Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. G DENGAN ABORTUS INKOMPLIT

Untuk Memenuhi Tugas Pbk I

Keperawatan Maternitas

Pembimbing: Bagus Sholeh Apriyanto, S. Kep., Ns., M. Kep.

Oleh :
NELLA SARI
NIM. 10218055

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS INKOMPLIT

A. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup
luar kandungan. Batasan abortus adalah umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram. Sedang menurut WHO/FIGO adalah jika kehamilan
kurang dari 22 minggu, bila berat janin tidak diketahui. (Kemenkes RI, 2013).
Abortus inkomplit adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa (biasanya jaringan plasenta)
tertinggal dalam uterus (Sastrawinata, 2005).
B. Anatomi Fisiologi
Organ Genetalia Wanita Eksterna:
1. Vulva
Vulva merupakan alat kelamin luar wanita yang terdiri atas Mons pubis/Mons
veneris, Labia mayora (bibir-bibir besar), Labia minora (bibir-bibir kecil),
Klitoris/kelentit, Vestibulum atau serambi dengan kelenjar-kelenjar yang bermuara
didalamnya, serta Himen/selaput dara.
2. Mons Pubis/ Mons veneris
Bagian ini menonjol yang meliputi bagian depan tulang kemaluan (simfisis pubis)
dan terdiri jaringan lemak. Pada orang dewasa biasanya ditutupi rambut.
3. Labia Mayora
Labia mayora atau bibir-bibir besar terdiri atas dua bagian yaitu bagian kanan dan
kiri. Bagian ini merupakan lipatan kulit yang tebal karena jaringan subkutannya
banyak mengandung lemak. Labia mayora kanan dan kiri bersatu di sebelah
belakang yang disebut komisura posterior dan merupakan batas depan perineum.
Jaringan syaraf yang menyebar luas menyebabkan labia mayora sensitif terhadap
nyeri, suhu tinggi, sentuhan yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
4. Labia Minora
Labia minora merupakan lipatan kulit di sebelah tengah labia mayora, dan selalu
basah karena dilumasi oleh kelenjar-kelenjar dilabia minora. Pembuluh darah yang
sangat banyak membuat labia berwarna kemerahan dan memungkinkan labia minora
mengembang bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
5. Klitoris
Klitoris merupakan suatu tunggul atau organ yang sedikit menonjol dan identik
dengan penis laki-laki. Organ ini mengandung banyak urat-urat syaraf sensoris dan
erektil. Dengan banyaknya urat syaraf dan pembuluh darah, gland klitoridis amat
sensitif sehingga dapat mengembang bila ada rangsangan seksual atau sensasi erotik.
Besarnya klitoris bervariasi antar setiap wanita, tetapi kira-kira sebesar kacang hijau.
6. Vestibulum
Vestibulum merupakan suatu rongga yang berbentuk seperti perahu atau lonjong dan
dibatasi oleh labia minora kanan dan kiri, sebelah atas dibatasi oleh klitoris dan di
sebelah belakang bawah oleh fourchet. pada vestibulum ini terdapat pembuluh darah
dan kumpulan vena yaitu Bulbus vestibuli dan Arteria. Bulbus vestibuli merupakan
kumpulan vena yang terletak dibawah selaput lendir vestibulum dan terletak di
sebelah kanan dan kiri linea mediana. Saat persalinan bagian ini dapat robek yang
menimbulkan perdarahan yang hebat.
7. Himen/ Selaput dara
Himen merupakan lapisan yang tipis dan menutupi sebagian besar introitus vagina.
Himen bersifat elastis tetapi kuat karena terdiri atas jaringan ikat elastis dan kolagen.
Himen mempunyai bentuk yang berbeda-beda, berukuran dari yang seujung jari
sampai yang mudah dilalui oleh dua jari. Konsistensinya pun berbeda-beda dari yang
kaku sampai yang lunak sekali. Biasanya himen robek setelah koitus, meskipun bisa
juga himen robek karena keadaan-keadaan tertentu.
8. Perineum
Perineum merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit, yang membentang antara
komisura posterior dan anus. Panjangnya rata-rata 4 cm. Pada persalinan, korpus
perinei ini mudah robek, sehingga episiotomi dapat dikerjakan pada waktu yang
tepat dan cepat guna mencegah ruptur yang spontan.
Organ Genetalia Wanita Interna:
1. Vagina
