“DEMAM TIFOID”
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Apt. Adriani Susanty, M. Farm
OLEH:
KELOMPOK 17
HALAMAN
DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
2.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
2.1 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
2.1 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................3
2.1 Definisi demam tifoid.......................................................................................................3
2.2 Epidemiologi Demam Tifoid............................................................................................3
2.3 Etiologi demam tifoid.......................................................................................................4
2.4 Patogenesis demam tifoid.................................................................................................5
2.5 Manifestasi Klinis Demam Tifoid.....................................................................................7
2.6 Patofisiologi Demam Tifoid..............................................................................................7
2.7 Pencegahan Demam Tifoid...............................................................................................7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................9
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................9
3.2 Saran..................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Demam Tifoid” ini
dengan lancar. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah tugas yang diberikan oleh dosen
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
proses penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen Teknologi Farmasi Bahan Alam, yaitu
Ibu Dr. apt. Adriani Susanty, M.Farm. Yang bersedia membimbing dan mengarahkan kami dalam
Kami berharap agar makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Makalah ini
masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit ini masih sering dijumpai di negara berkembang yang terletak di subtropis
dan daerah tropis seperti Indonesia. Penyakit demam tifoid (typhoid fever) yang biasa
disebut tifus merupakan penyakit menyerang bagian saluran pencernaan. Selama terjadi
infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear dan secara
berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah . Demam tifoid termasuk penyakit menular yang
tercantum dalam Undang- undang nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit
menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang
sehingga dapat menimbulkan wabah. Demam tifoid dikenal juga dengansebutan typhus
abdominalis, typhoid fever, atau enteric fever. Istilah tifoid ini berasal dari bahasa Yunani
yaitu typhos yang berarti kabut, karena umumnya penderita sering disertai gangguan
kesadaran dari yang ringan sampai yang berat.
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Demam Tifoid?
2. Apa epidemiologi dan etiologi dari Demam Tifoid?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari Demam Tifoid?
4. Bagaimana patofisiologi dari Demam Tifoid?
1.3. Tujuan
Untuk mengetahu bagaimana Demam Tifoid dalam penyebarannya kedalam tubuh manusia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit demam tifoid (typhoid fever) yang biasa disebut tifus merupakan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, khususnya turunannya yaitu
Salmonella typhi yang menyerang bagian saluran pencernaan. Selama terjadi infeksi,
kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear dan secara
berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah (Algerina, 2008; Darmowandowo, 2006).
secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air
yang tidak memadai dengan standar higienis dan sanitasi yang rendah yang mana di
Indonesia dijumpai dalam keadaan endemis (Putra A., 2012). Dari laporan World
Health Organization (WHO) pada tahun 2003 terdapat 17 juta kasus demam tifoid per
tahun di dunia dengan jumlah kematian mencapai 600.000 kematian dengan Case
Fatality Rate (CFR = 3,5%). Insidens rate penyakit demam tifoid di daerah endemis
3
berkisar antara 45 per 100.000 penduduk per tahun sampai 1.000 per 100.000 penduduk
per tahun. Tahun 2003 insidens rate demam tifoid di Bangladesh 2.000 per 100.000
penduduk per tahun. Insidens rate demam tifoid di negara Eropa 3 per 100.000
penduduk,di Afrika yaitu 50 per 100.000 penduduk, dan di Asia 274 per
Indisens rate di Indonesia masih tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk
pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus per
tahun 600.000 – 1.500.000 penderita. Angka kematian demam tifoid di Indonesia masih
tinggi dengan CFR sebesar 10%. Tingginya insidens rate penyakit demam tifoid di
negara berkembang sangat erat kaitannya dengan status ekonomi serta keadaan sanitasi
1. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman.
Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin.
Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap
formaldehid.
2. Antigen H (Antigen flagela), yang terletak pada flagela, fimbriae atau pili dari
kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap
formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol yang telah memenuhi kriteria
penilaian.
3. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi
kuman terhadap fagositosis.
Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan menimbulkan
pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin (Sudoyo A.W.,
2010).
Gambar 1. Gambar kuman Salmonella typhi secara skematik. (Sumber: Marleni, 2012;
Rustandi, 2010)
sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan
bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi
sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut (Sudoyo A.W.,
2010).
6
2010).
7
2.5 Manifestasi Klinis Demam Tifoid
Manifestasi Klinis Demam Tifoid Gejala klinis tifus seringkali atipikal dan
sangat bervariasi dari gejala ringan seperti demam ringan, malaise, dan batuk kering.
Menurut patogenesis penyakit mirip tifus, bentuk klinis yang parah muncul baik berupa
gejala sistemik seperti demam tinggi, gejala septik lainnya, ensefalopati atau komplikasi
gastrointestinal berupa perforasi atau perdarahan usus. Hal ini mempersulit diagnosis
berdasarkan gambaran klinis saja (Darmowandoyo, 2003; Tumbelaka, 2003). Keluhan
demam merupakan gejala klinis utama pada semua penderita tifus. Demam datang tiba-
tiba dan menjadi parah dalam 1-2 hari dengan pola suhu demam yang ditandai dengan
demam yang meningkat secara bertahap setiap hari, memuncak pada akhir minggu
pertama, setelah itu demam mereda. tetap tinggi dan pada minggu keempat demam
perlahan menurun. Selain munculnya gejala demam, sering terjadi keluhan saluran cerna
seperti muntah, mual, diare dan pada kasus lanjut peritonitis akibat konstipasi dan
perforasi usus. Manifestasi gejala psikologis terkadang mendominasi gambaran klinis,
seperti bingung, mengantuk, psikosis atau koma. Gejala nonspesifik lainnya, seperti batuk,
malaise, sakit kepala, menggigil, sering muncul pada tahap awal penyakit (Pastoor, 2007).
o Vaksinasi Vaksinasi digunakan untuk mencegah penyakit ini, sekarang ada vaksin tifus atau
tifus yang disuntikkan atau diminum dan dapat melindungi seseorang dalam waktu 3 tahun.
