PENDAHULUAN
Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan hidup,
makanan juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-zat seperti
karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun, di zaman yang
sudah modern ini justru banyak orang yang tidak dapat memenuhi zat-zat tersebut.
Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai kekurangan kalori protein.
Protein yang berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau utama.
Protein berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Kita
memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Jika kita tidak
mendapat asupan protein yang cukup dari makanan tersebut, maka kita akan mengalami
kondisi malnutrisi energi protein.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik
atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan
secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi
kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.
Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Secara umum,
kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu penyakit yang diakibatkan
kekurangan energi dan protein. KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan kurang gizi
yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat
kekurangan energi protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda.
Penyakit KKP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi.
Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara
berkembang. Gejala kurang gizi ringan relative tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat
badan anak tersebut lebih rendah dibanding anak seusianya. Kira-kira berat badannya
hanya sekitar 60% sampai 80% dari berat badan ideal.
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) |1
3. Bagaimana patofisiologi KKP ?
4. Apa saja Manifestasi Klinis KKP ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnosik KKP ?
6. Apa saja komplikasi pada klien KKP ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada klien KKP ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien KKP ?
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) |2
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN TEORI
Nama internasional KKP yaitu Calori Protein Malnutrition atau CPM adalah
suatu penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protein
Energi Malnutrisi ( PEM ).
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang
mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein
kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada
defisiensi protein maupun energi (Sediatoema, 1999).
Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak memenuhi
angka kebutuhan gizi (AKG). (Arief Mansjoer, 2000).
2.2. Etiologi
Etiologi malnutrisi dapat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang sehat
akan protein, kalori atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat, atau
sekunder, akibat adanya penyakit yang menyebabkan asupan sub optimal, gangguan
penyerapan dan pemakaian nutrien, dan/atau peningkatan kebutuhan karena terjadinya
hilangnya nutrien atau keadaan stres. Kekurangan kalori protein merupakan penyakit
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) |3
energi terpenting di negara yang sedang berkembang dan salah satu penyebab utama
morbilitas dan mortalitas pada masa kanak – kanak diseluruh dunia. (Rudolph, 2006).
Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori protein dengan berbagai
tekanan, sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan
melahirkan klasifikasi klinik (kwashiorkor, marasmus, marasmus kwashiorkor).
Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak sehingga penyakit ini disebut sebagai
penyakit dengan multifactoral.
Berikut ini merupakan sistem holistik penyebab multifactoral menuju ke arah
terjadinya KKP :
1. Ekonomi negara rendah
2. Pendidikan umum kurang
3. Produksi bahan pangan rendah
4. Hygiene rendah
5. Pekerjaan rendah
6. Pasca panen kurang baik
7. Sistem perdagangan dan distribusi tidak lancar
8. Persediaan pangan kurang
9. Penyakit infeksi dan investasi cacing
10. Konsumsi kurang
11. Absorpsi terganggu
12. Utilisasi terganggu
13. K K P
14. Pengetahuan gizi kurang
15. Anak terlalu banyak
2.3. Patofisiologi
Penyakit malnutrisi dengan kekurangan energy-protein atau tidak
mencukupinya makanan bagi tubuh sering kali dikenal dengan marasmus dan
kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan protein dalam makanan
akan mengakibatkan kekurangan asam amino essensial dalam serum yang diperlukan
untuk sintesis dan metabolisme terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel,
makin ber kurangnya asam amino dalam serum menyebabkan berkurangnya produksi
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) |4
albumin oleh hati. Kulit akan tampak bersisik dan kering karena depigmentasi. Anak
dapat mengalami gangguan pada mata karena kekurangan vitamin A. Kekurangan
mineral khususnya besi, kalsium dan seng. Edema yang terjadi karena
hipoproteinemia yang mana cairan akan berpindah dari intravascular kompartemen ke
rongga interstisial yang kemudian menimbulkan ascites. Gangguan gastrointestinal
seperti adanya perlemakan pada hati dan atropi pada sel acini pancreas.
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori dan
protein. Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan, terutama lapisan subkutan
dan badan tampak kurus seperti orang tua. Pada marasmus metabolisme lemak kurang
terganggu dari pada kwashiorkor, sehingga kekurangan vitamin biasanya minimal
atau tidak ada. Pada marasmus tidak ditemukan edema akibat dari hipoalbuminemia
dan atau retensi sodium. Pemenuhan kebutuhan dalam tubuh masih dapat dipenuhi
dengan adanya cadangan protein sebagai sumber energi.
