Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

“TYPOID FEVER”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak I

Dosen Pengajar : Ns.Neneng Aria Nengsih, S.Kep,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Endah Fatihatul Aini (CKR0180090)


2. Novia Dewanti Fauziah (CKR0180104)
Reg. Keperawatan C

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN


TAHUN AJARAN 2018-2019
Jl. Lingkar Kadugede No.2Kuningan Jawa Barat Indonesia (0232) 875 847 fax:(0232) 875 123

Website : Stikku.ac.id email : info@stikeskuningan.ac.id


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat serta penyertaan-nya sehingga makalah Keperawatan Anak I ini dapat kami
selesaikan. Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan makalah ini.Maka kami berharap adanya masukan dari berbagai pihak untuk
perbaikan dimasa yang akan mendatang. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.

Kuningan 16 Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Demam Tyipoid.....................................................................................2


B. Penyebab..................................................................................................................2
C. Penyebaran Kuman..................................................................................................2
D. Patologi....................................................................................................................3
E. Gambaran klinik......................................................................................................5
F. Gambaran K;asik (Gejala khas)...............................................................................5
G. Komplikasi...............................................................................................................8
H. Pengobatan...............................................................................................................8
I. Epidemiologi dan Pencegahan.................................................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................13

ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULAH

A. Latar Belakang
Demam tifoid adalah penyakit sistemik  yang akut yang mempunyai
karakteritik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3
mingguyang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam
tifoid(termasuk para-tifoid) disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi
A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Jika penyebabnya adalah S paratyphi, gejalanya
lebihringan dibanding dengan yang disebabkan oleh S typhi.
Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,
cenderungmeningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada
daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam
tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier.
Demam Tifoid juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis,Typhoid fever
atau Entericfever.

B. Tujuan
Dengan tersusunnya makalah ini, penulis dapat berharap dapat menjadi masukan dan
pelajaran baru untuk tenaga kesehatan, khususnya untuk penulis sendiri.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Demam Typhoid
Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,
cenderungmeningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah
tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam tifoid
adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Demam
Tifoid juga dikenali dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis,Typhoid fever atau
Entericfever. Demam tifoid adalah penyakit sistemik  yang akut yang mempunyai
karakteritik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3
mingguyang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam
tifoid(termasuk para-tifoid) disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi
A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Jika penyebabnya adalah S paratyphi, gejalanya
lebihringan dibanding dengan yang disebabkan oleh S typhi.

B. Penyebab
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella
yangmemasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan. Sumber utama yang
terinfeksiadalah manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab
penyakit,baik ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan.Pada masa
penyembuhan, penderita pada masih mengandung Salmonella spp didalam kandung empedu
atau didalam ginjal. Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier
sementara,sedang 2 % yang lain akan menjadi karier yang menahun.Sebagian besar dari
karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk
urinarytype. Kekambuhan yang yang ringan pada karier demam tifoid,terutama pada karier
jenisintestinal,sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak jelas.

C. Penyebaran Kuman
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna
(mulut,esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S typhi masuk ke
tubuhmanusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara

2
penyebarannyamelalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara
pasif terbawaoleh lalat (kaki-kaki lalat). Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman,
sayuran,maupun buah-buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia,
sebagiankuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari
usushalus itulah kuman beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus halus. Setelah
berhasilmelampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah,
danke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain).Jika
demikiankeadaannya, kotoran dan air seni penderita bisa mengandung kuman S typhi yang
siapmenginfeksi manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang dicemari.
Pada penderita yang tergolong carrier (pengidap kuman ini namun tidak menampakkan
gejalasakit), kuman Salmonella bisa ada terus menerus di kotoran dan air seni sampai
bertahun-tahun. S. thypi hanya berumah di dalam tubuh manusia. Oleh kerana itu, demam
tifoidsering ditemui di tempat-tempat di mana penduduknya kurang mengamalkan
membasuhtangan manakala airnya mungkin tercemar dengan sisa kumbahan.Sekali bakteria
S. thypi dimakan atau diminum, ia akan membahagi dan merebak kedalam saluran darah dan
badan akan bertindak balas dengan menunjukkan beberapagejala seperti demam.
Pembuangan najis di merata-rata tempat dan hinggapan lalat (lipasdan tikus) yang akan
menyebabkan demam tifoid.

D. Patologi
HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat
masuknyaSalmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella spp masuk bersama-
samacairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat
terhadapmikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini akan
menurun pada waktu terjadi pengosongan lamung, sehingga Salmonella spp dapat masuk ke
dalamusus penderita dengan lebih senang. Salmonella spp seterusnya memasuki folikel-
folikellimfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi
dengancepat untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella spp. Setelah itu, Salmonella
sppmemasuki saluran limfe dan akhirnya mencapai aliran darah. Dengan demikian
terjadilah bakteremia pada penderita. Dengan melewati kapiler-kapiler yang terdapat dalam
dindingkandung empedu atau secara tidak langsung melalui kapiler-kapiler hati dan

