MAKALAH
Disusun oleh :
NIM : P07220216004
JURUSAN KEPERAWATAN
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
melimpahkan rahmatnya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Konsep Dasar Kegawatdaruratan Infark Miokard Akut ini
dengan lancar.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
2.1 Definisi
2.3 Patofisiologi
2.7 Penatalaksanaan
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
3
BAB I
PENDAHULUAN
Infark Miokard Akut (IMA) adalah suatu keadaan nekrosis otot jantung
akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen yang terjadi
secara mendadak. Penyebab paling sering adalah adanya sumbatan koroner,
sehingga terjadi gangguan aliran darah yang diawali hipoksia miokard
(Setianto et al., 2003).
IMA merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju.
Laju mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalah 30% dengan lebih dari
separuh kematian terjadi sebelum pasien mencapai rumah sakit. Walaupun
laju mortalitas menurun sebesar 30% dalam 2 dekade terakhir, sekitar 1 dari
25 pasien yang tetap hidup pada perawatan awal, meninggal dalam tahun
pertama setelah IMA (Alwi, 2006).
4
penyebab diatas bisa menyebabkan iskemik jantung, bila tidak tertolong akan
mengakibatkan kematian jantung yang disebut infark miokard (Braunwald
and Pasternak, 2000).
5
5. Untuk memahami penatalaksanaan Infark Miokard Akut
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Infark adalah area nekrosis koagulasi pada jaringan akibat iskemia lokal,
disebabkan oleh obstruksi sirkulasi ke daerah itu, paling sering karena
trombus atau embolus (Dorland, 2002). Iskemia terjadi oleh karena obstruksi,
kompresi, ruptur karena trauma dan vasokonstriksi. Obstruksi pembuluh
darah dapat disebabkan oleh embolus, trombus atau plak aterosklerosis.
Kompresi secara mekanik dapat disebabkan oleh tumor, volvulus atau hernia.
Ruptur karena trauma disebabkan oleh aterosklerosis dan vaskulitis.
Vaskokonstriksi pembuluh darah dapat disebabkan obat-obatan seperti kokain
(Wikipedia, 2010).
7
2.2 Etiologi dan Faktor Resiko
Infark miokard secara spontan terjadi karena ruptur plak, fisura, atau
diseksi plak aterosklerosis. Selain itu, peningkatan kebutuhan dan
ketersediaan oksigen dan nutrien yang inadekuat memicu munculnya
infark miokard. Hal-hal tersebut merupakan akibat dari anemia, aritmia
dan hiper atau hipotensi.
8
Pada keadaan ini, peningkatan pertanda biokimiawi tidak ditemukan.
Hal ini disebabkan sampel darah penderita tidak didapatkan atau
penderita meninggal sebelum kadar pertanda biokimiawi sempat
meningkat. Universitas Sumatera Utara
Ada empat faktor resiko biologis infark miokard yang tidak dapat
diubah, yaitu usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga. Resiko
aterosklerosis koroner meningkat seiring bertambahnya usia. Penyakit
yang serius jarang terjadi sebelum usia 40 tahun. Faktor resiko lain
masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat proses
aterogenik (Santoso, 2005). Faktor- faktor tersebut adalah abnormalitas
kadar serum lipid, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, faktor
9
psikososial, konsumsi buah-buahan, diet dan alkohol, dan aktivitas fisik
(Ramrakha, 2006).
10
kardiovaskuler berhubungan dengan rokok (Ramrakha, 2006). Menurut
Ismail (2004), penggunaan tembakau berhubungan dengan kejadian
miokard infark akut prematur di daerah Asia Selatan.
2.3 Patofisiologi
11
ditandai dengan formasi bertahap fatty plaque di dalam dinding arteri.
Lamakelamaan plak ini terus tumbuh ke dalam lumen, sehingga diameter
lumen menyempit. Penyempitan lumen mengganggu aliran darah ke distal
dari tempat penyumbatan terjadi (Ramrakha, 2006).
Faktor-faktor seperti usia, genetik, diet, merokok, diabetes mellitus tipe II,
hipertensi, reactive oxygen species dan inflamasi menyebabkan disfungsi dan
aktivasi endotelial. Pemaparan terhadap faktor-faktor di atas menimbulkan
injury bagi sel endotel. Akibat disfungsi endotel, sel-sel tidak dapat lagi
memproduksi molekul-molekul vasoaktif seperti nitric oxide, yang berkerja
sebagai vasodilator, anti-trombotik dan anti-proliferasi. Sebaliknya, disfungsi
endotel justru meningkatkan produksi vasokonstriktor, endotelin-1, dan
angiotensin II yang berperan dalam migrasi dan pertumbuhan sel (Ramrakha,
2006).
