Nefrotik
KATA PENGANTAR
Dengan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, akhirnya kami
dapat menyusun sebuah makalah tentang penyakit Sindrom Nefrotik sebagai tugas
Sistem Perkemihan II.
Penulis,
Kelompok 4
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................
Lembar Pernyataan...............................................................................................
Lembar Konsul......................................................................................................
Kata Pengantar....................................................................................................1
Daftar Isi...............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan..............................................................................................................6
1.4 Manfaat............................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN
2.8 Penatalaksanaan.............................................................................................27
2.9 Komplikasi.....................................................................................................32
2.10 Pencegahan..................................................................................................42
3.1 Pengkajian.....................................................................................................54
3.3 Intervensi.......................................................................................................56
3.4 Implementasi.................................................................................................65
3.5 Evaluasi.........................................................................................................65
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................66
4.2 Saran..............................................................................................................66
Daftar Pustaka...................................................................................................67
BAB 1
PENDAHULUAN
daya tahan tubuh sehingga pasien mudah mendapat infeksi yang merupakan salah
satu pencetus dari Sindrom nefrotik bukan kelainan minimal tersebut (Cecily
L.Betz dan Linda A, Sowden, 2002).
Dari data studi dan epidemiologis tentang Sindrom nefrotik di Indonesia
belum ada, namun di luar negeri yaitu Amerika serikat Sindrom nefrotik
merupakan salah satu penyebab gagal ginjal kronik dan merupakan masalah
kesehatan yang utama dengan jumlah penderita mencapai 225 orang pertahun
(11,86 %), dari 2150 orang orang yang berobat kerumah sakit
(www.compas.com). Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari register di
Ruang Penyakit Dalam Wanita Badan Pelayan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan seluruh pasien yang dirawat inap dari
bulan Mei 2005 sampai dengan Desember 2005 berjumlah 332 orang dan yang
menderita Sindrom nefrotik 2 orang atau (0,6 %).
Maka dari kasus yang muncul tersebut, disini peran perawat dibutuhkan
sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Sindrom nefrotik, dimana berperan secara
mandiri dan kolaboratif dalam melaksanakan asuhan keperawatan, misalnya
dengan mendorong dan memberi support pada anggota keluarga untuk ikut serta
merawat penderita baik di Rumah Sakit maupun setelah pasien pulang dari
Rumah Sakit, dan mendeteksi secara dini tentang keluhan-keluhan penderita, yang
tidak lepas dari usaha promotif dan preventif serta usaha kuratif, rehabilitatif yaitu
setelah pasien pulang dari Rumah Sakit.
Dari uraian di atas, maka dalam makalah ini penulis akan membahas lebih
lanjut mengenai Konsep Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Perkemihan
Dengan Sindrom Nefrotik.
1. 3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Sistem Perkemihan 2
1.3.2 Tujuan Khusus
BAB II
PEMBAHASAN
2) Proses Reabsorbsi.
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa,
sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada
tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat
bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi
fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3) Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke
papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
b. Persarafan Ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf
ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
2.2.3 Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi
terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri
dari:
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos.
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
d. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-
gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk ke dalam kandung
kemih.
timbul keinginan untuk miksi. Miksi adalah suatu proses yang dapat dikendalikan,
kecuali pada bayi dan anak-anak kecil merupakan suatu reflex.
Vesica Urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung urin.
Pada laki – laki, organ ini terletak tepat dibelakang Symphisis Pubis dan didepan
Rektum. Pada perempuan, organ ini terletak agak dibawah uterus, di depan
vagina. Saat kosong, berukuran kecil seperti buah kenari, dan terletak di pelvis.
Sedangkan saat penuh berisi urine, tingginya dapat mencapai um bilicus dan
berbentuk seperti buah pir. Dinding Vesica Urinaria memiliki beberapa lapisan :
a. Serosa: Lapisan terluar, merupakan perpanjangan dari lapisan peritoneal
rongga abdomino pelvis. Hanya di bagian atas pelvis.
b. Otot Detrusor: Lapisan tengah. Terdiri dari otot – otot polos yang saling
membentuk sudut. Berperan penting dalam proses urinasi
c. Submukosa: Lapisan jaringan ikat, menghubungkan antara lapisan otot
Detrusor dengan lapisan mukosa
d. Mukosa: Terdiri dari epitel – epitel transisional. Membentuk lipatan saat
dalam keadaan relaks, dan akan memipih saat keadaan terisi penuh.
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,
terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung
kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan
ligamentum vesika umbikalis medius
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
a. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah,
bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi
oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.
d. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium
(lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan
lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Vesica urinaria fungsinya untuk menampung urine yang telah dibentuk
oleh ginjal, dalam rangka untuk mengekskresikan sisa metabolisme hal ini sangat
g. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada
diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
1) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea amoniak
dan kreatinin.
2) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
3) Toksin.
4) Hormon.
2.2.7 Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi
dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada
dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi
bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan
tahap ke 2.
b. adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan
mengosongkan kandung kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan
spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar pengosongan di luar
kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf
simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter
interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi.
Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor
berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI
(normal: tidak nyeri).
2.2 Definisi
kental akibat proteinuria berat. Pada dewasa yang jelas terlihat adalah edema pada
kaki dan genetalia (Kapita Seleksta Kedokteran, Jilid I, hal. 525).
Sindroma Nefrotik (NEPHROTIC SYNDROME) adalah suatu sindroma
(kumpulan gejala-gejala) yang terjadi akibat berbagai penyakit yang menyerang
ginjal dan menyebabkan: – proteinuria (protein di dalam air kemih) – menurunnya
kadar albumin dalam darah – penimbunan garam dan air yang berlebihan –
meningkatnya kadar lemak dalam darah.
Penyakit sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit yang memerlukan
perhatian khusus. Penderita penyakit ini sering tiba-tiba kehilangan protein
(albumin) dalam jumlah sangat banyak melalui urine, tanpa diketahui sebabnya.
Membran dari saringan glomelurus pada penderita ini menjadi permeable (mudah
dilewati) terhadap molekul protein. Sementara fungsi ginjal (yang di ukur dengan
bersihan kreatinin dan uji konservasi cairan) masih sangat baik dan akan tetap
baik. Oleh karena kehilangan albumin sebesar 15-20g sehari (lebih banyak dari
produksi total abumin oleh hati), maka satu-satunya gejala dari penyakit ini adalah
hipoalbumenemia dan edema yang disebabkan oleh hupoalbumenemia (kadang-
kadang juga terjadi kehilangan inumoglobulin), sehingga mudah terjadi infeksi
bakteri pada bagian dalam tubuh kita.
Pada penyakit ini,kadar fibrinogen dalam darah akan sangat meningkat,
sehingga LED juga akan sangat meninggi, meskipun tidak terdapat infeksi.
Sehingga, penyakit ini sering diasumsikan sebagai penyakit aneh dan menarik
(sindroma Nefrotik). Biasanya, dokter akan memberikan hormon kortikosteroid
adrenal pada penderita sebagai bentuk pengobatan. Obat ini dinilai sangat efektif
dalam menyembuhkan penyakit.
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik
glomerulonefritis (GN) ditandai dengan edema ansarka, proteinuria masif
>3,5g/hari, hipoalbumenia<3,5g.dl, hiperkolesterolemia, dan lipiduria. Pada
proses awal atau SN ringan untuk menegakkan diagnosis tidak semua gejala
tersebut harus ditemukan. Proteinuria masif merupakan tanda khas SN, tetapi pada
SN berat yang dusertai kadar albumin serum rendah ekskresi protein dalam urin
juga berkurang. Proteinuria juga berkontribusi terhadap berbagai komplikais yang
terjadi pada SN. Hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan lipiduria, gagngguan
2.4 Klasifikasi
Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:
a. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephrotic
syndrome).
Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia
sekolah. Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat
hampir normal bila dilihat dengan mikroskop cahaya.
2.6 Patofisiologi
Kondisi dari sindrom nefrotik adalah
hilangnya plasma protein, terutama albumin
ke dalam urine. Meskipun hati mampu
meningkatkan produksi albumin, namun
organ ini tidak mampu untuk terus
mempertahankannya jika albumin terus-
menerus hilang melalui ginjal sehingga terjadi hipoalbuminemia.
Terjadi penurunan tekanan onkotik menyebabkan edema generalisata
akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskuler ke dalam ruang caiaran
ekstraseluler. Penurunan sirkulasi volume darah mengaktifkan sistem renin-
angiotensin menyebabkan retensi natrium dan edema lebih lanjut.
g. Mual, anoreksia,
h. Mudah letih
gejala yang paling sering berkaitan dengan sindrom nefrotik adalah :
1) Penurunan pengeluaran urine dengan urine berwarna gelap, berbusa
2) Retensi cairan dengan edema berat (edema faisal, abdomen, area
genetalia, dan ekstremitas)
3) Distensi abdomen karena edema dan edema usus yang mengakibatkan
kesulitan bernapas, nyeri abdomen, anoreksia, dan diare
4) Pucat
5) Keletihan dan intoleran aktivitas
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan urin dan darah untuk memastikan proteinuria, proteinemia,
hipoalbuminemia, dan hiperlipidemia
b. Diperiksa fungsi ginjal dan hematuria. Biasanya ditemukan penurunan
kalsium plasma.