Vagina adalah suatu saluran berbentuk pipa atau tabung yang merupakan suatu
lorong yang melengkung ke depan dan terdiri atas muskulo membranosa yang
menghubungkan antara vulva sampai uterus. Panjang vagina pada dinding depan
sekitar 6-7 cm, dan lebih pendek dari dinding belakang, sedang pada dinding
posterior/belakang panjangnya kira -kira 7-10 cm. Fungsi vagina adalah sebagai
saluran keluar uterus, alat sanggama, dan jalan lahir.
2. Uterus
Uterus terletak di panggul kecil, sebelah depan dibatasi oleh kandung kencing
dan di sebelah belakang oleh rektum. Uterus terdiri dua bagian utama, yaitu serviks
dan korpus. Pada orang dewasa yang belum pernah melahirkan, besar uterus kira-kira
setelur ayam, panjang 7-8 cm dan lebar 4-5 cm. Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan
yaitu Perimetrium, Myometrium, dan Endometrium. Tiga fungsi uterus adalah siklus
menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan. Dalam
hidup, seorang wanita akan mengalami menstruasi tidak kurang dari 400 kali serta
mengalami pengelupasan dan regenerasi pada endometriumnya.
Pada siklus menstruasi, terdapat fase proliferasi, sekresi dan menstruasi. Fase
sekresi ini berlangsung dari hari ke-14 sampai hari ke-28. Pengaruh progesteron
maka menyebabkan keadaan endometrium tetap tebalnya tapi bentuk kelenjar
berubah menjadi panjang dan berliku, membesar, melebar, berkelok-kelok dan
banyak mengeluarkan getah. Di samping itu, jaringan ikat di antaranya (stroma)
menjadi sembab. Bila tidak terjadi kehamilan maka endometrium akan mengalami
deskuamasi dan dilepaskan dengan perdarahan atau menstruasi.
3. Tuba Uterina
Tuba uterina keluar dari korpus uteri, terdapat pada tepi atas ligamentum latum,
berjalan kearah lateral, mulai dari kornu uteri kanan dan kiri. Panjang 8-14 cm
dengan diameter kira-kira 0,6 cm. Tuba ditutupi seluruhnya oleh peritoneum
(mesosalping). Otot-otot pada tuba selalu kontraksi secara rutin. Kecepatan kontraksi
paling tinggi pada saat ovulasi dan paling rendah pada saat hamil.
4. Ovarium (Indung Telur)
Ovarium ada dua dikiri dan kanan uterus. Ovarium terletak di fosa ovarika yang
merupakan suatu cekungan pada percabangan arteri iliaka eksterna dan arteri
hipogastrika. Besar ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran kira-
kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Fungsi utama ovarium adalah sebagai
tempat pemasakaan sel-sel germinal. Selain itu, ovarium juga berfungsi sebagai
sumber produksi hormon-hormon.
C. Klasifikasi
Abortus dibedakan menjadi 2 jenis (Armini et al., 2016), yaitu:
1. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah aborsi yang terjadi tanpa medis atau alat mekanik, juga
disebut keguguran. Mayoritas (80%) terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan dan
lebih dari setengah dari mereka adalah hasil dari kelainan kromosom (Cunningham et
al., 2005). Abortus spontan terdiri dari 7 (tujuh) macam, diantaranya:
a. Abortus imminens (keguguran mengancam)
b. Abortus insipiens (keguguran berlangsung)
c. Abortus inkomplit (keguguran tidak lengkap)
d. Abortus komplit (keguguran lengkap)
e. Miss abortion (keguguran tertunda)
f. Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang)
g. Abortus infeksiosa atau septik (abortus incompletus atau abortus incipiens yang
disertai infeksi).
2. Abortus Provokatus
Abortus provocatus merupakan keguguran yang disengaja (digugurkan) merupakan
penyebab 80% dari semua abortus. Abortus provocatus terdiri dari 2 macam,
diantaranya :
a. Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics adalah pengguguran
kehamilan dengan alat – alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan
membawa maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit berat. Indikasi pada ibu dengan
penyakit jantung (rheuma), hipertensi essensialis, atau karsinoma serviks.
b. Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan
medis yang sah dan dilarang oleh hukum.
D. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab (Firdaus, 2019), yaitu:
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah
kelainan kromosom, lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna, dan
pengaruh lingkungan dari luar seperti kebiasaan merokok, minum minuman
beralkohol serta paparan virus, radiasi, zat kimia.
2. Kelainan pada plasenta
Misalnya end-arteritis dapat terjadi dalam vili korialis dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian
janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.
3. Faktor maternal
Penyakit mendadak yang diderita ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri,
virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga
menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat,
keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun juga dapat
menyebabkan terjadinya abortus.
4. Kelainan traktus genitalia
Retroversi uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan
abortus.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kjadian abortus (Luthfiana, Yanuarini, &
Mediawati, 2017), antara lain:
1. Usia Ibu
Usia ibu <20 tahun atau >35 tahun mempunyai kemungkinan 4,304 kali lebih besar
untuk mengalami abortus jika dibandingkan dengan ibu yang berusia 20-35 tahun.
Hal ini dikarenakan hamil pada usia terlalu muda yaitu dibawah umur 20 tahun
secara fisik alat-alat reproduksi belum berfungsi dengan sempurna dan belum siap
untuk menerima hasil konsepsi sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan
lebih mudah mengalami komplikasi. Kemudian wanita dengan usia lebih dari 35
tahun juga memiliki peluang lebih besar mengalami masalah medis umum yang
memerlukan pengobatan yang mungkin mempengaruhi janin yang sedang tumbuh
dan berkembang. Calon ibu juga merasakan cepat kelelahan dan kekurangan tenaga
selama proses melahirkan.
2. Paritas
Ibu hamil pertama kali atau >4 kali merupakan faktor risiko terjadinya abortus pada
kehamilan, sedangkan ibu yang memiliki paritas 1-4 merupakan kondisi aman untuk
ibu yang menginginkan kehamilan sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya
abortus. Hal ini berkaitan dengan keadaan endometrium di daerah korpus uteri sudah
mengalami kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada paritas >4. Hal
ini terjadi karena degenerasi dan nekrosis pada berkas luka implantasi plasenta
sewaktu kehamilan sebelumnya di dinding endometrium.
3. Interval Kehamilan
Interval kehamilan <2 tahun menyebabkan 2,084 kali lebih besar terjadinya abortus
inkomplit daripada interval kehamilan >2 tahun. Menurut Krisnadi dalam Vita
(2015) bahwa jarak kehamilan dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim
dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan ini perlu
diwaspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, mengalami
persalinan yang lama, atau perdarahan (abortus).
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada abortus inkompletus (Armini et al., 2016) antara lain:
1. Perdarahan per vaginam berlangsung terus walaupun jaringan telah keluar.
2. Nyeri perut bawah mirip kejang.
3. Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang dianggap
sebagai corpus allienum.
4. Keluarnya hasil konsepsi (seperti potongan kulit dan hati).
G. Patofisiologi
Sebagian besar abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian
diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan
nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut dan akhirnya
perdarahan per vaginam yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu vili korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. (Purwaningrum & Fibriana, 2017)
H. WOC/Pohon Masalah
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Untuk mengetahui kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik, serta LED
