FAKULTAS KESEHATAN
T.A 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan pada system kardiovaskuler menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia.
Salah satunya adalah Infark Miokard Akut. Penyakit infark miokard akut merupakan
gangguan aliran darah ke jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di
pembuluh darah terhenti setelah terjadi sumbatan koroner akut. Daerah otot di sekitarnya
sama sekali tidak mendapat aliran darah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat
mempertahankan fungsi otot jantung, kondisi tersebut disebut sebagai infark (Amaliah et al.,
2019).
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2018 menyebutkan, lebih dari 17 juta
orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Atau sekitar 31%
dari seluruh kematian di dunia, sebagian besar atau sekira 8,7 juta kematian disebabkan
karena penyakit jantung coroner. Data Kementrian Kesehatan RI, 2018 menunjukkan bahwa
sebesar 1,5% atau 15 dari 1.000 penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner.
Sedangkan jika dilihat dari penyebab kematian tertinggi di Indonesia, menurut Survei Sample
Registration System tahun 2017 menunjukkan 12,9% kematian akibat penyakit jantung
koroner. Berdasarkan data laporan Riskesdas, 2018 prevalensi penyakit jantung berdasarkan
diagnosis dokter pada semua umur di Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 1,74% atau sekitar
73.285 penduduk.
Dampak Infark Miokard Akut pada fisik pasien salah satunya ialah pasien akan
merasakan nyeri karena adanya penyempitan pada arteri koronaria, sensasi nyeri tersebut
dapat mengakibatkan kehilangannya rasa nyaman pada pasien, kemudian juga dapat
menghambat mobilitas fisik pasien. Dampak fisik yang dirasakan oleh pasien akan
berpengaruh pada banyak sector penting lainnya. Dari segi psikologis, pada umumnya pasien
akan merasakan peningkatan stress, depresi dan kegelisahan. Dari segi Psikososial dan
ekonomi, dengan kurangnya rasa aman dan nyaman pada diri pasien dan terhambatnya
mobilitas fisik pada pasien maka aktivitas psikososial pasien juga akan terhambat sehingga
akan berengaruh pada mata pencaharian pasien sehari har . Dari segi spiritual, dengan
terhambatnya mobilitas fisik pasien maka pasien akan sulit untuk memenuhi kebutuhan
spiritual mereka (Emaliyawati et al., 2017).
Mengingat banyaknya dampak yang disebabkan oleh infark miokard akut, hal tersebut
berhubungan dengan penurunan kualitas hidup seseorang, oleh karena itu perawat harus
memberikan asuhan keperwatan secara komprehensif pada pasien dengan infark miokard
akut. Sehingga kelompok tertarik untuk membahas infark miokard akut.
2. 1. 3 Klasifikasi
Menurut (Aroney et al., 2006) klasifikasi IMA sebagai berikut :
a) Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST)
Yaitu indikator oklusi total pembuluh darah arteri coroner. Ditegakkan diagnose
IMA-EST jika terdapat keluhan angina pectoris akut disertai elevasi segmen ST
yang persisten di 2 sadapan yang bersebelahan.
2. 1. 4 Etiologi
Menurut (Aroney et al., 2006) mengatakan infark miokard disebabkan oleh :
a) Penimbunan jaringan ikat
b) Perkapuran
c) Pembekuan darah
2. 1. 5 Faktor Resiko
Faktor resiko penyakit arteri coroner antara lain (Yeni, 2019) :
a) Perokok
b) Memiliki riwayat kolestrol tinggi
c) Memiliki riwayat tekanan darah tinggi
d) Memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus
e) Memiliki berat badan berlebihan (overweight) ataupun obesitas
f) Memiliki riwayat keluarga mengalami penyakit jantung coroner atau stroke
g) Jenis Kelamin
h) Usia
Menurut (Yasmara, Nursiswati, Arafat, 2016) Mengatakan faktor resiko penyakit arteri
coroner juga disebabkan oleh :
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Perokok
d) Kurang olahraga
e) Pola makan yang tidak sehat
2. 1. 6 Patofisiologi
2. 1. 7 Tanda dan Gejala
Menurut (Yasmara, Nursiswati, Arafat, 2016) tanda dan gejala Infark Miokard Akut
adalah sebagai berikut :
a) Nyeri dada
b) Palpitasi
c) Takikardia
d) Peningkatan tekanan darah
e) Sesak nafas/ Gagal nafas
f) Edema
g) Penurunan tekanan darah
h) Peningkatan produksi urine
i) Nyeri kepala
j) Gangguan Pengelihatan
k) Penurunan Kesadaran
2. 1. 8 Komplikasi
Komplikasi IMA menurut (Starry, 2013)
a) Aritmia jantung
b) Gagal Jantung
c) Syok kardiogenik
d) Perikarditis
e) Ruptur otot papiler
f) Aneurisma ventrikular
2. Elektrokardiogram
2.1 PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Kenyamanan dan nyeri
Gejala :
Menurut (Yasmara, Nursiswati, Arafat, 2016) seseorang didiagnosa IMA apabila
mengalami beberapa gejala dibawah ini, yaitu :
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas),
tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan
viseral).
