TYPHUS ABDOMINALLIS
Disusun Oleh :
1. Yulianingsih (P1337420418014)/07
2. Zumrotun Nursaida (P1337420418016)/08
3. Devi Febriani (P1337420418018)/09
4. Salma Dhiya Sasmita (P1337420418020)/10
5. Tata Yulia Deasa .S. (P1337420418026)/11
6. Rahmadila
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah
dan Inayah-Nya kepada kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas
keIslaman sampai sekarang ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang dengan semangatnya
yang begitu mulia yang telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada jaman
Islamiyah.
Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu
saya mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya saya
mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila dalam penulisan masih
terdapat kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar menjadi maklum.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak tertutup kemungkinan
untuk orang muda/dewasa. Kuman ini terdapat didalam kotoran, urine manusia,
dan juga pada makanan dan minuman yang tercemar kuman yang dibawa oleh
lalat. Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi dalam
dunia kedokteran disebut Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada
umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka, dan menyebabkan
perdarahan, serta bisa pula terjadi kebocoran usus.
Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi
dalam dunia kedokteran disebut TYPHOID FEVER atau Thypus abdominalis,
karena berhubungan dengan usus pada perut.
B. Tujuan
C. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah kita bisa mengetahui penyebab
timbulnya penyakit Thypus tersebut, serta manfaatnya pun kita bisa mengetahui
pencegahan apa saja yang bisa kita lakukan agar terhindar dari penyakit Thypus.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
a. Demam tyfoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai
dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang
bersifatdifus, pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal
ileum (Soegeng Soegijanto, 2002).
b. Typus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit
kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi, kadang-kadang pembesaran
hati/limpa/atau keduanya.
c. Typoid adalah suatu penyakitpada usus yang menimbulkan gejal-gejala
sistemik yang disebabkan oleh salmonella typosa, salmonellatype A,B,C
penularan terjadi secara pecal, oral, melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Mansoer Orief. M, 2009). (http://pend.amanah-
unik_blogspot.com/2007/08/typus abdominalis.html)
2. Etiologi
Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasive yang ditandai oleh
demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi, diare. Etiologi tipoid dan
paratyphoid adalah S.typhi, S. Paratyhpi A, S. Paratyhpi B, S. Paratyhpi C.
(Arjatmo Tjokronegoro, 2007), yaitu :
a. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar,
tidak berspora yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen
yaitu : Antigen O (somatic, terdiri dari zat komplek liopolisakarida),
Antigen H (flagella), Antigen V1 dan protein membrane hialin.
b. Salmonella paratyphi A, B, dan C merupakan bagian dari virus Salmonella
yang dapat ditentukan dengan adanya pemeriksaan laboratorium.
c. Faces dan urine dari penderita thypus (Rahmat Juwono, 2006)
(http://pend.amanah-unik_blogspot.com/2007/08/typus abdominalis.html)
3. Patologi
Pada dasarnya tyipus abdominalis merupakan penyakit system
retikuloendotelial yang menunjukkan diri terutama pada jaringan limfusus,
limpa, hati, dan sum-sum tulang. Di usus, jaringan limf terletak
antemesenterian pada dindingnya, dan dinamai plakat Peyer*.
Usus yang terserang tifus umumnya ileum terminale, tetapi kadang
bagian lain ussu halus dan kolon proksimal juga dihinggapi. Pada permulaan
plakat peyer penuh dengan fagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti
infiltrate atau hyperplasia di mukosa usus. Pada akhir minggu pertama infeksi
terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini lebih besar di ileum daripada di kolon
sesuai dengan ukuran plakat Peyer yang ada disana. Kebanyakan tukaknya
dangkal, tapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan pendarahan. Perforasi
terjadi pada tukak yang menembus serosa. Setelah penderita sembuh biasanya
ulkus membaik tanpa menimbulkan jaringan parut dan fibrosis.
Jaringan retikuloendeotelial lain juga mengalami perubahan. Kalenjar
limf mesentrial penuh fagosit sehingga kalenjar besar dan melunak. Hati
menunjukkan proliferasi sel polimor fonuklear dan mengalami nekrosis fokal.
Jaringan system lain hampir selalu terlibat. Kandung empedu selalu
terinfeksi, dan bakteri hidup dalam empedu. Seduah sembuh, empedu
penderita dapat tetap mengandung bakteri, yang bersangkutan menjadi
pembawa kuman. Sel ginjal mengalami pembengkakan keruh yang
mengandung koloni bakteri. Itu sebabnya pada minggu pertama ditemukan
kumannya dalam air kandung kemih. Bila sembuh penderita demikian
menjadi pembawa kuman yang menularkan lewat kemihnya. Parotitis dan
orkitis kadang ditemukan pada penderita demam tifoid, sedangkan bronchitis
hamper selalu ada. Kadang terjadi pneumonia pada tifus abdominalis lebih
sering terjadi sekunder oleh infeksi pneumokokus.