dan jumlah leukosit yang meningkat tanpa adanya infeksi.
2. Tes Kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara prediktif. Hasil
positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus spontan
atau kehamilan ektopik).
3. Ultrasonografi
USG transvaginal dapat digunakan untuk mendeteksi kehamilan 4-5 minggu. Detak
jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5-6
minggu). Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG
dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel.
(Firdaus, 2019)
J. Komplikasi
1. Perdarahan hebat
2. Perforasi saat curetage
3. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbul kan
kemandulan.
4. Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptik). (Firdaus, 2019)
K. Penatalaksanaan
Penatalaksanaa pada Abortus Inkomplit (Firdaus, 2019) meliputi:
1. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer
laktat yang disusul dengan transfusi darah.
2. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan ergometrin 0,2mg
intramuskular untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.
3. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
L. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien: meliputi nama, usia, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa,
dan alamat.
b. Keluhan utama: biasanya ibu hamil dengan abortus inkomplit mengeluhkan
perdarahan sedang hingga banyak, kram atau nyeri perut bawah, dan ekspulsi
sebagian hasil konsepsi.
c. Riwayat menstruasi: antara lain menarche, siklus, dan keluhan untuk mengetahui
gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi.
d. Riwayat perkawinan: usia nikah pertama kali, status pernikahan sah atau tidak,
lama pernikahan, dan suami yang ke berapa.
e. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
f. Riwayat kehamilan sekarang untuk mengetahui keadaan kehamilan ibu saat ini
terutama mengenai keteraturan ibu dalam memeriksakan kandungannya.
g. Riwayat Keluarga Berencana: apakah pasien pernah ikut KB, jenis kontrasepsi,
berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi.
h. Riwayat kesehatan: meliputi riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan yang
lalu, dan riwayat kesehatan keluarga.
i. Pola kebiasaan sehari-hari: nutrisi, eliminasi, istirahat tidur, aktivitas, seksualitas,
personal hygiene, dan psikososial budaya.
j. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: pada ibu dengan abortus inkomplit keadaan umumnya lemah.
2) Kesadaran: pada ibu dengan abortus inkomplit kesadaran composmentis.
3) Tanda-tanda vital: meliputi tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan.
k. Pemeriksaan sistemik: melihat keadaan umum pasien meliputi kepala, mata,
hidung, telinga, mulut, leher, dada, abdomen, vagina, anus, dan ekstremitas.
l. Pemeriksaan khusus obstetri
1) Abdomen
Pemeriksaan leopold I untuk mengetahui tinggi fundus uteri, bagian yang
berada di fundus dan adakah kram nyeri bawah perut atau tidak. Pada ibu kasus
abortus inkomplit TFU sesuai umur kehamilan, terasa kram atau nyeri perut
dan terasa mules-mules.
2) Genital
Dikaji kebersihan, pengeluaran per vaginam, tanda-tanda infeksi vagina,
pemeriksaan dalam. Pada kasus abortus inkomplit pengeluaran per vaginam
berupa perdarahan sedang hingga banyak, kadang-kadang keluar gumpalan
darah, serviks tetap terbuka.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
c. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d penurunan konsentrasi Hb
d. Risiko Infeksi b.d efek prosedur invasif
e. Keletihan b.d anemia
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ...x... jam maka [Luaran
keperawatan][ekspektasi] dengan kriteria hasil ...
a. Nyeri Akut: Manajemen Nyeri
b. Hipovolemia: Manajemen Perdarahan Pervaginam
c. Perfusi Perifer Tidak Efektif: Perawatan Sirkulasi
d. Risiko Infeksi: Pencegahan Infeksi
e. Keletihan: Manajemen Energi
DAFTAR PUSTAKA

