Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR


INFARK MIOKARD AKUT

Dosen Pembimbing : Ns. Edy Mulyadi, M. Kep, Rn, WOC (ETN)


Disusun Oleh :
Kelompok 1
Anggota :
Raihan Risnanda (1901026)
Deviana Risa (1901012)
Sinta Usmayani (1901029)
Siti Nurfaizah (1901030)
Tiara Yolanda (1901004)
Ulfa Akbar Syahputra (1901033)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS SAINS CUT NYAK DHIEN

T.A 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan pada system kardiovaskuler menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia.
Salah satunya adalah Infark Miokard Akut. Penyakit infark miokard akut merupakan
gangguan aliran darah ke jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di
pembuluh darah terhenti setelah terjadi sumbatan koroner akut. Daerah otot di sekitarnya
sama sekali tidak mendapat aliran darah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat
mempertahankan fungsi otot jantung, kondisi tersebut disebut sebagai infark (Amaliah et al.,
2019).
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2018 menyebutkan, lebih dari 17 juta
orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Atau sekitar 31%
dari seluruh kematian di dunia, sebagian besar atau sekira 8,7 juta kematian disebabkan
karena penyakit jantung coroner. Data Kementrian Kesehatan RI, 2018 menunjukkan bahwa
sebesar 1,5% atau 15 dari 1.000 penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner.
Sedangkan jika dilihat dari penyebab kematian tertinggi di Indonesia, menurut Survei Sample
Registration System tahun 2017 menunjukkan 12,9% kematian akibat penyakit jantung
koroner. Berdasarkan data laporan Riskesdas, 2018 prevalensi penyakit jantung berdasarkan
diagnosis dokter pada semua umur di Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 1,74% atau sekitar
73.285 penduduk.
Dampak Infark Miokard Akut pada fisik pasien salah satunya ialah pasien akan
merasakan nyeri karena adanya penyempitan pada arteri koronaria, sensasi nyeri tersebut
dapat mengakibatkan kehilangannya rasa nyaman pada pasien, kemudian juga dapat
menghambat mobilitas fisik pasien. Dampak fisik yang dirasakan oleh pasien akan
berpengaruh pada banyak sector penting lainnya. Dari segi psikologis, pada umumnya pasien
akan merasakan peningkatan stress, depresi dan kegelisahan. Dari segi Psikososial dan
ekonomi, dengan kurangnya rasa aman dan nyaman pada diri pasien dan terhambatnya
mobilitas fisik pada pasien maka aktivitas psikososial pasien juga akan terhambat sehingga
akan berengaruh pada mata pencaharian pasien sehari har . Dari segi spiritual, dengan
terhambatnya mobilitas fisik pasien maka pasien akan sulit untuk memenuhi kebutuhan
spiritual mereka (Emaliyawati et al., 2017).
Mengingat banyaknya dampak yang disebabkan oleh infark miokard akut, hal tersebut
berhubungan dengan penurunan kualitas hidup seseorang, oleh karena itu perawat harus
memberikan asuhan keperwatan secara komprehensif pada pasien dengan infark miokard
akut. Sehingga kelompok tertarik untuk membahas infark miokard akut.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada gangguan
system kardivaskuler infark miokard akut.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari infark miokard akut
2. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan infark miokard akut
3. Untuk mengetahui diagnose keperawatan pada pasien dengan infark miokard akut
4. Untuk mengetahui intervensi pada pasien dengan infark miokard akut
5. Untuk mengetahui implementasi pada pasien dengan infark miokard akut
6. Untuk mengetahui evaluasi pada pasien dengan infark miokard akut

1.3 Ruang Lingkung Penulisan


Makalah ini akan membahas tentang asuhan keperawatan pada gangguan system
kardiovaskuler infark miokard akut yang meliputi konsep dasar dan konsep asuhan
keperawatan.

1.4 Metode Penulisan


Tinjauan kepustakaan atau studi literature. Studi literature adalah serangkaian kegiatan
yang diikuti dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta
mengelolah bahan penelitian.
Referensi yang kami gunakan pda makalah ini terdiri dari 2 Artikel jurnal, 3 Buku , dan 3
Ebook.

