Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ACUTE CORONERY SYINDROME

Diajukan untuk memen uhi tugas akhir mata kuliah Metodologi Keperawatan

OLEH:
UMI FARIDA
KELAS 2.A DIII KEPERAWATAN

Dosen Pengampu : Erna Lestari., S.Kep., MPH.


Mata Kuliah : Metodologi Keperawatan

METODOLOGI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,dan juga
berterimakasih kepada ibu Erna Lestari ,SKp MPH yang telah memberikan tugas
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas
dari mata kuliah Metodologi Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada pasien Acute Coronery Syindrome”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................... 2

a. 2.1 Pengertian Acute Coronery Syindrome (ACS) .................................... 2


b. 2.2 Etiologi Acute Coronery Syindrome (ACS) ........................................ 2
c. 2.3 Patofisiologi Acute Coronery Syindrome (ACS) ................................. 2
d. 2.4 Manifestasi Klinis Acute Coronery Syindrome (ACS) ........................ 3
e. 2.5 Pathway Acute Coronery Syindrome (ACS) ........................................ 4
f. 2.6 Uji Diagnostik Acute Coronery Syindrome (ACS) .............................. 4
g. 2.7 Penanganan Acute Coronery Syindrome (ACS) .................................. 5

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................... 6

1. Identitas Klien .............................................................................. 6


2. Riwayat Penyakit ........................................................................ 7
3. Pengkajian Keperawatan .............................................................. 8
4. Pemeriksaan Fisik ...................................................................... 10
5. Data Penunjang .......................................................................... 12
6. Analisa Data ............................................................................... 14
7. Masalah Keperawatan ................................................................ 16
8. Intervensi Keperawatan .............................................................. 16
9. Implementasi Keperawatan ........................................................ 20
10. Evaluasi ...................................................................................... 28

BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 30

1 4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 30


2 4.2 Saran ................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sindrom koroner akut (acute coronary syndrome/ACS ) meliputi


spektrum penyakit dari infark miokard akut (MI) sampai angina tak stabil (un
stableangina).Penyebab utama penyakit ini adalah trombosis arteri koroner
yang
berakibat pada iskemi dan infark miokard.Derajat iskemik dan ukuran infark
ditentukan olehderajat dan lokasi trombosis.

Sejak 1960‐an, ketika terapi standard menjadi istirahat penuh (bed rest )
dandefibrilasi (jika diperlukan), angka kematian infark miokard akut menurun
terus.Sindrom koroner akut (SKA) merupakan keadaan darurat jantung
dengan manifestasiklinis rasa tidak enak didada atau gejala lain sebagai
akibat iskemia miokardium.SKA terdiri atas angina pektoris tidak stabil,
infarct myocard acute (IMA) yangdisertai elevasi segmen ST. Penderita
dengan infark miokardium tanpa elevasi ST.3SKA ditetapkan sebagai
manifestasi klinis penyakit arteri koroner. Penyakit jantungkoroner (PJK)
merupakan manifestasi utama proses aterosklerosis.

The American Heart Association memperkirakan bahwa lebih dari 6


juta penduduk Amerika, menderita penyakit jantung koroner (PJK) dan lebih
dari 1 jutaorang yang diperkirakan mengalami serangan infark miokardium
setiap tahun.Kejadiannya lebih sering pada pria dengan umur antara 45
sampai 65 tahun, dan tidakada perbedaan dengan wanita setelah umur 65
tahun.4 – 6 Penyakit jantung koroner juga merupakan penyebab kematian
utama (20%) penduduk Amerika

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu anatomi fisiologi dari Acute Coronary Syindrome ?


2. Bagaimana membuat asuhan keperawatan Acute Coronary Syindrome ?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengertahui apa itu anatomi fisiologi dari Acute


Coronary Syondrome
2. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan Acute Coronary
Syindrome

1
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Acute Coronery Syindrome (ACS)

Acute coronery syindrome (ACS) adalah Suatu keadaan gawat darurat


jantung dengan manifestasi klinis perasaan tidak enak di dada atau gejala-
gejala lain sebagai akibat iskemia miokard (Idrus Alwi, 2006).

ACS merupakan penyebab kematian nomor satu secara global dan


diproyeksikan tetap menjadi penyebab utama kematian di Indonesia maupun
di dunia. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan terapi kegawatan
sindrom koroner akut adalah kecepatan memperoleh akses penanganan.