3
kanalikuliempedu, maka bakteria dapat mencapai empedu yang larut disana. Melalui empedu
yanginfektif terjadilah invasi kedalam usus untuk kedua kalinya yang lebih berat
daripadainvasi tahap pertama. Invasi tahap kedua ini menimbulkan lesi yang luas pada
jaringanlimfe usus kecil sehingga gejala-gejala klinik menjadi jelas. Demam tifoid
merupakansalah satu bekteremia yang disertai oleh infeksi menyeluruh dan toksemia yang
dalam.Berbagai macam organ mengalami kelainan, contohnya sistem hematopoietik
yangmembentuk darah, terutama jaringan limfoid usus kecil, kelenjar limfe abdomen,
limpadan sumsum tulang. Kelainan utama terjadi pada usus kecil, hanya kadang-kadang
padakolon bagian atas, maka Salmonella paratyphi B dapat menimbulkan lesi pada
seluruh bagian kolon dan lambung.Pada awal minggu kedua dari penyakit demam tifoid
terjadi nekrosis superfisial yangdisebabkan oleh toksin bakteri atau yang lebih utama
disebabkan oleh pembuntuan pembuluh-pembuluh darah kecil oleh hiperplasia sel limfoid
(disebut sel tifoid). Mukosayang nekrotik kemudian membentuk kerak, yang dalam minggu
ketiga akan lepassehingga terbentuk ulkus yang berbentuk bulat atau lonjong tak teratur
dengan sumbu panjang ulkus sejajar dengan sumbu usus. Pada umumnya ulkus tidak dalam
meskipuntidak jarang jika submukosa terkena, dasar ulkus dapat mencapai dinding otot dari
usus bahkan dapat mencapai membran serosa.Pada waktu kerak lepas dari mukosa yang
nekrotik dan terbentuk ulkus, maka perdarahanyang hebat dapat terjadi atau juga perforasi
dari usus. Kedua komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat dan perforasi merupakan
penyebab yang paling sering menimbulkankematian pada penderita demam tifoid. Meskipun
demikian, beratnya penyakit demamtifoid tidak selalu sesuai dengan beratnya ulserasi.
Toksemia yang hebat akanmenimbulkan demam tifoid yang berat sedangkan terjadinya
perdarahan usus dan  perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat.
Sedangkan perdarahanusus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang
berat. Pada serangandemam tifoid yang ringan dapat terjadi baik perdarahan maupun
perforasi.Pada stadium akhir dari demam tifoid, ginjal kadang-kadang masih tetap
mengandungkuman Salmonella spp sehingga terjadi bakteriuria. Maka penderita merupakan
urinarykarier penyakit tersebut.Akibatnya terjadi miokarditis toksik, otot jantung membesar
dan melunak. Anak-anak dapat mengalami perikarditis tetapi jarang terjadi endokaritis.
Tromboflebitis, periostitisdan nekrosis tulang dan juga bronkhitis serta meningitis kadang-
kadang dapat terjadi pada demam tifoid.

4
E. Gambaran Klinik 
Masa Inkubasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12 hari.Pada
awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa :
- Anoreksia
- Rasa malas
- Sakit kepala bagian depan
- Nyeri otot
- Lidah kotor 
- Gangguan perut (perut meragam dan sakit)

F. Gambaran klasik demam tifoid (Gejala Khas)


Biasanya jika gejala khas itu yang tampak, diagnosis kerja pun bisa langsung
ditegakkan.Yang termasuk gejala khas Demam tifoid adalah sebagai berikut.
- Minggu Pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya samadengan
penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan yaitusetinggi
39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk,
dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepatdengan
gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diaredan
sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi. Khaslidah
pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atautremor.
Episteksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa kering
dan beradang. Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan menemukan
demamdengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada penyakit-penyakit lain
juga. Ruamkulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen
disalah satusisi dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari,
kemudian hilangdengan sempurna. Roseola terjadi terutama pada penderita golongan
kulit putih yaitu berupa makula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling
sering pada kulit  perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila

5
ditekan. Pada infeksiyang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi
teraba dan abdomenmengalami distensi.
- Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari,
yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam
hari.Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan
tinggi(demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari
berlangsung.Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat
bersamadengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan
peningkatansuhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan
penderita yangmengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah
tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah
menurun,sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap
akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan sering
berbunyi. Gangguankesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai kacau jika
berkomunikasi dan lain-lain.
- Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu
jikaterjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala
akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat
inikomplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak
dariulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat
denganterjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak
terus,inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi,
jugatekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita
kemudianmengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis
lokalmaupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus
sedangkankeringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba
denyutnyamemberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik
merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada
minggu ketiga.

6
- Minggu keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpaiadanya
pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.
Relaps
Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikia juga hanya
menghasilkankekebalan yang lemah,kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam
waktu yang pendek.Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat
menimbulkangejala lebih berat daripada infeksi primer tersebut.Sepuluh persen dari
demam tifoid yangtidak diobati akan mengakibatkan timbulnya relaps.
Diagnosis
Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menguji sampel najis atau darah bagi
mengesankehadiran bakteri Salmonella spp dalam darah penderita, dengan membiakkan
darah padahari 14 yang pertama dari penyakit.Selain itu tes widal (O dah H agglutinin)
mulai posotif pada hari kesepuluh dan titer akansemakin meningkat sampai berakhirnya
penyakit. Pengulangan tes widal selang 2 harimenunjukkan peningkatan progresif dari
titer agglutinin (diatas 1:200) menunjukkkandiagnosis positif dari infeksi aktif demam
tifoid.Biakan tinja dilakukan pada minggu kedua dan ketiga serta biakan urin pada
mingguketiga dan keempat dapat mendukung diagnosis dengan ditemukannya
Salmonella.Gambaran darah juga dapat membantu menentukan diagnosis. Jika terdapat
lekopeni polimorfonuklear dengan limfositosis yang relatif pada hari kesepuluh
dari demam, makaarah demam tifoid menjadi jelas. Sebaliknya jika terjadi lekositosis
polimorfonuklear,maka berarti terdapat infeksi sekunder bakteri di dalam lesi usus.
Peningkatan yang cepatdari lekositosis polimorfonuklear ini mengharuskan kita waspada
akan terjadinya perforasi dari usus penderita. Tidak selalu mudah mendiagnosis karena
gejala yangditimbulkan oleh penyakit itu tidak selalu khas seperti di atas. Bisa ditemukan
gejala-gejala yang tidak khas. Ada orang yang setelah terpapar dengan kuman S typhi,
hanyamengalami demam sedikit kemudian sembuh tanpa diberi obat. Hal itu bisa terjadi
karenatidak semua penderita yang secara tidak sengaja menelan kuman ini langsung
menjadisakit. Tergantung banyaknya jumlah kuman dan tingkat kekebalan seseorang dan
dayatahannya, termasuk apakah sudah imun atau kebal. Bila jumlah kuman hanya sedikit
yangmasuk ke saluran cerna, bisa saja langsung dimatikan oleh sistem pelindung

