurunan hormon estrogen Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu
dalam tubuh (Winjoksastro, 2009). tertinggi mengalami mioma uteri intramural dan
Berdasarkan hasil prasurvei di Ruang Kebidanan subserosum 53 responden (57,6%), sedangkan
Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Kabupaten responden dengan mioma uteri submukosum 39
Pringsewu Lampung pada tahun 2013 terdapat 92 kasus responden (42,4%).
yang menderita mioma uteri. Sedangkan hasil survey di
166
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
Tabel 1 Berdasarkan paritas distribusi frekuensi ibu
Distribusi Ibu dengan Mioma Uteri di Ruang dengan mioma uteri tertinggi multipara 54
Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah responden (58,7%), sedangkan primipara 38
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Lampung 2013 responden (41,3%).
Frekuensi Persentase
Kejadian Mioma Uteri
(n) (%) 4. Gambaran Kejadian Mioma uteri Berdasarkan
Intramural dan subserosum 53 57,6 Indeks Masa Tubuh (IMT)
Submukosum 39 42,4 Berdasarkan indeks massa tubuh distribusi
Total 92 100,0 frekuensi ibu dengan mioma uteri tertinggi terdapat
pada katagori berisiko (> 29 kg/m2) 57 reponden
2. Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan (62%), sedangkan tidak berisiko (18-29 kg/m2) 35
Usia responden (38%).
Berdasarkan usia distribusi frekuensi ibu Tabel 4
dengan mioma uteri tertinggi usia < 20 tahun dan > Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan
35 tahun 61 responden (66,3%). Sedangkan usia 20 Indeks Masa Tubuh (IMT) di Ruang
tahun - 35 tahun 31 responden (33,7%). Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah
Pringsewu Kabupaten Pringsewu
Tabel 2 Lampung 2013
Frekuensi Persentase
Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Usia di Indeks Masa Tubuh (IMT)
(n) (%)
Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah (> 29 kg/m2) 57 33,7
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Lampung (18-29 kg/m2) 35 66,3
2013 Total 92 100,0
Frekuensi Persentase
Usia
(n) (% ) Hasil Bivariat
20 tahun - 35 tahun 31 33,7
< 20 tahun dan > 35 tahun 61 66,3
1. Hubungan Usia Dengan Kejadian Mioma Uteri
Total 92 100,0 Dari hasil penelitian diperoleh kelompok usia 20
tahun - 35 tahun yang berisiko mengalami mioma
3. Gambaran Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan uteri (12,9%), sedangkan pada kelompok usia < 20
Paritas tahun dan > 35 tahun yang berisiko mengalami
Tabel 3 mioma uteri (80,3%).
Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Paritas di P value yang didapatkan pada uji statistik adalah
Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah 0,000< α ( 0,05), dengan demikian dapat
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Lampung disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
2013 antara proporsi usia dengan kejadian mioma uteri.
Frekuensi Hasil analisis diperoleh nilai OR = 0,036 dengan
Paritas Persentase (%)
(n) (CI = 0,011-0,124), artinya ibu yang berusia < 20
Multipara 54 58,7 tahun dan > 35 tahun memiliki peluang mengalami
Primipara 39 41,3 mioma uteri 36 kali dibandingkan dengan ibu yang
Total 92 100,0
berusia 20 tahun-35 tahun.

Tabel 5.
Hubungan antara Usia Ibu dengan Kejadian Mioma uteri di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum
Daerah Pringsewu Kabupaten Pringsewu Lampung 2013

Kejadian Mioma uteri


Berisiko Tidak Berisiko OR
Usia Ibu Total
Mioma uteri Mioma uteri P Value (95% CI)
N % N % n %
20 tahun - 35 4 12,9 27 87,1 31 100
tahun

< 20 tahun 49 80,3 12 19,7 61 100 0,036


0,000
dan > 35 (0,011-0,124)
tahun

Total 53 57,6 39 42,4 92 100

2. Hubungan Paritas dengan Kejadian Mioma Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
Uteri persentase pada kelompok paritas multipara yang
mengalami mioma uteri (88,9%), sedangkan pada
167
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
kelompok primipara, persentase yang mengalami Hasil analisis diperoleh nilai OR = 52,800
mioma uteri hanya (13,2%). dengan (CI = 14,874-187,426), artinya ibu yang
P value yang didapatkan pada uji statistik multipara, memiliki kemungkinan mengalami
adalah 0,000< α ( 0,05), dengan demikian dapat mioma uteri 53 kali lebih tinggi dibandingkan
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan ibu yang paritasnya primipara.
antara proporsi paritas ibu dengan kejadian mioma
uteri.