2.2 Etiologi Acute Coronery Syindrome (ACS)

Etiologi primer dari sindroma koroner akut adalah aterosklerosis.


Aterosklerosis terjadi akibat inflamasi kronis pada pembuluh darah yang
dipicu akumulasi kolesterol pada kondisi kelainan metabolisme lemak yaitu
tingginya kadar kolesterol dalam darah. Plak aterosklerosis dapat ruptur dan
memicu pembentukan trombus sehingga terjadi oklusi pada arteri koroner.

1. Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya aterosklerosis dan serangan sindroma
koroner akut antara lain:
a. usia tua di atas 45 tahun
b. laki-laki dua kali lebih berisiko dibanding perempuan, namun tren
menunjukkan risiko pada perempuan juga cenderung meningkat
c. gaya hidup sedentary
d. perokok
e. obesitas
f. diabetes mellitus
g. dyslipidemia
h. hipertensi

2.3 Patofisiologi Acute Coronery Syindrome (ACS)


Patofisiologi sindrom koroner akut atau Acute Coronery Syindrome
(ACS), baik angina tidak stabil maupun non-ST segment elevation myocardial
infarction (NSTEMI), adalah sama, yakni ruptur plak aterosklerosis yang
diikuti pembentukan trombus pada lesi. Trombus yang terbentuk kemudian

2
kembali ditutupi oleh plak aterosklerosis sehingga pembuluh darah semakin
menyempit. Plak yang ruptur akan menyumbat pembuluh darah dan
menyebabkan perubahan pada pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG) yang
menunjukkan gambaran iskemik. Bila iskemik berlanjut, nekrosis dapat
terjadi pada otot miokardium yang ditandai dengan peningkatan level enzim
jantung.

1. Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penyakit pembuluh darah kronis akibat
metabolik yang diperparah oleh inflamasi. Proses terjadinya
aterosklerosis hingga ruptur plak, yaitu:

 akumulasi kolesterol

 inflamasi yang diperankan oleh leukosit (inisiasi, progresi,


destabililisasi)

 destabilisasi plak dapat menyebabkan ruptur plak yang dipicu oleh


sinyal inflamasi

 ruptur plak menyebabkan agregasi tombosit dan terbentuknya trombus


yang menyumbat arteri coroner.

2.4 Manifestasi Klinis Acute Coronery Syindrome (ACS)

Tanda-tanda dan gejala paling umum dari acute coronary syndrome adalah:

 Dada terasa seperti tertindih benda berat

 Nyeri yang terasa samar atau terasa sangat sakit di bagian dada, leher,
bahu kiri, lengan dan menyebar ke bagian bawah (terutama di bagian
lengan kiri)

Dikutip dari American Heart Association, nyeri dada yang disebabkan


oleh sindrom koroner akut bisa datang tiba-tiba, seperti halnya dengan
serangan jantung. Rasa sakit bisa tidak dapat diprediksi atau menjadi lebih
buruk, meski Anda sudah beristirahat.

Tanda-tanda dan gejala lain dari sindrom koroner akut yaitu:

 Sesak napas

 Detak jantung cepat atau tidak teratur

 Merasa seperti ingin jatuh

3
 Kelelahan yang parah

 Otot melemah

 Mual atau muntah

 Keluar keringat dingin

2.5 Pathway Acute Coronery Syindrome (ACS)

2.6 Uji Diagnostik Acute Coronery Syindrome (ACS)

1. Elektrokardiografi (EKG) membantu menentukan area jantung danarteri


koroner mana yang terlibat
2. Pemeriksaan kadar enzim kardiak dan protein bias menunjukkan kenaikan
khas pada CK-MB, troponin T dan I, dan myoglobin
3. Pemeriksaan laboratorium bisa memperlihatkan jumlah sel darah putih
yang meningkat dan tingkat sedimentasi eritrosit berubah dalam tingkat
elektrolit yang naik

4
4. Ekokardiografi bisa menunjukkan gangguan pergerakan dinding ventrikel
dan bias mendeteksi rupture otot papiler atau septal
5. Rontgen toraks bias menunjukkan gagal jantung sisi kiri, kardiomegali
atau penyebab non kardiak lain terhadap dispnea dan nyeri di dada
6. CT Scan yang menggunakan thallium 201 atau technetium 99m bias
digunakan untuk mengidentifikasi area infark.
7. Kateterisasi jantung bias digunakan untuk mengetahui arteri koroner yang
terlibat, serta memberikan informasi mengenai fungsi ventrikel dan
tekanan dan volume di dalam jantung.

