Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MATA KULIAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.B


DENGAN DIAGNOSA MEDIS DEMAM TYPHOID BERHUBUNGAN DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD BLORA

Dosen Pengampu :

M. Zainal Abidin, SKep., Ns., Mkes

Di Susun Oleh Kelompok 9 (2C) :

1. Reni Niken Astutik ( P1337420422101 / 24 )

2. Chalista Syahrani Naya Putri ( P1337420422103 / 26 )

3. Dinar Hari Murti ( P1337420422104 / 27 )

4. Endang Winartik ( P1337420422129 / 35 )

5. Aprilia Norhandini ( P1337420422130 / 36 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLORA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karuniaNya kami
semua dapat membuat dan telah menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul" Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi". Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak M.Zainal Abidin,Skep.,Ns.,Mkes
pada mata kuliah dokumentasi keperawatan . Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang ” Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi”
bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak M.Zainal Abidin,Skep.,Ns.,Mkes karena


telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang
baik dari studi yang sesungguhnya. Dikarenakan keterbatasan waktu, dan kemampuan kami.
Makalah ini kami peroleh melalui buku dan sumber-sumber lainnya. Oleh karena itu kami
menerima kritik dan saran yang membangun, senantiasa kami harap makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat. Apabila ada kesalahan dari kami mohon dimaafkan.

BLORA, 21 AGUSTUS 2023

KELOMPOK 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN KASUS ........................................................................................ 3

A. Definisi ............................................................................................................... 3
B. Etiologi ............................................................................................................... 3
C. Patofisiologi ....................................................................................................... 3
D. Manifestasi klinis ............................................................................................... 4
E. Pemeriksaan penunjang ..................................................................................... 4
F. Penatalaksanaan ................................................................................................. 4
G. Pencegahan ......................................................................................................... 5
H. Asuhan Keperawatan .....................................................................................6-15

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 16

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akibat bakteri Salmonella typhi. Penyakit infeksi ini
umumnya menular melalui makanan atau minuman yang tercemar feses atau urine penderita. Jika
tidak ditangani secara tepat, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal.
Demam tifoid atau tipes banyak terjadi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Di Indonesia,
demam tifoid tergolong penyakit endemik. Diperkirakan 500 dari tiap 100.000 penduduk
Indonesia terserang demam tifoid setiap tahunnya. Meski sama-sama disebabkan oleh bakteri
Salmonella, demam tifoid berbeda dengan infeksi Salmonella (salmonelosis). Salmonelosis
disebabkan oleh bakteri Salmonella, sedangkan demam tifoid disebabkan oleh salah satu jenis
bakteri Salmonella, yaitu Salmonella typhi.

WHO (Word Health Organization) menyatakan jumlah kasus Typhoid fever di Indonesia
pada tahun 2012 ada 600-1,3 juta setiap tahunnya dengan lebih dari 20.000 kematian. Rata-rata di
Indonesia, orang yang berusia 3-19 tahun memberikan angka sebesar 91% terhadap kasus Typhoid.
Komplikasi yang dapat muncul akibat Typhoid fever yang tidak segera ditangani adalah dapat
terjadi perdarahan dan perforasi usus, yaitu sebanyak 0,5 - 3% yang terjadi setelah minggu pertama
sakit. Komplikasi tersebut dapat terjadi apabila suhu badan dan tekanan darah mendadak turun dan
kecepatan nadi meningkat. Perforasi dapat ditunjukkan lokasinya dengan jelas, yaitu didaerah
distal ileum disertai dengan nyeri perut, muntah-muntah dan adanya gejala peritonitis yang dapat
berlanjut menjadi sepsis. Komplikasi lain yaitu pneumonia dan bronchitis. Komplikasi ini
ditemukan sekitar 10% pada anak-anak. Komplikasi lain yang lebih berat dengan akibat fatal
adalah apabila mengenai jantung (myocarditis) dengan Arhytmiasis, blok sinoarterial. perubahan
ST-T elektrokardiogram atau cardiogenic shock (Ranuh. 2013).

