PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Multiple sclerosis (MS) adalah suatu penyakitdimana syaraf-syaraf dari sistim syaraf
pusat (otakdan sumsum tulang belakang atau spinal cord) memburuk atau degenerasi.
Myelin, yang menyediakan suatu penutup atau isolasi untuk syaraf-syaraf, memperbaiki
pengantaran (konduksi) dari impuls-impuls sepanjang syaraf-syaraf dan juga adalah penting
untuk memelihara kesehatan dari syaraf-syaraf. Pada multiple sclerosis, peradangan
menyebabkan myelin akhirnya menghilang. Sebagai konsekwensinya, impuls-impuls listrik
yang berjalan sepanjang syaraf-syaraf memperlambat, yaitu menjadi lebih perlahan. Sebagai
tambahan, syaraf-syaraf sendiri menjadi rusak. Ketika semakin banyak syaraf-syaraf yang
terpengaruh, seorang pasien mengalami suatu gangguan yang progresif pada fungsi-fungsi
yang dikontrol oleh sistim syaraf seperti penglihatan, kemampuan berbicara, berjalan,
menulis, dan ingatan.
Kira-kira 350,000 orang-orang di Amerika mempunyai multiple sclerosis. Biasanya,
seorang pasien didiagnosis dengan multiple sclerosis berumur antara 20 dan 50 tahunWanita
lebih rentan terjangkit MS daripada pria, MS 50% lebih sering terjadi pada wanita daripada
pria (3 berbanding 2). MS adalah penyakit orang dewasa muda; rata-rata usia terjadinya
serangan adalah 22-39 tahun, tetapi jangkauan serangan sebenarnya sangat luas hingga
mencapai kira-kira 10-59 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Multipel sklerosis yang dulu disebut juga sklerosis diseminasi adalah
penyakit degeneratif, bersifat kronis dan progresif yang
pada sususan saraf pusat (Hickey, 2008)
Multiple sclerosis (MS) merupakan
keadaan
merusak myelin
kronis,
penyakit
onset
2.2 Etiologi
Penyebab terjadi multipel sklerosis masih belum diketahui secara pasti.
Namun, para ilmuwan memperkirakan bahwa terdapat beberapa faktor
penyebab terjadinya multipel sklerosis. Penyebab MS belum diketahui
secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme
autoimun (Clark, 1991).
Kerusakan myelin pada MS mungkin terjadi akibat respon abnormal
dari sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi tubuh dari
serangan organisme berbahaya (bakteri dan virus).
- Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsang / infeksi virus)
- Genetik
- Kelainan pada unsur pokok lipid mielin
- Racun yang beredar dalam CSS
3
Neuron atau sel saraf memiliki sebuah badan sel. Terdapat dua macam serabut saraf yang
keluar dari badan sel yaitu dendrit dan akson. Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke
badan sel saraf sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan
yang lain. Akson ditutupi oleh lapisan lemak yang disebut lapisan myelin. Myelin merupakan
kumpulan sel Schwan yang berfungsi melindungi akson dan memberikan nutrisi. Sel Schwan
adalah sel glia yang membentuk selubung lemak. Myelin menfasilitasi dalam konduksi saraf.
Pada kasus multipel sklerosis pemicu terjadinya kerusakan myelin belum diketahui secara
pasti. Namun suatu teori menyatakan bahwa adanya serangan reaksi autoimun yang
disebabkan oleh infeksi virus dan toksin lingkungan serta dipengaruhi oleh faktor genetik
individu. Respon imun memicu kerusakan selaput myelin yang menyelimuti saraf pusat.
Proses yang disebut demyelinasi ini disertai dengan edema dan inflamasi. Adanya inflamasi
kronis dan terbentuknya jaringan parut menyebabkan konduksi impuls saraf menjadi
terganggu atau menjadi lambat. Antibodi myelin protein spesifik ditemukan di serum dan
cairan serebrospinal pada pasien yang menderita multipel sklerosis. Sel T limfosit merusak
myelin juga dilibatkan dalam proses autoimun untuk merusak myelin dan terjadi inflamasi.
