GANGGUAN SISTEM
INTEGUMENT : STEVENS
JONHSON SINDROM
Disusun oleh :
Nurmauliddina Sari (1901024)
Ainil Mastura (1901006)
Shinta Usmayani (1901006)
KONSEP DASAR STEVENS-JOHNSON SYNDROME
Stevens Johnson Syndrome adalah sindroma yang mengenai kulit, selaput
lendir orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan
sampai berat Kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel, bula dapat
disertai purpura. (Fitriany & Alratisda 2019)
Adapun dampak yang terjadi menurut (Fitriany & Alratisda 2019) adalah fisik
seperti, kegagalan fungsi kulit yang menyebabkan kehilangan cairan, stress
hormonal diikuti peningkatan resistensi terhadap insulin, hiperglikemia dan
glukosuria, kegagalan termoregulasi, kegagalan fungsi imun, dan infeksi. Menurut
Azizah, zainuri, dan Akbar, 2016, Psikologis seperti untuk Kembali mendapatkan
harga diri (penguatan positif, pencapaian tujuan). Spiritual seperti hubungan dengan
diri sendiri, sikap (percaya pada diri sendiri, ketenangan fikiran, keselarasan dengan
diri sendiri). Sosial seperti pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional yang
diberikan orang tua, anggota keluarga lainnya, teman dan lingkungan
masyarakat. .Ekonomi rendah akan menampilkan koping yang kurang aktif, kurang
realitis dan menolak.
Insidensi SJS diperkirakan 2-3% per juta populasi per tahun di Amerika Serikat dan di negara negara
Eropa, sedangkan di Indonesia kasus SJS terjadi sekitar 12 kasus per tahun. Alopurinol adalah obat
yang paling sering menyebabkan terjadinya SJS di negara-negara Asia Tenggara, termasuk Malaysia,
Singapura, Taiwan, dan Hong Kong. Penelitian yang dilakukan oleh Adhi Djuanda menyatakan bahwa
di Indonesia, penyebab SJS yang diduga alergi obat tersering adalah analgetik/antipiretik (45%),
disusul karbamazepin (20%) dan jamu (13.3%). Angka kematian pada kasus SJS secara keseluruhan
mencapai 5-15% dari jumlah total kasus. (Putri, Mutiara, Hasudungan, Sibero, Sukohar, 2016).
Disalah satu Rumah Sakit di India, kelompok obat paling sering menyebabkan SJS adalah obat anti-
mikroba (35,55%), diikuti oleh anti-konvulsi (28,89%), antipiretik (17,78%), dan NSAID (6.67%).
Dalam kategori obat individual, parasetamol (17,77%), dan fenitoin (15,55%) berada di antara obat
yang paling sering dilaporkan. (Putri, Mutiara, Hasudungan, Sibero, Sukohar, 2016) .
Di Indonesia sendiri tidak terdapat data pasti mengenai mobilitas terjadinya
stevens jhonson syndrome. Namun berdasarkan data oleh djuanda beberapa
pbat yang sering menyebab kan SJS di indonesiia adalah obat golongan
analgetic atau anti pereutik (45%), karbamazepin (20%), jamu (13,3%), sisanya
merupakan golongan obat lain seperti amocicilyn, kotrimoksasol, dilantin,
klorokuin, dan seftriakson. (Fitriany & Alratisda 2019)
Kelainan penglihatan
Kerusakan sel yang
luas
Kelainan Pada Kulit
Kemerahan
Ruam Terbentuknya
Bula respon inflamasi
Eritema
Papula
Lesi Gg Integritas Kulit
Rambut rontok
Kuku
tanggal/lepas
Gg Rasa Nyaman
Nyeri
Kelainan pada
Mukosa
Pecah-pecah
Berdarah
Nekrosis
Terkelupas
Melepuh
Ulserasi
Anoreksia
Deficit Nutrisi
.
