Definisi dan Mekanisme Terjadinya Kekurangan Kalori Protein (KKP) / Kurang Energi
Protein (KEP)
Kekurangan kalori Protein(KKP)/ Kurang Energi Protein (KEP) adalah defisiensi gizi
yang terjadi pada anak – anak yang kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi
atau asupan kalori dalam waktu yang cukup lama. Atau dapat dikatakan KKP/KEP merupakan
penyakit gangguan gizi akibat dari defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang
bervariasi. KKP/KEP umumnya ditemukan pada anak -anak berusia 6 Bulan- 5 tahun.
Mengapa demikian? Karena kebutuhan kalori protein pada anak – anak sangat tinggi.
KKP/KEP umumnya terjadi di negara berkembang
Kwashiorkor
kwashiorkor adalah penyakit yang ditandai dengan malnutrisi atau kekurangan protein yang
sangat parah. Kondisi ini biasanya menyerang bayi dan anak-anak dan paling sering terjadi di
usia anak 2-5 tahun ketika ia sudah disapih. Kwashiorkor dikenal sebagai edematous
malnutrition. Kwashiorkor adalah kondisi ketika anak terlihat gemuk, karena penumpukan
cairan tubuh, terutama di area mata kaki dan perut. Padahal, bagian tubuh lainnya sangat kurus
dan sangat kekurangan asupan gizi. Secara fisik, masalah kesehatan ini berbeda dengan
marasmus yang kondisi anaknya sangat kurus.
• Diare
• Sistem kekebalan tubuh yang rusak, yang dapat menyebabkan infeksi yang lebih sering
dan parah
• Mudah marah
• Shock
• Perlemakan hati
Marasmus
Jika kwashiorkor adalah malnutrisi karena kekurangan protein meski asupan energinya cukup,
maka marasmus adalah kekurangan asupan energi atau kalori dari semua bentuk makronutrien,
mencakup karbohidrat, lemak, dan protein. Kondisi ini paling banyak ditemukan pada anak
berusia di bawah 2 tahun.
• Pertumbuhan terhambat.
Selain itu, penderita marasmus rentan mengalami infeksi akut seperti infeksi saluran
pernapasan dan gastroenteritis, serta infeksi kronis seperti tuberkulosis.
Marasmus-kwashiorkor
Selain kwashiorkor dan marasmus, terdapat jenis ketiga keadaan malnutrisi energi
protein berat, yaitu campuran marasmus-kwashiorkor. Keadaan ini mempunyai gejala
campuran dari kedua kondisi tersebut. Bisa digambarkan anak yang mengalami kondisi
marasmus-kwashiorkor memiliki berat badan kurang dari 60 persen berat badan yang sesuai
dengan usianya, kemudian disertai dengan pembengkakan yang tidak mencolok. Dampak
kondisi ini bagi anak adalah penurunan tingkat kecerdasan, rabun senja, dan anak lebih rentan
terkena penyakit infeksi.