Remyelinasi sel saraf dapat terjadi tapi prosesnya lambat dan dapat terjadi perbaikan
sehingga gejala yang terjadi dapat berkurang.
2.5 Manifestasi Klinis
Sindrom klinis pada MS secara klasik ditemukan adanya gangguan yang bersifat relaps
dan remisi yang mengenai traktus-traktus sistem saraf dengan onset pada usia muda , dengan
variasi gambaran klinis yang ditemukan sering beragam, variasi ini termasuk dalam hal onset
usia,manifestasi awal, frekuensi, berat ringannya penyakit dan gejala sisa relaps, tingkat
progresifitas dan banyaknya gejala neurology yang timbul.
Variasi gambaran klinis ini menggambarkan banyaknya atau luasnya daerah system saraf
yang rusak (MS plak). Secara umum seorang dokter mencurigai suatu kasus MS bila
ditemukan gejala :
-
Pasien mendapat 2 serangan dari gangguan neurologi (tiap serangan lebih dari 24 jam
dan berlangsung lebih dari 1 bulan, atau
Perkembangan gejala yang progresif secara perlahan selama periode paling sedikit 6
bulan
ke waktu bervariasi dan tingkat keparahan serta jangka waktunya pun dapat berubah, dan
semua variasi dan perubahan itu dapat terjadi bahkan pada penderita yang sama. Gejalagejala umum tersebut adalah:
1. Gangguan Sensorik
Gangguan sensorik merupakan gejala awal yang paling sering ditemukan pada MS (21-55%) dan
berkembang/timbul hampir pada semua pasien MS. Biasanya pasien sering datang dengan keluhan
rasa baal atau kesemutan dimulai pada satu kaki yang merambat keatas (ascending) pada satu sisi
kemudian kesisi yang lain (kontra sisi).
Penglihatan kabur
Neuritis optikal
Hipestesi (baal), parestesi (kesemutan), disestesi (rasa terbakar). Hipestesi merupakan gejala
yang tersering muncul. Gangguan ini dapat timbul disemua daerah distribusi, satu atau lebih
dari satu anggota gerak,wajah atau badan (trunkal).
2. Gangguan Motorik
Gejala awal motorik ditemukan pada 32-41% kasus MS dan lebih dari 60% kasus MS mempunyai
gejala motorik.Gangguan motorik terjadi akibat terlibatnya traktus piramidalis yang menyebabkan
kelemahan,spastisitas, gangguan gerakan tangkas, dan hiperfleksi. Gangguan ini dapat timbul akut
atau kronik progresif dengan kelemahan satu atau lebih anggota gerak, kelemahan otot wajah,
kekakuan tungkai yang dapat menyebabkan gangguan dalam berjalan dan keseimbangan atau terjadi
suatu spastisitas. Latihan atau panas biasanya menyebabkan gejala memburuk .
Gemetar (tremor)
gangguan koordinasi
perasaan lemah: pada kasus tertentu hal ini dapat mempengaruhi kaki dan
kemampuan berjalan
kebas (paraesthesia)
Gangguan kandung kemih meliputi: sering buang air kecil, tidak dapat buang air kecil
secara tuntas atau tidak bisa menahan air kecil.
6. Gangguan Seksual
Gangguan seksual terjadi pada lebih dari 70% pasien MS. Disfungsi seksual merupakan
gabungan dari berbagai masalah yang timbul baik masalah motorik dan sensorik maupun
masalah psikologis penderita.
-
impoten
kehilangan gairah
Gangguan Penciuman : Gangguan penciuman sering ditemukan terjadi pada kasus MS.
Gangguan Penglihatan :
Neuritis Optika (ON) adalah gangguan penglihatan yang paling sering terjadi 14-23% kasus dan
50% ,biasanya muncul secara akut atau subakut dan unilateral dengan diikuti rasa nyeri pada mata
terutama dengan adanya gerakan bola mata. Neuritis Optika bilateral sangat jarang terjadi, bila
ditemukan biasanya asimetris dan lebih berat pada satu mata. Neuritis optika bilateral biasanya terjadi
pada anak dan ras Asia.
gangguan saraf penggerak bola mata, Nervus cranial VI,III dan jarang pada nervus VI. Nistagmus
adalah gejala yang paling sering muncul (DellOsso,Daroff,Troost,1990) berupa jelly like
nystagmusberupa gerakan cepat dengan amplitudo kecil, pendular. Internuklear ophtalmoplegia
(INO) juga sering ditemukan, dan bila ditemukan bilateral biasanya didapatkan juga adanya nistagmus
vertical dan upward gaze.
trigeminal neuralgia pada dewasa muda mungkin merupakan gejala awal dari MS. Hemifasial
spasme,paresis wajah tanpa adanya gangguan pengecap dapat ditemukan.Vertigo dilaporkan
merupakan gejala yang ditemukan pada 30-50% kasus MS dan biasanya berhubungan dengan
kelainan nervus kranialis, biasanya ditemukan hipo atau hiperakusis. Bisa juga terjadi gangguan
pendengaran dan biasanya unilateral. Gangguan yang berhubungan dengan Nervus Kranial IX,X dan
XII biasanya terjadi disfagia.dan biasanya merupakan gejala akhir yang muncul.
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan dari pengobatan atau penatalaksanaan multiple sklerosis adalah
menghilangkan gejala dan membantu fungsi klien.
A. Penatalaksanaan farmakoterapi
1. Terapi obat untuk fase akut :
- Kortikosteroid dan ACTH : Digunakan sebagai agens anti-inflamasi yang
dapat meningkatkan konduksi saraf. Pemberian awal dapat dimulai dari
Metilprednisolon 0.5-1 g IV selama 3 -7 hari dan dosisnya diturunkan
60mg perhari selama 3 hari berturut-turut sampai 10 mg per hari.
Dosis oral dapat diberikan sama dengan IV kecuali penurunan dosis 60
mg selama 5-7 hari.
2. Terapi obat untuk menurunkan jumlah kekambuhan
- Beta interferon ( betaseron ) : Digunakan dalam perjalanan
relapsing-remittting, dan juga menurunkan secara signifikan jumlah
dan beratnya eksaserbasi. Interferon tidak dapat diberikan dengan
dosis tunggal tetapi harus di kombinasikan dengan 3 jenis obat yaitu
alfa, beta dan gamma interferon. Alfa dan beta diproduksi dari sel
yang
terinfeksi
virus.