Pathway
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) |5
2.4. Manifetasi Klinis
Pada klien Kwashiorkor
Muka sembab
Edema
Lethargi
Jaringan otot mengecil
Jaringan subkutan tipis dan lembut
Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
Kulit kering dan bersisik
Alopecia
Anorexia
Gagal dalam Tumbuh kembang
Tampak anemia
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) |6
g). Aktifitas berkurang
h). Kelainan kulit (kering, kusam)
i). Rambut kemerahan
B. KKP Berat
a). Gangguan pertumbuhan
b). Mudah sakit
c). Kurang cerdas
d). Jika berkelanjutan menimbulkan kematian
2.5. Komplikasi
1. Kwashiorkor
Diare
Infeksi
Anemia
Gangguan tumbuh kembang
Hipokalemi
Hipernatremi
2. Marasmus
Infeksi
Tuberculosis
Parasitosis
Disentri
Malnutrisi kronik
Gangguan tumbuh kembang
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan laboratorium, albumin, creatinine, dan nitrogen. Elektrolit, Hb, Ht,
transferin.
2.7. Penatalaksanaan Terapeutik
Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
Pemberian terapi cairan dan elektrolit
Penanganan diare bila ada cairan, antidiare, dan antibiotic
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) |7
B. Konsep dasar asuhan keperawatan pada anak dengan Marasmus dan
Kwashiorkor
1. Pengkajian
a. Identitas Anak
Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
no medrec, diagnosa medis, alamat.
c. Keluhan utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), sering diare dan
keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Pada marasmus: ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan,
badan terlihat sangat kurus.Pada kwashiorkor: ibu mengatakan anak mengalami
bengkak pada kaki dan tangan, kondisi lemah, tidak mau makan, BB menurun.
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) |8
f. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga,lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.Tanyakan
apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit yang berhubungan
dengan kekurangan gizi atau kurang protein.
i. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to toe yang
meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital,area kepala
dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus pengkajian
pada anak dengan KKP adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi
badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) |9
Pengkuran antropometri
Pada marasmus: Berat badan < 60% dari berat badan normal usianya.
Pada kwashiorkor: Berat badan menurut usia < 80 % dari berat badan
normal usianya, LLA (Lingkar Lengan Atas) <14cm. Lipatan lemak
normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
Pada anak dengan marasmus
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 10
Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement
dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong,
fosa popliteal, lutut, dan ruas-ruas jari kaki).
j. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang buruk, dapat memicu timbulnya infeksi, dikarenakan
infeksi yang kronik misalnya diare yang membuatnya mengalami gangguan
penyerapan protein.
k. Riwayat Psikososial
Ibu dengan anak yang menderita marasmus-kwarshiorkor dapat mengalami
cemas dikarenakan penurunan berat badan anak, penurunan nafsu makan serta
anak yang sering rewel.
l. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis
normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat
hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang
kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi.Pemeriksaan
radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
Selain itu juga ditemukan :
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 11
7) Kadar amylase, esterase, kolinasterase, transaminase, lipase dan alkali
fostase menurun
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Marasmus,
yaitu:
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 12
3. Rencana Keperawatan
Pada anak dengan marasmus
a. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan malnutrisi energi protein.
Tujuan: Pemenuhan nutrisi adekuat.
Kriteria Hasil: Peningkatan pemenuhan nutrisi secara oral.
No. Intervensi Rasional
Mengetahui riwayat diit pasien
1
Kaji riwayat diit pasien sebelumnya yang menyebabkan pasien
menderita marasmus
Mengukur dan mencatat BB pasien BB menggambarkan status gizi pasien
2
dan dapat dijadikan sebagai data dasar.
Anjurkan orang tua atau anggota Menyuapi anak atau ada disaat anak
3 keluarga lain untuk menyuapi anak makan dapat membantu anak untuk
atau ada disaatmakan makan lebih banyak
Minta anak makan dimeja dalam
Waktu makan yang menyenangkan dapat
4 kelompok dan buat waktu makan
meningkatkan nafsu makan anak
menjadi menyenangkan
Alat makan yang menarik (lucu,
Gunakan alat makan yang menarik
5 bergambar) dapat meningkatkan nafsu
(lucu, bergambar)
makan anak
6 Sajikan makan sedikit tapi sering Mengurangi rasa mual dan muntah
Memberikan makanan tinggi TKTP Nutrisi yang bekalori dan berprotein
7
dapat mengembalikan fungsi tubuh.