2.7 Penanganan Acute Coronery Syindrome (ACS)

1. Oksigen digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen ke jantung


2. Nitrogliserin diberikan untuk meringankan nyeri di dada
3. Morfin diberikan untuk meringankan nyeri
4. Aspirin digunakan untuk menghambat agregasi platelet
5. Betabloker untuk mengurangi beban jantung yang berlebihan dan
kebutuhan oksigen
6. Heparin dan GPIIb/IIIainhibitor untuk meminimalkan agregasi platelet
7. Nitrogliserin I.V untuk mendilasi arteri koroner dan meringankan nyeri
dada
8. Obat penurun kolesterol
9. Terapi trombolitik (kecuali jika ada kontraindikasi) dalam waktu 12 jam
setelah serangan gejala
10. Heparin
11. GP Iib/IIIa Inhibitor untuk meminimalkan agregasi platelet
12. PTCA
13. Bedah CABG untuk membuka arteri yang mengalami rintangan atau
menyempit.

5
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus Fiktif

Seorang perempuan, 35 tahun, di rawat di ruang intensif jantung karena


menderita acute coronery syindrome. Pasien mengeluh nyeri pada dada bagian
sebelah kiri menjalar hingga ke punggung dan sesak disertai dengan pusing, lelah,
nyeri muncul pada saat pasien melakukan aktivitas sejak 2 hari yang lalu dan
sakitnya kadang - kadang, dan pasien mengatakan ia takut jika terjadi sesuata pada
dirinya. Pasien tersebut dapat melakukan activity daily living dengan bantuan
minimal, ambulasi dengan bantuan minimal, terpasang IV line untuk memasukan
obat. Hasil pemeriksaan tekanan darah 160/94 mmHg, nadi 105x/menit, respirasi
36x/menit, suhu 36,1oC. Hasil laboratorium hemoglobin 14,7 g/dL, Hematokrit
42,2%, Leukosit 14,47 103//ul, Trombosit 249 103//ul.

FORMAT PENGKAJIAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

1. IDENTIFIKASI KLIEN

Nama : Ny. A
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Warnasari, Cilegon - Bamtem
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


Lama Bekerja : Tidak
Dx Medis : Acute Coronery Syindrome
Tanggal MRS : 02 September 2020
No RM ; 57. 15. 33
Tanggal Pengkajian : 02 September 2020
Jam Pengkajian : 10.00 WIB
Sumber Informasi : Pasien dan Keluarga

6
Orang Tua / Suami / Istri / Wali
Nama : Tn. R
Status Keluarga : Suami
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Warnasari, Cilegon – Banten

2. RIWAYAT PENYAKIT
a) Keluhan utama masuk RS :
Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dirawat di ruang intensif jantung dengan keluhan nyeri pada dada
sebalah kiri dan sesak disertai dengan pusing.
Pengkajian PQRST :
P : nyeri yang diakibatkan penyumbatan aliran darah ke jantung
Q : Nyeri seperti tertimpa beban berat disertai sesak napas
R : Nyeri di bagian dada kiri hingga menjalar ke punggung
S : Skala nyeri 7 dan pasien tampak meringis
T : Nyeri muncul pada saat pasien beraktivitas
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak ada penyakit apapun sebelumya
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki
penyakit keturunan

7
3. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Menggunakan :
Tembakau (merokok) : Tidak
Alkohol : Tidak
Alergi (obat, makan, lainnya) : Tidak

2) Pola Nutrisi / Metabolik


Keterangan Di Rumah Di Rumah Sakit Masalah
Frekuensi 3 – 4 x sehari 3 x sehari Gangguan
Jenis Satur, buah, lauk Diberi diit TKPL ( pola
pauk, dan gemar Tinggi Klori Tinggi nutrisi
mengonsumsi Protein) dan TKRL karena
makanan bersantan (Tinggi Kalsium Rendah mual -
Lemak) muntah
Porsi 1 porsi piring ½ porsi piring
Frekuensi 7 – 8 gelas / hari, 2 – 3 gelas / hari
Minum
Jenis minuman Air putih, gemar Air Putih
mengonsumsi
minuman bersoda

3) Pola Eliminasi
a) Buang Air Besar (Eliminasi Alvi)
Keterangan Di Rumah Di Rumah Sakit Masalah
Frekuensi 2 x sehari 2 x sehari Normal
Konsistensi Padat Padat
Bau Khas Khas
Warna Coklat Kekuningan Coklat Kekuningan

b) Buang Air Kecil (Eliminasi Urin)


