b. Dieresis Pascapartum
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang
tertimbun di jaringan selama ia hamil. Salah satu mekanisme untuk mengurangi
cairan yang teretensi selama masa hamil ialah diaphoresis luas, terutama pada
malam hari, selama dua sampai tiga hari pertama setelah melahirkan. Dieresis
pascapartum, yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya
peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah, dan hilangnya peningkatan
volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme lain tubuh untuk
mengatasi kelebihan cairan.
c. Uretra dan Kandung Kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan,
yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat
mengalami hiperemis dan edema, seringkali disertai daerah daerah kecil
hemoragi. Pengambilan urine dengan cara bersih atau melalui keteter sering
menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih. Penurunan berkemih, seiring
dieresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih.
5. SISTEM PENCERNAAN
a. Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan sehingga ia boleh mengonsumsi
makanan ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anastesia dan
keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh
makanan dua kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi disertai konsumsi cemilan
yang sering ditemukan.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah
ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun
selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum
persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu
seringkali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di
perineum akibat episiotomi, lasersi atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang
teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali ke normal.
6. PAYUDARA
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama hamil
(estrogen, progesterone, human chorionic gonadotropin, prolaktin, kortisol dan
insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormone-
hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah
ibu menyusui atau tidak.
a. Ibu Tidak Menyusui
Payudara biasanya terba nodular (pada wanita tidak hamil teraba granular).
Nodularitasnya bersifat bilateral dan difus. Apabila wanita memilih untuk tidak
menyusui dan tidak menggunakan obat antilaktogenik, kadar prolaktin akan turun
dengan cepat. Sekresi dan ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari
pertama setelah melahirkan. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi
dilakukan pada hari kedua dan ketiga, dapat ditemukan adanya nyeri seiring
dimulainya produksi susu. Pada hari ketiga atau keempat pascapartum bisa terjadi
pembengkakan (engorgement). Payudara teregang (bengkak), keras, nyeri bila
ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti pembuluh darah menimbulkan rasa
hangat). Distensi payudara terutama disebabkan oleh kongesti sementara vena dan
pembuluh limfatik, bukan akibat penimbunan air susu. Air susu dapat dikeluarkan
dari puting. Jaringan payudara di aksila (tail of Spence) dan jaringan payudara
atau puting tambahan juga bisa terlibat. Pembengkakan dapat hilang dengan
sendirinya dan rasa tidak nyaman biasanya berkurang dalam 24 sampai 36 jam.
Apabila bayi belum menghisap (atau dihentikan), laktasi berhenti dalam beberapa
hari sampai satu minggu.
b. Ibu yang Menyusui
Ketika laktasi terbentuk, terba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yng
terisi berubah posisi dari hari ke hari. Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba
lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara.
Setelah laktasi dimulai, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa
nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan (tampak seperti
susu skim) dapat dikeluarkan dari putting susu. Putting susu harus diperiksa untuk
dikaji erektilitasnya, sebagai kebalikn dari inverse, dan untuk menemukan apakah
ada fisura atau keretakan.
7. SISTEM KARDIOVASKULAR
a. Volume Darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilagan
darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler
(edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah
total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan
tubuh yang menyebabkan volume darah menurun dan lambat. Pada minggu ketiga
dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai
volume sebelum hamil. Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan (peningkatan
sekurang-kurangnya 40% lebih dari volume tidak hamil) menyebabkan
kebanyakan ibu bisa menoleransi kehilangan darah saat melahirkan. Banyak ibu
kehilangan 300 sampai 400 ml darah sewaktu melahirkan bayi tunggal
pervaginam atau sekitar dua kali lipat jumlah ini pada saat operasi sesaria.