Tabel 6.
Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Mioma Uteri di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum
Daerah Pringsewu Kabupaten Pringsewu Lampung 2013

Kejadian Mioma uteri


Berisiko Mioma Tidak Berisiko Mioma Total OR
Paritas
uteri uteri P Value (95% CI)
N % N % n %
Multipara 48 88,9 6 11,1 54 100
52,800
Primipara 5 13,2 33 86,8 38 100 0,000 (14,874-
187,426)
Total 53 57,6 39 42,4 92 100

3. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan P value yang didapatkan pada uji statistik
Mioma Uteri adalah 0,000< α ( 0,05), dengan demikian dapat
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
persentase pada kelompok IMT berisiko (> 29 antara proporsi IMT dengan kejadian mioma uteri.
kg/m2 mengalami mioma uteri (84,2%), sedangkan Hasil analisis diperoleh nilai OR = 32,000
persentase pada kelompok IMT tidak berisiko (18- dengan (CI = 9,788-104,617), artinya ibu yang
29 kg/m2) yang mengalami mioma uteri hanya IMT berisiko memiliki kemungkinan mengalami
(14,3%). mioma uteri 32 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan ibu yang IMT tidak berisiko.

Tabel 7
Hubungan Antara Indeks Masa Tubuh Dengan Kejadian Mioma Uteri di Ruang Kebidanan Rumah
Sakit Umum Daerah Pringsewu Kabupaten Pringsewu Lampung 2013

Kejadian Mioma uteri


Berisiko Mioma Tidak Berisiko Total OR
Indeks Masa Tubuh
uteri Mioma uteri P Value (95% CI)
n % n % n %
Berisiko (> 29 48 84,2 9 15,8 57 100
kg/m2)
32,000
Tidak berisiko (18-29 5 14,3 30 85,7 35 100 0,000 (9,788-
kg/m2) 104,617)

