PATOFISIOLOGI
”PATOFISIOLOGI INFRAK MIOKART AKUT”
Dosen Pengampuh Mata Kuliah : Muhaimin Sararani, S.Kep., Ns., M.Sc
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia – Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
“Patofisiologi Infrak Miokart Akut” ini dengan baik. Selama dalam menyusun makalah
ini kami senantiasa mendapat inspirasi dan dorongan moril maupun materil dari
berbagai pihak terutama dari Dosen Patofisiologi, Muhaimin Sararani, S.Kep., Ns.,
M.Sc yang telah memberikan saran serta petunjuk kepada kami kelompok 1.Kami
menyadari akan keterbatasan dan kekurangan baik isi maupun redaksi. Oleh karena itu
didalam penyusunan makalah ini tidak lepas dan bantuan dari berbagai pihak, maka
kami menyampaikan terimakasih banyak. Kritik dan saran yang bersifat membangun,
kami nantikan. Semoga karya ini berguna dan bermanfaa tbagi siapa saja yang
membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
1. Latar Belakang
Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung
adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung terhenti sehingga
sel otot jantung mengalami kematian ( Robbins SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam
Pratiwi, 2012 ). Masyarakat sering menganggap nyeri dada yang menjalar hanyalah
rasa capek biasa, kemungkinan besar itu tanda dari penyakit jantung. Nyeri pada infark
miokard akut tidak bisa hilang sendirinya, meskipun gejala berkurang saat istirahat.
Pada masyarakat masih salah persepsi ketika mereka istirahat, gejala mereka hilang
berarti mereka sembuh. Salah satu penyebab adalah anggapan bahwa penyakit yang ia
derita hanya gejala masuk angin atau angin duduk biasa. Cara yang paling sering
ditempuh untuk mengatasi gejala masuk angin adalah dengan menggosokkan balsam
atau minyak rempah pada tubuh penderita. Setelah itu sering kali dilanjutkan dengan
mengerik, yaitu menggoreskan uang logam pada punggung dan dada hingga
meninggalkan bekas berwarna kemerahan dan berpola seperti tulang sirip ikan. Bekas
goresan yang berwarna lebih merah sampai kehitaman adalah pertanda banyaknya
angin yang masuk ke dalam tubuh. Adapun jika penderita bersendawa saat digosok atau
dikerik, maka angin dianggap sudah berhasil dikeluarkan dari tubuh ( Yahya, 2010 ).
Dari data WHO tahun 2012 menunjukkan bahwa Infark Miokard Akut atau
IMA merupakan penyebab kematian utama di dunia. Terhitung 12,2% kematian di
dunia di akibatkan oleh penyakit kardiovaskuler salah satunya adalah Infark Miokard
Akut ( WHO, 2012 ).
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, maka dapat di jabarkan rumusan
masalahnya sebagai berikut:
3. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Defenisi Infark Miokard Akut ?
2. Bagaimana Klasifikasi Infark Miokard Akut?
3. Bagaimana Etiologi Infark Miokard Akut ?
4. Bagaimana Patofisiologi Infark Miokard Akut ?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis Infark Miokard Akut ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Infark Miokard Akut ?
7. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Infark Miokard Akut ?
8. Bagaimana Kompikasi Infark Miokard Akut ?
9. Bagaimana Faktor Resiko Infark Miokard Akut ?
10. Bagaimana Dampak Masalah Infark Miokard Akut ?
BAB II
PEMBAHASAN
Infark miokard disebabkan oleh nekrosis miokardium akibat perfusi darah yang
tidak adekuat pada jaringan otot jantung. Keadaan ini menyebabkan perubahan
mikroskopis pada jantung dan pelepasan enzim jantung ke dalam aliran darah. Faktor
resiko meliputi pertambahan usia, keadaan hiperkoagulabel, vaskulitis dan faktor yang
menjadi predisposisi aterosklerosis ( Tao, 2014 ).
2. Klasifikasi
a. Infark Miokard Akut Subendokardial
Infark miokard Subendokardial terjadi akibat aliran darah
subendokardial yang relatif menurun dalam waktu yang lama sebagai akibat
perubahan derajat penyempitan arteri koroner atau dicetuskan oleh kondisi-
kondisi seperti hipotensi, perdarahan dan hipoksia ( Rendy & Margareth, 2012).
b. Infark Miokard Akut Transmural
Pada lebih dari 90 % pasien infark miokard transmural berkaitan dengan
trombosis koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami
penyempitan arteriosklerosik. Penyebab lain lebih jarang ditemukan ( Rendy &
Margareth, 2012 ).