Beta
interferon
menurunkan
frekuensi
dapat
menstabilkan
kondisi
penyakit
5. Terapi obat lain : cycloscospamid, total limpoid irradiation ( TLI).
B. Terapi suportif
1. Terapi suportif diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
mempertahankan kondisi pasien agar tetap stabil. Fisioterapi dan
9
serta
ditambah
dengan
obat
untuk
relaksasi
otot
untuk
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
10
Contoh Kasus
Ny A usia 28 tahun datang ke poli neurologi RSCM dengan keluhan kelemahan kedua
tungkai sejak 1,5 tahun SMRS. Pada awalnya (Januari 2013) pasien merasakan kelemahan
pada kaki kiri dan tangan kiri disertai rasa tebal sampai di lutut. Pasien tidak dapat bekerja
lagi karena kelemahan kakinya, bila berjalan kaki kiri diseret. Rasa tebal menghilang sendiri
2 bulan kemudian tetapi rasa lemah masih tetap ada. Oleh keluarga dibawa berobat kedokter
saraf dan dikatakan terkena virus, pasien diberi obat (nama obat tidak ingat) dan menurut
keluarga keadaan pasien membaik. Kemudian pasien dapat bekerja lagi walaupun kelemahan
tungkai masih ada. 1 bulan kemudian kaki kanan terasa lemah dan tebal diikuti oleh rasa tebal
pada lengan kiri, rasa tebal dirasakan sampai dikepala. Oleh keluarga dibawa ke RS dan
dirawat, pasien kemudian pulang dan dikatakan penyakit tidak dapat diobati. Pasien pulang
kerumah dan berjalan sudah harus dipapah karena keempat anggota gerak sudah lemah
terutama kedua tungkai. Pasien juga mulai mengeluhkan penglihatan mulai terganggu, pasien
mengatakan penglihatan seperti ada kabut dan silau bila kena sinar, dan beberapa bulan
kemudian pandangan pasien menjadi dobel bila melihat jauh dan pasien sering merasa
berputar, keluhan penglihatan ini dirasakan pasien semakin memberat. Kelemahan kedua
tungkai makin bertambah dan selama 1 tahun pasien hanya dapat duduk di tempat tidur dan
menggunakan kursi roda bahkan sejak 6 bulan SMRS pasien sudah tidak dapat duduk lagi
karena lemah. Sejak 2 bulan SMRS pasien mulai bicara tidak jelas dan pasien mengeluh sulit
menelan dan sering tersedak, disekitar mulut pasien juga dirasakan tebal. Kesulitan BAB dan
BAK pasien sering ngompol dan menurut keluarga pasien sering lupa terhadap sesuatu yang
sudah dikerjakan sebelumnya. Pandangan pasien juga semakin kabur. Oleh keluarga pasien
dibawa ke RSCM.
1.
PENGKAJIAN
IDENTITAS
Nama
: Ny. A
Umur
: 28 Tahun
Jenis Kelamin
:P
Suku / Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
Pendidikan
: SMA
11
I.
Alamat
No. Register
:-
Tgl MRS
: 23 Mei 2014
Tgl Pengkajian
: 23 Mei 2014
Diagnosa Medis
: Multipel Sklerosis
PEMERIKSAAN FISIK
1.4. TANDA TANDA VITAL
12
Kesadaran
: komposmentis
TD
: 100/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 37 C
RR
: 18 x/menit
Tidak terdapat edem kelopak mata dan kelainan bentuk bola mata.
Nervus IV toklearis
Bentuk pupil bulat isokor, ukuran pupil 4mm/4mm dan reaksi pupil terhadap cahaya +/+
Reflek masester : +
Sensibiltas wajah :
Pasien tidak dapat merasakan tusukan benda tumpul dan tajam pada daerah sekitar
wajah.
Nervus VI abdusen
Gerakan bola mata pasien cepat (nistagmus) dan penglihatan ganda (diplopia)
Nervus IX glosoparingeal
Reflek muntah :
Nervus X vagus
14
Nervus XI aksesorius
Bisep : -
Trisep : -
Patella : +
Archiles : +
Reflek Patologis :
-
Babinski : +
Chadok : +
Oppenhiem : +
Gordon : +
Gonda : +
Rossolimo : +
Trommer : -
15
Anamnesa : terjadi perubahan pola makan karena disfagia dan gangguan defekasi
konstipasi
Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,
Lidah
Inspeksi : tidak ada sariawan dan lesi
Palpasi : tidak ada oedem atau nyeri tekan
Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran abdomen (distensi abdomen), tidak ada luka.