Penyesuaian pembuluh darah maternal setelah melahirkan berlangsung dramatis
dan cepat. Respons wanita dalam menghadapi kehilangan darah selama masa
pascapartum dini berbeda dari respons wanita tidak hamil. Tiga perubahan
fisiologis pascapartum yang melindungi wanita: (1) hilangnya sirkulasi
uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10% sampai
15%, (2) hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus
vasodilatasi, dan (3) terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan
selama wanita hamil. Oleh karena itu, syok hipovolemik biasanya tidak terjadi
pada kehilangan darah normal.
b. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang
masa hamil. Segera setelah wanit melahirkan, keadaan ini akan meningkat behkan
lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi
sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai ini meningkat
pada semua jenis kelahiran atau semua pemakaian konduksi anesthesia (Bowes,
1991).
Data mengenai kembalinya hemodinamika jantung secara pasti ke kadar normal
tidak tersedia, tetapi nilai curah jantung normal ditemukan, bila pemeriksaan
dilakukan 8 sampai 10 minggu setelah wanita melahirkan (Bowes, 1991).
c. Tanda-Tanda Vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan
normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol
maupun diastole dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah
wanita melahirkan (Bowes, 1991). Fungsi pernafasan kembali ke fungsi saat
wanita tidak hamil pada bulan keenam setelah wanita melahirkan. Setelah rahim
kosong, diafragma menurun, aksis jantung kembali normal, dan impuls titik
maksimum (point of maximum impulse [PMII]) dan EKG kembali normal.
d. Tanda Vital setelah Melahirkan
Temuan Normal Deviasi dari Nilai Normal dan Penyebab yang Mungkin
Temperature Selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 38 derajat celcius
sebagai akibat efek dehidrasi persalinan. Selama 24 jam wanita harus tidak
demam.
e. Denyut Nadi
Denyut nadi dan volume sekuncup serta curah jantung tetap tinggi selama jam
pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak
diketahui. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi
kembali ke frekuensi sebelum hamil.
f. Pernafasan
Perafasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan
g. Tekanan Darah
Tekanan darah sedikit brubah atau menetap. Hipotensi ortostatik, yang
diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera setelah berdiri,
dapat timbul dalam 48 jam pertama. Hal ini merupakan akibat pembengkakan
limpa yang terjadi setelah wanita melahirkan. Diagnosis sepsis puerperal baru
dipikirkan, jika suhu tubuh ibu meningkat sampai 38°C setelah 25 jam pertama
setelah bayi lahir dan terjadi lagi atau menetap selama dua hari. Kemungkinan lain
ialah mastitis, endometritis, infeksi saluran kemih, dan infeksi sistemik. Frekuensi
denyut nadi yang cepat atau semakin meningkat dapat menunjukkan hipovolemia
akibat perdarahan.
8. Konsep Dasar Penyakit SC
a) Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin di lahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat badan janin di atas 500 gram
(Sarwono,2009).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut, sectio caesarea juga dapat di
definisikan sebagai suatu histektomi untuk melahirkan janin dalam rahim
(Mochtar,2011).
b) Etiologi
a. Indikasi Ibu :
a) Panggul sempit absolute
b) Placenta previa
c) Ruptura uteri mengancam
d) Partus lama
e) Partus tak maju
f) Pree ekslampsia dan hipertensi
b. Indikasi Janin
a) Kelainan letak
1. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan
/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang
yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan
letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada
perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih
dulu ditolong dengan cara lain.
2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang
bila panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b) Gawat janin
c) Janin besar
c. Kontra indikasi
a) Janin mati
b) Syok, anemia berat
c) Kelainan kongenital berat
11. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa
hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis,
sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan
sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah
ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat
diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama
sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC
transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
Luka kandung kemih
Embolisme paru - paru
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea
klasik.
12. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi
aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain
itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri
akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah risiko infeksi.
13. Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
Urinalisis / kultur urine
Pemeriksaan elektrolit
14. Penatalaksanaan Medis Post SC
a. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian
dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan
transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 8 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi
Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa dipulangkan
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu tekanan
darah, nadi, pernafasan,suhu.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas klien dan penanggung
Keluhan utama klien saat ini
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
Riwayat penyakit keluarga
Keadaan klien meliputi :
a. Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b. Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan
atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan
labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau
kecemasan.
c. Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
e. Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin
ada.
f. Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
g. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
h. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas
operasi
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi
d. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi
e. Perubahan peran bd ketidaksiapan ibu
3. Rencana Asuhan Keperawatan
6. Peningkatan
suhu, nadi, dan
WBC
merupakan salah
satu data
penunjang yang
7. Kolaborasi dapat
untuk mengidentifikasi
pemeriksaan adanya bakteri
Hb dan Ht. di dalam darah.