1.5 Sistematika Penulisan


Makalah ini terdiri dari 4 bab yang terdiri dari :
1. Bab I : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan, Metode Penulisan
dan Sistematika Penulisan
2. Bab II : Konsep Dasar dan Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
3. Bab III : Tinjauan Kasus
4. Bab IV : Pembahasan atau Kesenjangan pada Bab II dan Bab III
5. Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. 1 Konsep Dasar
2. 1. 1 Pengertian
Infark miokard (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan
oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respons letal terakhir terhadap iskemia miokard yang
tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati setelah sekitar 20 menit mengalami kekurangan
oksigen. Setelah periode ini kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara aerobik lenyap, dan
sel tidak memenuhi kebutuhan energinya (Corwin, 2009).
Sindrom koroner akut merujuk pada manifestasi klinis yang sesuai dengan IMA. IMA juga
dikenal sebagai serangan jantung oklusi koroner, atau hanya “koroner” yang merupakan kondisi
mengancam jiwa yang ditandai dengan pembentukan area nekrotik lokal di dalam miokardium.
IMA biasanya mengikuti oklusi mendadak dari arteri koroner dan henti mendadak dari aliran
darah dan oksigen ke otot jantung. Oleh karena otot jantung harus berfungsi terus menerus,
penyumbatan darah ke otot serta munculnya area nekrotik merupakan sesuatu yang fatal (Joyce
black, Hawks, 2014).
Infark miokard mengacu pada rusaknya otot-otot jantung secara permanen. Kondisi ini dapat
merupakan komplikasi angina pektoris yang tidak tertangani dengan baik. seperti pada angina
tidak stabil, infark miokard biasanya disebabkan oleh penurunan aliran darah di arteri koroner.
Iskemia yang berlangsung 30-40 menit dapat memicu kerusakan seluler yang irreversibel dan
kematian otot atau nekrosis sel jantung. Bagian miokardium yang terkena infark atau nekrosis
akan berhenti berkontraksi secara permanen (Yasmara, Nursiswati, Arafah, 2016).

2. 1. 3 Klasifikasi
Menurut (Aroney et al., 2006) klasifikasi IMA sebagai berikut :
a) Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST)
Yaitu indikator oklusi total pembuluh darah arteri coroner. Ditegakkan diagnose
IMA-EST jika terdapat keluhan angina pectoris akut disertai elevasi segmen ST
yang persisten di 2 sadapan yang bersebelahan.

b) Infark miokard akut dengan non-elevasi segmen ST (IMA-NEST)


Ditegakkan diagnose IMA-NEST dan APTS jika terdapat keluhan angina pectoris
akut tanpa elevasi segmen ST yang menetap di 2 sadapan yang bersebelahan.
Rekaman EKG saat presentasi dapat berupa depresi segmen ST, inversi gelombng
T, gelombang T yang datar, gelombang T pseudo-normalisasi atau bahkan tanpa
perubahan.

c) Angina pectoris tidak stabil (APTS)


Angina pectoris tidak stabil dan IMA-NEST dibedakan berdasarkan hasil
pemeriksaan biomarka jantung. Bila hasil biomarka jantung terjadi peningkatan
bermakna, maka diagnosisnya IMA-NEST, jika biomarka jantung tidak
meningkat secara bermakna maka diagnosisnya APTS.

2. 1. 4 Etiologi
Menurut (Aroney et al., 2006) mengatakan infark miokard disebabkan oleh :
a) Penimbunan jaringan ikat
b) Perkapuran
c) Pembekuan darah

Sedangkan menurut (Corwin, 2009) Infark miokard juga disebabkan oleh :


a) Plak aterosklerotik
b) Lesi trombotik

2. 1. 5 Faktor Resiko
Faktor resiko penyakit arteri coroner antara lain (Yeni, 2019) :
a) Perokok
b) Memiliki riwayat kolestrol tinggi
c) Memiliki riwayat tekanan darah tinggi
d) Memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus
e) Memiliki berat badan berlebihan (overweight) ataupun obesitas
f) Memiliki riwayat keluarga mengalami penyakit jantung coroner atau stroke
g) Jenis Kelamin
h) Usia
Menurut (Yasmara, Nursiswati, Arafat, 2016) Mengatakan faktor resiko penyakit arteri
coroner juga disebabkan oleh :
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Perokok
d) Kurang olahraga
e) Pola makan yang tidak sehat
2. 1. 6 Patofisiologi
2. 1. 7 Tanda dan Gejala
Menurut (Yasmara, Nursiswati, Arafat, 2016) tanda dan gejala Infark Miokard Akut
adalah sebagai berikut :
a) Nyeri dada
b) Palpitasi
c) Takikardia
d) Peningkatan tekanan darah
e) Sesak nafas/ Gagal nafas
f) Edema
g) Penurunan tekanan darah
h) Peningkatan produksi urine
i) Nyeri kepala
j) Gangguan Pengelihatan
k) Penurunan Kesadaran

2. 1. 8 Komplikasi
Komplikasi IMA menurut (Starry, 2013)
a) Aritmia jantung
b) Gagal Jantung
c) Syok kardiogenik
d) Perikarditis
e) Ruptur otot papiler
f) Aneurisma ventrikular

