Anda di halaman 1dari 8

Learning Objective (minggu 1 blok 3.

2)

1. Mengetahui defisini dari sindrom koroner akut (Amel)

Right Coronary Artery (RCA)


Posterior descending Artery (PDA)
Left Main (LM) coronary Artery
Left Anterior Descending (LAD) coronary Artery
Left Circumflex (LCx) coronary artery
Sindrom koroner akut adalah terminologi yang digunakan pada keadaan
gangguan aliran darah koroner parsial hingga total ke miokard secara akut. Sindrom
koroner akut diakhibatkan oleh gangguan aliran darah pembuluh darah koroner secara
akut. Umumnya disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner akibat kerak
aterosklerosis yang lalu mengalami perobekan dan hal ini memicu terjadinya
gumpalan-gumpalan darah (thrombosis) (Erik, 2005). Ditandai dengan kumpulan
gejala klinis iskemia miokard yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke
miokardium berupa nyeri dada, perubahan segmen ST pada Electrocardiogram
(EKG), dan perubahan biomarker jantung (Kumar & Cannon, 2009).
Sumber :
 Tapan, Erik(2005). Kesehatan Keluarga Penyakit Degeneratif. Jakarta: PT. Rlex Media
Komputindo
 Kumar A, Christopher P, Cannon (2009). Acute coronary syndromes: diagnosis and
management. Mayo Clinic Proc Journal. 84(10): 917–938.

2. Mengetahui etiologi dari sindrom koroner akut (Anggi)

 Penyakit aterosklerotik koroner merupakan penyebab utama angina tidak stabil pada
hampir semua pasien dengan iskemia miokard akut. Penyebab paling umum dari
angina tidak stabil adalah karena penyempitan arteri koroner karena trombus yang
berkembang pada plak aterosklerotik yang terganggu dan bersifat nonoklusif.
 Penyebab yang kurang umum adalah vasospasme arteri koroner (varian angina
Prinzmetal). Disfungsi halus endotel atau pembuluh darah menyebabkan vasospasme
ini
Sumber : Goyal Amandeep, Romawi Zeltser. Unstable angia. 2022. National Library of
Medition.
 Etiologi SKA umumnya disebabkan adanya pecahnya plak, trombosis atau iskemia.
Sumber : Suhardi Limanto F, Shujuan Sri. 2021. Sindroma coroner akut akibat
hipoksia: sebuah laporan khusus. Jurnal Media Hutama
 Trombosis akut
 Ruptur pada plak tidak stabil
 Vasospasme
 Emboli
 Non-trombosis IMA (terkait syok atau aritmia)
Sumber : Rampengan Homenta Starry.2014. Buku Praktis Kardiologi. Fakultas
Kedokteran Indonesia
3. Mengetahui patofisiologi dari sindrom koroner akut (Aathifah)

Sumber : DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN
ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI.2006. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PASIEN
PENYAKIT JANTUNG KORONER : FOKUS SINDROM KORONER AKUT. Departemen Kesehatan RI
Sumber : American Heart Association/AHA

4. Mengetahui klasifikasi dari sindrom koroner akut (Aliyah)


Sumber : DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIK DITJEN BINA KEFARMASIAN
DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI.2006. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK
PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER : FOKUS SINDROM KORONER AKUT. Departemen
Kesehatan RI
5. Mengetahui tatalaksana dari sindrom koroner akut (Fachri)
dalam menegakkan diagnosis pasti sindrom coroner akut dperlukan pemeriksaan penunjang
lainnya untuk memastikan diagnosis, sebagai terapi awal sebelum keluar hasil pemeriksaan
adalah dengan tatalaksana MONA (Morfin, Oksigen, Nitrat, Aspirin)
• Antiplatelet (Dual) : Asetosal 160-320 mg + Clopidogrel 300mg/Ticagrelor 180mg atau
Plasugrel 60 mg
• Aspirin 160-320 mg
• Nitrat : ISDN 5 mg Sublingual, dapat diulang tiap 5 menit
• Oksigen : jika saturasi kurang dari 90%
• Morfin dosis 2 mg, sebagai vasodilator (antiiskemik) dapat di barengi dengan :

Jika sudah ditangani kegawatdaruratannya selanjutnya meminta pasien untuk mengubah pola hidup