Mempertahankan kebersihan mulut
8 Untuk mencegah komplikasi noma
dan gigi
Memberi makan lewat parenteral (D Mengganti zat-zat makanan secara cepat
9 5%) melalui parenteral
Kolaborasi dengan ahli gizi dapat
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
10 membantu mengetahui jenis makan apa
pemberian diit pasien
yang baik untuk pasien
f. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare.
Tujuan: Kekurangan volume cairan dapat teratasi
Kriteria Hasil: Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor
kulit baik
No Intervensi Rasional
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 13
.
No Intervensi Rasional
.
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 14
h. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh.
Tujuan: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria Hasil: Suhu tubuh normal, leukosit dalam batas normal
No Intervensi Rasional
.
No Intervensi Rasional
.
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 15
2 Kaji tingkat perkembangan anak Mengetahui tingkat perkembangan
dengan Denver II anak
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 16
No Intervensi Rasional
1 1. Kaji pengetahuan pasien atau Memberikan informasi dimana
keluarga tentang status nutrisi. pasien/keluarga dapat memilih
Tinjau ulang situasi individu, berdasarkan informasi. Pengetahuan
tanda/gejala malnutrisi, harapan tentang interaksi antara malnutrisi dan
masa datang, kebutuhan transisi penyakit membantu untuk memahami
pemberian makan. kebutuhan terhadap terapi khusus.
No Intervensi Rasional
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 17
perhatikan tingkat energy, kondisi normal/dasar pasien dan mempengaruhi
kulit, kuku, rambut, keinginan untuk pilihan intervensi.
makan ataupun anoreksia.
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 18
keterampilan motorik bila mengingat makan peroral lebih baik mengingat efek
pada pemberian makan transisi. samping/komplikasi potensial dari terapi
19. dukungan nutrisi.
1124. Rujuk pada tim nutrisi atau ahli diet. Meningkatkan hasrat pada makanan dan
25. jumlah makanan.
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 19
kekurangan cairan (misalnya edema
perifer, takikardi, bunyi nafas
adventisius)
2 2. Berikan tambahan cairan oral. Tambahan cairan diperlukan untuk
3. mengurangi dehidrasi.
3 4. Catat masukan dan haluaran, hitung Kehilangan urinarius berlebihan dapat
keseimbangan cairan, dan hitung menunjukkan terjadinya dehidrasi. Berat
berat jenis urine. jenis adalah indicator hidrasi dan fungsi
5. renal.
4 6. Timbang berat badan setiap hari Penambahan berat badan cepat
sesuai indikasi. (menunjukkan retensi cairan) dapat
7. mempredisposisikan/ menimbulkan GJK
atau edema pulmonal.
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 20
4. Implementasi keperawatan
Pada tahap implementasi terdiri dari bebarapa tindakan keperawatan, yaitu
validasi rencana keperawatan dan melanjutkan pengumpulan data.
Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus mendetail dan jelas agar semua
tenagakeperawatan dapat melaksanakannya dengan baik dalam waktu yang telah
ditentukan.
5. Evaluasi
a. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
m. Kekurangan volume cairan dapat teratasi pada marasmus
n. Volume cairan tubuh stabil pada kwashiorkor
o. Tidak terjadi gangguan integritas kulit
p. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
q. Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannnya
r. Pengetahuan pasien/ keluarga tentang penyakitnya bertambah.
BAB III
Kasus
An. H berumur 3 tahun datang ke rumah sakit dibawa oleh keluarganya dengan
keluhan berat badan anak menurun, bengkak pada wajah, kaki dan perut membesar sejak
4 bulan yang lalu, anak sering rewel dan kehilangan nafsu makan. Anak sehari-hari
makan 2 kali sehari dengan nasi dan sayur seadanya. An. H adalah anak ke 6 dari
keluarga seorang petani. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data TD: 90/70, N:
96x/ menit, R: 20x/ menit, S: 36 C. BB: 7 kg, TB: 100cm, LILA : 12 cm, turgor kulit
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 21
menurun, terdapat edema pada kaki dan terdapat asites pada abdomen, serta rambut
kemerahan dan mudah rontok.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. H
Tempat tanggal lahir : Gowa, 21 Februari 2015
Umur : 3 Tahun 1 bulan
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Desa Cibalok Kecamatan Cihideung, Bogor
Tanggal masuk RS : 23 Maret 2018
Tanggal pegkajian : 23 Maret 2018
Diagnosa medik : Kwashiorkor
6. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 38 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Desa Cibalok Kecamatan Cihideung, Bogor
Hubungan keluarga : Ibu klien
7. Keluhan utama
Kekurangan Nutrisi akibat nafsu makan menurun.