Tingginya kasus Typhoid fever dan mudahnya penularan penyakit Typhoid fever serta
komplikasi yang dapat berakibat kematian, maka dibutuhkan peran perawat untuk menurunkan
angka kejadian demam Typhoid fever pada dewasa. Perawat dapat melakukan berbagai cara
diantaranya peran perawat sebagai care giver yaitu melakukan proses keperawatan yang
profesional untuk memberikan asuhan keperawatan secara tepat sasaran sesuai kebutuhan klien.
Salah satu contoh peran perawat sebagai care giver dalan fever adalah memberikan penyuluhan
kepada orang untuk menjaga kebersihan lingkungan dan pribadi.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana yang dimaksud dengan deman typhoid?


2. Bagaimana etiologi, patofisiologi dari demam typhoid?
3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan deman typhoid?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui pengertian, penyebab, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan,


komplikasi.
2. Memahami konsep asuhan keperawatan demam typoid dengan gangguan nutrisi mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
3. Memahami contoh kasus penerapan asuhan keperawatan

2
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Definisi

Demam Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh Salmonella typhi (Nurarif & Kusuma, 2015). Thypoid termasuk infeksi sistemik dengan
gejala yang khas yaitu demam. Adapun demam yang dialami oleh pasien yang menderita
penyakit ini umumnya memiliki pola khusus dengan suhu yang meningkat (sangat tinggi) naik-
turun. Hal ini terjadi pada sore dan malam hari sedangkan di pagi hari hampir tidak terjadi
demam. Hal inilah yang biasanya tidak disadari oleh penderita maupun keluarga penderita
(Dinkes, 2013).

B. Etiologi

Penyebab demam typhoid adalah kuman Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, dan
Salmonella Paratyphii B, Wujudnya berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut getar,
tidak berspora. Kuman tumbuh pada suasana fakultatif anaerob pada suhu 15-41°C (Optimum
37°C) dan pH pertumbuhan 6-8 (Ardiansyah, 2012)

C. Patofisiologi

Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap asam
lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis. Di usus,
bakteri melekat pada mikrovili, kemudian melalui barier usus yang melibatkan mekanisme
membrane ruffling, actin rearrangement, dan internalisasi dalam vakuola intraseluler.
Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan masuk ke dalam
pembuluh darah melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan biasanya
tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanya masih memberikan hasil yang negatif.
Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari. Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar
ke seluruh tubuh dan berkolonisasi dalam organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati,
limpa, dan sumsum tulang. Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah
periode replikasi, kuman akan disebarkan kembali ke dalam system peredaran darah dan
menyebabkan bakteremia sekunder sekaligus menandai berakhirnya periode inkubasi
Bakteremia sekunder menimbulkan gejala klinis seperti demam, sakit kepala, dan nyeri
abdomen. Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih menetap dalam organ- organ sistem
retikuloendotelial dan berkesempatan untuk berproliferasi kembali. Menetapnya Salmonella
dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai pembawa kuman atau carrier. (CDK. 2012).

3
D. Manifestasi Klinis

1. Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari


2. Demam meninggi sampai akhirminggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan menyebabkan
syok, stupor dan koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepian ujung merah serta tremor)
11. Hepatomegali, splenomegali, meteorismus 12) Gangguan mental berupa samnolen,
delirium atau psikosis (Nurarif & Kusuma, 2015)

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium :

Hb 10 mg/dl,

lekosit rendah (leukopenia),

Titer Widal 1:200 (+).

TTV: T: 100/80 mmHg,

S: 39°C,

N: 100x/m,

RR: 26 x/mm

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan demam tifoid ada tiga, yaitu:

1. Pemberian antibiotic

Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab demam tifoid. Obat yang sering
dipergunakan adalah: infus RL, cevotaxym, Paracetamol, polycrol syp, omedome, diit
Lambung I.

2. Istirahat dan perawatan

4
Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Penderita sebaiknya
beristirahat total ditempat tidur selama 1 minggu setelah bebas dari demam. Mobilisasi
dilakukan secara bertahap, sesuai dengan keadaan penderita. Mengingat mekanisme
penularan penyakit ini. kebersihan perorangan perlu dijaga karena ketidakberdayaan pasien
untuk buang air besar dan air kecil.

