Disusun Oleh : Lusia Lilik Kurnia M Chelsea Tangalobo Parassa Primalova Septiavy E Cahya Puji Angraeni Ristri Putri Utami Kornelis Neke Beti Kusumo Estri Pamungkas Constantina Ludia Mainolo Laila Dianingsih Yolla Jaga Pramudita Paskalis Djama Dahi Susantri Mirahai Turege 1102070 / IIA 1102019 / IIA 1102092 / IIA 1102017 / IIA 1002090 / IIA 1102064 / IIA 1102065 / IIB 1102021 / IIB 1102066 / IIB 1102120 / IIB 1102090 / IIB 1102105 / IIB
A. Pengertian Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006). Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000). Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang. Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan infeksi (Sacharin, R.M. 1993). Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004). Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak (www.mediastore.com, 2006). Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi (www.mediastore.com, 2006).
B. KLASIFIKASI Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006) : 1. Tonsillitis akut Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus. 2. Tonsilitis falikularis Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putihyangmengisikiptitonsilyangdisebutdetritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil. 4. Tonsilitis Membranosa (Septis sore Throat) Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai membrane. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan. 5. Tonsilitis Kronik Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok, makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.
C. Anatomi Fisiologi Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tonsil terletak pada kerongkongan dibelakang kedua ujung lipatan belakang mulut. Ia juga bagian dari struktur yang disebut Rina of Waldeyer. Kedua tonsil terdiri juga atas jaringan limfe, letaknya diantara lengkung langit-langit dan mendapat persediaan limfosit yang melimpah didalam cairan yang ada pada permukaan dalam sel-sel tonsil.
Tonsil terdiri atas: 1. Tonsil palatina, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk 2. Tonsil fariengalis, agak menonjol keluar dari atas faring dan terletak dibelakang koana 3. Tonsil linguis, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar keseluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan kerongkongan, oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami peradangan.
Peradangan pada tonsil disebut dengan peradangan tonsilitis, penyakit ini merupakan salah satu gangguan telinga, hidung dan tenggorokan (THT). Kuman yang dimakan oleh imunitas selluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabkan infeksi amandel yang kronis dan berulang (tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid berkerja terus dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid
akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang normal. (pearce, 2006 ; syaifuddin. 2006) D. Etiologi Menurut Adams George (1999) Tonsilitis bakterialis supuralis akut. paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A. 1. Pneumococcus 2. Staphilococcus 3. Haemalphilus influenza 4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens. Menurut Iskandar N (1993) Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus. 1. Streptococcus B hemoliticus grup A 2. Streptococcus viridens 3. Streptococcus pyogenes 4. Staphilococcus 5. Pneumococcus 6. Virus 7. Adenovirus 8. ECHO 9. Virus influenza serta herpes Menurut Medicastore Firman S (2006) Penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis. E. PATOFISIOLOGI Menurut Iskandar N (1993) yaitu : Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada
korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakonaris. Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
Penyebaran limfogen
Proses inflamasi
Tonsilitis akut
hipertermi
Edema tonsil
Nyeri telan
Sulit makan & minum Kurangnya pendengaran kelemahan Resiko perubahanstatus nutrisi < dari kebutuhan tubuh Otitis media Intoleransi aktifitas Gangguan persepsi sensori : pendengaran Infeksi sekunder
F. MANIFESTASI KLINIS Menurut Mangantara , imam 2006 Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) Nyeri sering kali dirasakan di telinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama) Gejala lain : 1. Demam 2. Tidak enak badan 3. Sakit kepala 4. Muntah 5. Sulit menelan 6. Mual anoreksia 7. Edema faring 8. Mulut berbau 9. Tonsil hipermia 10. Kelenjar limfe leher membengkak
Menurut Smelzer , Suzune (2000) Gejala yang timbul sakit tenggorokan , demam , ngorok , dan kesulitan menelan Menurut Hembing , (2000) 1. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah , sakit saat menelan,dan kadang-kadang muntah 2. Tonsil bengkak , panas , gatal , sakit pada otot dan sendi , nyeri pada seluruh badan,kedinginan , sakit kepala ,dan sakit pada telinga 3. Pada tonsillitis dapat menyebabkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada lekukan tonsil.