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 22
bergizi yang menyebabkan berat badan klien semakin menurun. Perut klien terlihat
membucit sejak 4 bulan yang lalu dan wajahnya serta kakinya bengkak. Sementara
keadaan anak saat ini sangat lemah, tidak mau makan, dan sering rewel. Keluarga
tidak mengetahui keadaan penyakit yang dialami oleh anak. Klien dirawat di rumah
sakit pada tanggal 23 maret 2018.
Genogram:
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 23
: Laki – laki : Klien
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 24
b. Tingkat kesadaran
Kualitas : apatis
Kuantitas:
Respon motorik :5
Respon verbal :3
Respon membuka mata :3 +
Jumlah 11
c. Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
Suhu : 36 C
Nadi : 96x/ menit
Respirasi : 20x/ menit
d. Antropometri
Berat badan : 7 kg
Tinggi badan : 100 cm
LILA : 12 cm
Lingkar Kepala : 40 cm
Lingkar dada : 43 cm
Lingkar perut : 58 cm
e. Head to toe
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 25
Inspeksi : lubang hidung simetris, tidak ada sumbatan, tidak ada
lesi, tidak ada cuping hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5). Mulut dan gigi
Inspeksi : mukosa bibir kering, adanya karies pada gigi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
6). Telinga
Inspeksi : daun telinga simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
7). Leher
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran JVP, tidak ada lesi
Palpasi : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe.
8). Thorax dan Fungsi Pernafasan
Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan, tidak terdapat lesi,
gerakan dada asimetris.
Palpasi : tidak ada pembengkakan
Perkusi : terdengar sonor kiri dan kanan
Auskultasi : terdengar bunyi vesikuler
9). Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pembesaran Jantung
Palpasi : frekuensi nadi normal, irama teratur
Perkusi : terdengar pekak/dullness
Auskultasi : bunyi jantung teratur
10). Abdomen
Inspeksi : ada asites, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ada pembesaran hepar
Perkusi : bunyi hypertimpani
Auskultasi : bising usus 12x/menit
11). Ekstremitas dan kulit
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 26
a). Kulit
Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit mengalami hiperpigmentasi,
kulit bersisik dan kering.
Palpasi : turgor kulit tidak elastis, tidak ada nyeri tekan
b). Ekstremitas
Inspeksi : Terdapat edema ringan pada kaki, kuku klien terlihat kotor
Palpasi : teraba edema pada kaki
c). Kriteria kekuatan otot
= Normal
Tangan
5 5
5 5
Kaki
12). Anus
Inspeksi : bersih, tidak terdapat hemoroid, tidak ada perdarahan
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa
13). Genitalia
Inspeksi : Bersih, tidak terdapat kateter
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 27
f. Pola aktivitas dan latihan
Di rumah klien mengalami gangguan aktivitas akibat status mental yang apatis
dan rewel, klien tidak pernah berrmain dengan anak seusianya dan hanya
berbaring di tempat tidur saja.
Hematologi:
Fungsi Hati:
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 28
Albumin 2,5* 3,5-5,0 gr/dl
Fungsi ginjal:
Elektrolit:
B. Analisa Data
No Data senjang Kemungkinan penyebab Masalah
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 29
Anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
DO:
Produksi albumin menurun
wajah dan kaki klien
tampak bengkak, perut
acites, membran mukosa Tekanan osmotik menurun
kering
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 30
C. Diagnosa keperawatan
1). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang
mempengaruhi masukan nutrisi (asites)
2). Perubahan volume cairan (fluktuasi) b.d ketidakmampuan mencerna cairan.
3). Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan b.d kurang terpapar informasi.
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 31
D. Intervensi Keperawatan
2 Perubahan volume cairan Volume cairan Menunjukkan membrane 1. Kaji tanda klinis dehidrasi, 1. Deteksi dini dan intervensi dapat
(fluktuasi) b.d tubuh stabil. mukosa/ kulit lembab. misalnya: kulit atau membrane mencegah kekambuhan / kelebihan
ketidakmampuan mencerna Tanda vital stabil.Haluaran mukosa kering, hipotensi atau fluktuasi pada keseimbangan cairan.