Armini, N. K. A., Ynitasari, E., Triharini, M., Kusumaningrum, T., Pradanie, R., & Nastiti,
A. A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Maternitas 2. In Fakultas Keperawatam
Universitas Airlangga (Vol. 1).

Firdaus, N. (2019). Buku Ajar. Retrieved from https://scholar.google.co.id/scholar?


hl=id&as_sdt=0,5&q=jurnal+artikel+ilmiah&btnG=

Kemenkes. (2016). Keperawatan Maternitas. Pertama.

Kemenkes. (2017). Anatomi Fisiologi. Pertama.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu


di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan Edisi
Pertama. Kemenkes RI. 2013;84.

Luthfiana, M. L., Yanuarini, T. A., & Mediawati, M. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG


BERPENGARUH TERHADAP KEJADIA ABORTUS INKOMPLIT DI RSUD
GAMBIRAN KOTA KEDIRI TAHUN 2016. Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(1), 66–76.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Purwaningrum, E. D., & Fibriana, A. I. (2017). Faktor Risiko Kejadian Abortus Spontan.
Public Health Research and Development, 1(3), 84–94. Retrieved from
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Romauli, S. 2011. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.


ASUHAN KEPERAWATAN AN. K DENGAN DIARE

Kasus

Ny. G berusia 40 tahun dirawat di rumah sakit karena mengalami abortus inkomplit P1A1
dan akan dilakukan kuretase, Ny. G mengeluh mengalami perdarahan, pasien tampak lemah,
klien mengalami perdarahan pervaginam sebanyak ±100 cc (sebelum kuret), tidak oliguria,
CRT < 3 detik, HB 11,3 g/dl, TD 100/70 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 20x/menit.

A. PENGKAJIAN

FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEHAMILAN

Tanggal masuk : 10 Februari 2021 Jam masuk : 19.00

Ruang/kelas : Bunda/2 No. RM : 1010

Pengkajian tanggal : 11 Februari 2021 Jam : 06.00

HPMT : 4 Oktober 2020


Diagnosa Medis : Abortus Inkomplit
a. Identitas Pasien
1. Pasien
Nama : Ny. G
Umur : 40 th
Alamat : Kota Kediri
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Jawa
2. Suami
Nama : Tn. B
Umur : 42 th
Alamat : Kota Kediri
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Jawa
b. Keluhan utama: mengeluh mengalami perdarahan
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Ny. G dirawat di rumah sakit karena mengeluh mengalami perdarahan, klien
mengalami perdarahan pervaginam sebanyak ±100 cc. Dokter mendiagnosis Ny. G
mengalami abortus inkomplit P1A1 dan akan dilakukan kuretase. Saat pengkajian
pasien tampak lemah, tidak oliguria, CRT < 3 detik, HB 11,3 g/dl, TD 100/70 mmHg,
Nadi 100x/menit, RR 20x/menit.
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Ny.G sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit seperti ini, tidak memiliki
riwayat penyakit reprouksi, tidak ada masalah menstruasi, tidak ada masalah pada
kehamilan sebelumnya.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Ny. G tidak memiliki riwayat penyakit
d. Riwayat haid
1. Apakah Haid Teratur
Ya
2. Siklus berapa
28 hari
3. Apakah ada masalah dengan haid
Tidak ada keluhan selama haid
4. HPHT / HPMT
4 Oktober 2020
e. Riwayat perkawinan
1. Menikah / Belum
Sudah menikah
2. Menikah berapa lama
15 tahun

LEOPOLD
Tujuan : Menentukan bagian terbawah janin
Bagian bawah sudah masuk PAP / belum
a. Riwayat Kehamilan lalu
Hamil Ke Masalah dalam Kehamilan

1 Tidak ada masalah


kehamilan

b. Riwayat persalinan lalu


Partus Proses Lama Tempat Penolong Masalah
Ke persalinannya persalinan persalinan persalinan persalian
1 Spontan 14 jam Klinik Bidan Tidak ada

c. Riwayat nifas lalu


Masalah nifas yang Masalah bayi yang pernah Keadaan anak
dialami dialami
Tidak ada Tidak ada Lahir normal dan sehat

f. Riwayat Keluarga Berencana


1. Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan
KB suntik 3 bulan
2. Masalah dengan cara tersebut
Tidak ada masalah
3. Jenis kontrasepsi yang direncanakan setelah persalian
.
4. Jumlah anak yang direncanakan
2