G. Pemeriksaan 1. Tes laboratorium Tes laboratorium digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien merupakan bakteri grup A, karena grup ini disertai dengan demam reumatik, glomerul nefritis, dan demam jengkering. 2. Pemeriksaan penunjang Kultur dan uji retensi bila diperlukan 3. Terapi Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
H. Penatalaksanaan Perawatan yang dilakukan pada penderita tonsillitis biasanya perawatan dengan perawatan sendiri dan dengan menggunakan anribiotik. Tindakan operasi hanya dilakukan jika sudah mencapi tonsillitis yang tidak dapat ditangani sendiri. 1. Perawatn sendiri Apabila penderita tonsillitis diserang karena virus sebaiknya biarkan virus itu hilang dengan sendirinya. Selama satu atau dua minggu sebaiknya penderita banyak istiraht, minum hangat juga mengkonsumsi cairan menyejukkan. 2. Antibiotic Jika tonsillitis disebabkan oleh bakteri maka antibiotic yang akan berperan dalam proses penyembuhan. Antibiotic oral perlu diminum selama 10 hari. 3. Tindakan operasi Tonsilektomi biasanya dilakukan pada anak-anak jika mengalami tonsillitis selama tujuh kali atau lebih dalam setahun. Amandel membengkak dan berakibat sulit bernapas adanya abses. a. Tonsillitis terjadi sebanyak 7 x atau lebih/ tahun b. Tonsillitis terjadi sebanyak 5 x atau lebih/ tahun dalam kurun waktu 2 tahun c. Tonsillitis terjadi sebanyak 3 x atau lebih/ tahun dalam kurun waktu 3 tahun
Farmakologi 1. Golongan penisilin : a. Penicillin b. Amoxilin c. Oxacilin d. Dicoxacilin e. Nafcilin f. Clavulanate g. Ampicilin-sulbactam 2. Golongan Sefalosporin : a. Cephalexin b. Cefozolin c. Ceftriaxone d. Cefuroxime e. Cefadroxil f. Cefepime 3. Golongan lain : a. Clindamycin b. Vancomycin c. Daptomycin d. Eritromycin e. Gentamicin f. Tobranycin
ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Pengkajian fokus a. Wawancara 1) Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis) 2) Apakah pengobatan adekuat 3) Kapan gejala itu muncul 4) Apakah mempunyai kebiasaan merokok 5) Bagaimana pola makannya 6) Apakah rutin / rajin membersihkan mulut b. Pengkajian Pola 1) Data dasar pengkajian Integritas Ego Gejala : perasaan takut Khawatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja, dan keuangan. Tanda : ansietas, depresi, menolak. 2) Makanan / Cairan Gejala : Kesulitan menelan Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, inflamasi, kebersihan gigi buruk/kurang. 3) Hygiene Tanda : kesulitan menelan 4) Nyeri/ Keamanan Gejala : Sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telinga Tanda : Gelisah, perilaku berhati-hati. 5) Pernafasan Gejala : Riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja dengan serbuk kayu, debu. (Firman,2006;Doenges,1999)
B. Diagnosa Keperawatan 1. Pre Operasi a. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan respon inflamasi c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi d. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh e. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi tonsilektomi. 2. Post operasi a. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret b. Resiko kekurangan volume cairan peredaran yang berlebihan c. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka terbuka. (Edward, 2001 Reeves, Charlene J.Roux, Gayle dkk. 2001) 1. Pre Operasi
Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan ancroksia, disfagia keperawatan kebutuhan nutrisi pasien adekuat Kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi pasien adekuat, tidak ada tandatada malnutrisi, mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan INTERVENSI RASIONAL
Awasi masukan dan berat badan sesuai Memberikan informasi sehubungan dengan indikasi Auskultasi bunyi usus kebutuhan nutrisi dan keefektifan terapi Makan hanya dimulai setelah bunyi usus membaik setelah operasi Mulai dengan makan kecil dan tingkatkan Kandungan makan dapat mengakibatkan sesuai toleransi ketidak toleransian, memerlukan perubahan pada kecepatan/tipe formula Berikan diet nutrisi seimbang (makan cair -
Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan respon inflamasi Tujuan : nyeri berkurang/terkontrol Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang, skala nyeri menurun INTERVENSI Monitoring perkembangan nyeri RASIONAL Mengetahui perkembangan tindakan dari yang dilakukan Monitoring tanda-tanda vital darah dan nadi Berikan hiburan tindakan nyaman dan Mengetahui keadaan pasien relaksasi dan membantu
akivitas Meningkatkan
Dapat menurunkan kebutuhan dosis analgetik Selidiki perubahan karakeristik nyeri,periksa Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi mulut,tenggorokan Catatan indikator non-verbal yang memerlukan evaluasi lanjutan respon Dapat meningkatkan kerjasama dan
automatic terhadap nyeri evaluasi efek partisipasi dalam program pengobatan samping (Doenges,2000)
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan suhu tubuh normal Kriteria hasil : suhu tubuh normal (36-37C) tubuh tidak terasa panas, pasin tidak gelisah INTERVENSI RASIONAL
Pantau suhu pasien (derajad dan pola) Suhu 38,9-41,1 menunjukkan proses penyakit perhatikan menggigil/diaphoresis infeksius ruangan harus diubah untuk
Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahan Suhu linen tempat tidur sesuai indikasi
penggunaan alcohol Berikan antipiretik misalnya ASA (aspirin) asetaminofon Gunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya meskipun dapatberguna pada demam dalam
hipotalamus mungkin
mengatasi pertumbuhan organism dan meningkatkan autodestruksi dari selsel yang terinfeksi (Doenges,2000)
Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh Tujuan : tidak mengalami harga diri rendah Kriteria hasil : 1. menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan diri pada situasi yang ada 2. Mengidentifikasi persepsi diri negative INTERVENSI RASIONAL
Diskusikan situasi atau dorong pernyataan Pasien sangat sensitif terhadap perubahan takut atau masalah, jelaskan hubungan antara tubuh gejala dengan asal penyakit Dukung dan dorong pasien, berikan Pemberian perawatan kadang-kadang
memungkinkan penilaian perasaan pasien untuk memuat upaya untuk membantu pasien merasakan nilai pribadi.
Dorong
keluarga/orang perasaa,
terdekat berkunjung
untuk Anggota keluarga dapat merasa bersalah atau tentang kondisi pasien dan takut terhadap kematian.
menyatakan
Tekankan keberhasilan yang kecil sekalipun Mengkonsolidasikan keberhasilan membantu baik mengenai penyembuhan fungsi tubuh menurunkan ataupun kemandirian pasien perasaan marah dan
Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi tonsilektomi. Tujuan : Kecemasan berkurang /hilang Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang ,monitor intensitas kecemasan. INTERVENSI Kaji sejauh mana kecemasan klien RASIONAL Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.
Informasikan pasien /orang terdekat tentang Mengembangkan rasa percaya diri peran advokat perawat intra operasi Identifikasikan tingkat rasa cemas Validasi sumber rasa takut Beritahu pasien kemungkinan dilakukan operasi Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien Mengidentifikasikan rasa takut yang spesifik Mengurangi rasa takut (Doenges,2000)
Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret Tujuan : jalan nafas sefektif Kriteria hasil : setelah dilakukan keperawatan resiko ketidak efektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi ditandai dengan tidak adanya sekret INTERVENSI Pantau irama atau frekuensi irama pernafasan RASIONAL Pernafasan dapat melambatkan dan frekuensi ekspirasi memanjang di banding inspirasi Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi Bunyi nafas mengi, krekels, dan ronki nafas, misalnya: mengi, krekel, ronki terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan secret Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, Peninggian kepala tempat tidur
misalnya peninggian kepala tempat tidur, mempermudah fungsi pernafasan dengan duduk pada sandaran tempat tidur menggunakan gravitasi namun, pasien
dengan distresi berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernafas Dorong pasien untuk mengeluarkan lender Membersihkan jalan nafas dan membantu secara perlahan mencegah komplikasi pernafasan (Doenges,2000)
2.