2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut (Yasmara, Nursiswati, Arafat, 2016) Pemeriksaan diagnostic pada IMA adalah :
1. Laboratorium

a. Kadar keratinin kinase (creatine kinase,ck) serum meningkatkan (normal=pria


5-35ng/ml;wanita 5-25 ng/ml)=0-6%)
b. Kadar laktat dehidrogenase serum meningkat ; isoenzim LD1(di temukan pada
jaringan jantung ) lebih tinggi di bandingkan LD2 (dalam serum)
c. Peningkatkan hitung leukosit biasanya tampak pada hari kedua dan berlangsung
selama 1 minggu
d. Mioglobin (hemoprotein yang di temukan pada otot jantung dan otot lurik)
yang dilepas saat terjadi kerusakaan otot dalam 2 jam setelah IM terdeteksi
e. Kadar tropinin meningkatkan dalam 4-6 jam cedera miokardium dan dapat
tetap meningkat selama 5-11 hari
f. Hitung darah lengkap dapat menunjukan anemia
g. Kadar protein C-reaktif serum meningkat
h. Profil kimia dapat menunjukan kadar elektrolit abnormal

2. Elektrokardiogram

a. Hasil elektrokardiografi (EKG) 12-led mungkin normal atau tidak dapat di


tentukan selama beberapa jam pertama setelah IM karaktrestik abnormalitas yang
meliputi depresi segmen ST pada IM subendokkardial dan elevasi segmen ST
dan gelombang Q1 menunjukan adannya pembentukan jaringan perut dan
nekrosis pada IM transmural
b. kateterisasi arteri pulmonalis dapat di lakukan untuk mendeteksi gagal jantung
kiri atau kanan dan untuk memantau respons terhadap terapi.

2.1.10 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan


Menurut Corwin, 2009 Penatalaksanaan pada IMA adalah :
Terapi menggunakan pertolongan akronim ABCDE ;
a) A untuk terapi antiplatet, antikoagulan, penghambat enzim pengubah –
angiotensin, dan penyekat reseptor-angiotensin.
b) B untuk penyekat –beta dan pengendalian tekanan darah (blood pressure)
c) C untuk terapi kolestrol (cholesterol) dan menghentikan rokok (cigarette
smoking cessation)
d) D untukpenatalaksanaan diabetes dan diet
e) E untuk exercise atau olahraga
Untuk pasien serangan jantung terapi di bawah ini harus di lakukan :
a) Penghentian aktifitas fisik
b) Resusitasi jantung paru apabila terjadi henti jantung
c) Defibrilasi listrik untuk memulihkan irama listrik beberapa menit pertama pada
henti jantung
d) Infuse intravena atau intrakoroner dengan obat trombolit untuk menghancurkan
embolus
e) Pemberian obat pencegah pembekuan darah heparin dan obat penghancuran
pembekuan darah
f) Berikan oksigen untuk meningkatkan oksigenasi darah sehingga beban jantung
berkurang
g) Obat untuk menghilangkan nyeri (morfin, meperidin , Demerol)
h) Berikan nitrat untuk untuk mengurangi aliran balik vena dan melemaskan arteri
sehingga aliran darah koroner meningkat
i) Berikan diuretic untuk meningkatkan aliran darah ginjal
j) Obat inotropik positif (digitalis) di gunakan untuk meningkatkan kontraktilitas
jantung
k) Byepass arteri koroner jika infark yang terjadi akibat sumbatan trombolit
l) Rehabilitasi jantung untuk menurunkan resiko aterosklerosis dan hipertensi
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Kenyamanan dan nyeri
Gejala :
Menurut (Yasmara, Nursiswati, Arafat, 2016) seseorang didiagnosa IMA apabila
mengalami beberapa gejala dibawah ini, yaitu :
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas),
tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan
viseral).

a. Lokasi : tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke


tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher.
b. Kualitas : “crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.
c. Intensitas : biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling
buruk yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus,
hipertensi, lansia

c. Pernafasan
Gejala :
a. Dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
b. Dispnea nocturnal
c. Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
d. Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis. Tanda :
e. Peningkatan frekuensi pernafasan
f. Nafas sesak / kuat
g. Pucat, sianosis
h. Bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum

d. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri coroner, masalah tekanan darah, diabetes
mellitus
Tanda :
a. TD : dapat normal atau naik/turun, perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk/berdiri
b. Nadi : dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
c. Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilits atau complain ventrikel.
d. Murmur : bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar
e. Friksi : dicurigai perikarditis
f. Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
g. Edema : distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles
mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
h. Warna : pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir

e. Aktivitas
a. Gejala : kelemahan, kelelahan,tidak dapat tidur,pola hidup menetap, jadwal
olahraga tidak teratur
b. Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat atau aktifitas.

f. Integritas Ego
Gejala :
a. Menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati
b. Perasaan ajal sudah dekat
c. Marah pada penyakit atau perawatan
d. Khawatir tentang keuangan, kerja dan keluarga
Tanda : menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.

g. Eliminasi (Tanda : normal, bunyi usus menurun)

h. Makanan atau Cairan


Gejala :
a. Mual
b. Kehilangan nafsu makan
c. Bersendawa
d. Nyeri ulu hati atau rasa terbakar
Tanda :
a. Penurunan turgor kulit
b. Kulit kering/berkeringat.
c. Muntah.
d. Perubahan berat badan.