7
tubuhmanusia. Namun demikian, penyakit ini tidak bisa dianggap enteng, misalnya nanti
jugasembuh sendiri.

G. Komplikasi
1. Komplikasi Intestinal
- Perdarahan usus
- Perforasi usus
- Ileus paralitik
2. Komplikasi Ekstra –Intestinal~ Komplikasi Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer
(renjatanseptik),miokarditis,trombosis dan tromboflebitis
- Komplikasi darah : anemia hemolitik ,trombositopenia, dan /atau
DisseminatedIntravascular Coagulation (DIC) dan Sindrom uremia hemolitik
- Komplikasi paru : Pneumonia,empiema,dan pleuritis
- Komplikasi hepar dan kandung empedu : hepatitis dan kolesistitis~ Komplikasi ginjal
: glomerulonefritis,pielonefritis, dan perinefritis
- Komplikasi tulang : osteomielitis,periostitis,spondilitisdan Artritis
- Komplikasi Neuropsikiatrik : Delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer,
sindrom guillain-barre, psikosis dan sindrom katatonia

H. Pengobatan
1. Perawatan umum
Pasien demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi, observasi
dan pengobatan.Paasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam
atau kurang lebihselama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya
komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pesien harus dilakukan
secara bertahap,sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.Pasien dengan kesadaran
menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-waktutertentu untuk
menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.Defekasi dan buang air
kecil harus dperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasidan retensi air kemih.
Pengobatan simtomik diberikan untuk menekan gejala-gejalasimtomatik yang dijumpai
seperti demam, diare, sembelit, mual, muntah, danmeteorismus. Sembelit bila lebih dari 3
hari perlu dibantu dengan paraffin atau lavasedengan glistering. Obat bentuk laksan

8
ataupun enema tidak dianjurkan karena dapatmemberikan akibat perdarahan maupun
perforasi intestinal.Pengobatan suportif dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan
penderita, misalnya pemberian cairan, elektrolit, bila terjadi gangguan keseimbangan
cairan, vitamin, danmineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan kortikosteroid untuk
mempercepat penurunandemam.
2. Diet
Di masa lampau, pasien demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar
danakhirnya diberi nasi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan
padatdini,yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat
kasar)dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid.
3. Obat-obat antimikroba yang sering digunakan adalah :
- Kloramfenikol : Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama pada pasien
demam tifoid.Dosis untuk orang dewasa adalah 4 kali 500 mg perhari oralatau
intravena,sampai 7 hari bebas demam.Penyuntikan kloramfenikol
siuksinatintramuskuler tidak dianurkan karena hidrolisis ester ini tidak dapat
diramalkandan tempat suntikan terasa nyeri.Dengan kloramfenikol,demam pada
demamtifoid dapat turun rata 5 hari.
- Tiamfenikol : Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tifoid sama
dengankloramfenikol.Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih
jarangdaripada klloramfenikol. Dengan penggunaan tiamfenikol demam pada
demamtiofoid dapat turun rata-rata 5-6 hari
- Ko-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulfametoksazol) : Efektivitas ko-
trimoksazol kurang lebih sama dengan kloramfenikol,Dosis untuk orang dewasa,2kali
2 tablet sehari,digunakan sampai 7 hari bebas demam (1 tablet mengandung80 mg
trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol).dengan ko-trimoksazol demamrata-rata
turun d setelah 5-6 hari.
- Ampislin dan Amoksisilin : Dalam hal kemampuan menurunkandemam,efektivitas
ampisilin dan amoksisilin lebih kecil dibandingkan dengankloramfenikol.Indikasi
mutlak penggunannnya adalah pasien demam tifoiddengan leukopenia.Dosis yang
dianjurkan berkisar antara 75-150 mg/kgBBsehari,digunakan sampai 7 hari bebas
demam.Dengan Amoksisilin danAmpisilin,demam rata-rata turun 7-9 hari.

9
- Sefalosporin generasi ketiga : Beberapa uji klinis menunjukkan bahwasefalosporin
generasi ketiga antara lain Sefoperazon,seftriakson, dan sefotaksimefektif untuk
demam tifoidtetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belumdiketahui dengan
pasti.
- Fluorokinolon : Fluorokinolon efektif untuk demam tifoidtetapi dosis
dan lama pemberian belum diketahui dengan pasti.
- Furazolidon.