g. Riwayat Psikososial
1. Alasan ibu datang ke klinik
Ny. G mengeluh mengalami perdarahan
2. Perubahan yang timbul saat kehamilan
...
3. Harapan tentang kehamilannya
Ny. G berharap tidak mengalami masalah kehamilan
4. Orang yang tinggal bersama
Suami dan anak
5. Orang yang terpenting
Suami dan anak
6. Dampak yang terjadi pada keluarga dengan kunjungan ke klinik
Menjadi lebih waspada
7. Apa suami mau menemani ke klinik
Ya
8. Rencana tempat melahirkan
...
9. Rencana menyusui
...
10. Apakah memelihara kucing
Tidak
h. Kebutuhan Dasar Khusus
1. Ketidaknyamanan
Ny. G mengatakan mules-mules pada perut bawah
2. Istirahat tidur
Ny. G tidur 6 jam per hari
3. Hygiene
Mandi 2x/hari, keramas 1x/2 hari, berganti pakaian 2x/hari
4. Pergerakan
Pergerakan sendi bebas. Ny. G mengeluh lemas dan lebih banyak berbaring
5. Penglihatan
Jelas. Tidak ada masalah penglihatan
6. Pendengaran
Tidak ada masalah pendengaran
7. Cairan
Minum 5-6 gelas/ hari
air putih
8. Nutrisi
Makan 2-3 kali sehari
nasi, lauk, sayur
9. Eliminasi
BAK: bau khas urine, warna kuning pekat
BAB: frekuensi tidak tentu, konsistensi lembek
10. Seksual
tidak ada keluhan saat berhubungan seksual
i. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : lemah
Kelainan bentuk badan : tidak ada
Kesadaran : composmentis
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 100x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 37 °C
2. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala
bersih, rambut hitam dan tidak rontok.
Mata
isokor, konjungtiva tidak anemis
Hidung
bersih, tidak ada polip
Telinga
bersih, simetris
Leher
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
Dada
simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Payudara
bersih, tidak ada benjolan
Perut
tidak ada bekas operasi,
Ekstremitas
tidak ada kelainan bentuk, pergerakan bebas, turgor kulit turun, CRT < 3 detik
Genetalia
pengeluaran per vaginam berupa darah ±100 cc

j. Pemeriksaan Penunjang
Urine : Proteine urine : (-)
Glukosa :
Darah : HB : 11,3 gr/dl
HT :
Gol darah :B
Feses :
USG :
Papsmear :
k. Terapi :

Kediri, 11 Februari 2021

(Nella Sari)
B. ANALISA DATA

No Masalah
Data Etiologi
. Keperawatan
1. DS: Kelainan pertumbuhan hasil Hipovolemia
1) Ny. G mengeluh mengalami konsepsi, Faktor maternal,
perdarahan kelainan plasenta

DO: gangguan pertumbuhan janin


1) TD: 100/70 mmHg
2) Nadi : 100x/menit Perdarahan dalam desidua
3) Respirasi: 20x/menit basalis
4) Suhu: 37 °C
5) Turgor kulit menurun kontraksi uterus
6) Perdarahan pervaginam
±100cc hasil konsepsi lepas sebagian
(abortus inkomplit)

Perdarahan masif

Hipovolemia
2. DS: Kelainan pertumbuhan hasil Keletihan
1) Ny. G mengeluh lemas konsepsi, Faktor maternal,
2) Ny. G mengatakan kurang kelainan plasenta
bertenaga
DO: hasil konsepsi lepas sebagian
1) Tampak lemah dan banyak (abortus inkomplit)
berbaring
2) Hb= 11,3 gr/dl Perdarahan

hemoglobin turun

lemah, letih

Keletihan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan efektif d.d Ny. G mengeluh mengalami
perdarahan ±100cc, TD: 100/70 mmHg, Nadi : 100x/menit, Respirasi: 20x/menit,
Suhu: 37 °C
2. Keletihan b.d anemia d.d Ny. G mengeluh lemas, tidak bertenaga, dan banyak
berbaring, Hb 11,3 gr/dl

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Px: Ny. G
Diagnosa: Abortus inkomplit