c. Pernafasan
Gejala :
a. Dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
b. Dispnea nocturnal
c. Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
d. Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis. Tanda :
e. Peningkatan frekuensi pernafasan
f. Nafas sesak / kuat
g. Pucat, sianosis
h. Bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
d. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri coroner, masalah tekanan darah, diabetes
mellitus
Tanda :
a. TD : dapat normal atau naik/turun, perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk/berdiri
b. Nadi : dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
c. Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilits atau complain ventrikel.
d. Murmur : bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar
e. Friksi : dicurigai perikarditis
f. Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
g. Edema : distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles
mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
h. Warna : pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
e. Aktivitas
a. Gejala : kelemahan, kelelahan,tidak dapat tidur,pola hidup menetap, jadwal
olahraga tidak teratur
b. Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat atau aktifitas.
f. Integritas Ego
Gejala :
a. Menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati
b. Perasaan ajal sudah dekat
c. Marah pada penyakit atau perawatan
d. Khawatir tentang keuangan, kerja dan keluarga
Tanda : menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
j. NeuroSensori
Gejala :
a. Pusing
b. Berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat)
Tanda
a. Perubahan mental
b. Kelemahan
2.2 DIAGNOSAKEPERAWATAN
a. Nyeri akut
b. Penurunan curah jantung
c. Gangguan pertukaran gas
d. Hipervolemia
e. Risiko perfusi miokard tidak efektif
f. Risiko perfusi serebral tidak efektif
BAB III
TINJAUAN KASUS
1.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. F
Usia : 48 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Aceh
No. Registrasi : 291915
Diagnosa Medik : STEMI Inferior
Tanggal MRS : 29 April 2022 Jam : 14.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 29 April 2022 Jam : 16.00 WIB
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri di dada kiri menjalar ke leher, saat merubah
posisi, skala nyeri 6, nyeri timbul saat pain merubah posisi, dengan
lama nyeri ± 2-5 menit, dan pasien mengeluh lemas.
b. Riwayatpenyakit sekarang
Pasien mengeluh merasakan nyeri ± 1jam sebelum MRS.
Pasien langsung dibawa ke IGD RSUD Kota Langsa, saat tiba di
ruang IGD pasien segera diberikan penanganan : therapy oksigen
masker 8 lpm(liter per menit), RJP 1x5 sikls mengecek Gula Darah
Sewaktu stick, melakukan EKG, diberikan therapy infuse Nadl 0,9%
20 tpm, melakukan pengambilan daah untuk dilakukan pengecekan
darah lengkap, kimia darah, dan troponin.
Pasien mendapatkan therapy oral aspilet 32 mg, clopidogrel
50 mg, dilakukan pemasangan drain cateter no.16 pro urine. Di
observasi di IGD selama ± 2 jam dan dipindahkan ke ruang ICCU
untuk perawatan intensif.
d. Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmHg Nadi : 78x/menit
Suhu : 36.5℃ RR : 18x/menit
4. Pengkajian Primer
a. Airways (jalan nafas)
Sumbatan : tidak ada sumbatan pada jalan nafas
( ) benda asing ( ) bronscospasme
( ) darah ( ) sputum ( ) lender
( ) lain-lain sebutkan : -
b. Breathing (pernafasan)
Sesak dengan : Pasien tidak mengeluh sesak nafas
( ) aktifitas ( ) tanp aktifitas
( ) menggunakan otot tambahan
Frekuensi : 20x/menit
Irama : (√) teratur ( ) tidak teratur
Kedalaman : ( ) dalam ( ) dangkal
Reflek batuk : ( ) ada (√) tidak ada
Batuk : Tidak ada batuk
( ) produktif ( ) non produktif
Sputum : ( ) ada (√) tidak ada
Warna : -
Konsistensi :-
Bunyi napas : Vesikuler
( ) ronchi ( ) creakles
c. Circulation
a. Sirkulasi perifer
Nadi : 78x/menit
Irama : (√) teratur ( ) tidak
Denyut : ( ) lemah (√) kuat ( ) tidak kuat
TD : 120/70 mmHg
Ekstremitas : (√) hangat ( ) Dingin
Warna kulit :
( ) sianosis ( ) pucat (√) kemerahan
Nyeri Dada : (√) ada ( ) tidak ada
Karakteristik nyeri dada:
( ) menetap (√) Menyebar ke leher
( ) seperti ditusuk-tusuk
( ) seperti di timpa benda berat
Pemeriksaan Abdomen :
Keluhan : Pasien mengatakan merasa kembung
( ) I : Abdomen tampak simetris
( ) A : Bising usus 10 x/menit
( ) Pal : Saat dipalpasi teraba massa dikuadran kanan bawah
( ) Per : Saat diperkusi abdomen pekak
d. Disability
Tingkat kesadaran :Compos Mentis
Pupil : Isokor
Reaksi cahaya : positif kanan-kiri
GCS : E : 4 M : 6 V : 5
Jumlah 15
5. Pengkajian Sekunder
a. Musculoskeletal / Neurosensoril
(-) Spasme otot
(-) Vulnus
(-) Krepitasi
(-) Fraktur
(-) Dislokasi
Kekuatan Otot : normal
b. Integumen
( ) Vulnus : -
( ) Luka Bakar: -
c. Psikologis
Ketegangan meningkat
Fokus pada diri sendiri
Kurang pengetahuan
Terapi/Pengobatan :
a. Ranitidine 25 mg : IV
b. Arixtra 2.5 mg : SC abd
c. Aspilet 80 mg : oral
d. Clopidogrel 75 mg : oral
e. Simvastin 20 mg : oral
f. Captopril 12.5 mg : oral
g. Alprazolam0.5 mg : oral
h. Laxadin Syr 3 sdt : oral
Pemeriksaan Penunjang :
a. Darah rutin
Leukosit : 13.71 10^3/ul (4.0 – 10.0 10^3/ul)
b. Elektrolit
Natrium : 144 mmol/L (132 – 147 mmol/L)
Kalium : 3.7 mmol/L ( 3.5 – 4.5 mmol/L)
Calsium : 2.4 mmol/L ( 2.2 – 2.55 mmol/L)
Chloride : 104 mmol/L ( 96 – 111 mmol/L)
c. Serologi
Troponin I : 17.34 ug/L ( < 0.60 ug/L)
d. EKG :
1. Lead II, III, aVf elevasi pada segmen ST
Analisa Data
Problem Etiologi Symptom
Nyeri Akut Agen cedera biologis DS :
(Iskemik Miokard) Pasien mengeluh nyeri di
dada kiri menjalar ke leher,
nyeri skala 3, nyeri terasa
saat merubah posisi, dengan
lama nyeri ± 2-5 menit.
DO :
- Wajah pasien tampak
meringis jika meubah
posisi
- Tampak memegangi dada
saat merubah posisi
- Perubahan EKG: Lead II,
III, aVf elevasi (STEMI
Inferior)
- Serologi: Troponin I
17.34 ug/L
Intoleransi Aktivitas Ketidakseimbangan suplai DS :
dan kebutuhan oksigen Pasien mengeluh lemas
DO :
- Pasien tampak lemah
- Semua ADL (toileting,
personal hygiene) dibantu
oleh perawat dan
keluarga
- Perubahan EKG: Lead II,
III, aVf elevasi (STEMI
Inferior)
- Serologi: Troponin I
17.34 ug/L
- Vital sign : TD 120/70
mmHg; N 78 x/m; RR 18
x/m; S 36,5oC
Konstipasi Gangguan Fungsional DS :
(Perubahan Lingkungan Saat Pasien mengatakan belum
Ini) BAB sejak tanggal 25 Mei
2019 – 26 Mei 2019
DO :
- Perut pasien kembung
- Teraba massa di
kuadran kanan bawah
- Perkusi abdomen
Pekak
Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan intervensi Sdki : manajemen nyeri
dengan agen cedera keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi
biologis (iskemik miokard) jam, diharapkan pasien lokasi,karakteristik,du
mampu menunjukkan : rasi, frekuensi,
Slki : Tingkat nyeri kuslitas, intensitas
- [5 menurun] nyeri.
Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
- [5 menurun] nyeri
Meringis 3. Identifikasi respon
- [5 menurun] nyeri non verbal
Gelisah 4. Berikan teknik non
- [5 menurun] farmakologis untuk
Kesulitan tidur mengurangi rasa nyeri
- [5 membaik] (mis.TENS,
Pola tidur hipnosis,akupresur,
terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin,terapi
bermain)
5. Fasilitas istirahat dan
tidur
6. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
7. Anjurka memonitor
nyeri secara mandiri
Intoleransi aktivitas Setelah diberikan intervensi Sdki : terapi aktivitas
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi defisit
Ketidak seimbangan suplai dan jam, diharapkan pasien tingkat aktivitas
kebutuhan mampu menunjukkan : 2. Identifikasi strategi
Oksigen Slki : Toleransi aktivitas meningkatkan
- [5 meningkat] partisipasi dalam
Saturasi oksigen aktivitas
- [5 meningkat] 3. Jadwalkan aktifitas
Kemudahan dalam dalam rutinitas sehari-
melakukan aktivitas hari
sehari-hari 4. Monitor respon
- [5 menurun] emosional, fisik,
Keluhan lelah sosial, dan spiritual
- [5 membaik] terhadap aktivitas.
Frekuensi napas
- [5 membaik]
EKG iskemia
4.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Infark miokard (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respons letal terakhir terhadap
iskemia miokard yang tidak teratasi. Sel-sel miokardum mulai mati setelah sekitar 20
menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini kemampuan sel untuk
menghasilkan ATP secara aerobik lenyap, dan sel tidak memenuhi kebutuhan energinya
(corwin, 2009).
Klasifikasi menurut (Aroney,aylward,kelly, 2006) : Infark miokard akut dengan
elevasi segmen ST (IMA-EST), Infark miokard akut dengan non-elevasi segmen ST
(IMA-NEST), Angina pectoris tidak stabil (APTS).
Menurut (Aroney,aylward,kelly, 2006) infark miokard disebabkan oleh : Penimbunan
jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah, dll. Menurut (Yeni, 2019) Faktor resiko
penyakit arteri coroner antara lain : Perokok, memiliki riwayat kolestrol tinggi, memiliki
riwayat tekanan darah tinggi, dll.
Menurut Starry, 2013 komplikasi pada IMA adalah sebagai berikut : Aritmia
Jantung, gagal Jantung, syok Kardiogenik. Menurut Yasmara, Nursiswati, Arafat , 2016
tanda dan gejala Infark Miokard Akut adalah sebagai berikut : Nyeri Dada, palpitasi,
takikardia, peningkatan tekanan darah, sesak nafas/ gagal nafas, edema.
Menurut Deni, 2016 Pemeriksaan diagnostic pada IMA adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Laboratorium, dan pemeriksaan Elektrokardiogram.
2. Saran
Saran yang bisa penulis berikan yaitu perlu adanya pendalaman pembahasan yang
lebih lanjut mengenai materi Infark Miokard Akut agar dapat mengurangi angka
kematian di dunia sebagaimana penyakit jantung telah menjadi penyebab nomor satu
kematian di dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, R., Yaswir, R., & Prihandani, T. (2019). Gambaran Homosistein pada Pasien Infark
Miokard Akut di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2), 351.
https://doi.org/10.25077/jka.v8i2.1012
Aroney, C. N., Aylward, P., Kelly, A. M., Chew, D. P. B., Clune, E., Allan, R. M., Boyden, A.
N., Brieger, D., Brown, A., Carroll, G. E., Flynn, M., Hunt, D., Jacobs, I. G., Lea, T. M.,
Tan, K. S., Tonkin, A. M., Walker, T., Walsh, W., & White, H. (2006). Guidelines for the
management of acute coronary syndromes 2006. In Medical Journal of Australia (Vol. 184,
Issue 8 SUPPL., pp. 516–525). https://doi.org/10.5694/j.1326-5377.2007.tb01292.x
Dokter, P., Kardiovaskular, S., & Ketiga, E. (2015). Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner
Akut Edisi Ketiga.
Yeni, M. F. (2019). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat di RSUD PROF. DR. W. Z.
JOHANNES KUPANG (Vol. 45, Issue 45).
Yasmara, Nursiswati, Arafat. (2006). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah.
Black, Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah.
Starry Humerta, R. (2013). Kardiology.
Corwin, Elizabeth, J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta.EGC.