i. Higiene (Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan)

j. NeuroSensori
Gejala :
a. Pusing
b. Berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat)
Tanda
a. Perubahan mental
b. Kelemahan
2.2 DIAGNOSAKEPERAWATAN
a. Nyeri akut
b. Penurunan curah jantung
c. Gangguan pertukaran gas
d. Hipervolemia
e. Risiko perfusi miokard tidak efektif
f. Risiko perfusi serebral tidak efektif
BAB III
TINJAUAN KASUS
1.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. F
Usia : 48 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Aceh
No. Registrasi : 291915
Diagnosa Medik : STEMI Inferior
Tanggal MRS : 29 April 2022 Jam : 14.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 29 April 2022 Jam : 16.00 WIB

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. H
Usia : 47 Tahun
Alamat : Aceh
Hubungan dengan pasien : Istri

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri di dada kiri menjalar ke leher, saat merubah
posisi, skala nyeri 6, nyeri timbul saat pain merubah posisi, dengan
lama nyeri ± 2-5 menit, dan pasien mengeluh lemas.

b. Riwayatpenyakit sekarang
Pasien mengeluh merasakan nyeri ± 1jam sebelum MRS.
Pasien langsung dibawa ke IGD RSUD Kota Langsa, saat tiba di
ruang IGD pasien segera diberikan penanganan : therapy oksigen
masker 8 lpm(liter per menit), RJP 1x5 sikls mengecek Gula Darah
Sewaktu stick, melakukan EKG, diberikan therapy infuse Nadl 0,9%
20 tpm, melakukan pengambilan daah untuk dilakukan pengecekan
darah lengkap, kimia darah, dan troponin.
Pasien mendapatkan therapy oral aspilet 32 mg, clopidogrel
50 mg, dilakukan pemasangan drain cateter no.16 pro urine. Di
observasi di IGD selama ± 2 jam dan dipindahkan ke ruang ICCU
untuk perawatan intensif.

c. Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengatakan memiliki hipertensi sejak 10 tahun yang lalu
yang tidak terkontrol . Pasien juga mengatakan ia adalah perokok
dengan menghabiskan 10 batang rokok/hari sejak masih muda.

d. Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmHg Nadi : 78x/menit
Suhu : 36.5℃ RR : 18x/menit

4. Pengkajian Primer
a. Airways (jalan nafas)
Sumbatan : tidak ada sumbatan pada jalan nafas
( ) benda asing ( ) bronscospasme
( ) darah ( ) sputum ( ) lender
( ) lain-lain sebutkan : -

b. Breathing (pernafasan)
Sesak dengan : Pasien tidak mengeluh sesak nafas
( ) aktifitas ( ) tanp aktifitas
( ) menggunakan otot tambahan
Frekuensi : 20x/menit
Irama : (√) teratur ( ) tidak teratur
Kedalaman : ( ) dalam ( ) dangkal
Reflek batuk : ( ) ada (√) tidak ada
Batuk : Tidak ada batuk
( ) produktif ( ) non produktif
Sputum : ( ) ada (√) tidak ada
Warna : -
Konsistensi :-
Bunyi napas : Vesikuler
( ) ronchi ( ) creakles
c. Circulation
a. Sirkulasi perifer
Nadi : 78x/menit
Irama : (√) teratur ( ) tidak
Denyut : ( ) lemah (√) kuat ( ) tidak kuat
TD : 120/70 mmHg
Ekstremitas : (√) hangat ( ) Dingin
Warna kulit :
( ) sianosis ( ) pucat (√) kemerahan
Nyeri Dada : (√) ada ( ) tidak ada
Karakteristik nyeri dada:
( ) menetap (√) Menyebar ke leher
( ) seperti ditusuk-tusuk
( ) seperti di timpa benda berat

Capillary Refill Time : Normal


(√) <3 detik ( ) >3 detik
Edema : Tidak ada edema
Lokasi edema : -

b. Fluid (cairan dan elekrolit)


1. Cairan
Turgor kulit : Baik : <3 detik
2. Mukosa Mulut : kering
3. Kebutuhan Nutrisi :
Oral : Air putih ± 1500 cc/24 jam
Parenteral : terpasang infuse Nacl 0,9% 500 cc/24 jam
4. Eliminasi : sedang
BAK : 5-7 x/ hari
Jumlah : 700 cc
Warna : kuning jernih
Rasa sakit saat BAK : Tidak ada
Keluhan sakit pinggang : tidak
Bab : Pasien mengatakan belum BAB dari sehari yang lalu
Diare : tidak
Bising usus : 10x/menit

