Dosen Pengampu :
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karuniaNya kami
semua dapat membuat dan telah menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul" Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi". Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak M.Zainal Abidin,Skep.,Ns.,Mkes
pada mata kuliah dokumentasi keperawatan . Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang ” Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi”
bagi para pembaca dan juga penulis.
KELOMPOK 9
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
A. Definisi ............................................................................................................... 3
B. Etiologi ............................................................................................................... 3
C. Patofisiologi ....................................................................................................... 3
D. Manifestasi klinis ............................................................................................... 4
E. Pemeriksaan penunjang ..................................................................................... 4
F. Penatalaksanaan ................................................................................................. 4
G. Pencegahan ......................................................................................................... 5
H. Asuhan Keperawatan .....................................................................................6-15
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................................. 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akibat bakteri Salmonella typhi. Penyakit infeksi ini
umumnya menular melalui makanan atau minuman yang tercemar feses atau urine penderita. Jika
tidak ditangani secara tepat, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal.
Demam tifoid atau tipes banyak terjadi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Di Indonesia,
demam tifoid tergolong penyakit endemik. Diperkirakan 500 dari tiap 100.000 penduduk
Indonesia terserang demam tifoid setiap tahunnya. Meski sama-sama disebabkan oleh bakteri
Salmonella, demam tifoid berbeda dengan infeksi Salmonella (salmonelosis). Salmonelosis
disebabkan oleh bakteri Salmonella, sedangkan demam tifoid disebabkan oleh salah satu jenis
bakteri Salmonella, yaitu Salmonella typhi.
WHO (Word Health Organization) menyatakan jumlah kasus Typhoid fever di Indonesia
pada tahun 2012 ada 600-1,3 juta setiap tahunnya dengan lebih dari 20.000 kematian. Rata-rata di
Indonesia, orang yang berusia 3-19 tahun memberikan angka sebesar 91% terhadap kasus Typhoid.
Komplikasi yang dapat muncul akibat Typhoid fever yang tidak segera ditangani adalah dapat
terjadi perdarahan dan perforasi usus, yaitu sebanyak 0,5 - 3% yang terjadi setelah minggu pertama
sakit. Komplikasi tersebut dapat terjadi apabila suhu badan dan tekanan darah mendadak turun dan
kecepatan nadi meningkat. Perforasi dapat ditunjukkan lokasinya dengan jelas, yaitu didaerah
distal ileum disertai dengan nyeri perut, muntah-muntah dan adanya gejala peritonitis yang dapat
berlanjut menjadi sepsis. Komplikasi lain yaitu pneumonia dan bronchitis. Komplikasi ini
ditemukan sekitar 10% pada anak-anak. Komplikasi lain yang lebih berat dengan akibat fatal
adalah apabila mengenai jantung (myocarditis) dengan Arhytmiasis, blok sinoarterial. perubahan
ST-T elektrokardiogram atau cardiogenic shock (Ranuh. 2013).
Tingginya kasus Typhoid fever dan mudahnya penularan penyakit Typhoid fever serta
komplikasi yang dapat berakibat kematian, maka dibutuhkan peran perawat untuk menurunkan
angka kejadian demam Typhoid fever pada dewasa. Perawat dapat melakukan berbagai cara
diantaranya peran perawat sebagai care giver yaitu melakukan proses keperawatan yang
profesional untuk memberikan asuhan keperawatan secara tepat sasaran sesuai kebutuhan klien.
Salah satu contoh peran perawat sebagai care giver dalan fever adalah memberikan penyuluhan
kepada orang untuk menjaga kebersihan lingkungan dan pribadi.
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
2
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Definisi
Demam Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh Salmonella typhi (Nurarif & Kusuma, 2015). Thypoid termasuk infeksi sistemik dengan
gejala yang khas yaitu demam. Adapun demam yang dialami oleh pasien yang menderita
penyakit ini umumnya memiliki pola khusus dengan suhu yang meningkat (sangat tinggi) naik-
turun. Hal ini terjadi pada sore dan malam hari sedangkan di pagi hari hampir tidak terjadi
demam. Hal inilah yang biasanya tidak disadari oleh penderita maupun keluarga penderita
(Dinkes, 2013).
B. Etiologi
Penyebab demam typhoid adalah kuman Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, dan
Salmonella Paratyphii B, Wujudnya berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut getar,
tidak berspora. Kuman tumbuh pada suasana fakultatif anaerob pada suhu 15-41°C (Optimum
37°C) dan pH pertumbuhan 6-8 (Ardiansyah, 2012)
C. Patofisiologi
Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap asam
lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis. Di usus,
bakteri melekat pada mikrovili, kemudian melalui barier usus yang melibatkan mekanisme
membrane ruffling, actin rearrangement, dan internalisasi dalam vakuola intraseluler.
Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan masuk ke dalam
pembuluh darah melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan biasanya
tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanya masih memberikan hasil yang negatif.
Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari. Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar
ke seluruh tubuh dan berkolonisasi dalam organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati,
limpa, dan sumsum tulang. Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah
periode replikasi, kuman akan disebarkan kembali ke dalam system peredaran darah dan
menyebabkan bakteremia sekunder sekaligus menandai berakhirnya periode inkubasi
Bakteremia sekunder menimbulkan gejala klinis seperti demam, sakit kepala, dan nyeri
abdomen. Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih menetap dalam organ- organ sistem
retikuloendotelial dan berkesempatan untuk berproliferasi kembali. Menetapnya Salmonella
dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai pembawa kuman atau carrier. (CDK. 2012).
3
D. Manifestasi Klinis
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
Hb 10 mg/dl,
S: 39°C,
N: 100x/m,
RR: 26 x/mm
F. Penatalaksanaan
1. Pemberian antibiotic
Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab demam tifoid. Obat yang sering
dipergunakan adalah: infus RL, cevotaxym, Paracetamol, polycrol syp, omedome, diit
Lambung I.
4
Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Penderita sebaiknya
beristirahat total ditempat tidur selama 1 minggu setelah bebas dari demam. Mobilisasi
dilakukan secara bertahap, sesuai dengan keadaan penderita. Mengingat mekanisme
penularan penyakit ini. kebersihan perorangan perlu dijaga karena ketidakberdayaan pasien
untuk buang air besar dan air kecil.
G. Pencegahan
a. Vaksinasi untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit ini dilakukan vaksinasi,
kini sudah ada vaksin tipes atau tifoid yang disuntikan atau diminum dan dapat melindungi
seseorang dalam waktu 3 tahun.
b. Pendidikan kesehatan pada masyarakat hygiene, sanitasi, personal hygiene.
Sedangkan menurut Nurarif dan Kusuma diascharge planning pada demam tifoid adalah:
5
h. Istirahat cukup dan lakukan olahraga secara teratur
i. Jelaskan terapi yang diberikan : dosis dan efek samping
j. Ketahui gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi
gejala tersebut
k. Tekankan untuk melakukan control sesuai waktu yang ditentukan
l. Vaksin demam tifoid
m. Buang sampah pada tempatnya
6
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. B
DENGAN DIAGNOSA MEDIS THYPOID
DI BANGSAL FLAMBOYAN RSUD BLORA
A. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
1) Nama : Tn.B
2) Umur : 43 Tahun
3) Jenis Kelamin : Laki - laki
4) Agama : Islam
5) Suku/Kewarganegaraan : Jawa / WNI
6) Pendidikan : S1
7) Pekerjaan : Wiraswasta
8) Status marital : Kawin
9) Tanggal,Jam pengkajian : 20 September 2017 / 08.00 WIB
10) Tanggal,Jam masuk : 19 September 2017 / 21.00 WIB
11) Diagnosa Medis : Thypoid
12) Alamat : Jl. Mawar Indah No. 20, Salatiga
1) Nama : Ny. M
2) Umur : 40 Tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Pekerjaan : Guru
5) Hubungan dengan klien : Istri
6) Alamat : Jl. Mawar Indah No. 20, Salatiga
Tn. B Keluhan klien masih lemas, pusing, demam tinggi, keringat dingin, tidak nafsu makan
(anorexia), sariawan dimulut, mual, kadang muntah sehari bisa 3 atau 4x.
2. Keluhan Utama
7
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. B dirawat sudah hari ke tiga di bangsal Flamboyan RSUD Blora dengan dx medis Thypoid.
Keluhan klien masih lemas, pusing, demam tinggi, keringat dingin, tidak nafsu makan (anorexia),
sariawan dimulut, mual, kadang muntah sehari bisa 3 atau 4x.
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit turunan maupun menular
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mampu makan sehari 3 kali dalam 1 porsi setiap kali
makan dengan jenis nasi, sayur dan daging. Saat ini pasien hanya mampu menghabiskan ½ porsi
makan karena merasa mual dengan jenis bubur.
b. Pola makan dalam 3 hari terakhir atau dalam 24 jam terakhir, porsi yang di habiskan
Pasien mengatakan saat masuk Rumah Sakit baru pasien merasakan tidak ada nafsu makan
karena mual
d. Factor pencernaan
3. Pola eliminasi
8
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAK 3 – 4 kali dalam sehari dengan jumlah ± 200
cc, berwarna kuning jernih dan bau khas air kencing. Saat ini pasien mengatakan BAK sudah
3 kali dengan jumlah ± 200cc, berwarna kuning jernih, bau khas air kencing dan tidak ada
nyeri.
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek dan
berwarna kuning. Saat ini pasien mengatakan sudah BAB 3 kali dengan konsistensi cair dan
berwarna kuning.