c. Biopsi ginjal dilakukan untuk pemeriksaan histologi terhadap jaringan
renal untuk memperkuat diagnosis.
d. Urinalisis : proteinuria , secara mikroskopk ditemukan hematuria, endapan
pada urine, dan berbusa
e. Urin 24 jam protein meningkat dan kreatinin klirens menurun
f. Biopsi dengan memasukkan jarum kedalam ginjal : pemeriksaan histologi
jaringan ginjal untuk menegakkan diagnosis
g. Kimia serum : protein total dan albumin menurun, kreatinin meningkat
atau normal,trigliserida meningkat dan gangguan gambaran lipid
h. Laboratorium
1) Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna
urine kotor, sediment kecoklatan menunjukkan adanya darah,
hemoglobin, mioglobin, porfirin.
Uji urine
a) Protein urin – meningkat
b) Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria
c) Dipstick urin – positif untuk protein dan darah
d) Berat jenis urin – meningkat
2) Darah
Hemoglobin menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun.
Natrium biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi. Kalium meningkat
sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan seluler
(asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).
Klorida, fsfat dan magnesium meningkat Albumin.
Uji darah
a) Albumin serum – menurun
b) Kolesterol serum – meningkat
c) Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)
d) Laju endap darah (LED) – meningkat
e) Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit
perorangan.
3) Biopsi ginjal dilakukan untuk memperkuat diagnosa.
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk mengatasi gejala dan akibat yang
ditimbulkan pada anak dengan sindrom nefrotik sebagai berikut2 :
a. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai
kurang lebih 1 gram per hari, secara praktis dengan menggunakan garam
secukupnya dalam makanan dan menghindari makanan yang diasinkan.
Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.
9) Kemoterapi:
Patofisologi Pengobatan
Kerusakan glomerulus Imunosupresif
Antikoagulansia
Anti agegrasi trombosit
Kehilangan protein Diet kaya protein hewani
Penurunan tekanan onkotik dan Infus salt poor human albumin
hipoalbuminemia.
Sekresi aldosteron meningkat Diuretic spironolakton
Retensi Na+ dan air Diuretic furosemid atau spironolakton
Sembab (resistensi) Drainase
2.11 Komplikasi
a. Hipovolemia
b. Komplikasi tromboemboli-trombosis vena renal, thrombosis vena dan
arteri ekskremitas, emboli pulmonal,thrombosis arteri koronaria,dan
thrombosis arteri cerebral
c. Gangguan metabolisme obat berhubungan dengan penurunan plasma
protein
d. Progresif menjadi gagal ginjal
Pasien SN mempunyai potensi untuk mengalami gagal ginjal akut melalui
berbagai mekanisme. Penurunan volume plasma atau sepsis sering
menyebabkan timbulnya nekrosisi tubular akut. Mekanisme lain yang
diperkirakan menjadi penyebab gagal ginjal akut adalah terjadinya edema
intrarenal yang menyebabkan kompresi pada tubulus ginjal.
Sindrom nefrotik dapat progresif dan berkembang menjadi PGTA.
Proteinuria merupakan faktor resiko penentu terhadap progresifitas SN.
Progresifitas kerusakan glomerulus, perkembangan glomerulosklerosis,
Pada umumnya asidosis baru timbul pada tahap lanjut dari nefrotik
sindrom. Sebelum memberikan pengobatan khusus, faktor lain yang
harus diatasi dulu misalnya rehidrasi. Pemberian asam melalui makanan
dan obat-obatan harus dihindari. Pengobatan natrium bikarbonat dapat
diberikan melalui peroral dan parenteral, pada permulaan diberi 100 mg
natrium bicarbonate, diberikan melalui intravena secara perlahan-lahan.
Tetapi lain dengan dilakukan dengan cara hemodialisis dan dialysis
peritoneal.
f. Pengobatan dan pencegahan infeksi
Ginjal yang sedemikian rupa lebih mudah mengalami infeksi, hal ini
dapat memperburuk faal ginjal. Obat-obatan antimikroba diberikan bila
ada bakteriuria dengan memperhatikan efek nefrotoksik, tindakan
katetrisasi harus sedapat mungkin dihindari karena dapat mempermudah
terjadinya infeksi.
g. Pengaturan diit dan makanan
Gejala ureum dapat hilang bila protein dapat dibatasi dengan syarat
kebutuhan energi dapat terpenuhi dengan baik, protein yang diberikan
sebaiknya mengandung asam amino yang esensial, diet yang hanya
mengandung 20 gram protein yang dapat menurunkan nitrogen darah,
kalori diberikan sekitar 30 kal/kgBB dapat dikurangi apabila didapati
obesitas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
CASE STUDY
Tn. S datang ke rumah sakit syamrabu bangkalan dengan keluhan mual
muntah ± 600ml, sesak dengan RL: 30x/menit tampak odem pada ekstremitas
bawah tumit, nafsu makan menurun ± 150mg, px melakukan chek up total di
laboratorium terdekat ditemukan TD:140/100 mmhg, albumin dibawah kadar
normal < 3,5gr/dl terdapat protein dalam urine, terdapat lemak dalam darah.