Keterangan Di Rumah Di Rumah Sakit Masalah
Frekuensi 6 x sehari 6 x sehari Tidak ada masalah
Konsistensi Cair Cair hanya terjadi
Bau Bau Aromatic Bau Khas Obat perubahan pada
Warna Kuning Bening Kuning Keruh warna dan bau
yang di akibatlan
oleh obat

8
4) Pola Aktivitas dan latihan
Kemampuan Perawatan Diri
Skor :
0 = Mandiri
1 = Dibantu sebagian
2 = Perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = Tergantung / tidak mampu
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian / berdandan 
Eliminasi 
Mobilisasi di tempat tidur 
Pindah 
Ambulasi 
Naik Tangga 
Belanja 
Memasak 
Merapihkan Rumah 

5) Istirahat dan Tidur


Keterangan Di Rumah Di Rumah Sakit Masalah
Jumlah Tidur 6 – 7 jam / 4 – 5 jam / hari Gangguan
hari Masalah tidur
Pengantar Tidur Tidak Ada Tidak Ada yang di
Gangguan Tidur Tidak Ada Tidur kadang akibatkan
dada terasa Nyeri dada
nyeri
Perasaan Waktu Senang Lemas dan
Bangun Cemas

6) Pola Perceptual / Kognitif


Status Mental : Sadar
Status Psikologis : Pasein merasa cemas karena takut jantung
berhenti
Bicara : Normal
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Kemampuan Baca : Bisa
Kemampuan Interaksi : Sesuai
Pendengaran : Normal
Pengalihatan : Normal
Vertigo : Tidak

9
7) Pola Persepsi Diri / Konsep Diri
Harga Diri : pasien merasa bangga dengan dirinya sendiri
Ideal Diri : Pasien berharap tubuhnya sehat kembali
Identitas Diri : Status pasien menikah dan pasien seorang IRT
Peran Diri : Sebagai seorang ibu rumah tangga
8) Pola Seksualitas dan Reproduksi
Menstruasi Terakhir : Bulan Agustus
Masalah Menstruasi : Tidak ada
Papsmear Terakhir : Tidak
Perawatan payudara setiap bulannya : Tidak
Pola seks selama masuk RS : Tidak
9) Pola Peran – Hubungan
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Kualitas Bekerja : Tidak
Sistem Dukungan : Baik
Dukungan Keluarga Selama Masuk RS : Baik
10) Pola Managemen Koping – Stres
Masalah utama selama masuk RS : Nyeri Dada
Kehilangan / perubahan yang terjadi sebelumnya : Tidak ada
Takut terhadap kekerasan : Tidak
Pandangan terhadap masa depan : Cemas
11) Sistem Nilai dan keyakinan
Agama : Islam
Larangan Agama : Minuman Alkohol

4. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keluhan yang dirasakan saat ini :
Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri menjalar hingga
kepunggung dan di sertai sesak dan pusing
2) Kesadaran : Lemah (Compos Mentis)
3) Tekanan Darah : 160/94 mmHg
4) Nadi : 105x/menit
5) RR : 36x/menit
6) Suhu : 6,1
7) Kepala
 Inpeksi : Mesocephlik, Simetris, tidak ada benjolan
 Palpasi : nyeri kepala tidak ada

10
8) Leher
 Inpeksi : Normal, tidak ada benjolan
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
9) Thorak
a) Paru
 Inpeksi : Gerakan simetris, retraksi dinding dada tidak terlihat,
tidak ada lesi
 Palpasi : tidak teraba benjolan
 Perkusi : Bunyi Sonor
 Auskultasi : Terdengar suara tambahan wheezing
b) Jantung
 Inpeksi : bentuk dada simetris, ictus cordis terlihat
 Palpasi : terdapat nyeri tekan dibagian kiri, dan tidak ada benjolan
 Perkusi : bunyi redup, adanya kardiomegali (pembesaran jantung)
 Auskultasi : bunyi jantung normal tidak adanya bunyi S3 jantung
tambahan mur mur
10) Abdomen
 Inspeksi : perut buncit, tidak ada lesi, warna kulit sawo matang
 Auskultasi : bising usus 16x/menit
 Palpasi : tidak asites, tidak ada nyeri tekan, tidak terkaji
pembesaran hepar
 Perkusi : bunyi timpani
11) Genitalia
 Inspeksi : Normal, tidak ada lesi dan benjolan
12) Eskstremitas
 Inspeksi : Akral hangat, tidak ada edema, tidak ada luka
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : kekuatan 3 3 , kelemahan pada anggota gerak.
3 3