Pemeriksaan Abdomen :
Keluhan : Pasien mengatakan merasa kembung
( ) I : Abdomen tampak simetris
( ) A : Bising usus 10 x/menit
( ) Pal : Saat dipalpasi teraba massa dikuadran kanan bawah
( ) Per : Saat diperkusi abdomen pekak
d. Disability
Tingkat kesadaran :Compos Mentis
Pupil : Isokor
Reaksi cahaya : positif kanan-kiri
GCS : E : 4 M : 6 V : 5
Jumlah 15
5. Pengkajian Sekunder
a. Musculoskeletal / Neurosensoril
(-) Spasme otot
(-) Vulnus
(-) Krepitasi
(-) Fraktur
(-) Dislokasi
Kekuatan Otot : normal

b. Integumen
( ) Vulnus : -
( ) Luka Bakar: -

c. Psikologis
Ketegangan meningkat
Fokus pada diri sendiri
Kurang pengetahuan
Terapi/Pengobatan :
a. Ranitidine 25 mg : IV
b. Arixtra 2.5 mg : SC abd
c. Aspilet 80 mg : oral
d. Clopidogrel 75 mg : oral
e. Simvastin 20 mg : oral
f. Captopril 12.5 mg : oral
g. Alprazolam0.5 mg : oral
h. Laxadin Syr 3 sdt : oral

Pemeriksaan Penunjang :
a. Darah rutin
Leukosit : 13.71 10^3/ul (4.0 – 10.0 10^3/ul)
b. Elektrolit
Natrium : 144 mmol/L (132 – 147 mmol/L)
Kalium : 3.7 mmol/L ( 3.5 – 4.5 mmol/L)
Calsium : 2.4 mmol/L ( 2.2 – 2.55 mmol/L)
Chloride : 104 mmol/L ( 96 – 111 mmol/L)
c. Serologi
Troponin I : 17.34 ug/L ( < 0.60 ug/L)
d. EKG :
1. Lead II, III, aVf elevasi pada segmen ST
Analisa Data
Problem Etiologi Symptom
Nyeri Akut Agen cedera biologis DS :
(Iskemik Miokard) Pasien mengeluh nyeri di
dada kiri menjalar ke leher,
nyeri skala 3, nyeri terasa
saat merubah posisi, dengan
lama nyeri ± 2-5 menit.
DO :
- Wajah pasien tampak
meringis jika meubah
posisi
- Tampak memegangi dada
saat merubah posisi
- Perubahan EKG: Lead II,
III, aVf elevasi (STEMI
Inferior)
- Serologi: Troponin I
17.34 ug/L
Intoleransi Aktivitas Ketidakseimbangan suplai DS :
dan kebutuhan oksigen Pasien mengeluh lemas
DO :
- Pasien tampak lemah
- Semua ADL (toileting,
personal hygiene) dibantu
oleh perawat dan
keluarga
- Perubahan EKG: Lead II,
III, aVf elevasi (STEMI
Inferior)
- Serologi: Troponin I
17.34 ug/L
- Vital sign : TD 120/70
mmHg; N 78 x/m; RR 18
x/m; S 36,5oC
Konstipasi Gangguan Fungsional DS :
(Perubahan Lingkungan Saat Pasien mengatakan belum
Ini) BAB sejak tanggal 25 Mei
2019 – 26 Mei 2019
DO :
- Perut pasien kembung
- Teraba massa di
kuadran kanan bawah
- Perkusi abdomen
Pekak
Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan intervensi Sdki : manajemen nyeri
dengan agen cedera keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi
biologis (iskemik miokard) jam, diharapkan pasien lokasi,karakteristik,du
mampu menunjukkan : rasi, frekuensi,
Slki : Tingkat nyeri kuslitas, intensitas
- [5 menurun] nyeri.
Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
- [5 menurun] nyeri
Meringis 3. Identifikasi respon
- [5 menurun] nyeri non verbal
Gelisah 4. Berikan teknik non
- [5 menurun] farmakologis untuk
Kesulitan tidur mengurangi rasa nyeri
- [5 membaik] (mis.TENS,
Pola tidur hipnosis,akupresur,
terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin,terapi
bermain)
5. Fasilitas istirahat dan
tidur
6. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
7. Anjurka memonitor
nyeri secara mandiri
Intoleransi aktivitas Setelah diberikan intervensi Sdki : terapi aktivitas
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi defisit
Ketidak seimbangan suplai dan jam, diharapkan pasien tingkat aktivitas
kebutuhan mampu menunjukkan : 2. Identifikasi strategi
Oksigen Slki : Toleransi aktivitas meningkatkan
- [5 meningkat] partisipasi dalam
Saturasi oksigen aktivitas
- [5 meningkat] 3. Jadwalkan aktifitas
Kemudahan dalam dalam rutinitas sehari-
melakukan aktivitas hari
sehari-hari 4. Monitor respon
- [5 menurun] emosional, fisik,
Keluhan lelah sosial, dan spiritual
- [5 membaik] terhadap aktivitas.
Frekuensi napas
- [5 membaik]
EKG iskemia

Konstipasi berhubungan Setelah diberikan intervensi Sdki :


dengan gangguan keperawatan selama 3 x 24 1. Periksa tanda dan
fungsional (perubahan jam, diharapkan pasien gejala konstipasi
lingkungan saat ini) mampu menunjukkan : 2. Anjurkan peningkatan
Slki : Eliminasi fekal asupan cairan, jika
- [5 meningkat] tidak ada
Kontrol pengeluaran kontraindikasi
fases 3. Kolaborasi
- [5 menurun] penggunaan obat
Teraba massa pada pencahar,jika perlu
rektal
- [5 menurun]
Kram abdomen
Implementasi

Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi Paraf

Nyeri akut b/d 09.00 1) melakukan pengkajian S: Tn.M mengatakan


agen cedera nyeri secara kompehensif nyeri sudah berkurang
biologis (iskhemik - P: saat merubah posisi; Q: O:
miokard) menjalar ke leher; R: nyeri -wajah Tn.M tampak
di dada kiri; S: skala nyeri rileks
3; T: ± 2-5 menit. -vital sign dalam batas
2) mengobservasi tanda- normal
tanda nonverbal nyeri (TD:110/70mmHg;
seperti wajah tampak N:80x/m; RR:19x/m)
meringis, memegangi area A: masalah teratasi
yang nyeri sebagian
-wajah pasien tampak P:
meringis saat merubah -lanjutkan intervensi
posisi; tampak memegangi
dada.
3) mengajarkan
teknikrelaksasi napas
dalam
-pasien paham dan dapat
melakukan kembali teknik
relaksasi napas dalam.
4) menganjurkan pasien
untuk melaporkan segera
jika merasa nyeri
5)membatasi pengunjung
dan komunikasi
-pasien tampak beristirahat.
Intoleransi 09.00 1) Mengukur vital sign pasien S : Pasien mengatakan
aktivitas b/d TD 120/70 mmHg; RR 18 masih merasa lemas
ketidakseimbangan x/m; N 78 x/m; S 36,5o C O : Pasien tampak
antara suplai dan 2) Melakukan penilaian pada beristirahat dengan posisi
sirkulasi perifer CRT < 3 tidur terlentang
kebutuhan oksigen
detik, palpasi teraba hangat; A : Masalah belum teratasi
tidak oedema; warna kulit P : - Lanjutkan intervensi -
tidak pucat Saran dokter
3) Menganjurkan pasien
untuk melakukan aktivitas
secara bertahap sesuai kondisi
Pasien paham dan mengikuti
anjuran yang diberikan
4) Menganjurkan pasien
mengikuti jadwal minum obat
yang telah ditetapkan
5) Monitor pemeriksaan EKG
Hasil perekaman EKG
ditemukan elevasi segmen ST
pada lead II,III,aVf
Konstipasi b/d 1) Mengobservasi tanda dan S:Pasien mengatakan
gangguan gejala dari konstipasi masih belum BAB sejak
fungsional Inspeksi : abdomen simetris, 25 Mei 2019 – 27 Mei
(perubahan palpasi teraba massa di 2019; dan merasa
kuadran kanan bawah, perkusi kembung
lingkungan saat
abdomen pekak, auskultasi 10 O : Perkusi abdomen
ini) x/menit pekak, palpasi abdomen
2) Menganjurkan pasien teraba masa di kuadran
untuk minum air putih yang kanan bawah
cukup ± 1500 cc/hari Pasien A : Masalah belum teratasi
paham danmengikuti anjuran P : - Lanjutkan intervensi -
3) Menganjurkan Keluarga Saran dokter
mengikuti anjuran yang
diinstruksikan
4) Kolaborasi dengan tim gizi
untuk pemberian makanan
tinggi serat Ahli gizi
sudahmelakukan asuhan gizi
kepada pasien dengan
memberikan pasien jenis diit
lunak jantung dan tinggi serat
5) Melayani pemberian obat
oral Laxadis Syrup Pasien
minum obat laxadine syrup 1
sendok teh
Diagnose jam implementasi evaluasi paraf
Nyeri akut 13:20 1) Melakukan S : Tn. M
berhubungan dengan pengkajian nyeri mengatakan sudah
agen cedera biologis secara tidak merasakan
(iskemik) komprehensif sakit lagi
P:-; Q: -; R: -; O : - Wajah Tn. M
S: -:T tampak rileks -
2). Mengobservasi Vital sign dalam
tanda non verbal seperti batas normal (TD
wajah tampak meringis, 110/70 mmHg; N
memegangi area yang 80 x/m; RR 19
nyeri Pasien tampak x/m) - Skala nyeri
rileks berkurang dari 3
3) Menganjurkan pasien ke 1
untuk melakukan teknik A : Masalah
napas dalam Pasien teratasi
paham dan dapat P : Intervensi di
melakukan kembali hentikan
teknik relaksasi napas
dalam apabila merasakan
nyeri.
4) Menganjurkan pasien
untuk melaporkan segera
jika merasa nyeri
5) Membatasi
pengunjung dan
komunikasi Pasien
tampak beristirahat
Intoleransi aktivitas 13:20 1). Mengukur vital sign S : Pasien
berhubungan dengan pasien mengatakan masih
ketidakseimbangan TD 120/80 mmHg merasa lemas
antara suplai dan RR 18 x/m; N 70 x/m O : posisi tidur
kebutuhan oksigen 2)Melakukan penilaian miring kanan
pada sirkulasi periver A : Masalah
hangat; tidak oedema; teratasi sebagian
warna kulit tidak pucat P : Lanjutkan
3) Menganjurkan pasien intervensi
untuk melakukan
aktivitas secara bertahap
sesuai kondisi Pasien
mengikuti anjuran yang
diberikan
4) Menganjurkan pasien
untuk mengikuti aturan
pengobatan sesuai
instruksi Pasien
mengikuti j adwal minum
obat yang telah
ditetapkan
5) Monitor pemeriksaan
EKG Hasil perekaman
EKG terdapat elevasi
pada segmen ST di lead
II, III, aVf namun sudah
turun
Konstipasi 13:20 1) Mengobservasi tanda S: dan masih
berhubungan dengan dan gejala merasa kembung
gangguan fungsional 2) Menganjurkan pasien namun sudah
(perubahan untuk minum air putih berkurang
lingkungan saat ni) yang cukup ± 1500 O : Perkusi
cc/hari Pasien paham abdomen pekak,
danmengikuti anjuran palpasi abdomen
3) Menganjurkan teraba masa di
keluarga untuk extra buah kuadran kanan
seperti papaya dan pisang bawah
Keluarga mengikuti A : Masalah belum
anjuran yang teratasi
diinstruksikan P : Lanjutkan
4) Kolaborasi dengan tim intervensi
gizi untuk pemberian
makanan tinggi serat
Ahli gizi
sudahmelakukan asuhan
gizi kepada pasien
dengan memberikan
pasien jenis diit lunak
jantung dan tinggi serat
5) Melayani pemberian
obat oral Laxadis
diagnosa jam implementasi evaluasi paraf