Post Operasi
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan Tujuan : berkurangnya volume cairan yang terjadi Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kekurangan volume cairan dapat terstasi ditandai dengan tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat INTERVENSI Kaji atau ukur dan catat jumlah pendarahan RASIONAL Potensial kekurangan cairan, khususnya bila tidak ada tambahan cairan Awasi tanda vital: bandingkan dengan hasil Perubahan TD dan nadi dapat digunakan normal pasien/sebelumnya. Ukur TD dengan untuk perkiraan kasar kehilangan darah, posisi duduk atau berbaring serta ukur nadi missal nadi diduga 25% penurunan >110 dapat berguna dalam
terhadap perdarahan, misalnya perubahan mengukur berat badan atau lamanya episode mental, kelemahan, gelisah, anietas, pucat, perdarahan. berkeringant, takipnea, peningkatan suhu Memburuknya gejala dapat
Awasi
batuk
dan
bicara
karena
akan Aktivitas batuk dan bicara meninkakan tekanan intraabdomen dan dapat
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan Tujuan : nyeri berkurang atau hilang Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang, skala nyeri terkontrol INTERVENSI RASIONAL
Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, Nyeri biasanya ada dalam beberapa derajat, konstan, ditusuk, selidiki perubahan karakter juga dapat menimbulkan komplikasi atau lokasi atau intensitas nyeri Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri Tindakan non-analgetik diberikan dengan dengan: 1. minum air dingin atau air es 2. hindarkan makanan pedas, panas, asam dan keras 3. melakukan teknik relaksasi Menciptakan lingkungan yang tenang dan Menurunkan nyaman Pantau tanda vital stress dan rangsangan cara alternative untuk mengurangi nyeri dan menghilangkan ketidaknyamanan
menunjukkan
mengalami
nyeri, khususnya bila alas an lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat (Doenges,2000)
Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka terbuka Tujuan : menyatakan pemahaman penyebab atau fakto resiko individu Kriteria hasil : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi, menunjukkan tehnik atu perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman INTERVENSI RASIONAL
Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas Mengurangi kontaminasi silang walaupun menggunakan sarung tangan steril
Tetap ada fasilitas control infeksi steril dan Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk prosedur aseptic mencegah infeksi
Siapkan lokasi operasi menurut produsen Meminimalkan jumlah bakteri pada lokasi khusus operasi (Doenges,2000)
: Tonsilitis : 30 menit
I.
Tujuan Intruksional Umum Setelah mengikuti penyuluhan mahasiswa kelompok 2 memiliki pengetahuan
mengenai Tonsilitis
II.
Tujuan Intruksional Khusus 1. Mahasiswa SGD kelompok 2 mengerti pengertian Tonsilitis 2. Mahasiswa SGD kelompok 2 mengetahui tanda dan Tonsilitis 3. Mahasiswa SGD kelompok 2 mengetahui penyebab Tonsilitis 4. Mahasiswa SGD kelompok 2 mengerti patofisiologi Tonsilitis 5. Mahasiswa SGD kelompok 2 mengertahui etiologi Tonsilitis 6. Mahasiswa SGD kelompok 2 Mengetahui cara Pencegahan Tonsilitis
5. Etiologi Tonsilitis
6. Cara Pencegahan Tonsilitis
V.
VI. Kegiatan Penyuluhan NO. 1. Kegiatan Pendahuluan a. Penyampaian salam b. Perkenalan c. Menjelaskan topic penyuluhan d. Menjelaskan tujuan e. Apersepsi d. Memperhatikan e. Memperhatikan b. Memperhatikan c. Memperhatikan a. Membalas salam 10 menit Respon pasien Waktu
2.
Penyampaian materi a. Materi a) Menjelaskan Pengertian Tonsilitis b) Menjelaskan Tanda a. Memperhatikan penjelasan dan memperhatikan 10 menit
c. Memperhatikan jawaban
3.
Penutup a. Menyimpulkan hasil penyuluhan b. Menjawab pertanyaan Evaluasi a. Menanyakan kembali ke peserta penyuluhan a. Menjawab a. Memperhatikan b. Menjawab 10 menit
VII. Evaluasi 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Tonsilitis 2. Mahasiswa dapat menyebutkan tanda dan gejala Tonsilitis 3. Mahasiswa mengerti tentang penyebab Tonsilitis 4. Mahasiswa mengerti patofisiologi Tonsilitis 5. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi Tonsilitis 6. Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan terhadap Tonsilitis
Pembimbing
Penyuluh
SGD kelompok 2
DAFTAR PUSTAKA
1. Doengus, Marylin E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC 2. Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan. Jakarta : Balai Penerbit FKUI 3. R. Sjamsuhidayat & Wimdejong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC 4. Smeltzer Suzamec. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunerr & Suddarth. Jakarta : EGC