11
5. Data Penunjang
a) Pemeriksaan Lab
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Masalah
Kamis Leukosit 14.47 H 3.8 – 10.6 10^3/ul Normal
30-07- Hemoglobin 14.7 13.2 – 17.3 g/dl Normal
2020 Hematokrit 42.2 40 – 52 % Normal
Trombosit 249 150 - 440 10^3/ul Normal
Limfosit 8.8 L 25 – 40 % Masalah
CK-MB 25 mcg/L 0–3 Mcg/L Masalah
LDH 315 U/L 140 – 280 U/ L Masalah
Trigliserida 134 0 – 150 Mg/dl Normal
Kolesterol 231 H 0 – 200 Mg/dl Masalah
GDS 160 H 70 – 105 Mg/dl Masalah
Natrium 140.0 135 – 147 mEq/L Masalah
Klorida 105 98 – 108 mmol/L Normal
Kalium 3.71 3.5 – 5.0 mEq/L Normal
SGPT 52 0 - 50 U/L Masalah

b) EKG
Ditemukannya dengan hasil :
1. ST depresi < 0.5 mm
2. T inversi 2 mm

c) Pemeriksaan Thoraks

 Tampaknya ada pembesaran jantung


 Tidak tampak adanya kelainan paru

12
d) Terapi
1) Obat – Obatan
No Nama Terapi Dosis Fungsi
1 Oksigen < 100% untuk membuat seseorang
mejadi lebih aktif
bergerak dan dapat
mengurangi sesak
2 Sublingual 0.4 mg Meredakan dan mencegah
Nirtogliserin serangan angina pada
penderita penyakit
koroner
3 Nitrogliserin 3–5 Untuk mengobati gagal
Intravena mcg/menit jantung dan angina
4 Morphine 2 mg Untuk menghilangkan
rasa nyeri sedang hingga
parah
5 Antiplatelets 150 – 300 Untuk mengencerkan
mg darah

2) Diet
 Diet Jantung III

13
6. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah Keperawatan


Ds: Acute Koronary Syindrome
pasien mengeluh nyeri (ACS)
pada dada bagian sebelah
kiri
Do: Suplai oksigen ke pembuluh
 EKG : darah coroner berkurang
- ST depresi < 0.5
mm Nyeri Akut
- T inversi < 2 mm Menyebabkan Adanya infark
 Pasien tampak di pembuluh darah coroner
menringis
 RR 36 x / menit
 Tekanan darah :
160/100 Nyeri Akut
 Tidak nafsu makan
Ds : Acute Coronary Sindrome
pasien mengeluh sesak (ACS)
Do :
 Foto Thoraks : adanya
pembesara n jantung Hipertrofi vntrikel kiri
 RR 36 x / menit Pola Nafas Tidak
 Tekanan darah: 160/94 Efektif
mmHg Pengembangan paru tidak
 Nadi 105x/menit optimal
 CRT >3 detik dijumpai
kurang oksigen
Pola Nafas Tidak Efektif
Ds : Acute Coronery Syindrome
pasien mengeluh lelah (ACS)
Do :
 ROM
Tka, Tki : 3 Pembuluh darah kurang
Kka, Kki : 3 oksigen
Intoleransi Aktivitas
 Nadi 105x/menit
 Tekanan darah 160/100
mmHg Fatigue

Intoleransi Aktivitas
Ds : Acute Coronery Syindrome
Pasien mengeluh mual (ACS) Defisit Nutrisi
muntah dan tidak nafsu

14
makan
Do :
 Pasien hanya
menghabiskan ½ porsi Adanya penyumbatan pada
 Membran mukosa pembuluh darah jantung
pucat koroner
 Bising usus 16x/menit

Mual dan muntah

Defisit Nutrisi
Ds : Acute Coronery Syindrome
 Pasien mengatakan (ACS)
merasa khawatir
dengan kondisinya
Do :
 Pasien terlihat cemas Kelemah Fisik
dan gelisah Ansietas / Kecemasan
 Sulit tidur

Kodisi dan Prognosis penyakit

Ansietas

15
7. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b/d pencedera fisiologi
2. Pola Nafas Tidak Efektif b/d Hambatan upaya nafas
3. Intoleransi Aktivitas b/d kelemahan
4. Defisit Nutrisi b/d gangguan kebiasaan makan
5. Ansietas b/d kecemasan berhubungan dengan kecemasan terhadap penyakit

8. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Masalah SLKI
SIKI
Keperawatan
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 2x24 jam,  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
Nyeri Akut teratasi dengan intesitas nyeri
kriteria hasil :  Identifikasi skala nyeri
 Keluhan nyeri menurun  Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Frekeunsi nadi membaik Terapeutik :
 Kesulitan tidur menurun  Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitas istirahat dan tidur

16
Edukasi :
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitornnyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian nitrogleserin sublingaul
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Observasi
efektif keperawatan selama 2x24 jam,  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
penurunan curah jantung teratasi  Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
dengan kriteria hasil : ronkhi kering)
 Dispnea menurun Terapeutik :
 Frekuensi nafas membaik  Posisikan posisi semi fowler atau fowler
 Kedalaman nafas membaik  Berikan minum hangat
 Berikan oksigen, jika perlu
Edikasi :
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kotraindikasi
 Ajarkan teknis batuk efektif
Kolaborasi :
 Kolaborasi prmberian bronkodilator, ekspektorsn, mukolitik, jika
perlu
3 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Aktivitas keperawatan selama 2x24 jam,  Identifikasi gangguang fungsi tubuh yang mengakibatkan
penurunan curah jantung teratasi kelelahan
dengan kriteria hasil :  Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Keluhan lelah menurun  Monitor pola dan jam tidur

17
 Frekuensi nadi meningkat  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
 Tekanan darah membaik Terapeutik :
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktik
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi :
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
 Anjarkan strategi kpong untuk mengurangi kelelahan
 Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam menrencanakan dan
memonitor progam aktivitas
4 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 2x24 jam,  Identifikasi status nutrisi
penurunan curah jantung teratasi  Identifikasi makan yang disukai
dengan kriteria hasil :  Monitor asupan makanan
 Porsi makan meningkat  Monitor berat badan
 Nafsu makan membaik  Monitor hasil pemerikasaan laboratorium
 Membran mukosa membai Terapeutik :
 Lakukan oral hygine sebelum makan jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

18
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk jika perlu
 Ajarkan diet yang diprogamkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutri yang dibutuhkan
5 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Observasi :
(kecemasan) keperawatan selama 2x24 jam,  Identifikasi saat tingkah ansietas berubah
penurunan curah jantung teratasi  Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
dengan kriteria hasil : Terapeutik
 Perilaku gelisah menurun  Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuh kepercayaan
 Perilaku tegang menurun  Temani pasien untuk mengurangi kescemasan, jika
 Pola tidurnmembai memungkinkan
 Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi :
 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

19
9. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Masalah Keperawatan Tanggal Siki Paraf


1 Nyeri Akut b/d pencedera 02/09/20 Observasi : Umi
fisiologi  Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas nyeri Farida
Ds:  Mengidentifikasi skala nyeri
pasien mengeluh nyeri
 Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
pada dada bagian sebelah
kiri  Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Do:  Mengidentifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 EKG  Memonitor efek samping penggunaan analgetik
- ST depresi < 0.5 mm
- T inversi < 2 mm Terapeutik :
 Memberikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
 CKMB : 25 mcg/L
 Nadi 105x/menit hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Tekanan darah :
160/100 Sulit tidur  Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Memfasilitasi istirahat dan tidur
 Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan srategi meradakan
nyeri

Edukasi :
 Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Menjeelaskan strategi meredakan nyeri
 Menganjurkan memonitornnyeri secara mandiri

20
 Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

03/09/20 Observasi :
 Mengidentifikasi skala nyeri
 Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
 Memonitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik :
 Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan srategi meradakan
nyeri

Edukasi :
 Menganjurkan memonitornnyeri secara mandiri
 Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat

Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Pola Nafas Tidak Efektif 02/09/20 Observasi Umi


b/d Hambatan upaya nafas  Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas) Farida

21
Ds :  Memonitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
pasien mengeluh sesak kering)
Do : Terapeutik :
 Foto Thoraks : adanya  Memposisikan semi fowler atau fowler
pembesara n jantung  Memberikan minum hangat
 RR 36 x / menit  Memberikan oksigen, jika perlu
 Tekanan darah: 160/100 Edikasi :
mmHg  Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kotraindikasi
 Nadi 105x/menit  Mengajarkan teknis batuk efektif
 CRT >3 detik dijumpai Kolaborasi :
 Berkolaborasi prmberian bronkodilator, ekspektorsn, mukolitik, jika perlu
kurang oksigen