I. Epidemiologi Dan Pencegahan


  EPIDEMIOLOGI 
Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim.
Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun
lingkungan hidupumumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air yang
baik dapatmengurangi penyebaran penyakit ini.
- Penyebaran Geografis dan Musim
Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya
tidak  bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah
yangkebersihan lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.
- Penyebaran Usia dan Jenis Kelamin
Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki
atau perempuan. Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa
seringmengalami dengan gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh
sendiri.Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di
bawahini.
- Usia Persentase
12 – 29 tahun 70 – 80 %30 – 39 tahun 10 – 20 %> 40 tahun 5 – 10 %
- Langkah-langkah pencegahan
Vaksinasi dengan menggunakan vaksin T.A.B (mengandung basil tifoid dan paratifoid
Adan B yang dimatikan ) yang diberikan subkutan 2 atau 3 kali pemberian dengan
interval10 hari merupakan tindakan yang praktis untuk mencegah penularan demam
tifoidJumlah kasus penyakit itu di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 358-810 kasus

10
per 100.000 penduduk per tahun. Suntikan imunisasi tifoid boleh dilakukan setiap dua
tahun manakala vaksin oral diambil setiap lima tahun. Bagaimanapun, vaksinasi
tidak memberikan jaminan perlindungan 100 peratus.Minum air yang telah dimasak
sahaja. Masak air sekurang-kurangnya lima minit penuh(apabila air sudah masak, biarkan
ia selama lima minit lagi).Buat air batu menggunakan air yang dimasak.Sekiranya sedang
dalam perjalanan, gunakan air botol atau minuman berdesis berkarbonat tanpa ais. Anda
hendaklah lebih berhati-hati dengan ais kacang atau air batucampur yang menggunakan
ais hancur, terutama sekali dalam keadaan sekarang.Makan makanan yang baru dimasak.
Jika terpaksa makan di kedai, pastikan makananyang dipesan khas dan berada dalam
keadaan `berasap’ kerana baru diangkat dari dapur.Tudung semua makanan dan minuman
agar tidak dihinggapi lalat. Letakkan makanan ditempat tinggi.Gunakan penyepit,
senduk, sudu atau garpu bersih untuk mengambil makanan.Buah-buahan hendaklah
dikupas dan dibilas sebelum dimakan.Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum
menyedia atau memakan makanan,membuang sampah sarap, memegang bahan mentah
atau selepas membuang air besar.Anda akan mendapati insiden tifoid berkurangan
dengan amalan ini yang sepatutnyamenjadi tabiat seharian dan bukan hanya musim
wabak.Pilih gerai dan pengendali makanan yang bersih.Dalam keadaan sekarang, adalah
baik sekiranya orang ramai mengelak daripada membelimakanan atau minuman daripada
penjaja jalanan terutamanya yang menjual minumansejuk.Hapuskan tempat pembiakan
lalat-lalat bagi mengelakkan pembiakan.Gunakan tandas yang sempurna.Segeralah
berjumpa doktor jika mengalami tanda-tanda dijangkiti tifoid.Pusat Kawalan Penyakit
Amerika Syarikat mencadangkan dua tindakan asas bagimelindungi diri anda daripada
demam tifoid:
a. Rebus, masak, kupas atau lupakan sahaja.
Elakkan makanan serta minuman yang berisiko. Ini mungkin mengejutkan anda
tetapimelihat apa yang anda makan dan minum terutamanya semasa dalam perjalanan
adalahsama pentingnya seperti anda mendapat pelalian.Dengan menghindari makanan
berisiko juga mampu melindungi diri anda daripada lain-lain penyakit seperti cirit-
birit, kolera/taun, disenteri dan hepatitis A.

11
b. Dapatkan pemvaksinan.
Jika anda menetap atau dalam perjalanan menuju ke negara yang biasa diserang
wabak demam kepialu, anda perlu menimbangkan pemvaksinan menentang demam
kepialu.Berjumpalah dengan doktor untuk mengetahui lebih lanjut tentang pilihan
vaksin anda.
Pada pria lebih banyak terpapar dengan kuman S. typhi dibandingkan wanita
karenaaktivitas di luar rumah lebih banyak. Semua kelompok umur dapat tertular
penyakittifoid, tetapi yang banyak adalah golongan umur dewasa tua. Angka kejadian
demamtifoid tidak dipengaruhi musim, tetapi pada daerah-daerah yang terjadi
endemik demamtifoid, angka kejadian meningkat pada bulan-bulan tertentu. Di
Indonesia, angka kejadiandemam tifoid meningkat pada musim kemarau panjang atau
awal musim hujan. Hal ini banyak dihubungkan dengan meningkatnya populasi lalat
pada musim tersebut dan penyediaan air bersih yang kurang memuaskan.Demam
tifoid masih merupakan masalah besar di Indonesia. Penyakit ini di Indonesia bersifat
sporadik endemik dan timbul sepanjang tahun. Kasus demam tifoid di
Indonesia,masih cukup tinggi berkisar antara 354-810 / 100.000 penduduk pertahun.
Di Palembangdari penelitian retrospektif selama periode 5 tahun ( 1990-1994)
didapatkan sebanyak 83kasus ( 21,5 %) penderita demam tifoid dengan hasil biakan
darah salmonella positif dari penderita yang dirawat dengan klinis demam tifoid.
Demam tifoid adalah penyakit yangumum di Indonesia.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat
masuknyaSalmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella spp masuk bersama-
samacairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat
terhadapmikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini akan
menurun pada waktu terjadi pengosongan lamung, sehingga Salmonella spp dapat masuk ke
dalamusus penderita dengan lebih senang. Salmonella spp seterusnya memasuki folikel-
folikellimfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi
dengancepat untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella spp.
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna
(mulut,esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S typhi masuk ke
tubuhmanusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar.