Nyeri akut b/d 09.00 1) Melakukan pengkajian S : Tn. M mengatakan


agen cedera nyeri secara komprehensif tidak merasakan nyeri
biologis (iskemik P: -; Q -; R -; S -; T – O : - Wajah Tn. M
miokard) 2) Mengobservasi tampak rileks - Vital sign
tandatanda nonverbal nyeri dalam batas normal (TD
seperti wajah tampak 120/70 mmHg; N 80
meringis, memegangi area x/m; RR 19 x/m)
yang nyeri Pasien tampak A : Masalah teratasi
rileks P : intervensi di hentikan
3) Menganjurkan pasien
untuk melaporkan segera
jika merasa nyeri
4) Membatasi pengunjung
dan komunikasi Pasien
tampak beristirahat
Intoleransi 12.30 1) Mengukur vital sign S : Pasien mengatakan
aktivitas b/d pasien TD 120/70 mmHg; sudah tidak merasa lemas
ketidakseimbangan RR 18 x/m; N 18 x/m; S O : Pasien tampak duduk
antara suplai dan 36,5o C di tempat tidur dan
2)CRT < 3 detik, palpasi mampu makan sendiri
kebutuhan oksigen
teraba hangat; tidak A : Masalah teratasi
oedema; warna kulit tidak sebagian
pucat P : intervensi dihentikan
3) Menganjurkan pasien
untuk melakukan aktivitas
secara bertahap sesuai
kondisi Pasien mengikuti
anjuran yang diberikan
4) Menganjurkan pasien
untuk mengikuti aturan
pengobatan sesuai instruksi
Pasien mengikuti jadwal
minum obat yang telah
ditetapkan
5) Monitor pemeriksaan
EKG
Konstipasi b/d 14.00 1) Mengobservasi tanda dan S : Pasien mengatakan
gangguan gejala dari konstipasi masih belum BAB sejak
fungsional Inspeksi : abdomen simetris, O : Perkusi abdomen
(perubahan tidak pekak, palpasi abdomen
2) Menganjurkan pasien teraba masa di kuadran
lingkungan saat ini
istirahat kanan bawah
Pasien paham dan A : Masalah belum
mengikuti anjuran teratasi
3) Menganjurkan keluarga P : Lanjutkan intervensi
untuk extra buah seperti
papaya dan pisang
Keluarga mengikuti anjuran
yang diinstruksikan
4) Kolaborasi dengan tim
gizi untuk pemberian
makanan tinggi serat Ahli
gizi sudah melakukan
asuhan gizi kepada pasien
dengan memberikan pasien
jenis diit lunak jantung dan
tinggi serat
5) Melayani pemberian obat
oral Laxadis Syrup Pasien
minum obat laxadine syrup
1 sendok teh
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pada pengkajian disebutkan bahwa pada kasus yang dialami oleh tn.f ia hanya merasakan
nyeri hanya pada bagian leher saja. Hal tersebut tidak sejalan dengan konsep teori yang
ada, bahwasanya nyeri yang seharusnya dirasakan pada area leher lalu menjalar ke
punggung, siku, rahang, abdomen dan sekitar epigastrium. Hal tersebut dapat terjadi
karena kemungkinan besar tn.f langsung mendapatkan penanganan medis sebelum
kerusakan menjalar lebih luas ke area lain.
2. Pada konsep teoritis disebutkan bahwa pasien dengan IMA akan mengalami takikardia
atau denyut nadi cepat, namun Tn. F tidak mengalami itu. Berdasarkan hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital nadi Tn.f masih dalam angka normal. Hal tersebut dapat terjadi karena
kemungkinan besar belum terjadinya kerusakan yang lebih luas pada organ tn.f karena tn.
F segera mendapatkan penanganan medis. Dimana belum terjadinya kompensasi jantung
yang akan mengakibatkan adanya reflex saraf otonom yang akan meingkatkan kerja saraf
simpatis pada otot jantung sehingga akan mengalami takikardi.
3. Pada konsep teori disebutkan bahwa pada umumnya pasien dengan IMA akan
mengalami dispnea, namun pada Tn.f, ia tidak merasakan gejala tersebut melainkan pola
nafasnya masih dalam angka normal. Hal tersebut bias terjadi karena Tn.f baru
merasakan nyeri dada belum dalam jangka waktu yang lama dan langsung dapat
penanganan medis. Artinya kemungkinan patofisiologi yang terjadi pada tubuh Tn.f
terjadi penurunan perfusi ke otot miokard lalu otot miokard kekurangan oksigen maka
berakibat nyeri, namun kerusaknnya belum terjadi kerusakan sampai penurunan
kontraktilitas jantung sehingga gangguan irama jantung terganggu dan terjadi penurunan
cardioc output akibatnya terjadi kerusakan yang lebih luas pada otot miokard yang
mengakibatkan kegagalan organ salah satunya pada paru-paru yang menimbulkan gejala
sesak nafas.