Timbul respon
radang
Histamin
Bradikidin
Serotonin
Prostat gladin
Lepasnya
hormone Bakterinemia
Perpindahan cairan dari stress
intravascular ke ruang kortisol
intertitial
Sepsis
Gg Elektrolit Peningkatan
asam lambung
Penurunan daya
Penurunan tahan tubuh
perfusi
Mual muntah
Stress
Shock hipovolemia Ulcer
Kegagalan organ
Melena
Pneumonia
Gagal ginjal
Kerusakan hepar
Infeksi otak:
epilepsi
KOMPLIKASI PADA STEVEN JOHNSON YAITU
Menurut Fitriana, Endaryanto & Hidayati 2018, komplikasi yang dapat terjadi pada
Steven Johnson sindrom Antara lain:
Kehilangan cairan atau darah
Gangguan keseimbangan elektrolit sehingga dapat menyebabkan shock
Terjadi kebutaan pada mata karena gangguan lakrimasi
Komplikasi pada mata
Sepsis
Pneumonia
Gagal ginjal
Sepsis
Infeksi bakteri
Kerusakan hepar
Epilepsi
Keganasan
PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA STEVEN JOHNSON SINDROM YAITU
Menurut Kusuma & Anggraini 2020, pemeriksaan penunjang pada Steven Johnson sindrom
yaitu:
Darah lengkap
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
Fungsi hati baik
Kadar blood urea nitrogen (BUN)
PENATALAKSAAN KEPERAWATAN DAN MEDIS
1. Menurut Yulisna & Arti ,2018 penatalaksaan Menurut Yulisna dan Arti 2018, penatalaksanaan
medis pada Stevens Jhonson sindrom yaitu: keperawatan pada Steven Johnson sindrom yaitu
Pemberian IVFD RL 20 tetes/menit :
1. Pengkajian Keperawatan
Didapatkan data, dari Putri, Mutiara, Hasudungan, Sibero & Sukohar 2016
yaitu:
Seorang perempuan berusia 30 tahun dating ke rumah sakit umum, dengan
keluhan bibir melepuh sejak 4 hari . keluhan disertai dengan mata perih dan
sulit dibuka serta kulit wajah terasa panas dan seluruh tubuh terasa
menggigil, pasien merasakan sulit untuk makan, tidur dan berbicara. Pada
wajah lalu muncul gelembung berisi air berukuran kecil seperti cacar air pada
wajah, leher, dada, dan punggung bawah dan terdapat bercak-bercak
kehitaman.
Penyebab timbulnya sjs diantaranya infeksi (virus, jamur, bakteri, parasit),
obat (salisilat, sulfa, penisilin, etambutol, Tegretol, tetrasiklin, digitalis,
kontraseptif), makanan(coklat), fisik(udara dingin, sinar uv, sinar x),graft
versus, host disease, dan radioterapi
2.Diagnose Keperawatan
1.Gangguan integritas kulit b/d perubahan pigmentasi
2. Deficit nutrisi b/d kurangnya asupan makanan, ketidakmampuan menelan
makanan, factor psikologis
3. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik (inflamasi)
4.Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit
3.Intervensi Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit b/d perubahan pigmentasi
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis, perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban,suhu lingkungan ekstrim,
penurunan mobilitas)
Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergic pada kulit sensitif
Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Ajurkan minum air yang cukup
2.Deficit nutrisi b/d kurangnya asupan makanan, ketidakmampuan menelan
makanan, factor psikologis
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Monitor asupan makanan
Lakukan oral hygieny sebelum makan
4.Implementasi Keperawatan
1.Gangguan integritas kulit b/d perubahan pigmentasi
Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis, perubahan sirkulasi, perubahan
status nutrisi, penurunan kelembaban,suhu lingkungan ekstrim, penurunan mobilitas)
Menggunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergic pada kulit sensitif
Menghindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Menganjurkan minum air yang cukup
2.Deficit nutrisi b/d kurangnya asupan makanan, ketidakmampuan menelan makanan, factor
psikologis
Mengidentifikasi status nutrisi
Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Memonitor asupan makanan
Melakukan oral hygieny sebelum makan
5.Evaluasi Keperawatan
1.Subjek:
Ungkapan keluhan dari klien secara langsung dan dapat diperoleh oleh orang lain yang
mengetahui keadaan klien secara langsung. Contoh : merasa pusing, nyeri, gatal, dll.
2.Objek:
Data yang diperoleh oleh perawat secara langsung melalui observasi dan pemeriksaan pada
klien. Contoh: tekanan darah120/80mmhg, konjungtiva anemis, lemah, pucat dll.
3.Assessment: Kesimpulan dari data subjektif dan objektif
4.Planning : Membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana disusun berdasarkan
hasil analisis dan interprestasi data
SEKIAN DAN TERIMAKASIH