B. Saran
- Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim.
Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun
lingkungan hidupumumnya adalah baik.
- Dengan kasus demam typoid, semoga bisa menjadi acuan pemahaman mengenai bagian-
bagian yang terkait dengan demam typoid, dan dapat mengetahui cara pencegahan yang
benar.

13
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN  THYPOID
DI RUANG INAYAH KAMAR 11
PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
I. Identitas Klien
Nama Klien : An.T
Tempat/tgl lahir : Kebumen,06-11-2006
Umur : 4,6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku     : Jawa
Bahasa yang dimengerti : Jawa/Indonesia
Dx Medis : Thypoid
No Rekam Medis : 0198092
Tanggal masuk RS : 10-05-2011
Jam masuk RS : 19.45 WIB
Tanggal pengkajian : 15-05-2011
Jam pengkajian : 20.30 WIB

II. Penanggung Jawab


Nama ayah/ibu/wali : Tn.K
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Buruh
Alamat ayah/ibu/wali : Wonorejo,1/2 karanganyar

2. KELUHAN UTAMA
Demam

3. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI

14
Pada tanggal 10 mei 20011 pukul 19.45 WIB klien di bawa ke IGD PKU Muhammadiyah
Gombong dengan keluhan panas sejak 5 hari yang lalu,pusing,mual,lemes,.Pada saat di IGD
pasien mendapatkan terapy Aminopilin 2x300 g/l, amoxilin g/l, Infus RL 12tpm, puyer
(Paracetamol 250mg 3x1).Tanda tanda vital Nadi di IGD; 110 x/mnt, suhu; 40º C, RR ; 16x/mnt.
BB: 12Kg
Pasien dibawa ke bangsal inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat di ruangan Kondisi klien
tampak lemas,akral hangat,pusing,pasien mual,tidak mau makan,  tanda tanda vital; S: 3880C, N:
100x/m, R:20x/m.

4. RIWAYAT KESEHATAN  MASA LALU


a. Prenatal      :
Selama kehamilan ibu klien melakukan ANC ke bidan secara teratur sesuai dengan
anjuran dari bidan, selama hamil tidak ada keluhan dan penyakit yang diderita ibu
klien
b. Perinatal dan post natal    :
An. N lahir spontan ditolong bidan, BBL 3,2kg, langsung menangis.
c. Penyakit yang pernah diderita   :
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah sakit yang mengharuskan dirawat di RS,
baru kali ini.
d. Hospitalisasi/tindakan operasi    :
Klien belum pernah mengalami hospitalisasi sebelum sakit yang sekarang.
e. Injuri/kecelakaan    :
Ibu klien mengatakan anaknya belum pernah mengalami kecelakaan.
f. Alergi   :
Ibu klien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat alergi demikian juga
dengan keluarga, tidak ada yang mempunyai riwayat alergi.
g. Imunisasi dan tes laboratorium  :
Ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap.
h. Pengobatan     :
Apabila klien sakit ibu klien membawa ke bidan atau dokter

15
5. RIWAYAT SOSIAL     
a. Yang mengasuh      :
Yang mengasuh klien adalah ibunya sendiri
b. Hubungan dengan anggota keluarga :
Hubungan dengan keluarga dan orang lain baik, komunikasi  masih belum lancar
karena masih dalam taraf perkembangan.
c. Hubungan dengan teman sebaya    :
Hubungan dengan teman sebaya baik
d. Pembawaan secara umum :
Klien nampak pendiam, kooperatif, tidak takut dengan petugas

6. RIWAYAT KELUARGA
a. Sosial ekonomi  :
Ibu klien sebagai seorang ibu rumah tangga  dan bapak klien sebagai buruh.
b. Lingkungan rumah   :
Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih dan ventilasi udara cukup,
lantai rumah dari semen, jumlah jendela 6 buah, tidak ada sumber polusi yang dekat
dengan rumahnya.
c. Penyakit keluarga    :
Tidak ada anggota keluarga, saudara yang mempunyai penyakit menular ataupun
menurun.

7. PENGKAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI


a. Personal sosial
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa memakai baju, gosok gigi dengan
bantuan ibunya, cuci dan mengeringkan tangan, menyebutkan nama temanya.
b. Motorik halus
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa membuat menara dari 6
kubus,meniru garis vertikal.
c. Bahasa

16
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa bicara cukup mengerti, menyebut 4
gambar, mengatakan 2 nama kegiatan
d. Motorik kasar
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa melompat dan melempar bola
lengan ke atas
e. Interpretasi
Pertumbuhan dan perkembangan normal

8. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN


a. Pemeliharaan kesehatan :
Selama ini apabila anaknya sakit atau ada anggota keluarga yang sakit maka akan
priksa ke bidan kalau tidak sembuh dibawa ke dokter ataupun di bawa ke rumahsakit
b. Nutrisi :
Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar ,ibu klien mengatakan klien susah
makan sejak sebelum sakit biasanya hanya makan pagi dan sore saja dan paling
hanya 8- 10 sendok makan, pada saat dikaji ibu klien mengatakan klien makan hanya
1-3 sendok. Ibu klien mengatakan anaknya muntah.
c. Cairan :
Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas perhari,  selama sakit klien minum susu 1
gelas dan kadang minum air putih serta mendapatkan terapi cairan IV RL.
d. Aktivitas :
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat bermain dengan
teman-teman sebayanya di rumah, sekarang klien hanya tiduran, tidak bisa
beraktifitas seperti biasanya, ADL dibantu oleh ibunya dan perawat.
e. Tidur dan istirahat :
Sebelum sakit klien tidur sekitar pukul 19.30 s.d 05.00, tidur siang 2x  dengan
konsistensi 1 jam , pada saat sakit klien tidur sekitar jam 20.00  sampai jam 05.00,
tidur siang sekitar 3 jam dengan konsistensi 1 jam.
f. Eliminasi :
Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hariPada saat dikaji klien
BAB 1xkonsistensi padat dan BAK 3-4x/hari

17
g. Pola hubungan :
Hubungan dengan orang tua baik, dengan orang lain dan perawat baik.
h. Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan :
Orang tua klien memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bermain bersama
teman-temannya asalkan tidak melebihi waktunya  beristirahat.
i. Kognitif dan persepsi :
Tidak ada keluhan tentang penglihatan, penciuman, pendengaran dan perabaan, klien 
berumur 4,6 tahun kemampuan kognitifnya baik,
j. Konsep diri :
Ibu klien mengatakan pingin anaknya cepat sembuh karena tidak tega melihat
anaknya sakit.
k. Seksual dan menstruasi :
Klien berjenis kelamin perempuan usia 4,6 tahun, belum mengalami menstruasi.
l. Nilai :
Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentangan dengan kesehatan.

9. PEMERIKSAAN FISIK :
1. Keadaaan umum :
Tingkat kesadaran : composmentis.
TTV : S: 3880C,
N: 100x/m,
R:20x/m.
BB; 11  kg , TB; 105 cm , LLA ; 18 cm , LK; 49 cm,LD; 60cm
2. Kulit :
Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan bersih, turgor kulit
menurun,
3. Kepala :
Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi dan bersih.
4. Mata :
Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
5. Telinga :

18
Simetris, discharge (-) bersih, bentuk normal.
6. Hidung :
Simetris, discharge (-), bentuk normal,
7. Mulut :
Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-),Lidah kotor/ putih
8. Leher :
JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran limponodi.
9. Dada :
Paru-paru
I : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P : tidak ada nyeri tekan
P : sonor
A : vesikuler
Jantung
S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-).
10. Payudara :
Tak ada keluhan, simetris.
11. Abdomen :
I : terlihat membesar
A : bunyi bising usus 10x/m
P :perut kembung, agak keras
P :bunyi thimpany
12. Genetalia :
Tak ada keluhan.
1. Muskuleskeletal :Tak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai jenis, ROM baik.
2. Neurologi :Normal, tak ada keluhan.

10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG


A. Lab darah
Tanggal :15-05-2011
Pukul :10.44 WIB

19
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Bilirubin total 0,90 mg/dl 0.00-1.00
Bilirubin direk 0.30 mg/dl < 0,20
SGOT 22.0 u/l 40.0 u/l
SGPT 23.0 u/l 41.0 u/l
Leokosit 12.61 4.80-10.80
Eritrosit 4.52 4.20- 5.40
Hemoglobin 11,9 g/dl 12-16 g/dl
Hematokrit 34.9 % 37-47 g/dl
MCV 77.2 79-99
MCH 34.1 g/dl 33.0-47.0
Trombosit 178x 10 /ul 82.0-95.0
HbSag Negative Negatif
Gol. Darah O -
Widal (+)

B.Terapi
Tanggal Per-oral Per-interal
Paracetamol 250 mg Ceftriaxon 2x 3 mg
Ctm     3x1 Dexa 3 x2 mg
Curliv 2x1 Sotatic 2x 1 ½
4. N. 500 /drip
5.Inffus RL 20 tpm
6. D5 15 tpm

ANALISA DATA

20
No Data Etiologi Problem
1 DS : ibu Klien mengatakan anaknya badan Proses infekksiHipertermi
nya panas salmonella thypi
DO :
klien tampak lemas,   
akral teraba hangat
  Suhu: 3880C
Nadi: 100x/ menit
RR: 20x/ menit
2 DS: Proses inflamasi Nyeri
P: Ibu pasien mengatakan anak nya nyeri bila
untuk beraktifitas/bergerak hilang apabila saat
beristirahat.
Q : Ibu  pasien mengatakan nyeri anak  nya
seperti ditusuk-tusuk
R : Ibu Pasien mengatakan nyeri anak nya pada
perut bagian kanan atas.
S: Skala nyeri 4
T: nyeri timbul hingga 5 menit
DO:
Wajah pasien tampak menahan nyeri
N :100x/mnt
S : 38 C
RR: 20x/mnt
Ps lemah, ps    tampak gelisah, ps   merintih
kesakitan
  Nafsu makan menurun, mual (+)
  Konjungtiva  anemis
  Akral hangat
Pasien menangis

21
3 DS : - ibu klien mengatakan klien makan Anoreksia ( mual Resiko nutrisi
susah hanya 1-3 sendok.
dan muntah) kurang dari
- Ibu klien mengatakan anaknya muntah ± 2 3x kebutuhan
setiap makan
- ibu Klien mengatakan anaknya badan nya
panas
DO :
klien muntah
BB : 11 kg
Porsi makan dari RS hanya dimakan 1-3
sendok

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi
2.  Nyeri b.d proses inflamasi
3.  Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual & muntah)

C. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnoses Tujuan Intervensi
1 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Mengobserfasi  tanda – tanda
berhubungan dengan tindakan keperawatan
vital
proses ifeksi selama 2 x 24 jam
salmonella thypi diharapkan suhu tubuh 2. Pantau aktifitas kejang
normal engan KH:
3. Pantau hidrasi
Mempertahaankan
suhu tubuh dalam 4. Berikan kompres air biasa
batas normal
5. Pemberian terapi 0bat anti
piretiksesuai program

2 Nyeri b.d proses Setelah dilakukan a. Monitor KU


inflamasi tindakan keperawatan b. Kaji tingkat nyeri intensitas dan
selama 2x24 jam skala nyeri
diharapkan nyeri c. Jelaskan penyebab nyeri
berkurang, dengan d. Ajarkan teknik distraksi
KH: relaksasi(nafas dalam)
Skala  nyeri menjadi 3 e. Posisikan pasien senyaman

22
- Pasien nampak mungkin
lebih rileks f. Kolaborasi dengan tim medis
- Pasien mampu pemberian obat analgesik
mengontrol
nyeri
3 Resiko nutrisi kurang Setelah dilakukan 1. Kaji pola dan kebiasaan makan
dari kebutuhan b.d tindakan keperawatan
2. Observasi adanya muntah
anoreksia ( mual, selama 2 x 24 jam
muntah) kebutuhan nutrisi 3. Menganjurkan keluarga untuk
adekuat dengan
memberi makanan dalam porsi
kriteria hasil :
-Klien tidak kecil tapi sering dan tidak
muntah
merangsang produksi asam (biskuit)
- Porsi makan yang
disediakan habis 4. Memberikan terapi pemberian
cairan dan nutrisi sesuai program
5. Memberikan terapi pemberian anti
emetik sesuai program

D. IMPLEMENTASI
1.     Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi
Tgl Implementasi Respon pasien Ttd
15-5-2011 1.  Mengukur   tanda – tanda vital 1. S: 37,8 C, N: 100x/m,
2. Memantau  aktifitas kejang R:20x/m.
3. Menganjurkan  keluarga untuk 2. Pasien tidak mengalami kejang
memberikan sedikit minum tapi 3. Klien sedikit-sedikit mau
sering minum
4. Memberikan kompres hangat 4. Pasien dikompres pake air
5. Memberikan terapi sesuai hangat
program 5. Terapi diberikan
16-5-2011 1. Mengukur  kembali tanda – 1. S: 36,8C, N: 100x/m,
tanda vital R:20x/m.   
2. Memantau  kembali aktifitas 2. Pasien tidak mengalami
kejang kejang
3. Menganjurkan  kembali 3. Klien sedikit-sedikit mau
keluarga untuk memberikan minum
sedikit minum tapi sering 4. Pasien sudah tidak dikompres

23
4. Memberikan kompres hangat 5. Terapi diberikan
5. Memberikan kembali terapi
sesuai program
       
2. Nyeri b.d proses inflamasi                       
Tgl Implementasi Respon pasien Ttd
15-5-2011 1. Monitor KU / TTV 1. Keadaan pasien lemah
2. Mengkaji skala nyeri N : 100 x/mnt
3. Memberikan posisi yang R : 20 x/mnt
nyaman. S : 37 C
4. Mengajarkan teknik relaksasi 2. Skala nyeri 4
5. Memberikan motivasi untuk -terapi masuk
kompres air hangat pada
bagian yang sakit
6. Memberikan terapi obat
analgesik

.            3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual, muntah)
Tgl Implementasi Respon pasien Ttd

15-5-2011 1.Mengkaji pola dan kebiasaan 1. Klien makan hanya 1-3sdm


makan 2. klien sudah muntah 1x
2.Mengobservasi  adanya muntah 3. Ibu klien mengatakan anaknya
3.Menganjurkan keluarga untuk masih susah makan
memberi makanan dalam porsi 4. Infus RL terpasang  20tpm
kecil tapi sering dan tidak 5. Terapi diberikan
merangsang produksi asam
(biskuit)
4.Memberikan terapi pemberian
cairan dan nutrisi sesuai
program
5. Memberikan terapi pemberian
24
anti emetik sesuai program
16-05-2011 1. Mengkaji kembali pola dan 1. Klien menghabiskan ¼  porsi
kebiasaan makan dari RS
2. Mengobservasi  kembali 2. Klien sudah tidak muntah
adanya muntah terus
3. Menganjurkan kembali pada 3. Klien terlihat makan
keluarga untuk memberi biskuit,pisang
makanan dalam porsi kecil 4. Infus RL terpasang 20 tpm
tapi sering dan tidak 5. Terapi diberikan
merangsang produksi asam
4. Memberikan kembali terapi
pemberian cairan dan nutrisi
sesuai program
5. Memberikan kembali terapi
pemberian obat anti emetik
sesuai program

E. EVALUASI

Hari / tanggal SOAP Ttd


Rabu S: ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak panas
18-05-
O: klien masih tampak lemas,
2011
- klien sudah tdak muntah
Suhu: 36C
Nadi: 90x/ menit
RR: 20x/ menit
A: masalah teratasi sebagian
P: pertahankan intervensi

25
Rabu S: ibu Pasien mengatakan ,anak nya sudah tidak nyeri perut
18-05-2011
O: pasien nampak rileks
A: Masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
Motivasi pasien untuk tetap melakukan teknik relaksasi distraksi
(nafas dalam) bila nyeri timbul
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik

Rabu
18-5-2011 S :ibu klien mengatakan ,klien setiap habis makan sudah berkurang
muntah nya.
O: klien masih muntah 1x
BB : 11kg
Porsi makan dari RS hanya dimakan ¼ porsi
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi

26
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/23591220/Demam-Typhoid
http://www.academia.edu/8892603/Makalah_Demam_Typoid
http//www.academia.edu./8199256/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_DENGAN_
TYPOID

27
SOAL TYPOID

1. A datang ke klinik kesehatan dengan keluhan pusing, kemudian demam naik pada malam hari dan
trun pada siang harinya, dan juga mual, muntah, lemas, tidak berselera makan.

Menurut kasus di atas diagnosa medis apa yang cocok untuk Tn. A adalah...

A. HIV/AIDS

B. Typoid

C. Kejang

D. Demam

E. Glomerulonefritis

2. B datang ke Dokter untuk berkonsultasi tentang penyakitnya yang pernah dialami


yaitu penyakit Typoid. Ny. B mengatakan bahwa sebelum ia terkena penyakit typoid,
salah satu keluarganya ada yang mengalami penyakit tersebut dan beberapa minggu
kemudian Ny. B tersebut terkena penyakit yang sama dengan salah satu keluarganya itu.

Berdasarkan kasus di atas penyakit typoid bisa menular melalui ?

A. Oral – Fecal

B. Udara

C. Sentuhan

D. Keringat

E. Transfui darah

3. H umur 19 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan, mual, muntah sejak 3 hari
lalu. Pasien mengeluh lemas, tidak nafsu makan, juga tidak brgairah untuk beraktivitas,
dan pasien juga mengeluh demam tinggi pada malam hari sedangkan pada siang harinya
demam turun kurang lebih 3 minggu. Dari data tersebut pasien didiagnosa Typoid.

Apakah pemeriksaan Lab yang paling menunjang untuk diagnosa kasus diatas ?

A. ELISA

B. Uji Schick

C. Uji Widal

D. Pemeriksaan Hemoglobin

E. Pemeriksaan darah lengkap

28
4. Seorang perempuan berusia 15 tahun datang ke rumah sakit . ia mengeluh pusing,
demam naik turun selama 1 minggu, mulut terasa pahit. Kemudian perawat melakukan
pemeriksaan fisik terdadap pasien. Pada Pemeriksaan fisik abdomen , saat auskultasi
didapatkan bising usus yang kurang dari 5x/menit. Maka diagnosa keperawatan yang
tepat untuk kasus diatas adalah...

A. Diare

B. Hipertermi

C. Itolenransi aktivitas

D. Risiko cidera

E. Konstipasi

5. Seorang laki – laki umur 19 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan pusing, tidak
bergairah untuk beraktivitas, badan lemas, mual muntah, demam naik turuk. Setelah
dialkukan pemeriksaan laboratirum pasien diagnosa positif Typoid.

Berdasrkan kasusu diatas penatalaksanaan yang tepat untuk pasien dengan typoid
adalah...

A. Istirahat dan perawatan, Diet terapi penunjang, Pemberian antimikroba


(klorampenikol)

B. Istirahat, olahraga, pemberian obat (salbutamol)

C. Terapi, Diet rendah serat, pemberian obat (paracetamol

D. Perawatan, olahraga, pemberian anthistamin

E. Tirah baring, Bubur saring, pemberian obat (amoksilin)

6. Seorang anak umur 5 tahun di bawa orang tuanya ke rumah sakit karena panas panas
naik turun selama 3 minggu, tidak nafsu makan, diare. Setelah dilakukan pemeriksaan
ternyata anak tersebut dinyatakan positif typoid. Maka antibiotik apa yang tidak boleh
diberikan kepada anak tersebut..

A. Ciprofloxacin

B. Cotrimoxazole

C. Ampisilin

D. Klorampenikol

E. Tiampenikol

29
7. Seorang perempuan 18 tahun datang kerumah sakit mengalmi penurunan kesadaran,
tampak pucat, lidah yang berselaput (kotor), mual, muntah, mengelunh nyeri tekan pada
perut bagian kanan atas.

Brdasarkan kasus diatas “nyeri tekan pada perut bagian kanan atas” disebabkan
karena...

A. Hepatomegali atau pembesaran hati

B. Splenomgali atau pembesaran limfe

C. Inflamasi

D. Diare

E. Mual muntah

8. L datang ke klinik dan di diagnoasa typoid. Pasien mengeluh kram abdomen, nafsu
makan menurun dan pasien juga mengeluh cepat kenyang setelah apabila makan.

Menurut kasus diatas diagnosa keperawatan yang tepat adalah...

A. Risiko kekurangan volume cairan

B. Risiko ketidakseimbangan nutrisi

C. Harga diri rendah

D. Termogulasi

E. Hipertermi

9. Sorang perempuan umur 19 tahun pergi ke dokter karena demam tinggi naik turun
selama 2 minggu. Setelah diperiksa Dokter mendiagnosa pasien tersebut dengan typoid.
Kemudian dokter memberikan terapi obat untuk pasien tersebut agar penyakitnya
sembuh.

Berdasarkan kasus diatas terapi obat apa yang tepat untu typoid?

A. Salbutamol

B. Ambroksol

C. Tiampenikol

D. Dextrometropan

E. Antasida

10. Seorang anak perempuan umur 10 tahun dibawa ayahnya ke klinik dan mengeluh
bahwa anaknya sudah 1 minggu demam naik turun, saat pagi turun dan pada saat malam

30
harinya demamnya meninggi, nafsu makannya menurun, diare, kemudian nyeri perut
bagian kanan atas. Setelah diperiksa dokter menyakan anak tersebut terkena typoid dan
dokter pun memberikan terapi obat yang salah satunya adalah klorampenikol.

Untuk kasus di atas selain penatalaksanaan dengan terapi obat adalah dengan
menggunakan?

A. Olahraga setiap hari

B. Diet, istirahat dan perawatan

C. Transfusi darah

D. Masasse

E. Diet serat tinggi

31

Anda mungkin juga menyukai