SINDROM NEFROTIK
Oleh :
Kelompok 4
2019
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi dari Sindrom Nefrotik Commented [H1]: Ganti semua penomeran memakai angka,,
jngan pakai huruf atau dicampur
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis,
meliputi proteinuria masif > 3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema,
hiperlipidemia. Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak
membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas
glomerulus (Muttaqin, 2012). Sindrom nefrotik terjadi tiba-tiba, terutama pada
anak-anak. Biasanya berupa oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urin
yang kental akibat proteinuria berat.Pada dewasa terlihat adalah edema pada
kaki dan genitalia (Mansjoer, 2012).
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat
hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal ( Ngastiyah, 2005).
b. Nefropati membranosa
c. Glomerulonefritis proliferatif
d. Glomerulonefritis membranoproliferatif
Porteinuria masif
Hipoproteinemia
Hipoalbumin
Hospitalisasi
Tirah baring
Diet
1. Urin
a) Protein
terdiri dari albumin saja dengan berat molekul rendah atau non
yaitu IgG. Pada kasus ini didapatkan hasil laborat proteinuria +++
(positif 3).
b) Sedimen
LPK.
c) Elektrolit
sesuai intake.
2. Darah
protein total serum 3,8 mg/100 mL dan albumin 2,0 mg/100 mL.
b) Lemak
lipoprotein.
mg/100 mL.
biasanya tetap dalam batas normal. Pada kasus ini didapatkan hasil
d) Hematologi
1. Penatalaksanaan Medis
e. Obat simvastatin
Berdasarkan jurnal dengan judul “simvastatin in Nephrotic
Syndrome” bahwa simvastatin dapan menurunkan kadar lipid dalam
darah
f. Diet
g. Kemoterapi:
a) Prednisolon digunakan secra luas. Merupakan kortokisteroid yang
mempunyai efek samping minimal. Dosis dikurangi setiap 10 hari
hingga dosis pemeliharaan sebesar 5 mg diberikan dua kali sehari.
Diuresis umumnya sering terjadi dengan cepat dan obat dihentikan
setelah 6-10 minggu. Jika obat dilanjutkan atau diperpanjang, efek
samping dapat terjadi meliputi terhentinya pertumbuhan,
osteoporosis, ulkus peptikum, diabeters mellitus, konvulsi dan
hipertensi.
b) Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk
mengangkat cairan berlebihan, misalnya obat-abatan spironolakton
dan sitotoksik ( imunosupresif ). Pemilihan obat-obatan ini
didasarkan pada dugaan imunologis dari keadaan penyakit. Ini
termasuk obat-obatan seperti 6-merkaptopurin dan siklofosfamid.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Tirah baring: Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama
beberapa harimungkin diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna
mengurangi edema. Baringkan pasien setengah duduk, karena adanya
cairan di rongga thoraks akan menyebabkan sesak nafas. Berikan alas
bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (bantal diletakkan
memanjang, karena jika bantal melintang maka ujung kaki akan lebih
rendah dan akan menyebabkan edema hebat).
b. Terapi cairan: Jika klien dirawat di rumah sakit, maka intake dan output
diukur secara cermat da dicatat. Cairan diberikan untuk mengatasi
kehilangan cairan dan berat badan harian.
c. Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan
kulit. Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang
sering, plester atau verban harus dikurangi sampai minimum. Kantong
urin dan plester harus diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut
dan bukan dengan cara mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga
tetap bersih dan kering dan scrotum harus disokong dengan popok yang
tidak menimbulkan kontriksi, hindarkan menggosok kulit.
d. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak
mata dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab
dengan air hangat.
e. Penatalaksanaan krisis hipovolemik. Anak akan mengeluh nyeri
abdomen dan mungkin juga muntah dan pingsan. Terapinya dengan
memberikan infus plasma intravena. Monitor nadi dan tekanan darah.
f. Pencegahan infeksi. Anak yang mengalami sindrom nefrotik cenderung
mengalami infeksi dengan pneumokokus kendatipun infeksi virus juga
merupakan hal yang menganggu pada anak dengan steroid dan
siklofosfamid.
g. Perawatan spesifik meliputi: mempertahankan grafik cairan yang tepat,
penimbnagan harian, pencatatan tekanan darah dan pencegahan
dekubitus.
h. Dukungan bagi orang tua dan anak. Orang tua dan anak sering kali
tergangu dengan penampilan anak. Pengertian akan perasan ini
merupakan hal yang penting. Penyakit ini menimbulkan tegangan yang
berta pada keluarga dengan masa remisi, eksaserbasi dan masuk rumah
sakit secara periodik. Kondisi ini harus diterangkan pada orang tua
sehingga mereka mereka dapat mengerti perjalanan penyakit ini.