Catat perkiraan Proses tubuh
kehilangan untuk melawan
darah selama bakteri akan
prosedur meningkatkan
pembedahan produksi panas
8. Anjurkan dan frekuensi
intake nutrisi nadi. Sel darah
yang cukup putih akan
meningkat
sebagai
kompensasi
untuk melawan
9. Kolaborasi bakteri yang
penggunaan menginvasi
antibiotik tubuh.
sesuai indikasi 7. Risiko infeksi
pasca
melahirkan dan
proses
penyembuhan
akan buruk bila
kadar Hb rendah
dan terjadi
kehilangan
darah
berlebihan.
8. Mempertahanka
n keseimbangan
nutrisi untuk
mendukung
perpusi jaringan
dan memberikan
nutrisi yang
perlu untuk
regenerasi
selular dan
penyembuhan
jaringan
9. Antibiotik dapat
menghambat
proses infeksi
Ansietas Setelah diberikan 1. Kaji respon 1. Keberadaan
berhubungan asuhan psikologis sistem
dengan keperawatan terhadap pendukung klien
kurangnya selama … x 6 jam kejadian dan (misalnya
informasi diharapkan ketersediaan pasangan) dapat
tentang ansietas klien sistem memberikan
prosedur berkurang dengan pendukung dukungan secara
pembedahan, kriteria hasil : psikologis dan
penyembuhan Klien membantu klien
, dan terlihat dalam
perawatan lebih mengungkapkan
post operasi 2. Tetap bersama masalahnya
tenang dan
klien, bersikap 2. Keberadaan
tidak
tenang dan perawat dapat
gelisah
Klien menunjukkan memberikan
mengungka rasa empati dukungan dan
pkan perhatian pada
bahwa klien sehingga
ansietasnya klien merasa
berkurang 3. Observasi nyaman dan
respon mengurangi
nonverbal klien ansietas yang
(misalnya: dirasakannya
gelisah) 3. Ansietas
berkaitan seringkali tidak
dengan ansietas dilaporkan
yang dirasakan secara verbal
namun tampak
4. Dukung dan pada pola
arahkan perilaku klien
kembali secara nonverbal
mekanisme 4. Mendukung
koping mekanisme
koping dasar,
meningkatkan
rasa percaya diri
5. Berikan
klien sehingga
informasi yang
menurunkan
benar
ansietas
mengenai
5. Kurangnya
prosedur
informasi dan
pembedahan,
misinterpretasi
penyembuhan,
klien terhadap
dan perawatan
informasi yang
post operasi
dimiliki
6. Diskusikan sebelumnya
pengalaman / dapat
harapan mempengaruhi
kelahiran anak ansietas yang
pada masa lalu dirasakan
6. Klien dapat
mengalami
penyimpangan
memori dari
7. Evaluasi melahirkan.
perubahan Masa lalu /
ansietas yang persepsi yang
dialami klien tidak realistis
secara verbal dan
abnormalitas
mengenai proses
persalinan SC
akan
meningkatkan
ansietas.
7. Identifikasi
keefektifan
intervensi yang
telah diberikan
3. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan criteria hasil yang di harapkan (Gordon,1994 dalam
Potter&Perry 2011).
4. Evaluasi keperawatan
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan rencana
keperawatan yang menandakan seberapa jauh tindakan dan pelaksanaan
nya berhasil dengan adanya komponen:
S: Subjektif pernyataan atau keluhan pasien
O: Objektif data yang di observasi oleh perawat atau keluarga
A: Analisis kesimpulan dari subjektif dan objektif
P: Planning rencana tindakan yang akan di lakuk
DAFTAR PUSTAKA