Total 53 57,6 39 42,4 92 100

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka


Dari tabel diatas menunjukan distribusi frekuensi diketahui bahwa hampir sebagian dari sampel
ibu di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah mengalami mioma uteri jenis intramural dan
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Lampung adalah subserosum. Dimana mioma uteri adalah tumor jinak
berjumlah 92 responden. Yang mengalami jenis mioma pada otot rahim, diserati jaringan ikat sehingga dapat
uteri intramural dan subserosum adalah berjumlah 53 dalam bentuk padat, karena jaringan ikat dan otot
responden (57,6%), dan yang jenis mioma uteri rahimnya yang dominan.
submukosum adalah berjumlah 39 responden ( 42,4%) Jenis mioma intramural dan subserosum beresiko
Analisis hubungan kejadian mioma uteri. Dari pada mioma uteri, sedangkan mioma submukosum
hasil penelitian didapatkan bahwa pada jenis mioma beresiko pada mioma uteri. Selain mioma jenis
uteri intramural dan subserosum adalah berjumlah submukosum, mioma dengan jenis subserosum dan
(57,6%), sedangkan pada yang jenis mioma uteri intramural juga dapat menyebabkan perdarahan lama
submukosum adalah berjumlah ( 42,4%). dan banyak oleh karena adanya gangguan kontraksi
otot uterus. Penanganan terhadap mioma uteri pada
168
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
wanita dapat dilakukan dengan menjaga kondisi tubuh tahun akan berisiko mengalami mioma intramural dan
agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi. Selain itu subserosum sedangkan wanita yang berusia lebih dari
segera memiliki anak juga salah satu cara pencegahan 35 tahun berisiko mengalami mioma submukosum.
terjadinya mioma uteri baik mioma jenis intramural, Meskipun tergolong dalam usia resiko rendah,
subserosum maupun submukosum. wanita yang berusia kurang dari atau sama dengan 35
Hubungan Usia Dengan Kejadian Mioma Uteri tahun diharapkan pula dapat lebih sadar akan perilaku
hidup sehat sebagai salah satu upaya pencegahan secara
Terdapat hubungan yang signifikan antara
dini terhadap mioma uteri.
proporsi usia ibu dengan kejadian mioma uteri (p value
0,000). Hasil analisis diperoleh nilai OR = 0,036
dengan (CI =95 %), artinya ibu yang berusia < 20 tahun Hubungan Paritas dengan Kejadian Mioma uteri
dan > 35 tahun memiliki kemungkinan mengalami
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa persentase
mioma uteri 36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
pada kelompok paritas multipara yang mengalami
ibu yang berusia 20-35 tahun
mioma uteri (88,9%), sedangkan persentase kelompok
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Nishizawa di
primipara yang mengalami mioma uteri (13, 2%).
Jepang (2008) yang menemukan insidens rates mioma
Terdapat hubungan yang signifikan antara mioma uteri
uteri lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104 per 1000
dengan paritas, reponden dengan paritas multipara lebih
wanita belum menopause dan 12 per 1000 wanita
beresiko 53 kali mengalami mioma dibandingkan
menopause (P<0,001). Sedangkan penelitian Kostania
dengan responden paritas primipara ( OR 52,8; 95%CI
(2008) menyatakan bahwa risiko mioma uteri pada usia
14,874-187,426).
kurang dari 35 tahun beresiko lebih besar dibanding
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut
wanita dengan usia lebih dari 35 tahun.
(Khashaeva, 2009). Mioma uteri lebih banyak terjadi
Anggreani (2012) yang menyatakan bahwa usia
pada wanita dengan multipara dibandingkan dengan
tidak berhubungan dengan mioma uteri. Adanya
wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan
perbedaan dalam penelitian ini dikarenakan pada
0 (nol) atau 1 (satu) kali. Dari penelitian yang
penelitian yang dilakukan oleh Anggreani hanya
dilakukan Hafiz et al di Nisthar Hospital Multan
dilakukan pengukuran usia pada mioma uteri
Pakistan mengemukakan bahwa mioma uteri terjadi
submukosum.
pada 74% pasien dengan paritas 2-4 (multipara) dan
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori mioma
13% pasien dengan paritas 0 (nullipara), dengan kata
uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada
lain sebagian besar mioma uteri terjadi pada pasien
organ reproduksi wanita. Jarang sekali ditemukan pada
dengan multipara (Hafiz et el, 2003).
wanita berumur 20 tahun dan belum pernah
Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang
(dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak
dilakukan Bhat dan Kumar di Kturba Hospital (India)
ditemukan pada wanita berumur 35-45 tahun proporsi
yaitu mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita
25 persen. Setelah menopause hanya kira-kira 10
kelompok multipara yaitu 60% di bandingkan wanita
persen mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri
primipara yaitu 40% (Bath et-al, 2008).
pada masa reproduksi 20-25 persen.
Temuan penelitian ini menunjukkan besarnya
Usia merupakan faktor resiko yang menyebabkan
pengarh paritas dengan kejadian mioma, sehingga
mioma uteri. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan
wanita usia reproduksi sangat dianjurkan untuk
dan perkembangan mioma uteri dipengaruhi oleh
menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai. Alat
stimulasi hormon estrogen yang disekresikan oleh
kontasepsi mengandung hormonal dan non hormonal
ovarium. Pada usia reproduksi sekresi hormon estrogen
yang mengandung progesterone dan esterogen yang
oleh ovarium meningkat, berkurang pada usia
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
klimakterium, dan pada usia menopause hormon
sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang
estrogen tidak disekresikan lagi oleh ovarium. Oleh