4.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Infark miokard (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respons letal terakhir terhadap
iskemia miokard yang tidak teratasi. Sel-sel miokardum mulai mati setelah sekitar 20
menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini kemampuan sel untuk
menghasilkan ATP secara aerobik lenyap, dan sel tidak memenuhi kebutuhan energinya
(corwin, 2009).
Klasifikasi menurut (Aroney,aylward,kelly, 2006) : Infark miokard akut dengan
elevasi segmen ST (IMA-EST), Infark miokard akut dengan non-elevasi segmen ST
(IMA-NEST), Angina pectoris tidak stabil (APTS).
Menurut (Aroney,aylward,kelly, 2006) infark miokard disebabkan oleh : Penimbunan
jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah, dll. Menurut (Yeni, 2019) Faktor resiko
penyakit arteri coroner antara lain : Perokok, memiliki riwayat kolestrol tinggi, memiliki
riwayat tekanan darah tinggi, dll.
Menurut Starry, 2013 komplikasi pada IMA adalah sebagai berikut : Aritmia
Jantung, gagal Jantung, syok Kardiogenik. Menurut Yasmara, Nursiswati, Arafat , 2016
tanda dan gejala Infark Miokard Akut adalah sebagai berikut : Nyeri Dada, palpitasi,
takikardia, peningkatan tekanan darah, sesak nafas/ gagal nafas, edema.
Menurut Deni, 2016 Pemeriksaan diagnostic pada IMA adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Laboratorium, dan pemeriksaan Elektrokardiogram.

2. Saran
Saran yang bisa penulis berikan yaitu perlu adanya pendalaman pembahasan yang
lebih lanjut mengenai materi Infark Miokard Akut agar dapat mengurangi angka
kematian di dunia sebagaimana penyakit jantung telah menjadi penyebab nomor satu
kematian di dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, R., Yaswir, R., & Prihandani, T. (2019). Gambaran Homosistein pada Pasien Infark
Miokard Akut di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2), 351.
https://doi.org/10.25077/jka.v8i2.1012
Aroney, C. N., Aylward, P., Kelly, A. M., Chew, D. P. B., Clune, E., Allan, R. M., Boyden, A.
N., Brieger, D., Brown, A., Carroll, G. E., Flynn, M., Hunt, D., Jacobs, I. G., Lea, T. M.,
Tan, K. S., Tonkin, A. M., Walker, T., Walsh, W., & White, H. (2006). Guidelines for the
management of acute coronary syndromes 2006. In Medical Journal of Australia (Vol. 184,
Issue 8 SUPPL., pp. 516–525). https://doi.org/10.5694/j.1326-5377.2007.tb01292.x
Dokter, P., Kardiovaskular, S., & Ketiga, E. (2015). Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner
Akut Edisi Ketiga.
Yeni, M. F. (2019). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat di RSUD PROF. DR. W. Z.
JOHANNES KUPANG (Vol. 45, Issue 45).
Yasmara, Nursiswati, Arafat. (2006). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah.
Black, Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah.
Starry Humerta, R. (2013). Kardiology.
Corwin, Elizabeth, J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta.EGC.

Anda mungkin juga menyukai