Pasien mengatakan mampu merawat diri sendiri sebelum sakit. Saat ini pasien butuh bantuan
perawat dan keluarganya
Tidak ada
Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas secara mandiri sebelum sakit. Saat ini pasien
membutuhkan bantuan dari keluarga dan temannya – temannya.
b. Olahraga :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien menyukai olahraga angkat beban 20 Kg. Saat ini
pasien hanya bisa terbaring diatas tempat tidur.
Pasien mengatakan jika habis kuliah pasien senang berkumpul bersama teman-temannya dan
pasien hobby bermain game. Saat ini pasien hanya bisa terbaring diatas tempat tidur.
Pasien mengatakan dengan berolahraga membuat pasien jadi lebih sehat dan segar. Saat ini
pasien tidak bisa berolahrga karena sakit.
9
a. Kebiasaan tidur sehari-hari :
Pasien mengatakan jika pulang kuliah masih sempat untuk tidur siang pasien tidur ± 2 jam
dan tidur malam tidak menentu jika mengerjakan banyak tugas pasien hanya tidur ± 5 – 6 jam.
Setelah sakit pasien terkadang terbangun saat malam hari karena merasa tidak nyaman.
Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat tidur dan tidak pernah mencoba terapi
musik.
Pasien mengatakan jika pulang kuliah masih sempat untuk tidur siang pasien tidur ± 2 jam
dan tidur malam tidak menentu jika mengerjakan banyak tugas pasien hanya tidur ± 5 – 6 jam.
Setelah sakit pasien terkadang terbangun saat malam hari karena merasa tidak nyaman.
Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat tidur dan tidak pernah mencoba terapi
musik.
Pasien mengatakan jika ada waktu istirahat pasien berkumpul bersama teman-temannya
Pasien mengatakan cemas karena sakit pada saat sedang UTS dan tidak bisa mengikutinya
ditambahkan dengan banyak tugas yang belum diselesaikan
10
B. Analisa data
1. DS : Hipertermi
DO :
Akral dingin
S : 39℃
N: 100x/menit
RR: 26x/Menit
2. DS : DS : Hypovolemia
DO :
11
TTV : TD: 100/80mmhg
S : 39℃
N: 100x/menit
RR: 26x/Menit
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. INTERVENSI
1. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
12
2. Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
Selimut hipertermia
atau kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)
Edukasi :
1. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi :
1. kolaborasikan
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu
13
Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan ora
5. IMPLEMENTASI
O: pasien tampak
cemas, gelisah, suhu
38,5℃
14
09.30 WIB O : pasien tampak
lemas
O : Pasien tampak
lemas.
O : pasien tampak
gelisah
6. EVALUASI
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
15
2. 22 September S: Pasien mengatakan sudah bisa minum
2017/ 6 gelas dan tidak sering mual muntah
A: masalah teratasi
P: hentikan intervens
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Demam Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh Salmonella typhi (Nurarif & Kusuma, 2015). Thypoid termasuk infeksi sistemik dengan
gejala yang khas yaitu demam. Adapun demam yang dialami oleh pasien yang menderita
penyakit ini umumnya memiliki pola khusus dengan suhu yang meningkat (sangat tinggi)
naik-turun. Hal ini terjadi pada sore dan malam hari sedangkan di pagi hari hampir tidak
terjadi demam. Hal inilah yang biasanya tidak disadari oleh penderita maupun keluarga
penderita (Dinkes, 2013).
2. Penyebab demam typhoid adalah kuman Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, dan
Salmonella Paratyphii B, Wujudnya berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut
getar, tidak berspora. Kuman tumbuh pada suasana fakultatif anaerob pada suhu 15-41°C
(Optimum 37°C) dan pH pertumbuhan 6-8
3. Masalah keperawatan yang dapat muncul pada demam typoid yaitu Hipertermia b/d
peningkatan metabolisme, Nyeri akut b/d pendarahan saluran cerna, Gangguan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia mual muntah, Resiko
tinggi penularan infeksi b/d reaksi inflamasi, Intoleransi aktivitas b/d nyeri pada otot dan
kepala, Pada Tn. M didaptkan empat diagnosa saja yaitu Hipertermia b/d peningkatan
metabolisme. Nyeri akut b/d pendarahan saluran, Gangguan ketidakseimbangan nutrisi
16
kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia mual muntah Kurangnya pengetahuan b/d
kurangnya informasi.
B. SARAN
Kami berharap makalah kami ini dapat bermanfaat pagi pembaca sebagai ilmu
pengetahuan atau wawasan umum, agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada orang
yang mengalami penyakit demam typoid, dan juga dapat mencegah terjadinya penyakit demam
typoid sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/510505008/ASKEP-ANAK-THYPOID
(diakses pada 20 Agustus 2023)
https://id.scribd.com/document/429847747/Askep-keperawatan-demam-thypoid
(diakses pada 20 Agustus 2023)
17