Otot jantung membengkak dan menjadi melunak serta memberikan
gambaran miokarditis. Biasanya tekanan darah turun dengan nadi lambat
(bradikardia relative) akibat miokarditis tersebut. Vena sering mengalami
thrombosis terutama v.femoralis, v.safena, dan sinus di otak. Otot lurik dapat
mengalami degenerasi Zenker* berupa hilangnya striae transversals disertai
pembengkakan otot. Otot yang sering terserang adalah otot diafragma,
m.rektus abdomis, dan otot paha. Ini yang mendasari kelemahan otot pada
penderita.toksin di otot dapat juga menyebabkan rupture spontan disertai
pendarahan local. Infeksi sekunder kemudian menyebabkan abses di otot
bersangkutan.
Tulang dapat menunjukkan lesi supuratif berupa abses. Osteomielitis itu
dapat berlangsung sampai bertahun-tahun. Yang paling sering terkena adalah
tibia, sternum, iga, dan ruas tulang belakang. Pada demam tifoid sering
didapat gambaran piogenik disertai adanya basil tifus yang hidup darah.
Ifeksi disumsum tulang dapat ditunjukkan dengan gambaran leokopenia
disertai dihilangnya sel polimorfonuklear dan eosinofil, dan bertambahnya sel
mononuclear.
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap usus halus masuk
ke dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutamahati dan limfe.
Basil yang tidak hancur berkembang biak di dalam hati dan limfe sehingga
organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri dan perabaan. Kamudian
bila basil kembali masuk ke dalam darah (bakteriemia) dan melanjutkan ke
seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus
menimbulkantukakberbentuk lonjong pada mukosa di atas plak nyeri, tukak
tersebut dapat mengakibatkan pendarahan dan perforasi usu halus, gejala
demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.
4. Patofisiologi
Penyakit typhoid disebabkan oleh basil Salmonella typhosa. Penularan
dapat terjadi melalui mulut lewat makanan yang tercemar kemudian kuman
mengadakanpenetrasi ke usu halus dan jaringan limfoid dan berkembang biak.
Selanjutnya kuman masuk ke aliran darah dan mencapai
retikuloendoteal pada hati dan limpa, sehingga organ-organ tersebut
membesar disertai rasa nyeri pada perabaan.
Proses ini terjadi pada masa tunas 10-14 hari dan berakhir saat sel-sel
retikuloendoteal melepaskan kuman ke dalam darah. Kuman-kuman
selanjutnya ke dalam beberapa organ-organ tubuhterutama kelenjar lymphoid
usus halus dan menimbulkan tukak yang berbentuk lonjong pada mukosa di
atas plak pejeri. Tukak dapat menyebabkan terjadinya pendarahan dan
perforasi usus.
5. Manifestasi Klinik
Gejala klinik yang pertama timbul disebabkan oleh bakteremia yang
mengakibatkan gejala toksis umum seperti letargi, sakit kepala, demam, dan
beradikardia.
Selanjutnya gejala disebabkan oleh gangguan sistem retikulo endothelial,
umpanya kelainan hematologi, gangguan faal hati dan nyeri diperut.
Kelompok gejala lainnya disebabkan oleh komplikasi seperti ulserasi di usus
dengan penyakitnya.
Masa tunas biasanya 5 sampai 14 hari, tetapi dapat sampai 5 minggu.
Pada kasus ringan dan sedang, penyakit biasanya berlangsung 4 minggu.
Timbulnya berangsur, mulai dengan tanda malaise, anoreksia, nyeri kepala,
nyeri seluruh badang, letargi, dan demam. Demam ini tidak selalu khas,
kadang mirip dengan demam pada influenza .
Pada minggu pertama terdapat demam remiten* yang berangsur makin
tinggi dan hampir selalu disertai dengan nyeri kepala. Biasanya terdapat batuk
kering dan tidak jarang ditemukan epitaksis (mimisan). Hampir selalu ada rasa
tidak enak atau nyeri diperut. Konstifasi sering ada, tetapi diare juga sering
ditemukan.