3. Non farmakologi dan Diet

a. Diharuskan untuk Bedrest


b. Agar tidak memperberat kerja usus, pada tahap awal penderita diberi makanan berupa
bubur saring Selanjutnya penderita dapat diberi makanan yang lebih padat dan akhirnya
nasi biasa, sesuai dengan kemampuan dan kondisinya. Pemberian kadar gizi dan mineral
perlu dipertimbangkan agar dapat menunjang kesembuhan penderita (Widoyono, 2011).

G. Pencegahan

Usaha yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah:

1. Dari sisi manusia:

a. Vaksinasi untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit ini dilakukan vaksinasi,
kini sudah ada vaksin tipes atau tifoid yang disuntikan atau diminum dan dapat melindungi
seseorang dalam waktu 3 tahun.
b. Pendidikan kesehatan pada masyarakat hygiene, sanitasi, personal hygiene.

2. Dari sisi lingkungan hidup:

a. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan


b. Pembuangan kotoran manusia yang higienis
c. Pemberantasan lalat
d. Pengawasan terhadap masakan dirumah dan penyajian pada penjual makanan (Akhsin
Zulkoni, 2011).

Sedangkan menurut Nurarif dan Kusuma diascharge planning pada demam tifoid adalah:

a. Hindari tempat yang tidak sehat


b. Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih
c. Makanlah makanan bernutrisi lengkap dan seimbang dan masak panaskan sampai 57'
beberapa menit dan secara merata
d. Salmonella thypi didalam air akan mati apabila dipanasi setinggi 57 untuk beberapa menit
atau dengan proses indinasi/klorinasi
e. Gunakan air yang sudah direbus untuk minum dan sikat gigi
f. Mintalah minuman tanpa es kecuali air es sudah dididihkan atau dari botol
g. Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman

5
h. Istirahat cukup dan lakukan olahraga secara teratur
i. Jelaskan terapi yang diberikan : dosis dan efek samping
j. Ketahui gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi
gejala tersebut
k. Tekankan untuk melakukan control sesuai waktu yang ditentukan
l. Vaksin demam tifoid
m. Buang sampah pada tempatnya

6
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. B
DENGAN DIAGNOSA MEDIS THYPOID
DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD BLORA

A. PENGKAJIAN

1). Data Demografi

a. Identitas Klien

1) Nama : Tn.B
2) Umur : 43 Tahun
3) Jenis Kelamin : Laki - laki
4) Agama : Islam
5) Suku/Kewarganegaraan : Jawa / WNI
6) Pendidikan : S1
7) Pekerjaan : Wiraswasta
8) Status marital : Kawin
9) Tanggal,Jam pengkajian : 20 September 2017 / 08.00 WIB
10) Tanggal,Jam masuk : 19 September 2017 / 21.00 WIB
11) Diagnosa Medis : Thypoid
12) Alamat : Jl. Mawar Indah No. 20, Salatiga

b. Identitas Keluarga/Penanggung jawab

1) Nama : Ny. M
2) Umur : 40 Tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Pekerjaan : Guru
5) Hubungan dengan klien : Istri
6) Alamat : Jl. Mawar Indah No. 20, Salatiga

2). Riwayat Kesehatan

a). Riwayat Kesehatan Sekarang/saat ini:

1. Alasan Masuk Rumah Sakit

Tn. B Keluhan klien masih lemas, pusing, demam tinggi, keringat dingin, tidak nafsu makan
(anorexia), sariawan dimulut, mual, kadang muntah sehari bisa 3 atau 4x.