03/09/10 Observasi
 Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)

Terapeutik :
 Memberikan oksigen, jika perlu

Edikasi :
 Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kotraindikasi

Kolaborasi :
 Berkolaborasi prmberian bronkodilator, ekspektorsn, mukolitik, jika perlu

22
3. Intoleransi Aktivitas b/d 02/09/20 Observasi : Umi
kelemahan  Mengidentifikasi gangguang fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan Farida
Ds :  Memonitor kelelahan fisik dan emosional
pasien mengeluh lelah
 Memonitor pola dan jam tidur
Do :
 Nadi 105x/menit  Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
 Tekanan darah 160/100 Terapeutik :
mmHg  Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
 Melakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktik
 Memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi :
 Menganjurkan tirah baring
 Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Menganjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
 Menganjarkan strategi kpong untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi :
 Berkolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor
progam aktivitas

23
03/09/20 Observasi :
 Memonitor kelelahan fisik dan emosional
 Memonitor pola dan jam tidur

Terapeutik :
 Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
 Memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi :
 Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Menganjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang

Kolaborasi :
 Berkolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencakanan dan memonitor
progam aktivitas

4 Defisit Nutrisi b/d 02/09/20 Observasi :


gangguan kebiasaan makan  Mengidentifikasi status nutrisi
 Mengidentifikasi makan yang disukai
Ds :
 Memonitor asupan makanan
Pasien mengeluh mual
muntah dan tidak nafsu  Memonitor berat badan
makan  Memonitor hasil pemerikasaan laboratorium
Do :
 Pasien hanya

24
menghabiskan ½ porsi Terapeutik :
 Membran mukosa pucat  Melakukan oral hygine sebelum makan jika perlu
 Memfasilitasi menentukan pedoman diet
Bising usus 16x/menit  Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

Edukasi
 Menganjurkan posisi duduk jika perlu
 Mengajarkan diet yang diprogamkan
Kolaborasi
 Berkolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
 Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutri
yang dibutuhkan

03/09/20 Observasi :
 Mengidentifikasi status nutrisi
 Memonitor asupan makanan
 Memonitor berat badan

Terapeutik :
 Melakukan oral hygine sebelum makan jika perlu

Edukasi
 Menganjurkan posisi duduk jika perlu

Kolaborasi
 Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi

25
yang dibutuhkan

5 Ansietas b/d kecemasan 02/09/20 Observasi :


berhubungan dengan  Mengidentifikasi saat tingkah ansietas berubah
kecemasan terhadap  Mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan
penyakit
Ds : Terapeutik
 Pasien mengatakan  Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuh kepercayaan
merasa khawatir dengan  Menemani pasien untuk mengurangi kescemasan, jika memungkinkan
kondisinya  Menggunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
 Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Do :
Edukasi :
 Pasien terlihat cemas dan
 Menginformasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
gelisah
prognosis
 Sulit tidur
 Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
 Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Melatih teknik relaksasi

Kolaborasi :
 Berkolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

26
03/09/20 Observasi :
 Mengidentifikasi saat tingkah ansietas berubah

Terapeutik :
 Menemani pasien untuk mengurangi kescemasan, jika memungkinkan

Edukasi :
 Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

Kolaborasi :
 Berkolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

27
10. EVALUASI

Tanggal Masalah Keperawatan Evaluasi


02/09/2020 Nyeri Akut S : Pasien mengatakan nyeri dada berkurang
O : Nadi 100x/menit,
Tekanan darah 140/100 mmHg
Pasien masih sulit tidur
A : Nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan, pasien diberikan
morpihine

03/09/2020
S : Pasien mengatakan sudah tidak nyeri lagi
O : nadi 80x/menit
Tekanan darah 120/70 mmHg
Pasien sudah bisa tidur
A : nyeri akut tertasi
P : intervensi dihentika
02/09/2020 Pola Nafas Tidak Efektif S : Pasien mengatakan masih merasa sesak
O : Tekanan darah 160/100 mmHg
Nadi 105x/menit, CRT < 3 detik,
RR : 36x/menit
A : Pola nafas tidak efektif belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan dengan pemberian
oksigen denga saturasi < 100 %