3.1 Pengkajian
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites
pada abdomen.
6) B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
edema tungkai dari keletihan fisik secara umum
OBSERVASI:
Evaluasi perubahan tingkat Akumulasi sekret dan berkurangnya
kesadaran, catat sianosis, dan jaringan paru yang sehat dapat
perubahan warna kulit, termasuk menggangu oksigenasi organ vital
membran mukosa dan kuku. dan jaringan tubuh.
HE:
Dorong pasien untuk napas dalam Mencegah atelektasis dan
dan batuk meningkatkan pernapasan yg
adekuat.
OBSERVASI:
Mengkaji riwayat klien terdekat sehubungan Merupakan indicator dari
dengan lamanya/intensitas dari gejala seperti tingkat dehidrasi atau
muntah, pengeluaran urine yang berlebihan volume sirkulasi yang
adekuat.
Kolaborasi :
Berikan terapi cairan sesuai indikasi. Tipe dan jumlah cairan
tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan
KOLABORASI:
Kolaborasi dengan ahli diet untuk Sangat bermanfaat dalam
pemberian diet. perhitungan dan penyesuaian diet
untuk memenuhi nutrisi klien.
OBSERVASI:
Kaji bagaimana klien telah Klien yang mempunyai focus
menangani masalahnya dimasa lalu, pusat control internal biasanya
identifikasi focus kontrol. memperlihatkan cara untuk
meningkatkan control terhadap
program pengobatan sendiri.
Berikan kesempatan pada keluarga Meningkatkan perasaan terlibat
untuk mengekspresikan perhatiannya dan memberikan kesempatan
dan diskusikan cara mereka dapat keluarga untuk memecahkan
membantu sepenuhnya terhadap maslah dan membantu mencegah
klien. terulangnya penyakit klien.
Tentukan apakah ada perubahan yang Perkembangan psokologis atau
berhubungan dengan orang terdekat. neuropati visceral mempengaruhi
konsep diri (terutama fungsi
peran seksual) mungkin
menambah stress.
HE:
Berikan dukungan pada klien untuk Meningkatkan perasaan kontrol
ikut berperan serta dalam perawatan terhadap situasi pada saat
diri sendiri dan berikan umpan balik sekarang ini.
positif sesuai dengan usaha yang
dilakukan.
He : Untuk meningkatkan citra diri
Memeberikan dukungan motvasi dan pda pasien.
spiritual
Krteria Hasil :
a. Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka
b. Melaporkan berkurangnya cemas dan takut
c. Mengungkapkan mengerti tentang peoses penyakit
d. Mengemukakan menyadari terhadap apa yang diinginkannya yaitu
e. menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya
Intervensi Rasional
MANDIRI
Memberikan informasi akurat
Jelaskan prosedur, lingkungan yang dapat menurunkan
sekeliling atau suara yang mungkin distorsi/kesalahan interprestasi
di dengar oleh pasien. yang dapat berperanan pada reaksi
ansietas atau ketakutan
KOLABORASI:
Berikan obat anti ansietas Untuk mengetahui tingkat
(transquilizer,sdatif) dan pantau kecemasan pasien
efeknya.
3.4 Implementasi
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
dilanjutkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi factor- factor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu dalam pasien mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan manisfestasi koping. Dalam memberikan asuhan
keperawatan, perawat harus bekerja sama dengan pasien, keluarga serta anggota
tim kesehatan yang lain sehingga asuhan yang di berikan dapat optimal dan
komprehensif.
3.5 Evaluasi
4.2 SARAN
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun ini,
dan dapat menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan keperawatan dalam
praktik, khususnya pada pasien yang menagalami gangguan sistem Perkemihan
Sindrom Nefrotik, dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai.
Penyusun sangat membutuhkan saran, demi meningkatkan kwalitas dan
mutu makalah yang kami buat dilain waktu. Sehingga penyusun dapat
memberikan informasi yang lebih berguna untuk penyusun khususnya dan
pembaca umumnya.
DAFTAR PUSTAKA