Kelainan maskulopapural berupa roseola berdiameter 2-5 mm terdapat
pada kulit perut bagian atas dan dada bagian bawah. Kelainan yang berjumlah
kurang lebih 20 buah ini hanya tampak selama 2-4 hari pada minggu pertama.
Pada minggu kedua demam umumnya menetap tinggi (demam kontinu)
dan penderita tampak sakit berat. Perut tampak distensi dan terdapat gangguan
sistem pencernaan. Diare dapat mulai, kadang disertai perdarahan saluran
cerna. Keadaan berat ini berlangsung sampai dengan minggu ketiga. Selain
alergi penderita mengallami delirium bahkan sampai koma akibat
endotoksemia. Pada minggu ketiga ini tampak gejala fisik lain berupa
bradikardia relatif dengan limpa membesar lunak.
Perbaikan dapat mulai terjadi pada akhir minggu ketiga dengan suhu
badan menurun dan keadaan umum tampak baik.
Tifus abdominalis dapat kambuh satu sampai dua minggu setelah demam
hilang. Kambuhan ini dapat ringan saja, tetapi dapat berat, dan mungkin
terjadi dua atau tiga kali.
7. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi:dapat ditemukan leukopenia, limfositosis relatif,
aneosinofilia, trombositopenia, anemia.
b. Biakan empedu: basil salmonella typhi ditemukan dalam darah penderita
biasanya dalam minggu pertama sakit.
c. Uji widal: adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan thypoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella
thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
Aglutini Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman).
8. Penatalaksanaan
Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:
a. Pemberian antibiotik ; untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran
kuman. Antibiotik yang dapat digunakan :
a) Kloramfenikol ; dosis hari pertama 4X250 mg, hari kedua 4X500 mg,
diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam,
kemudian dosis diturunkan menjadi 4X250 mg selama 5 hari
kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk. Di RSUP Persahabatan),
penggunaan klomfenikol msih memperlihatkan hasil penurunan suhu
4 hari, sama seperti obat-obat terbaru dari jenis kuinolon.
b) Ampisilin/amoksisilin ; dosis 50-150 mg/kg/BB, diberikan selama 2
minggu.
h. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar
(composmentis - coma) untuk mengetahui berat ringannya
prognosis penyakit pasien.
Tanda - tanda vital dan keadaan umum
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari
keadaan umum pasien / kondisi pasien. Disamping itu juga
penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena
peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat
dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan. Biasanya pada pasien
typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak
enak, anorexia.
Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal,
konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir
kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran
normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen
ditemukan nyeri tekan.
Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak
terdapat cuping hidung.
Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah
yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien
mengalami peningkatan suhu tubuh.
Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral
hangat.
Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk
kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½
-1 cc/kg BB/jam.
Sistem muskuloskoletal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak
ada gangguan.
Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar tiroid
dan tonsil.
Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam
penderita penyakit thypoid.
2) Diagnosa Keperawatan
1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi
Salmonella Typhii
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia,
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik.
4) Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan)
berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan
(mual/muntah).
5) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pencernaan.
6) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun.
7) Resiko integritas kulit berhubungan dengan program terapi
bedrest total.
8) Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan
dengan kurang informasi.
3) Intervensi
1 1. Observasi 1. mengetahu
suhu tubuh i perubahan
Tujuan : Suhu klien suhu tubuh.
tubuh normal 2. Beri kompres 2. melancarka
dengan air n aliran
hangat pada darah dalam
daerah axila, pembuluh
lipat paha, darah.
temporal bila 3. menjaga
terjadi panas kebersihan
3. Anjurkan badan, agar
keluarga klien
untuk
merasa
memakaikan
pakaian yang nyaman,
tipis dan pakaian
dapat
tipis akan
menyerap
keringat membantu
seperti katun mengurangi
4. Berikan
penguapan
penjelasan
kepada klien tubuh
dan keluarga 4. klien dan
tentang keluarga
peningkatan
suhu tubuh mengetahui
5. Observasi sebab dari
TTV tiap 4 peningkatan
jam sekali.
suhu dan
6. Anjurkan
pasien untuk membantu
banyak mengurangi
minum,
kecemasan
minum.
7. Kolaborasi yang
dengan timbul.
dokter dalam
5. tanda-tanda
pemberian
obat vital
antipiuretik merupakan
acuan untuk
mengetahui
keadaan
umum
pasien.
6. peningkatan
suhu tubuh
mengakibat
kan
penguapan
tubuh
meningkat
sehingga
perlu
diimbangi
dengan
asupan
cairan yang
banyak
( 2,5 liter /
24 jam).
7. menurunka
n panas
dengan
obat.