Auakultasi : peristaltic usus
Perkusi
: hipertympani
Palpasi
Kuadran I
Hepar
tidak terdapat hepatomegali dan nyeri tekan
Kuadran II
Gaster
tidak ada nyeri tekan abdomen dan tidak terdapat distensi abdomen
Kuadran III
Terdapat penumpukan feses
Kuadran IV
Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney
F. Sistem Muskuloskeletal Dan Integumen
Anamnesa : terdapat kelemahan ekstermitas pada kedua tungkai dan pasien
menggunakan kursi roda
Warna Kulit
Tidak ada hiperpigmentasi dan hipopigmentasi, warna kulit sawo matang
Kekuatan Otot
3
Payudara
Inspeksi : bentuk simetris, bersih, tidak ada masa dan tidak ada luka
Palpasi : tidak ada benjolan dan pengeluaran cairan atau darah, tidak ada nyeri tekan
Axilla
Inspeksi : tidak ada benjolan
Palpasi : tidak teraba benjolan
Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran perut
Palpasi : tidak ada masa
I. Persepsi Sensori
Anamnesa : penglihatan pasien kabur dan ganda
Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris
Kornea : normal berkilau transparan
Iris/pupil : warna iris hitam reflek pupil isokhor
Lensa : jernih dan transparan
Sclera : putih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan
Penciuman-(hidung)
Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan
17
Keterbatasan pada pergerkan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri dan terarah.
- Penurunan waktu reaksi
-
DEFINING
CHARACTE
Gerakan bergetar
RISTICS
Ketidakstabilan postur
Pergerakan lambat
RELATED
FACTORS:
Ansietas
Kontraktur
Penurunan massa
ASSESSM
DIAGNOSIS
ENT
Keterlambatan perkembangan
Ketidakyamanan
Disuse
Kalu sendi
Malnutrisi
Gangguan muskuloskeletal
Nyeri
Agens obat
Diagnostic
Statement
:
Kesadaran
: komposmentis
Related to:
Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
19
20
III. INTERVENSI
Inisial Pasien
: Ny A
Tanggal
: 23 Mei 2014
Diagnosa Keperawatan
INTERVENSI
AKTIVITAS
NOC
OUTCOME
INDICATOR
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hambatan Mobilitas Fisik pasien teratasi
dengan kriteria hasil:
penyembuhan
Ambulasi
Koordinasi
pergerakan
21
NIC
NOC
Mobilitas
Keseimbangan (4)
Koordinasi (4)
Berjalan(4)
22
NIC
NOC
23
IV. IMPLEMENTASI
TGL/JAM
24 Mei 2014
IMPLEMENTASI
PARAF
24
V. EVALUASI
NO
1.
zTGL/JAM
25 Mei
2014
CATATAN PERKEMBANGAN
PARAF
S:
Klien mengeluh kelemahan kedua
tungkai
bicara pasien tidak jelas
pasien mengeluh sulit menelan dan
sering tersedak, disekitar mulut
pasien juga dirasakan tebal.
Kesulitan BAB dan BAK pasien sering
ngompol
menurut keluarga, pasien sering
lupa terhadap sesuatu yang sudah
dikerjakan sebelumnya.
Pandangan pasien juga semakin
kabur dan pandangan pasien
menjadi dobel bila melihat jauh
O:
Kesadaran
: komposmentis
: 100/80 mmHg
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sklerosis multipel merupakan penyakit degenerasi yang menyerang
sistem saraf pusat yaitu otak dan medula spinalis . Penyakit ini ditandai
dengan adanya kelemahan, mati rasa, hilangnya fungsi pendengaran dan
penglihatan
26
DAFTAR PUSTAKA
www.google.co.id
www.wikipedia.co.id
Scribd
Francis GS, D Pierre,Antel PJ. Neurology in Clinical Practise: Multiple Sclerosis,2 nd ed, Washington,
Butterworth Heinemann,1996: p 1308-35
Pirko I,Noseworthy JH, Demyelinating Disorder of The Central Nervous System.Dalam : Goetz CG :
Textbook of Clinical Neurology,2nd ed, Pennsylvania, The Curtis Center Independence Square West
Philadelphia,2003,p 1060-76
Multiple Sclerosis : What is Multiple Sclerosis, available from : http/www.Multiple Sclerosis.org
Nowack JW, Multiple Sclerosis, available from : http/ www,emedicine.com
27