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 32
cairan. urinarius adekuat.Bebas kekurangan cairan (misalnya
edema.Bebas penurunan edema perifer, takikardi, bunyi
DS: berat badan berlebihan. nafas adventisius)
2. Berikan tambahan cairan oral. 2. Tambahan cairan diperlukan untuk
Ibu klien mengatakan kaki mengurangi dehidrasi.
dan wajah anaknya bengkak 3. Catat masukan dan haluaran, hitung 3. Kehilangan urinarius berlebihan
keseimbangan cairan, dan hitung dapat menunjukkan terjadinya
DO: berat jenis urine. dehidrasi. Berat jenis adalah
wajah dan kaki klien tampak indicator hidrasi dan fungsi renal.
bengkak, perut acites, 4. Timbang berat badan setiap hari 4. Penambahan berat badan cepat
membran mukosa kering sesuai indikasi. (menunjukkan retensi cairan) dapat
mempredisposisikan/ menimbulkan
GJK atau edema pulmonal.
3 Kurang pengetahuan Pengetahuan pasien/ Mengungkapkan tentang 1. Kaji pengetahuan pasien atau 1. Memberikan informasi dimana
(kebutuhan belajar) mengenai keluarga tentang pemahaman tentang proses keluarga tentang status nutrisi. pasien/keluarga dapat memilih
kondisi, prognosis, dan penyakitnya kondisi/penyakit dan Tinjau ulang situasi individu, berdasarkan informasi. Pengetahuan
kebutuhan pengobatan b.d bertambah. kebutuhan nutrisi individu. tanda/gejala malnutrisi, harapan tentang interaksi antara malnutrisi
kurang terpapar informasi. Melakukan dengan benar masa datang, kebutuhan transisi dan penyakit membantu untuk
prosedur yang perlu dan pemberian makan. memahami kebutuhan terhadap
DS: menjelaskan terapi khusus.
2. Diskusikanalasan penggunaan 2. Mengurangi ansietas mengenai
Ibu klien mengatakan cemas dukungan nutrisi parenteral/enteral. ketidakmampuan untuk makan
dan sering bertanya tentang melalui mulut.
kondisi dan penyakit yang 3. Diskusikan penanganan, 3. Menurunkan resiko komplikasi
dialami oleh anaknya. penyimpangan, persiapan yang metabolic dan infeksi.
tepat dari larutan nutrisi atau
DO: makanan yang di blender, juga
Ibu klien tampak cemas dan diskusikan tehnik aseptic atau
sering bertanya bersih untuk peraatan sisi
pemasangan dan pengunaan
balutan.
E. Implementasi keperawatan
Tangga No Implementasi Evaluasi
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 33
l dan D
jam X
23 1 - Mengkaji status nutrisi secara continue selama perawatan setiap hari, perhatikan S: ibu klien mengatakan klien sudah mau
Maret tingkat energi, kondisi kulit, kuku, rambut, keinginan untuk makan ataupun makan sedikit-sedikit
2018, anoreksia.
O: porsi makan habis 1/3 porsi
pukul
- Menimbang berat badan,ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap hari
12.00 BB: 11 kg
dan bandingkan dengan berat badan saat penerimaan
LILA: 12cm
- Mendokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, dan jumlah
kalori dengan tepat. A: Masalah belum teratasi
- Memberikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alat control P: lanjutkan intervensi
infuse sesuai kebutuhan . Atur kecepatan nutrisi per jam.
Pukul 2 - Mengkaji tanda klinis dehidrasi, misalnya: kulit atau membrane mukosa kering, S: Ibu klien mengatakan kaki dan wajah
13.00 hipotensi atau kekurangan cairan (misalnya edema perifer, takikardi, bunyi nafas klien masih bengkak
adventisius)
O: masukan cairan 100 ml
- Memberikan tambahan cairan oral.
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 34
- Mencatat masukan dan haluaran, hitung keseimbangan cairan, dan hitung berat Keluaran cairan 50 ml dari pukul 06.00
jenis urine.
TTV: TD: 90/60 mmHg; S: 36,8 C;
- Menimbang berat badan setiap hari sesuai indikasi
N: 96x/menit; R: 18x/menit
P: Lanjutkan intervensi
Pukul 3 - Mengkaji pengetahuan pasien atau keluarga tentang status nutrisi. Tinjau ulang S: Ibu klien masih bertanya-tanya tentang
14.00 situasi individu, tanda/gejala malnutrisi, harapan masa datang, kebutuhan transisi kondisi klien
pemberian makan.
O: ibu klien tampak cemas
- Mendiskusikan alasan penggunaan dukungan nutrisi parenteral/enteral.
A: Masalah belum terarasi
- Mendiskusikan penanganan, penyimpangan, persiapan yang tepat dari larutan
P: Lanjutkan interensi
nutrisi atau makanan yang di blender, juga diskusikan tehnik aseptic atau bersih
untuk peraatan sisi pemasangan dan pengunaan balutan
KKP (Marasmus-Kwashiorkor) | 35