12
iskemia miokard dan keparahan manifestasi klinis penyakit. Oleh sebab itu,
obstruksi kritis pada arteri koroner kiri atau arteri koroner desendens kiri
berbahaya (Selwyn, 2005).
13
kebutuhan oksigen. Pada Non STEMI, trombus yang terbentuk biasanya tidak
menyebabkan oklusi menyeluruh lumen arteri koroner (Kalim, 2001).
Nyeri dada penderita infark miokard serupa dengan nyeri angina tetapi
lebih intensif dan berlangsung lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan
istirahat ataupun pemberian nitrogliserin (Irmalita, 1996). Angina pektoris
adalah “jeritan” otot jantung yang merupakan rasa sakit pada dada akibat
kekurangan pasokan oksigen miokard. Gejalanya adalah rasa sakit pada dada
sentral atau retrosentral yang dapat menyebar ke salah satu atau kedua tangan,
leher dan punggung. Faktor pencetus yang menyebabkan angina adalah
kegiatan fisik, emosi berlebihan dan terkadang sesudah makan. Hal ini karena
kegiatan tersebut mencetuskan peningkatan kebutuhan oksigen. Namun, sakit
dada juga sering timbul ketika pasien sedang beristirahat (Hanafiah, 1996).
Pada fase awal infark miokard, tekanan vena jugularis normal atau sedikit
meningkat (Irmalita, 1996). Pulsasi arteri karotis melemah karena penurunan
14
stroke volume yang dipompa jantung (Antman, 2005). Volume dan denyut
nadi cepat, namun pada kasus infark miokard berat nadi menjadi kecil dan
lambat. Bradikardi dan aritmia juga sering dijumpai. Tekanan darah menurun
atau normal selama beberapa jam atau hari. Dalam waktu beberapa minggu,
tekanan darah kembali normal (Irmalita, 1996).
Sakit dada terjadi lebih dari 20 menit dan tidak hilang dengan pemberian
nitrat biasa.
Nekrosis miokard dilihat dari 12 lead EKG. Selama fase awal miokard
infark akut, EKG pasien yang mengalami oklusi total arteri koroner
menunjukkan elevasi segmen ST. Kemudian gambaran EKG berupa
elevasi segmen ST akan berkembang menjadi gelombang Q. Sebagian
kecil berkembang menjadi gelombang non-Q. Ketika trombus tidak
menyebabkan oklusi total, maka tidak terjadi elevasi segmen ST. Pasien
15
dengan gambaran EKG tanpa elevasi segmen ST digolongkan ke dalam
unstable angina atau Non STEMI (Cannon, 2005).
4. Ekokardiografi
16
daerah nekrotik kecil atau tersebar. Gelombang Q dikatakan abnormal jika
durasinya ≥ 0,04 detik. Namun hal ini tidak berlaku untuk gelombang Q di
lead III, aVR, dan V1, karena normalnya gelombang Q di lead ini lebar dan
dalam (Chou, 1996).
17
Diagnosis STEMI ditegakkan jika ditemukan angina akut disertai elevasi
segmen ST. Nilai elevasi segmen ST bervariasi, tergantung kepada usia, jenis
kelamin, dan lokasi miokard yang terkena. Bagi pria usia ≥ 4 0 tahun, STEMI
ditegakkan jika diperoleh elevasi segmen ST di V1-V3 ≥ 2 mm dan ≥ 2,5 mm
bagi pasien berusia < 40 tahun (Tedjasukmana, 2010). ST elevasi terjadi
dalam beberapa menit dan dapat berlangsung hingga lebih dari 2 minggu
(Antman, 2005).
Diagnosis Non STEMI ditegakkan jika terdapat angina dan tidak disertai
dengan elevasi segmen ST yang persisten. Gambaran EKG pasien Non
STEMI beragam, bisa berupa depresi segmen ST, inversi gelombang T,
gelombang T yang datar atau pseudo-normalization, atau tanpa perubahan
18
EKG saat presentasi. Untuk menegakkan diagnosis Non STEMI, perlu
dijumpai depresi segmen ST ≥ 0,5 mm di V1-V3 dan ≥ 1 mm di sandapan
lainnya. Selain itu dapat juga dijumpai elevasi segmen ST tidak persisten (<20
menit), dengan amplitudo lebih rendah dari elevasi segmen ST pada STEMI.
Inversi gelombang T yang simetris ≥ 2 mm semakin memperkuat dugaan Non
STEMI (Tedjasukmana, 2010).
2.7 Penatalaksanaan
a. Terapi Reperfusi
Untuk pasien yang mengalami infark miokard akut dengan waktu onset
gejala kurang dari 12 jam, Percutaneus Coronary Intervention (PCI),
Coronary Artery Bypass Graft (CABG), artaupun reperfusi farmakologis
(fibrinolitik) harus dilakukan sedini mungkin.