No. Dx Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Hipovolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen Perdarahan
kehilangan cairan intervensi keperawatan Pervaginam
efektif d.d Ny. G selama 1x24 jam, maka Observasi:
mengeluh Status cairan membaik 1) Identifikasi keluhan ibu (mis.
mengalami dengan kriteria hasil: keluar darah banyak, pusing,
perdarahan 1) Kekuatan nadi (5) pandangan tidak jelas)
±100cc, TD: 2) Turgor kulit (5) 2) Monitor keadaan uterus dan
100/70 mmHg, 3) Perasaan lemah (5) abdomen (mis. TFU, teraba
Nadi : 100x/menit, 4) Tekanan darah (5) lembek, benjolan)
Respirasi: 5) Suhu tubuh (5) 3) Monitor kesadaran dan tanda
20x/menit, Suhu: vital
37 °C 4) Monitor kehilangan darah
5) Monitor kadar hemoglobin
Terapeutik:
1) Posisikan supin atau
Trendelenburg
2) Pasang oksimetri nadi
3) Pasang IV line dengan selang
set tranfusi
4) Ambil darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian
uterotonika
2) Kolaborasi pemberian
antikoagulan

Manajemen Hipovolemia
Observasi
1) Periksa tanda dan gejala
hipovolemia (mis. frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, turgor kulit
menurun, lemah)
2) Monitor intake dan output
cairan
Terapeutik
1) Berikan asupan cairan oral
2) Berikan posisi modified
Trendelenburg
Edukasi:
1) Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
2) Anjurkan menghindari
perubahan posisi secara
mendadak
Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis (mis. NaCl, RL)
2) Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis (mis. glukosa
2,5 %, NaCl 0,4 %)
2. Keletihan b.d Setelah dilakukan Manajemen Energi
anemia d.d Ny. G intervensi keperawatan Observasi:
mengeluh lemas, selama 1x24 jam, maka 1) Identifikasi gangguan fungsi
tidak bertenaga, Tingkat keletihan tubuh yang mengakibatkan
dan banyak menurun dengan kriteria kelelahan
berbaring hasil: 2) Monitor kelelahan fisik dan
1) Tenaga (5) emosional
2) Kemampuan 3) Monitor pola dan jam tidur
melakukan aktivitas 4) Monitor lokasi dan
rutin (5) ketidaknyamanan selama
3) Verbalisasi lelah (5) melakukan aktivitas
4) Pola istirahat (5) Terapeutik:
1) Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
(mis. cahaya, suara,
kunjungan)
2) Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
3) Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi:
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3) Ajarkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi:
1) Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Px: Ny. G
Diagnosa: Abortus inkomplit
No. Evaluasi
TGL Implementasi Paraf
Dx (SOAP)
1. 11/02/202 1) Mengkaji keluhan ibu Tgl. 11/02/2021 Nella
1 (mis. keluar darah Jam 13.00 WIB
Jam banyak) S:
08.00 2) Memeriksa tanda dan Ny. G mengatakan
gejala hipovolemia perasaan lemah sudah
(frekuensi nadi berkurang
meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah O:
menurun, turgor kulit - Tekanan darah
menurun, lemah) membaik, dari 100/70
3) Mengkaji kesadaran dan mmHg menjadi 110/90
tanda-tanda vital mmHg
4) Mengambil sampel darah - Nadi sama 100x/menit
pasien untuk dilakukan namun tidak teraba
pemeriksaan darah lemah,
lengkap - Suhu tubuh menurun
5) Menganjurkan menjadi 36,5 °C
memperbanyak asupan A:
cairan oral Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi untuk
mencegah munculnya
tanda gejala hipovolemia

2. 11/02/202 1) Mengidentifikasi Tgl. 11/02/2021 Nella


1 gangguan fungsi tubuh Jam 13.00 WIB
Jam yang mengakibatkan S:
08.00 kelelahan (perdarahan - Ny. G mengatakan
akibat abortus) tubuh kembali
2) Mengkaji pola dan jam bertenaga
tidur - Ny. G mengatakan
3) Menyedikan lingkungan masih merasa cepat
yang nyaman bagi pasien, lelah saat duduk dan
bebas dari kebisingan, dan berdiri
mengatur jam kunjung
pasien O:
4) Memfasilitasi pasien - Ny. G mampu duduk di
duduk di sisi tempat tidur, sisi tempat tidur, bisa
jika tidak dapat berjalan makan dan minum
5) Menganjurkan pasien sendiri
banyak beristirahat dan - Ny. G masih tampak
melakukan aktivitas secara sering berbaring
bertahap A:
Masalah teratasi sebagian

P:
Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai