Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Tujuan.........................................................................................
BAB II : Pembahasan
A. Pengertian...................................................................................
B. Etiologi.......................................................................................
C. Patofisiologi dan pathways.........................................................
D. Manifestasi klinis........................................................................
E. Pemeriksaan penunjang..............................................................
F. Komplikasi..................................................................................
G. Penatalaksanaan..........................................................................
H. Discharge Planning....................................................................
BAB III: Penutup
A. Kesimpulan.................................................................................
B. Saran...........................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam typhoid terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak
tergantung pada iklim, tetapi lebih banyak dijumpai di negara-negara
berkembang di daerah tropis. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih,
sanitasi lingkungan dan kebersihan individu yang kurang baik. Demam
typhoid dapat di temukan sepanjang tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada
anak-anak dan tidak ada perbedaan yang nyata antara insidensi demam
typhoid pada wanita dan pria.
Etiologi utama di Indonesia adalah Salmonella enterika subspesies
enterika serovar Typhi (S. Typhi) dan Salmonella enterika subspesies enterika
serovar Paratyphi A (S. Paratyphi A). CDC Indonesia melaporkan prevalensi
demam typhoid mencapai 358-810/100.000 populasi pada tahun 2007 dengan
64% penyakit ditemukan pada usia 3-19 tahun, dan angka mortalitas
bervariasiantara 3,1 – 10,4 % pada pasien rawat inap.
Di Indonesia, angka kejadian demam thypoid meningkat pada musim
kemarau panjang atau awal musim hujan. Hal ini banyak dihubungkan dengan
meningkatnya populasi lalat pada musim tersebut dan penyediaan air bersih
yang kurang memuaskan. Demam typhoid masih merupakan masalah besar di
Indonesia. Penyakit ini di Indonesia bersifat sporadik endemik dan timbul
sepanjang tahun. Kasus demam thypoid di Indonesia,masih cukup tinggi
berkisar antara 354-810 / 100.000 penduduk pertahun. Di Palembang dari
penelitian retrospektif selama periode 5 tahun ( 1990-1994) didapatkan
sebanyak 83 kasus ( 21,5 %) penderita demam thypoid dengan hasil biakan
darah salmonella positif dari penderita yang dirawat dengan klinis demam
thypoid. Demam thypoid adalah penyakit yang umum di Indonesia.
Perlu penanganan yang tepat dan komprehensif agar dapat memberikan
pelayanan yang tepat terhadap pasien. Tidak hanya dengan pemberian
antibiotika, namun perlu juga asuhan keperawatan yang baik dan benar serta
pengaturan diet yang tepat agar dapat mempercepat proses penyembuhan
pasien dengan demam typhoid.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami konsep patofisiologi typhoid.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dan memahami konsep patofisiologi typhoid yang
meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi dan pathways, manifestasi
klinis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, penatalaksanaan, dan
discharge planning.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
Salmonella thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
Salmonella (Bruner and Sudart, 1994).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman Salmonella thypi dan Salmonella para typhi A,B,C. sinonim dari
penyakit ini adalah typhoid dan paratyphoid abdominalis (Syaifullah Noer,
1996).
Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di
selaput lendir usus,dan jika tidak di obati secara progresif akan menyerbu
jaringan di seluruh tubuh (Tambayong, 2000: 143).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan bahwa typhoid adalah
suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella tipe A. B
dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang
terkontaminasi
B. Etiologi
Typhoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi, bakteri
berbentuk basil dan berjenis gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu
getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki
tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan sumber
utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat
sedang sakit atau dalam pemulihan. Bakteri ini dapat hidup dengan baik sekali
pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati
pada suhu 70°C maupun oleh antiseptik. Terdapat ratusan jenis bakteri
Salmonella, tetapi hanya 4 jenis yang dapat menimbulkan typhoid yaitu:
1. Salmonella thypi, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar,
tidak berspora. Bakteri ini mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam
antigen yaitu:
a. Antigen O (somatik, terdiri dari zat komplek liopolisakarida) :
Merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk grup Salmonella
dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik
antigen yang tidak menyebar.
b. Antigen H : Terdapat pada flagella dan dan bersifat termolabil
c. Antigen V1 : Merupakan kapsul yang meliputi tubuh bakteri dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis dan protein membrane
hialin.
2. Salmonella paratyphi A
3. Salmonella paratyphi B
4. Salmonella paratyphi C
Typhoid dapat ditularkan melalui feses dan urin dari penderita thypus atau
juga carier (Rahmad Juwono, 1996). Carier adalah orang yang sembuh dari
demam typhoid dan masih terus mengekskresi Salmonella typhi dalam feses
dan urin selama lebih dari 1 tahun.
Masuk ke saluran
gastrointestinal
Komplikasi intestinal :
Perdarahan usus,
Pembuluh limfe Inflamasi perforasi usus (bag. distal
ileum), peritonituis
Masuk retikulo endothelial
Peredaran darah
(RES) terutama hati dan
(bakteremia primer) limfa
Inflamasi pada hati dan Empedu Masuk ke aliran darah
limfa (bakteremia sekunder)
Mempengaruhi pusat
Lase plak peyer Penurunan mobilitas
thermoregulator di
usus hipotalamus
Terjadi demam
Ketidakseimbangan
Perdarahan masif Nyeri
nutrisi kurang dari
Komplikasi perforasi dan kebutuhan tubuh
perdarahan usus
D. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi bakteri berkisar selama 7 ─ 20 hari, masa inkubasi
terpendek yaitu tiga hari dan terlama selama 60 hari (T.H. Rampengan dan
I.R. Laurentz, 1995). Rata-rata masa inkubasi bakteri selama 14 hari dengan
gejala klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik (Pedoman Diagnosis dan
Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1994).
Selama masa inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya
penyakit / gejala yang tidak khas) :
1. Perasaan tidak enak badan
2. Lesu
3. Nyeri kepala
4. Pusing
5. Diare
6. Anoreksia
7. Batuk
8. Nyeri otot (Mansjoer, Arif, 1999).
Menyusul gejala klinis yang lain, seperti :
1. Demam
Demam berlangsung 3 minggu
a. Minggu pertama : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat pada sore dan malam hari, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak
enak diperut, batuk dan epistaksis, pada pemeriksaan fisik tidak
hanya didapat peningkatan suhu badan
b. Minggu kedua : Demam terus, bradikardi relatif, lidah typhoid (kotor
ditengah, tepi dan ujung merah tremor),
hepatomegali, plenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran
seperti samnolen.
c. Minggu ketiga : Demam mulai turun secara berangsur – angsur.
2. Gangguan pada Saluran Pencernaan
a. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi
kemerahan, jarang disertai tremor
b. Hati dan limpa membesar sehingga nyeri saat diraba
c. Terjadi konstipasi, dan atau diare
3. Gangguan Kesadaran
a. Kesadaran yaitu apatis – somnole.
b. Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil
dalam kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
3. Biakan darah
4. Uji Widal
5. Kultur
6. Anti Salmonella typhi IgM
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif, hal itu menandakan demam typhoid, tetapi
bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan
yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada
saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap Salmonella typhi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba, pertumbuhan bakteri dalam media biakan terhambat dan
hasil biakan mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella
typhi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh bakteri).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel bakteri).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai bakteri)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien
menderita typhoid.
F. Komplikasi
1. Di usus halus
Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :
a. Perdarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
1) Penurunan TD dan suhu tubuh
2) Denyut nadi bertambah cepat dan kecil
3) Kulit pucat
4) Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel
b. Perforasi usus : Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu
dan terjadi pada bagian distal ileum.
c. Peritonitis
Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan :
1) Nyeri perut hebat
2) Kembung
3) Dinding abdomen tegang (defense muskular)
4) Nyeri tekan
5) TD menurun
6) Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang
7) Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit
dalam waktu singkat.
2. Diluar usus halus
a. Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.
b. Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi
sekunder
c. Kolesistitis
d. Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang,
muntah, demam tinggi
e. Meningitis, gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, letargi, sianosis,
panas, diare, kelainan neurologis.
f. Miokarditis
g. Karier kronik
3. Komplikasi darah :
a. Anemia hemolitik
b. Trombositopenia
c. Syndroma uremia hemolitik
4. Komplikasi paru :
a. Pneumonia
b. Empiema
c. Pleuritis.
5. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu :
a. Hepatitis
b. Kolesistitis.
7. Komplikasi ginjal :
a. Glomerulus nefritis
b. Pyelonepritis
c. Perinepritis.
8. Komplikasi pada tulang :
a. Osteomyolitis
b. Osteoporosis
c. Spondilitis
d. Arthritis.
9. Komplikasi neuropsikiatrik :
a. Delirium
b. Meningiusmus
c. Meningitis
d. Polineuritis perifer
e. Syndroma Guillain bare
f. Syndroma katatonia.
G. Penatalaksanaan
Menurut Copstead, et al (2000: 170) “Pilihan pengobatan mengatasi
bakteri Salmonella typhi yaitu ceftriaxone, ciprofloxacin, dan ofloxacin.
Sedangkan alternatif lain yaitu trimetroprin, sulfametoksazol, ampicilin dan
cloramphenicol”. Pengobatan typhoid terdiri atas 3 bagian, yaitu:
1. Perawatan
2. Diet
3. Obat
1. Perawatan
Pasien demam typoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk isolasi,
observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai
minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud
tirah baring adalah untuk mencegah perdarahan usus. Mobilisasi pasien
dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
2. Diet
Di masa lampau, pasien demam typoid diberi bubur saring,
kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat
kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring tersebut dimaksudkan untuk
menghindari komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus, karena ada
pendapat bahwa usus perlu di istirahatkan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan
lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan selai kasar) dapat
diberikan dengan aman pada pasien demam typoid.
3. Obat
Obat-obatan antimikroba yang sering dipergunakan, ialah:
a. Kloramfenikol
Dosis hari pertama 4 kali 250 mg, hari kedua 4 kali 500 mg,
diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam,
kemudian dosis diturunkan menjadi 4 kali 250 mg selama 5 hari
kemudian.
b. Tiamfenikol
Dosis dan efektifitas tiamfenikol pada demam typoid sama dengan
kloramfenikol. Komplikasi hematologis pada penggunaan
tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol. Dengan tiamfenikol
demam pada demam typoid turun setelah rata-rata 5-6 hari.
c. Ampicilin dan Amoxilin
Efektifitas keduanya lebih kecil dibandingkan dengan
kloramfenikol. Indikasi mutlak penggunaannya adalah klien demam
typoid dengan leukopenia. Dosis 75-150 mg/kg berat badan,
digunakan sampai 7 hari bebas demam.
d. Kontrimoksazol (kombinasi trimetroprin dan sulfametaksazol)
Efektifitas nya kurang lebih sama dengan kloramfenikol. Dosis
untuk orang dewasa 2 kali 2 tablet sehari digunakan sampai 7 hari
bebas demam turun setelah 5-6 hari.
e. Sepalosporin generasi ketiga
Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa sepalosporin generasi
ketiga antara lain sefoperazon, cefriaxone, cefotaxim efektif untuk
demam typoid.
f. Fluorokinolon
Fluorokinolon efektif untuk demam typoid, tetapi dosis dan lama
pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.
Selain dengan pemberian antibiotik, penderita demam typoid juga obat-
obat simtomatik antara lain:
a. Antipiretika
Tidak perlu diberikan secara rutin setiap klien demam typoid karena
tidak berguna.
b. Kortikosteroid
Klien yang toksit dapat diberikan kortikosteroid oral atau
parenteral dalam pengobatan selama 5 hari. Hasilnya biasanya sangat
memuaskan, kesadaran klien menjadi baik, suhu badan cepat turun
sampai normal, tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan tanpa
indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan relaps”.
(Sjaifoellah, 1996: 440).
H. Discharge Planning
Discharge planning atau cara mencegah diri dari penyakit typhoid yaitu
dengan cara sebagai berikut:
1. Meningkatkan hygiene sanitasi makanan dan lingkungan
2. Vaksinasi
3. Minum air yang telah dimasak
4. Gunakan penyepit, sendok, atau garpu bersih untuk mengambil makanan
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut, yang pertama bahwa pengertian typhoid yaitu penyakit infeksi akut
usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypi dan Salmonella
para typhi A,B,C. Penyebab terjadinya typhoid yaitu karena adanya infeksi
bakteri Salmonella typh, Salmonella paratyphi A, B, dan C.
Penularan Salmonella typhi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku),
Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada
penderita typhoid dapat menularkan bakteri Salmonella typhi kepada orang
lain. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
Salmonella.
Typhoid dapat dicegah dan dihindari penularannya yaitu dengan cara
meningkatkan hygiene sanitasi makanan dan lingkungan, vaksinasi, meminum
air yang telah dimasak, dan menggunakan penyepit, sendok, atau garpu bersih
untuk mengambil makanan. Dengan hal-hal tersebut, kita akan mengurangi
jumlah insiden typhoid yang seharusnya hal-hal tersebut merupakan
kewajiban sehari-hari dan bukan hanya diterapkan saat sedang musim wabah.
B. Saran
Dari uraian makalah yang telah disajikan diatas, agar terhindar dari
typhoid, sebaiknya selalu menjaga kebersih lingkungan dan makanan yang
dikonsumsi harus bersih. Sebagai tenaga kesehatan, kita sebaiknya
memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama pada anak-anak supaya
menjaga kebersihan, baik kebersihan lingkungan, makanan, air minum, dan
kebersihan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif, S.Kep., Ns., dan Hardhi Kusuma S.Kep., Ns. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC
NOC Edisi Revisi Jilid I. Yogyakarta: MediAction