19
SKA yang harus segera dipindahkan ke rumah sakit untuk dilakukan
penilaian. Pemindahan umumnya harus dilakukan oleh paramedis yang
terlatih dengan monitoring jantung dan fasilitas resusitasi serta kemampuan
untuk mendapatkan EKG selama perjalanan. Tranmisi EKG diawal akan
memungkinkan rumah sakit untuk mendiagnosis dan memberikan inisiasi
awal sampai pada tindakan selanjutnya.
20
(sedang), 4 (cukup intensitasnyeri.
meningkat), 5
Identifikasi nyeri
(meningkat)
Identifikasi faktor
Kemampuan mengenali
memperberat dan
onset nyeri : 1
memperingan nyeri.
(menurun), 2 (cukup
menurun), 3 (sedang), 4 Monitor efek samping
(cukup meningkat), 5 analgesik
(meningkat)
Kemampuan mengenali
Pemberin Analgesik
penyebab nyeri : 1
(menurun), 2 (cukup Identifikasi riwayat
menurun), 3 (sedang), 4 alergi obat
(cukup meningkat), 5
Monitot TTV setelah
(meningkat)
pemberian Analgesik
Kemampuan
Monitor efektivitas
menggunakan teknik
abnalgesik
non-farmakologi: 1
(menurun), 2 (cukup
menurun), 3 (sedang), 4
(cukup meningkat), 5
(meningkat)
Dukungan orang
terdet 1 (menurun), 2
(cukup menurun), 3
(sedang), 4 (cukup
meningkat), 5
(meningkat)
21
2. Penurunan Kriteria Hasil : Perawatan Jantung
Curah Jantung
Palpitasi: 1 Identifikasi tanda dan
(D.0008)
(meningkat), 2 (cukup gejala primer penurunan
meningkat), 3 (sedang), curah jantung
4 (cukup menurrun), 5
Identifikasi tanda gejala
(menurun)
sekunder penurunan
Gambaran EKG curah jantung
aritmia :1 (meningkat),
Monitor tekanan darah
2 (cukup meningkat), 3
(sedang), 4 (cukup Monitor saturasi ksigen
menurrun), 5 (menurun)
Monitor eluhan nyei
Dyspnea: 1 dada
(meningkat), 2 (cukup
Monitor EKG 12
meningkat), 3 (sedang),
sadapan
4 (cukup menurrun),
5 (menurun) Posisikan paien semi
fowler atau fowler
Tekanan darah :
dengan kaki ke bawah
CRT : 1 (memburuk), 2 atau pososo nyaman
(cukup memburuk), 3
Berikan oksigen untuk
(sdang), 4 (cukup
mempertahankan satrasi
membaik), 5 (membaik)
oksigen >94%
Pulmonary arteri wedge
Kolaborsi pemberian
pressure (PAWP)
antiaritmia jika
Central Venous diperlukan.
Pressure
22
tidak efektif Denyut nadi perifer : Periksa sirkulasi perifer
(1: menurun, 2: cukup
(d.0009) Identifikasi faktor
menurun, 3: sedang, 4:
resiko gangguan
cukup meningkat, 5:
sirkulasi
meningkat)
Hindari pemasangan
Warna kulit pucat : ( 1
infus/ pengambilan
(meningkat), 2 (cukup
darah di area
meningkat), 3 (sedang),
keterbatasan perfusi
4 (cukup menurrun), 5
(menurun) ) Hindari pengukuran
tekanan darah pada
Pengisian kapiler akral :
ekstermitas dengan
1 (memburuk), 2
keterbatasan perfusi
(cukup memburuk), 3
(sdang), 4 (cukup
membaik), 5 (membaik)
Tekanan darah
diastolik : 1
(memburuk), 2 (cukup
memburuk), 3 (sdang),
4 (cukup membaik), 5
(membaik)
23
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada empat faktor resiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah,
yaitu usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga. Resiko aterosklerosis
koroner meningkat seiring bertambahnya usia. Penyakit yang serius jarang
terjadi sebelum usia 40 tahun. Faktor resiko lain masih dapat diubah, sehingga
berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik (Santoso, 2005). Faktor-
faktor tersebut adalah abnormalitas kadar serum lipid, hipertensi, merokok,
diabetes, obesitas, faktor psikososial, konsumsi buah-buahan, diet dan alkohol,
dan aktivitas fisik (Ramrakha, 2006).
4. Ekokardiografi
3.2 Saran
25
Sebagai seorang mahasiswa perawat sebaiknya mampu memahami dan
melakukan penatalaksaan gawat darurat infark moikard akut, oleh sebab itu
memperbanyak bacaan tentang infark miokard adalah hal yang penting
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22069/Chapter%20II.pdf;j
sessionid=9D1DEB8451B0D309791F5316636EB571?sequence=4
https://www.scribd.com/doc/316537249/Konsep-Dasar-Infark-Miokard-Akut
26