2. Keluhan Utama

Pasien mengatakan pusing ¸demam tinggii,

7
3. Riwayat Penyakit Sekarang

Tn. B dirawat sudah hari ke tiga di bangsal Flamboyan RSUD Blora dengan dx medis Thypoid.
Keluhan klien masih lemas, pusing, demam tinggi, keringat dingin, tidak nafsu makan (anorexia),
sariawan dimulut, mual, kadang muntah sehari bisa 3 atau 4x.

b). Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Penyakit yang pernah dialami

Pasien mengatakan pernah mengalami sakit panas, batuk dan pilek

2. Riwayat rawat inap sebelumnya

Pasien mengatakan pasien belum pernah masuk Rumah Sakit

c). Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit turunan maupun menular

3). Pola kesehatan fungsional

a. Pola presepsi kesehatan


Klien mengakatkan kalau sakit minum obat daluhu kemudian kalau tidak kunjung sembuh
baru dibawa ke rumah sakit

b. pola nutrisi metabolik

Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mampu makan sehari 3 kali dalam 1 porsi setiap kali
makan dengan jenis nasi, sayur dan daging. Saat ini pasien hanya mampu menghabiskan ½ porsi
makan karena merasa mual dengan jenis bubur.

b. Pola makan dalam 3 hari terakhir atau dalam 24 jam terakhir, porsi yang di habiskan

Pasien mengatakan saat masuk Rumah Sakit baru pasien merasakan tidak ada nafsu makan
karena mual

c. Kepuasan akan berat badan saat ini

Pasien mengatakan merasakan ada penurunan berat badan

d. Factor pencernaan

Pasien mengatakan nafsu makan menurun karena mual

3. Pola eliminasi

a. Kebiasaan buang air kecil (BAK):

8
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAK 3 – 4 kali dalam sehari dengan jumlah ± 200
cc, berwarna kuning jernih dan bau khas air kencing. Saat ini pasien mengatakan BAK sudah
3 kali dengan jumlah ± 200cc, berwarna kuning jernih, bau khas air kencing dan tidak ada
nyeri.

b. Kebiasaan buang air besar (BAB):

Pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek dan
berwarna kuning. Saat ini pasien mengatakan sudah BAB 3 kali dengan konsistensi cair dan
berwarna kuning.

c. Keyakinan budaya dan kesehatan

Pasien mengatakan pasien percaya bahwa kesehatan adalah pemberian Tuhan

d. Kemampuan perawatan diri

Pasien mengatakan mampu merawat diri sendiri sebelum sakit. Saat ini pasien butuh bantuan
perawat dan keluarganya

e. Penggunaan bantuan untuk eliminasi

Tidak ada

4. Pola aktivitas dan latihan

a. Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari

Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas secara mandiri sebelum sakit. Saat ini pasien
membutuhkan bantuan dari keluarga dan temannya – temannya.

b. Olahraga :

Pasien mengatakan sebelum sakit pasien menyukai olahraga angkat beban 20 Kg. Saat ini
pasien hanya bisa terbaring diatas tempat tidur.

c. Kebiasaan mengisi waktu senggang dan hobby yang dilakukan :

Pasien mengatakan jika habis kuliah pasien senang berkumpul bersama teman-temannya dan
pasien hobby bermain game. Saat ini pasien hanya bisa terbaring diatas tempat tidur.

d. Keyakinan tentang aktivitas dan olahraga :

Pasien mengatakan dengan berolahraga membuat pasien jadi lebih sehat dan segar. Saat ini
pasien tidak bisa berolahrga karena sakit.

5. Pola istirahat tidur

9
a. Kebiasaan tidur sehari-hari :

Pasien mengatakan jika pulang kuliah masih sempat untuk tidur siang pasien tidur ± 2 jam
dan tidur malam tidak menentu jika mengerjakan banyak tugas pasien hanya tidur ± 5 – 6 jam.
Setelah sakit pasien terkadang terbangun saat malam hari karena merasa tidak nyaman.

b. Menggunakan alat (music) atau obat untuk mempermudah tidur:

Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat tidur dan tidak pernah mencoba terapi
musik.

c. Jadwal istirahat dan relaksasi :

5. Pola istirahat tidur

a. Kebiasaan tidur sehari-hari :

Pasien mengatakan jika pulang kuliah masih sempat untuk tidur siang pasien tidur ± 2 jam
dan tidur malam tidak menentu jika mengerjakan banyak tugas pasien hanya tidur ± 5 – 6 jam.
Setelah sakit pasien terkadang terbangun saat malam hari karena merasa tidak nyaman.