Keadaan depresi dan frustasi akan timbul pada mereka karena
mengalami relaps yang memaksa perawatan di rumahn sakit.
i. Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum
untuk mencegah pembengkakan skrotum karena tergantung (pernah
terjadi keadaan skrotum akhirnya pecah dan menjadi penyebab
kematian pasien).
I. Komplikasi Sindrom Nefrotik
1. PENGKAJIAN
a. Identitas.
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun
setiap 100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki
dan perempuan yaitu 2:1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami
komplikasi nefrotic syndrome.
b. Riwayat Kesehatan.
1) Keluhan utama.
Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun
e. Imunisasi.
Tidak ada hubungan.
g. Riwayat nutrisi.
Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga.
h. Pengkajian persistem.
a) Sistem pernapasan.
Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi
pleura karena distensi abdomen
b) Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensi
ringan bisa dijumpai.
c) Sistem persarafan.
Dalam batas normal.
d) Sistem perkemihan.
Urine/24 jam 600-700 ml
e) Sistem pencernaan.
Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah
perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.
f) Sistem muskuloskeletal.
Dalam batas normal.
g) Sistem integumen.
Edema periorbital, ascites.
h) Sistem endokrin
Dalam batas normal
i) Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder
akibat peningkatan permiabilitas glomerulus ditandai dengan pasien
mengalami edema
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi
sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan.
c) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
d) Kurang pengetahuan kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi. Commented [H3]: Di pathway ada 7,, silakan buat 7 diagnosa di
sini,, konsisten
3. Rencana tindakan keperawatan Commented [H4]: Jumlah intervensi, harus sesuai dengan
jumlah diagnose yaitu 7, konsisten
Rencana perawatan
Hari/tg Dx
Tujuan dan ttd
l No Intervensi Rasional Commented [H5]: Penomeran intervensi dan rasional harus
kriteria hasil sejajar
jam diharapkan
2. Tekanan darah dan
3. Kaji dan catat
volume cairan BJ urin dapat
tekanan darah,
menjadi indikator
tubuh akan pembesaran
regimen terapi
abdomen, BJ
seimbang
urine
1
dengan kriteria 3. Estimasi penurunan
edema tubuh
hasil 4. Timbang berat
badan tiap hari
penurunan
dalam skala yang 4. Mencegah edema
edema, ascites, sama bertambah berat
kadar protein
5. Berikan cairan 5. Pembatasan protein
darah
secara hati-hati bertujuan untuk
meningkat, dan diet rendah meringankan beban
garam. kerja hepar dan
output urine
mencegah
adekuat 600 – 6. Diet protein 1-2 bertamabah
gr/kg BB/hari. rusaknya
700 ml/hari,
hemdinamik ginjal.
tekanan darah
normal(<120/8
0 mmHg )
batas normal.
Setelah 1. Motivasi 1. Agar pasien mau
dilakukan asuhan pasien agar makan
kepeawatan mau makan
selama 3 x 24
2. Meningkatkan
jam diharapkan
2. Bantu memberi nafsu makan dan
kebutuhan nutrisi
makan dalam asupan nutrisi
akan terpenuhi
keadaan hangat
dengan kriteria
hasil napsu 3. Meningkatkan
makan baik, 3. Anjurkan asupan nutrisi
tidak terjadi keluarga
hipoprtoeinemia, memberi
2 4. Mengurangi
porsi makan anaknya makan
resiko hipertensi
yang dengan porsi
dihidangkan sedikit tapi
dihabiskan, sering 5. Variasi makanan
edema dan dapat
ascites tidak ada. meningkatkan
4. Diit rendah
nafsu makan
garam
5. Kolaborasi
dengan Ahli
Gizi dalam
pemberian diit
Setelah dilakkan 1. Lindungi anak 1. Meminimalkan
asuhan dari orang- masuknya
keperawatan orang yang organisme
3 selamam 3 x 24 terkena infeksi Mencegah
2.
4. Lakukan
tindakan
invasif secara
aseptik
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi di sesuaikan dengan intervensi atau perencanaan
5. Evaluasi
Diagnosa 1
1. Keseimbangan cairan terpenuhi
2. Pasien tidak menagalami edema
3. Pasien tidak ascites
Diagnosa 2
Behrman, R.E. MD, dkk. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Volume 3 Edisi
15.Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk, (2012), Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, Jilid 1, Media
Aesculapius: Jakarta
Suharyanto, tato, & mudjid, abdul. 2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem perkemihan. Salemba Medika. Jakarta.