Sumber : : Perhimpunan dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman tata Laksana
sindrom coroner akut Edisi 4. Web: https://inaheart.org/wp-content/uploads/2021/07/Buku-ACS-
2018.pdf

6. Mengetahui faktor resiko dari sindrom koroner akut (Arviani)

Faktor risiko tidak dapat diubah

1. Usia
Mayoritas usia penderita SKA berusia lebih dari 45 tahun menurut teori seseorang
yang berisiko menderita sindrom koroner akut, pada laki-laki berusia lebih dari 45
tahun sedangkan pada perempuan berusia sedangkan pada perempuan berusia kurang
lebih 55 tahun. Semakin bertambahnya usia maka pembuluh darah seseorang akan
mengalami perubahan yang berangsur secara terus menerus yang dapat
mempengaruhi fungsi jantung(Long et al., 2011; Susilo, 2015)
2. Kelamin
Mayoritas penderita SKA yaitu laki-laki sebanyak 38 orang. Hal ini sesuai dengan
pernyataan WHO yang menyatakan bahwa pasien yang ter-diagnosis sindrom koroner
akut mayoritas terjadi pada laki-laki.
3. Keturunan
Mayoritas penderita SKA tidak mempunyai riwayat keturunan sebanyak 32
orang.Penelitian lain dari Rosmiatin menunjukkan bahwa penderita dengan Riwayat
penyakit kardiovaskuler dalam keluarga lebih sedikit dibandingkan dengan penderita SKA
tanpa Riwayat dalam keluarga (Rosmiatin, 2012). Diduga kurangnya pengetahuan
responden tentang penyakit ini dan kurang mengetahui tentang riwayat penyakit pada
keluarganya yang lain. Selain itu ada faktor lain yang dimiliki responden seperti gaya
hidup yang kurang sehat.
Factor risiko dapat dimodivikasi
1) Merokok
Perilaku merokok dapat menyebabkan sindrom koroner akut tergantung dari lama
merokok dan banyaknya yang dihisap oleh seseorang. Menurut World HeartFederation
kandungan yang ada dalam rokok seperti tembakau menyebabkan terjadinya penggumpalan
pada darah yang meng-ganggu proses pengangkutan oksigen yang diperlukan tubuh
dan kebutuhan otot jantung akan meningkat akibat terjadinya pembentukan plaq
oleh zat tersebut(Cardiovascular Risk Factor, 2015).
2) Hipertensi
3) Pasien yang menderita hipertensi memiliki kejadian 7,5 kali lebihbesar terjadi dari pada
yang tidak hipertensi. Setiap kenaikan 10 mmHg tekanan darah sistoledan 5 mmHg
tekanandarahdiastole makan akanmeningkatkanrisiko SKA(Mawardy et al.,2015)
4) Diabetes melitus
5) Disiplidemia
6) Kurangnya aktifitas
kurang melakukan aktifitas fisik sehingga makanan yang kurang sehat yang
dikonsumsi tidak terbakar dengan baik yang menyebabkan penumpukan di dinding
arteri dan terjadinya ateros-klerosis. Aterosklerosis merupakan penyebab terjadinya
sindrom coroner akut.
7) Obesitas
8) Stress
9) Sedentary life

Sumber :

 Long, D. et al. (2011).Harrison's PrinciplesOf Internal Medicine, 18th ed. New York,
McGraw-Hill.
 Susilo, C. (2015).Identifikasi Faktor Usia, Jenis Kelamin dengan Luas Infark Miokard
Pada Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Ruang ICCU RSD DR. Soebandi Jember,The
Indonesian Journal Of Health Science;Vol.6(1):1-7.
 Rosmiatin, M. (2012).Analisis Faktor-Faktor Risiko Terhadap Kejadian Penyakit Jantung
Koroner pada Wanita Lanjut Usia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Depok, FIK
UI
 Mawardy, A., Pangemanan, J.A. & Djafar, D.U.(2015).Gambaran derajat Hipertensi
Pada Pasien Sindrom Koroner Akut (SKA) di RSUP PROF.R.D. Kandou Manado
periode Januari-Desember 2014,Universitas Sam Ratulangi
 Mukibbah dkk. 2019. Karakteristik Pasien Sindrom Koroner Akut Pada Pasien Rawat Inap
Ruang Tulip RSUD Ulin Banjarmasin. Indonesian Jurnal Of health Science