b. Menggunakan alat (music) atau obat untuk mempermudah tidur:

Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat tidur dan tidak pernah mencoba terapi
musik.

c. Jadwal istirahat dan relaksasi :

Pasien mengatakan jika ada waktu istirahat pasien berkumpul bersama teman-temannya

d. Gejala gangguan pola tidur :

Pasien mengatakan suka terbangun karena merasa tidak nyaman

e. Factor yang berhubungan :

Pasien mengatakan cemas karena sakit pada saat sedang UTS dan tidak bisa mengikutinya
ditambahkan dengan banyak tugas yang belum diselesaikan

10
B. Analisa data

No. Data fokus Masalah keperawatan

1. DS : Hipertermi

Klien mengeluh lemas

Klien mengeluh pusing

Klien mengeluh demam tinggi

DO :

Keadaan umum lemah

Akral dingin

Membran mukosa kering

TTV : TD: 100/80mmhg

S : 39℃

N: 100x/menit

RR: 26x/Menit

Hb : 10 mg/dl, leukosit rendah


(leukopenia), titer widal 1:200(+)

2. DS : DS : Hypovolemia

Klien mengeluh lemas

Klien mengeluh pusing

Klien mengeluh mual muntah


sehari bisa 3 atau 4x.

DO :

Keadaan umum lemah

Membrane mukosa kering

Klien tampak sering mual dan


muntah.

11
TTV : TD: 100/80mmhg

S : 39℃

N: 100x/menit

RR: 26x/Menit

Hb : 10 mg/dl, leukosit rendah


(leukopenia), titer widal 1:200(+).

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi b.d proses penyakit d.d demam tinggi, 39℃.

2. Hypovolemia b.d kekurangan intake cairan d.d mual, muntah

4. INTERVENSI

No. Tanggal/ jam SLKI SIKI ttd

1. 20 september 2017/ Termogulasi Intervensi utama :


jam 13:00 WIB (L.14134) Manajemen
Hipertermia
Setelah dilakukan (I.15506)
tindakan
keperawatan selama Observasi :
2x24jam diharapkan
suhu tubuh menurun 1. Identifikasi
dengan Kriteria penyebab hipertermi
hasil : (mis. Dehidrasi,
terpapar lingkungan
1. suhu tubuh panas, penggunaan
membaik incubator)

2. pucat menurun 2. Monitor suhu


tubuh
3. tekanan darah
membaik Terapeutik :

1. Longgarkan atau
lepaskan pakaian

12
2. Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
Selimut hipertermia
atau kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)

Edukasi :

1. Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi :

1. kolaborasikan
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu

2 20 September 2017/ Status Cairan 1. Periksa tanda dan


jam 13:30 WIB (L.03028) gejala hypovolemia
(mis.frekuensi nadi
Setelah dilakukan meningkat, nadi
tindakan teraba lemah,
keperawatan tekanan darah
diharapkan status menurun, tekanan
cairan membaik darah menyempit,
dengan kriteria turgor kulit
hasil : menurun, membrane
Kekuatan nadi mukosa kering,
meningkat volume urine
menurun, hematocrit
Turgor kulit meningkat, haus,
membaik lemah)

Intake cairan Terapeutik :


membaik
Berikan asupan
Suhu tubuh cairan
membaik
Edukasi :

13
Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan ora

5. IMPLEMENTASI

NO TGL/JAM TINDAKAN RESPON KLIEN TTD

1. 21 September Mengidentifikasi S: pasien mengatakan


2017/ penyebab hipertermi sebelum sakit tidak
(mis.Dehidrasi, terpapar banyak minum air
09.00 WIB lingkungan, panas, putih
penggunaan incubator)
O: pasien tampak
lemas