8
o Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mencuci tangan setelah buang air besar dan
sebelum memegang makanan dan minuman, serta memastikan cuci tangan yang benar. Ini
sangat penting bagi mereka yang pekerjaannya melibatkan penanganan makanan dan mereka
yang tugasnya merawat orang sakit dan anakanak.
o Buang kotoran di toilet yang higienis dan tidak bisa dimasuki lalat. Gunakan tisu toilet yang
cukup untuk menghindari kontaminasi pada jari Anda. 8 Jika tidak ada jamban, feses dikubur
di hilir jauh dari sumber air.
o Lindungi sumber air masyarakat dari potensi pencemaran. Air bersih dan klorin yang
didistribusikan ke masyarakat. Menyediakan air yang aman bagi masyarakat dan rumah
tangga.
o Singkirkan lalat dengan menghilangkan tempat berkembang biaknya dengan sistem
pengumpulan dan pembuangan sampah yang baik. Lalat juga bisa diberantas dengan
insektisida, dengan menangkap lalat dengan umpan, dengan memasang kain kasa. Toilet
dibangun sedemikian rupa sehingga lalat tidak bisa masuk ke sana. - Ikuti standar kebersihan
saat menyiapkan dan menangani makanan; menyimpan makanan pada suhu yang tepat di
lemari es. Perhatian khusus harus diberikan pada salad dan hidangan lainnya yang disajikan
dingin. Standar kebersihan ini berlaku untuk makanan yang disiapkan di rumah atau disajikan
untuk umum. Jika kita tidak yakin dengan standar kebersihan tempat makan tersebut, pilihlah
makanan panas dan buah-buahan ada baiknya dikupas sendiri.
o Pasteurisasi susu dan produk susu. Pantau secara ketat aspek kebersihan dan kesehatan
lainnya dalam produksi, penyimpanan, dan distribusi produk susu.
o Ikuti prosedur jaminan kualitas yang ketat dari industri makanan dan minuman. Saat
pengalengan makanan, gunakan air yang diklorinasi untuk mendinginkan.
9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Tifoid adalah salah satu dari 10 penyakit paling umum yang dirawat di rumah
sakit. Saat memasuki saluran pencernaan, S. typhi tidak selalu menyebabkan infeksi
seperti S. Tifoid harus masuk ke usus kecil. Di usus halus, bakteri menyerang mukosa
usus, melalui perlekatan mikroba pada epitel, dan menghancurkan sel microfold,
menyebabkan sel epitel terlepas, menyerang epitel mukosa usus, menyerang lamina
propria, berkolonisasi. Endotoksin adalah pirogen eksogen kuat yang merangsang respon
imun makrofag dan sel lain untuk merangsang sekresi sitokin. Sitokin ini juga
mempengaruhi pusat nafsu makan sehingga terjadi penurunan nafsu makan,
mempengaruhi ambang nyeri dan menyebabkan nyeri pada kepala, persendian, otot dan
saluran pencernaan.
3.2 Saran
Edukasi kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan tangan dan sanitasi
untuk mencegah penularan demam tifoid sejak dini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Algerina . 2008. Demam Tipoid dan Infeksi Lain dari Bakteri Salmonella, 9, pp. 109-212.
Brooks, G.F., Janet, S.B., Stephen A.M. 2001. Jawetz, Melnick and Adelbergs,
Mikrobiologi Kedokteran, Alih Bahasa oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E.B.,
Mertaniasih, N.M., Harsono, S., dan Alimsardjono, L. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika.
Crump, J. A., Gordon, M. A., & Parry, C. M. (2015). Epidemiology, Clinical Presentation,
Laboratory Diagnosis, Antimicrobial Resistance, and Antimicrobial Management
of Invasive Salmonella Infections. Clinical Microbiology Reviews,28(4),901–937.
https://doi.org/10.1128/CMR.00002-15.
Nainggolan G, 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi 5. Jakarta :
internaPublishing pp. 1094
Rampengan, T. H, 1993, penyakit infeksi tropic pada anak, cetakan I, Jakarta : EGC.
Rustandi D, Melda S. 2010, demam tifoid, Bandung Universitas padjadjaran.
Salyers, A and whit, D. 2002, Bacterial Pathogenesis : A molekuler Approch. 2ndEd,
Washington dc : ASM press
Soedarman, S. S. garna, H. Hadinegoro, S. R. demam tifoid dalam : dokter anak
Indonesia. 2012. Buku ajar infeksi dan pediatric tropis ED 2.
Sudoyo, A. W. 2010. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II, Edisi V, Jakarta : balai
penerbit FK UI.
11