3. Etiologi
Intinya IMA terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan
tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkan kematian sel - sel jantung tersebut.
Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut ( Kasron, 2016)
diantaranya :
4. Patofisiologi
Infark miokardium jelas akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang
nekrosis kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang iskemia disekitarnya juga
mengalami gangguan daya kontraksi. Secara fungsional infark miokardium akan
menyebabkan perubahan - perubahan seperti pada iskemia : (1) daya kontraksi
menurun, (2) gerakan dinding abnormal, (3) perubahan daya kembang dinding
ventrikel, (4) pengurangan curah sekuncup, (5) pengurangan fraksi ejeksi, (6)
peningkatan vol. Akhir sistolic dan akhir diastolic ventrikel, dan (7) peningkatan
tekanan akhir diastolic ventrikel kiri.
Peningkatan frekuensi jantung dan daya kontraksi oleh refleks simpatic dapat
memperbaiki fungsi ventrikel. Penyempitan arteriola menyeluruh akan mempertinggi
resistensi perifer total, dengan demikian tekanan rata ± rata artena akan meningkat.
Penyempitan pembuluh vena 13 akan mengurangi kapasitas vena, akan meningkatkan
alir balik vena ke jantung dan pengisian ventrikel. Pengisian ventrikel yang meningkat
akan meningkatkan daya kontraksi. Dengan menurunnya fungsi ventrikel maka
diperlukan tekanan pengisian diastolic yang lebih tinggi, agar curah sekuncup dapat
dipertahankan. Peningkatan tekanan pengisian diastolic dan vol ventrikel akan
merenggangkan seraput miokardium, dengan demikian meningkatkan kekuatan
kontraksi sesuai hukum starling. Tekanan pengisian sirkulasi dapat ditingkatkan lebih
lanjut lewat retensi natrium dan air oleh ginjal. Akibatnya, infark miokardium biasanya
disertai pembesaran ventrikel kiri sementara akibat dilatasi kompensasi jantung. Bila
perlu, dapat terjadi hypertrofi kompensasi jantung sebagai usaha untuk meningkatkan
daya kontraksi dan pengosongan ventrikel.
• Ukuran infark : infark yang melebihi 40% miokardium berkaitan dengan insiden
syok kardiogenik tinggi.
• Lokasi infark : lokasi di dinding anterior lebih besar kemungkinannya
mengurangi fungsi mekanik dibandingkan dengan kerusakan dinding inferior.
• Fungsi miokardium yang terlibat : infark tua akan membahayakan fungsi
miokardium sisanya.
• Sirkulasi kolateral : baik melalui anastomosis arteri yang sudah ada atau melalui
saluran yang baru terbentuk, dapat berkembang sebagai respon terhadap
iskemia yang kronik dan hipoperfusi regional guna memperbaiki aliran darah
yang menuju ke miokardium terancam.
• Mekanisme kompensasi dari kardiovaskuler mekanisme ini bekerja untuk
mempertahankan curah jantung dan perfusi perifer ( Wijaya, Putri, 2013 ).
5. Manifestasi Klinis
Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan,
ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan ( umumnya
kiri ), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung
lebih lama dari angina pektoris dan tak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-
kadang, terutama pada pasien diabetes dan orangtua, tidak ditemukan nyeri sama sekali.
Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin,
berdebar debar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan. Walaupun IMA dapat
merupakan manifestasi pertama penyakit jantung koroner namun bila anamnesis
dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului keluhan-keluhan angina,
perasaan tidak enak di dada atau epigastrium. Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak
ada yang spesifik dan dapat normal. Dapat ditemui BJ yakni S2 yang pecah, paradoksal
dan irama gallop. Adanya krepitasi basal menunjukkan adanya bendungan paru-paru.
Takikardia, kulit yang pucat, dingin, dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif
lebih berat, kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau berada di dinding
dada pada IMA inferior ( Kasron, 2016 ). Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAGE
AMI ) adalah :
• Klinis
1) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda,
biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan
gejala utama.
2) Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
3) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke
bahu dan terus ke bawah menuju lengan ( biasanya lengan kiri ).
4) Nyeri mulai secara spontan ( tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional ), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan
bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
5) Nyeri dapat menjalar ke arah tahang dan leher.
6) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,
pening atau kepala terasa melayang dan mual, muntah.
7) Pasien dengan diabetes mellitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor
(menumpulkan pengalaman nyeri ).
• Laboratorium
Pemeriksaan enzim jantung
1) CPK-MB/CPK, Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36- 48 jam.
2) LDH/HBDH, meningkatkan dalam 12-24 jam dan memakan waktu lama
untuk kembali normal.
3) AST/SGOT, meningkat (kurang nyata/khusus) terjadi dalam 6-12 jam,
memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari.
• EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan
simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi
kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
6. Penatalaksanaan
Tujuan awal tata laksana infark miokard akut yaitu mengembalikan perfusi
miokard sesegera mungkin, meredakan nyeri, serta mencegah dan tata laksana
komplikasi ( Asikin, Nuralamsyah, Susaldi, 2016 ). Tata laksana awal meliputi :
7. Pemeriksaan Penunjang
Infark miokardium klasik oleh trias diagnostic yang khas ( Price, 2006 dalam
Wijaya, Putri, 2013 ).
1 Pertama :
Gambaran klinis yang khas terdiri dari nyeri dada yang berlangsung lama dan
hebat, biasanya disertai mual, keringat dingin, muntah, dan perasaan seakan -
akan menghadapi ajal.
a) Tetapi, 20% - 60% kasus infark yang tidak fatal bersifat tersembunyi atau
asimtomatik.
b) Sekitar setengah dari kasus ini benar - benar tersembunyi dan tidak
diketemukan kelainan, dan diagnosis melalui pemeriksaan EKG yang rutin atau
pemeriksaan postmortem.
2 Kedua :
Meningkatkan kadar enzim - enzim jantung yang dilepaskan oleh sel - sel
miokardium yang nekrosis.
a) Enzim - enzim yang dilepaskan terdiri dari keratin, fosfokinase, ( CK atau
CPK ), glautamat, oksaloasetat transaminase ( SGOT atau GOT ) dan laktat
dehidrogenase ( LDH ).
b) Pola peningkatan enzim ini mengikuti perjalanan waktu yang khas sesudah
terjadinya infark miokardium. 19 Meskipun enzim ini merupakan pembantu
diagnosis yang sangat berharga, tetapi interprestasinya terbatas oleh fakta
bahwa peningkatan enzim yang terukur bukan merupakan indikator spesifik
kerusakan miokardium, terdapat proses - proses lain yang juga dapat
menyebabkan peningkatan enzim, sehingga dapat menyesatkan interprestasi.
1) Perubahan ini tampak pada hantaran yang terletak diatas daerah miokardium
yang mengalami nekrosis.
2) Sedang beberapa waktu segmen ST dan gelombang T akan kembali normal,
hanya gelombang Q tetap bertahan sebagai bukti elektrokardiograp adanya
infark lama
3) Tetapi hanya 50% atau 75% pasien infark miokardium akut yang
menunjukkan pemulihan elektrokardiografis klasik ini
4) Pada 30% pasien yang didiagnosis dengan infark tidak terbentuk gelombang
Q.
1. Disritmia
Komplikasi paling sering dari infark miokard akut adalah gangguan irama
jantung ( 90% ). Faktor predisposisi :
1) Iskemia Jaringan,
2) Hipoksemia,
4) Asidosis laktat,
5) Kelainan Hemodinamaik,
6) Keracunan Obat,
Studi pada 924 kasus kematian akibat IM akut menunjukkan adanya trombi
mural pada 44% kasus pada endokardium. Studi autopsy menunjukkan 10% kasus IM
akut meninggal mempunyai emboli arterial ke otak, ginjal, limpa atau mesenterium.
4 Perikarditis
5 Ruptura Miokardium
Ruptur dinding bebas dari ventrikel kiri menimbulkan kematian sebanyak 10%
dirumah sakit karena IM akut. Ruptur ini menyebabkan tamponade jantung dan
kematian. Ruptur Septum Interventrikular jarang terjadi, yang terjadi pada kerusakan
miokard luas, dan menimbulkan Defek Septum Ventrikel.
6 Aneurisma Ventrikel
9. Faktor Resiko
Secara garis besar terdapat dua jenis faktor resiko bagi setiap orang untuk
terkena AMI, yaitu faktor resiko yang bisa di modifikasi dan faktor resiko yang tidak
bisa di modifikasi ( Kasron, 2016 ).
1 Dampak Psikologis :
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
4. Bagi Responden