2. 21 September Memonitor suhu tubuh S: keluarga pasien


2017/ 09.00 mengatakan Demam
WIB naik lagi

O: pasien tampak
cemas, gelisah, suhu
38,5℃

3. 21 September Melakukan pendinginan S: keluarga pasien


2017/ 09.00 ekstrenal (mis.Selimut mengatakan setalah
WIB hipertermia atau kompres dilakukan kompres
dingin pada leher, demam turun
dahi,dada, abdomen,
aksila) O: pasien tampak
lemah, gelisah

4. 21 September Menganjurkan tirah S: pasien mengatakan


2017/ baring sudah bedtres setiap
hari saat sakit
09.00 WIB
O: pasien tampak
lemah

5. 21 September Periksa tanda dan gejala S : Pasien


2017/ hypovolemia mengatakan mual
muntah sehari 3-4x

14
09.30 WIB O : pasien tampak
lemas

6. 21 September Berikan asupan cairan S : keluarga pasien


2017/ mengatakan sudah
diberikan cairan infus
09.30 WIB dan sudah minum
tetapi sehari habis 3
gelas .

O : Pasien tampak
lemas.

7. 21 September Anjurkan memperbanyak S : Pasien


2017/ asupan cairan mengatakan akan
berusaha minum 8
09.30 WIB gelas sehari.

O : pasien tampak
gelisah

8. 21 September Melakukan pendinginan S: ibu pasien


2017/ ekstrenal (mis.Selimut mengatakan
hipertermia atau kompres demamnya udah turun
09.30 WIB dingin pada leher, setelah minum obat
dahi,dada, abdomen, dan dikompres
aksila)
O: pasien tampak
gembira, S:36,9℃

6. EVALUASI

NO Tanggal/ jam EVALUASI TTD

1. 22 September S: pasien mengatakan sudah tidak


2017/ demam

11.00 WIB O: pasien tampak senang, S 36,9℃

A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

15
2. 22 September S: Pasien mengatakan sudah bisa minum
2017/ 6 gelas dan tidak sering mual muntah

11.10 WIB O: pasien tampak sedikit rileks

A: masalah teratasi

P: hentikan intervens

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Demam Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh Salmonella typhi (Nurarif & Kusuma, 2015). Thypoid termasuk infeksi sistemik dengan
gejala yang khas yaitu demam. Adapun demam yang dialami oleh pasien yang menderita
penyakit ini umumnya memiliki pola khusus dengan suhu yang meningkat (sangat tinggi)
naik-turun. Hal ini terjadi pada sore dan malam hari sedangkan di pagi hari hampir tidak
terjadi demam. Hal inilah yang biasanya tidak disadari oleh penderita maupun keluarga
penderita (Dinkes, 2013).
2. Penyebab demam typhoid adalah kuman Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, dan
Salmonella Paratyphii B, Wujudnya berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut
getar, tidak berspora. Kuman tumbuh pada suasana fakultatif anaerob pada suhu 15-41°C
(Optimum 37°C) dan pH pertumbuhan 6-8
3. Masalah keperawatan yang dapat muncul pada demam typoid yaitu Hipertermia b/d
peningkatan metabolisme, Nyeri akut b/d pendarahan saluran cerna, Gangguan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia mual muntah, Resiko
tinggi penularan infeksi b/d reaksi inflamasi, Intoleransi aktivitas b/d nyeri pada otot dan
kepala, Pada Tn. M didaptkan empat diagnosa saja yaitu Hipertermia b/d peningkatan
metabolisme. Nyeri akut b/d pendarahan saluran, Gangguan ketidakseimbangan nutrisi

16
kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia mual muntah Kurangnya pengetahuan b/d
kurangnya informasi.

B. SARAN

Kami berharap makalah kami ini dapat bermanfaat pagi pembaca sebagai ilmu
pengetahuan atau wawasan umum, agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada orang
yang mengalami penyakit demam typoid, dan juga dapat mencegah terjadinya penyakit demam
typoid sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/510505008/ASKEP-ANAK-THYPOID
(diakses pada 20 Agustus 2023)

https://id.scribd.com/document/429847747/Askep-keperawatan-demam-thypoid
(diakses pada 20 Agustus 2023)

17

Anda mungkin juga menyukai