dengan sel sperma.
karena itu, mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50
tahun yaitu mendekati angka 40%, dan jarang
Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) Dengan
ditemukan pada usia dibawah 20 tahun. Berdasarkan
Kejadian Mioma uteri
otopsi, Novak menemukan 27 persen wanita berumur
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa distribusi
25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang
frekuensi responden yang memiliki IMT berisiko (> 29
berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri
kg/m2) sebanyak 57 responden (62%). Pada kelompok
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche.
ini sebanyak 84,2% diantaranya mengalami mioma
Setelah menopause hanya kira-kira 10 persen mioma
uteri. Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh nilai
yang masih bertumbuh (Prawirohardjo, 2008). Semakin
OR sebesar 32, yang berarti responden yang memiliki
bertambahnya usia, seseorang akan mengalami proses
IMT berisiko secara bermakna mengalami mioma uteri
kemunduran yang tidak terjadi pada suatu alat saja
32 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden
tetapi pada seluruh organ tubuh, terutama kemunduran
yang IMT tidak berisiko (OR 32,00; 95%CI 9,788-
pada alat reproduksi wanita. Salah satunya mioma uteri.
104,617). Hal ini sesuai dengan teori bahwa
Wanita yang berusia kurang dari atau sama dengan 35
obesitas berperan dalam terjadinya mioma uteri. Kemu
169
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
ngkinan terdapat Bhakti Yudha Depok Periode Januari 2006 –
hubungan dengan konversi hormon androgen menja November 2011.Jakarta : Universitas
di esterogen oleh enzimaromatease di jaringan lemak Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
(Djuwantono, 2005). Hasilnya terjadi peningkatan
jumlah esterogen tubuh yang mampu meningkatkan http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTER
prevalensi mioma uteri (Parker, 2007). AN/0810211047/ABSTRAK.pdf
Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai
kemungkinan risiko menderita mioma uteri adalah Emir Fakhrudin. 2010. Mioma uteri.www.emir-
setinggi 21% untuk setiap peningkatan indeks massa fakhrudin.com.
tubuh. Ini terjadi karena obesitas menyebabkan
peningkatan konversi androgen adrenal kepada Hadibroto. 2005. Mioma Uteri.
estrogen dan menurunkan hormon sex-binding globulin.
Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen secara Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Metode penelitian
biologikal yang bias menerangkan mengapa terjadi Kebidanan Dan Teknik analisa Data. Jakarta:
peningkatan prevalensi mioma uteri dan Salemba Medika.
pertumbuhannya. Beberapa penelitian menemukan
hubungan antara obesitas dan peningkatan kejadian Isella, Devi. 2004. Hubungan Faktor Risiko Dengan
mioma uteri. Wanita yang mempunyai Indeks Massa Kejadian Mioma Uteri Di Rsud Tugurejo
Tubuh (IMT) di atas normal, berkemungkinan 30,23% Semarang.Skripsi : Universitas Muhamaddiyah
lebih sering menderita mioma uteri. Semarang.
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma
uteri. Hal inimungkin berhubungan dengan konversi http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=r
hormon androgen menjadi esterogen oleh enzim ead&id=jtptunimus-gdl-
aromatease di jaringan lemak. Hasilnya terjadi devyisell6421&PHPSESSID=7e6a333b75529c
peningkatan jumlah esterogen tubuh, dimana hal ini d2dfdb6ca85b5063ba
dapat menerangkan hubungannya dengan peningkatan
prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri Konstania, Gita. 2008. Hubungan Umur Penderita
(Marquard,2008). Oleh karena itu dianjurkan untuk Dengan Mioma Uteri Di Rsud Dr. Moewardi
memperbanyak asupan kedelai. Dikarenakan kedelai Surakarta Bulan Januari-Juni 2008. Laporan
mengandung protein yang dapat menghambat Akhir Universitas Sebelas Maret .dari,
pertumbuhan mioma serta mengurangi asupan daging http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php
merah dan produk susu yang mengandung estrogen mn=showview-&id=10602
tinggi.
Manuaba. 2010. Mioma Uteri. www.kesmas-
KESIMPULAN unsoed.blogspot.com.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan
bahwa: Muzakir. 2008. Profil penderita Mioma Uteri di RSUD
Frekuensi responden yang mengalami mioma uteri Arifin Achmad Provinsi Riau periode 1
intramural/subserosum di RSUD Pringsewu adalah Januari-31 Desember 2006.
berjumlah 53 responden (57,6%) dan yang mengalami
mioma uteri submukosum adalah berjumlah 39 Nana.2012. Faktor Risiko Mioma
responden (42,4%). Terdapat hubungan yang yang Uteri.http://midwifenana.blogspot.com
bermakna antara mioma uteri dengan usia, paritas dan
Indeks Massa Tubuh. Usia <20 tahun dan >35 tahun Nishi Dewi Ruci. 2010. Mioma Uteri Pada Obesitas.
memiliki resiko 36 kali mengalami mioma di http//www.fkumyecase.net.
bandingkan dengan usia 20-35 tahun, paritas multipara
memiliki resiko 53 kali mengalami mioma uteri Novie Hendiyani (2011), Mioma Uteri.
dibandingkan dengan primipara. Dan responden dengan http//www.dokterku.net
IMT Berisiko (> 29 kg/m2) memiliki resiko 32 kali
mengalami mioma uteri dibandingkan dengan IMT Parker. 2007. Etiologi Symptomatology and Diagnosis
Tidak berisiko (18-29 kg/m2). Of Uterine Myomas.

DAFTAR PUSTAKA Prawirohardjo. 2008. Infertilitas. Buku Ilmu


Kandungan. Jakarta
Aisyah.2008. Usia Reproduksi wanita.
Prawirohardjo. 2008. Mioma Uteri. Buku Ilmu
Anggraini, Meirianika. 2012. Hubungan Usia, Paritas Kandungan. Jakarta
dan BMi terhadap Karakteristik dan
Penatalaksanaan Mioma Uteri di Rumah Sakit Sabri, dkk. 2009. Biostastika. Jakarta
170
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015

171

Anda mungkin juga menyukai