7. Mengetahui diagnosis dan diagnosis banding dari sindrom koroner akut (Putri Nur)
Diagnosis banding
1. Pasien dengan kardiomiopati hipertropik atau penyakit katup jantung (steanosis dan
regurgitasi katup aorta) dapat mengeluh nyeri dada disertai perubahan EKG dan
peningkatan marka jantung.
2. Mikarditis dan pericarditis dapat menimbulkan keluhan nyeri dada, perubahan EKG,
peningkatan biomarka jantung dan gangguan gerak dinding jantung
3. Stroke dapat disertai perubahan EKG, pengingkatan marka jantung dan gangguan
gerak dinding jantung.
4. Diagnosis non cardiac :
 Pulmonal : mediastinitis, pleuritis, pneumonia/ infection, intrathorax
malignancy, pneumothorax
 GIT : esophagitis, esophageal spasme, hiatus hernia, gastritis, peptic ulcer,
cholecystitis, pancreatitis
 Chest Wall : costochondritis,rib fracture, sternoclavicular arthritis, herpes zozter
 Psyhiatric conditions : anxiety disorder, depression,somatoform disorder

Sumber : Perhimpunan dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman tata Laksana
sindrom coroner akut Edisi 4. Web: https://inaheart.org/wp-content/uploads/2021/07/Buku-
ACS-2018.pdf

8. Mengetahui prognosis dari sindrom koroner akut (Amel)


Untuk mengetahui prognosisnya kita harus melakukan stratifikasi risiko untuk melihat risiko
yang dimiliki penderita dengan TIMI (Thrombolysis in myocardial infarction) dan Grace
(Global registry of acute coronary events)
Sumber : Perhimpunan dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman tata Laksana
sindrom coroner akut Edisi 4. Web: https://inaheart.org/wp-content/uploads/2021/07/Buku-ACS-
2018.pdf

Ojha Niranjar, Dhamoon Amit. S, 2022. Myocardial infarction.National library of medicine

9. Mengetahui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari sindrom koroner akut
(Aathifah)
Pemeriksaan fisik :
 pemeriksaan kesadaran pasien
 general survey
 Vital sign = Tekanan darah (hipertensi/hipotensi), Nadi (takikardi/Bradikardi), RR
(takipneu), perfusi perifer ( CRP, Acral, sianosis)
 Inspeksi = Levine sign(meletakkan kepalan tangan di dada yang nyeri), Diaporesis
(keringat dingin), Xanthomas (adanya penumpukan lemak pada derah tertentu)
 Palpasi = implus nadi perifer berkurang
 Auskultasi = S3 gallop, S4 gallop, Cardiac urmur, Pulmonary rales

Pemeriksaan penunjang ;

 Pemeriksaan EKG = ST elevasi, T inervasi, Q patalogis, Aritmia


 Laboratorium :
o Biokimarka jantung (CK, CK-MB, Troponin)
o Pemeriksaan darah rutin
o Creatinin
o Profil lipid
o Gula darah
o Koagulasi darah
 Pemeriksaan foto polos : tujuannya untuk membuat diagnosis banding, identifikasi
komplikasi dan penyakit penyerta (gagal jantung, penyakit paru-paru, penyakit katup
jantung)
 Pemeriksaan non- invasive (ekokardiografi, stress test seperti EKG exercise, multislice
cardiac CT (MSCT)
 Pemeriksaan Invasif : Angiografi coroner
Sumber : Perhimpunan dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2018. Pedoman tata Laksana
sindrom coroner akut Edisi 4. Web: https://inaheart.org/wp-content/uploads/2021/07/Buku-
ACS-2018.pdf

10. Mengetahui manifestasi klinis dri sindrom koroner akut (Amel)

11. Mengetahui dalil dan hadit yang berkaitan dengan skenario (Amel)

َ‫خَذنَا ِم ۡنهُ بِ ۡٱليَ ِمي ِن ثُ َّم لَقَطَ ۡعنَا ِم ۡنهُ ۡٱل َوتِين‬
ۡ ‫َأَل‬
“Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami
potong urat tali jantungnya.” (QS. Al Haqqah ayat 45 – 46)

Anda mungkin juga menyukai