03/09/2020 S : Pasien mengatakan sudah tidak sesak


O : Tekanan darah 120/70 mmHg,
Nadi 92x/menit, CRT < 3 detik,
RR : 20x/menit
A : Pola nafas tidak efektif teratasi
P : Intervensi dihentikan
02/09/2020 Intoleransi Aktivitas S : pasien mengatakan masih merasa lelah
O : Tekanan darah 160/100 mmHg,
Nadi 105x/menit
Tka, Tki : 3
Kka, Kki : 3
A : Intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan, pasien di anjurkan
untuk tirah baring

03/09/2020 S : Pasien mengatakan lelah membaik


O : Tekanan darah 120/70 mmHg,
Nadi 92x/menit

28
A : Intolersansi aktivitas membaik
P : intervansi dihentikan
02/09/2020 Defisit Nutrisi S : Pasien mengatakan masih merasa mual
muntah saat makan
O : pasien hanya menghabiskan makan ½
porsi, membran mukosa pucat
A : Defisit nutrisi belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan, perawat
mengidentifikasi status nutrisi pasien

03/09/2020 S : Pasien mengatakan sudah tidak mual


muntah lagi
O : pasien sudah menghabiskan 1 porsi
makanan, membra mukosa normal
A : Defisit Nutri membaik
P :Intervensi dihentikan
02/09/2020 Ansietas S : pasien mengatakan masih merasa cemas
dengan penyakitnya
O : pasien tampak gelisah
A : Ansietas belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan, perawat
memberikan motivasi yang memicu
kecemasan pada pasien, dan perawat
melatih pasien untuk melakukan teknik
relaksasi

03/09/2020 S : pasien mengatakan sudah tidak merasa


khawatir dengan kondisinya
O : pasien sudah tidak terlihat cemas dan
gelisah
A : Ansietas membaik
P : Intervensi dihentikan

29
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Infark jantung adalah nekrosis sebagian oto jantung akibat


berkurangnya suplai darah ke bagian otot tersebut akibat oklusi atau
thrombosis arteria koronaria atau dapat juga akibat keadaan syok atau anemia
akut. Apabila seseorang mengalami Nyeri dada tiba-tiba berlangsung terus
menerus, terletak dibagian bawah sternum dan perut atas harus dilakukan
tindakan segera yaitu EKG, Pemeriksaan Laboratori, Pemeriksaan Darah,
Pemeriksaan Enzim Serum. Setelah diagnosis infark miokard akut ditegakkan
maka selanjutnya dilakukan observasi dngan cermat.

Berdasarkan materi yang ada tentang sindrom koroner akut asuhan


keperawatan yang dilakukan yaitu :

1) Melakukan pengkajian
2) Menganalisa data
3) Merumuskan diagnosa keperawatan
4) Merencanakan tujuan dan intervensi
5) Mengimplemetasi rencana keperawatan
6) Mengevaluasi

4.2 Saran

Bagi klien yang mempunyai gejala-gejala yang tampak seperti Nyeri


yang memancar sampai ke bahu, leher, lengan, atau rahang, atau nyeri di
punggung diantara tulang belikat dan gejala sebelumya maka perlu dilakukan
dignosis dini karena dapat dicurigai mengalami penyakit sindrom koroner
akut terutama infark miokard akut. Dengan diagnosis yang tepat dan dengan
tindakan yang cermat dan tepat maka kita akan menyelamtkan nyawa
penderita.

30
DAFTAR PUSTAKA

PPNI 2016 Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Dewan Pengurus Pusat


PPNI : Jakarta

PPNI 2016 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Dewan Pengurus Pusat


PPNI : Jakarta

PPNI 2016 Standar Luaran Keperawatan Indonesia Dewan Pengurus Pusat PPNI :
Jakarta

http://ppds.fk.ub.ac.id/cardio/jejaring-acute-coronary-syndrome-acs/ di akses pada


tanggal 02 september 2020 pukul 20.15

https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/sindrom-koroner-
akut/etiologi#:~:text=Etiologi%20primer%20dari%20sindroma%20koroner,tinggi
nya%20kadar%20kolesterol%20dalam%20darah. di akses pada tanggal
02 september pukul 20.27

https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/sindrom-koroner-
akut/patofisiologi di akses pada tanggal 02 september 2020 pukul 20.33

https://rumahsakit.unair.ac.id/website/tanda-dan-gejala-penyakit-sindrom-
koroner-akut/ di akses pada tanggal 02 september 2020 pukul 20.42

https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/sindrom-koroner-akut/#gref di akses
pada tanggal 02 september 2020 pukul 20.50

31

Anda mungkin juga menyukai