D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
KELOMPOK 7
1.
2.
3.
4.
MULTIPLE SCLEROSIS
Multipel sklerosis merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan adanya inflamasi
kronis. Multipel sklerosis merupakan penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf pusat
yaitu otak dan medula spinalis. Onset terjadinya multipel sklerosis rata-rata terjadi di usia 20
dan 40 tahun. Multipel sklerosis umumnya terjadi pada usia dewasa muda dan sekitar 20 persen
mengalami onset awal di usia 40 dan 50 tahun. Penyakit ini lebih sering terjadi wanita daripada
pria.
Pengertian
Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (SSP) kronis yang
meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ). Multiple sclerosis secara umum
dianggap sebagai auto imun dimana system imun tubuh sendiri yang normalnya bertanggung
jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap terhadap virus dan bakteri, dengan alasan yang
tidak diketahui mulai menyerang atau menghancurkan myelin yaitu lapisan pelindung syaraf
yang melindungi syaraf yang berfungsi untuk melancarkan pengiriman pesan dari otak ke
seluruh bagian tubuh. Ditandai dengan remisi dan ekaserbasi periodic. Multiple sclerosis
menghaisilkan berbagai tanda dan gejala tergantung pada lokasi lesi, biasanya disebut sebagai
plaque.
Klasifikasi
Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill, 2000), ada beberapa kategori multiple sclerosis
berdasarkan progresivitasnya adalah
1. Relapsing Remitting Multiple Sclerosis
Ini adlah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan atau dua
puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang kemudian diikuti dengan keembuhan
semu. Yang dimaksud dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat penderita terlihat
pulih. Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan tingkat kepulihan
sebelum terkena serangan.sebenarnya kondisinya adalah sedikit demi sedikit semakin
memburuk.jika sebelum terkena serangan hebat pertama penderita memiliki kemampuan motorik
dan sensorik 100%, maka setelah serangan tersebut mungkin hanya akan pulih 70-95% saja.
Serangan berikut akan terus menurukan kemampuan penderita sampai ke 0%. Setiap serangan
tersebut berakibat semakin memburuknya kondisi penderita. Interval waktu antara serangan satu
dengan serangan yang selanjutnya sama sekali tidak bisa diduga, bila dalam hitungan hari,
minggu bulan atau tahun. Hampir 70% penderita MS pada awalnya mengalami kondisi ini,
setelah beberapa kali mengalami serangan hebat, jenis MS ini akan berubah menjadi Secondary
Progressiv MS.
2.
mengalami penurunan kondisi ,namun jenis MS ini tidak mengenal istilah kesembuhan semu.
Tingkat progresivitanya beragam pada tingakatan yang paling parah , penderita Ms jenis ini bisa
berakhir dengan kematian.
3.
4.
kehidupan seperti orang sehat tanpa begantung pada siapapun.Serangan serangan yang diderita
pun umumnya tidak pernah berat,sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya
menderita MS.
Etiologi
a.
Lapisan merujuk pada destruksi myelin, lemak dan material protein yang menutupi lapisan
Patofisiologi
Multiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis (bekas
luka). Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi imune,
demyelinating proses. Yang beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin mendorong virus
secara genetik mudah diterima individu. Diaktifkannya sel T merespon pada lingkungan, (ex:
infeksi). T sel ini dalan hubunganya dengan astrosit,merusak barier darah otak, karena itu
memudahkan masuknya mediator imun. Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya
digodendrosyt (sel yang membuat mielin) hasil dari penurunan pembentukan mielin. Makrofage
yang dipilih dan penyebab lain yang menghancurkan sel. Proses penyakit terdiri dari hilangnya
mielin, menghilangnya dari oligodendrosyt, dan poliferasi astrosyt. Perubahan ini menghasilkan
karakteristik plak , atau sklerosis dengan plak yang tersebar. Bermula pada sarung mielin pada
neuron diotak dan spinal cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin
tetapi serat saraf tidak dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung. Pada poin ini klien
dapat komplain (melaporkan) adanya fungsi yang merugikan (ex : kelemahan).
Bagaimanapaun mielin dapat beregenerasi dan hilangnya gejala menghasilkan
pengurangan. Sebagai peningkatan penyakit, mielin secara total robek/rusak dan akson menjadi
ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh jeringan pada bekas luka, dengan bentuk yang sulit, plak
sklerotik, tanpa mielin impuls saraf menjadi lambat, dan dengan adanya kehancuranpada saraf,
axone, impuls secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya fungsi secara permanen. Pada
banyak luka kronik, demylination dilanjutkan dengan penurunan fungsisaraf secara progresif.
PATHWAY
Demielinisasi
mengkerut & menjadi
demilinasi
Terhentinya jalur implus
saraf
Saraf
optick
gg.penglihat
an
MK : Resti
cedera
MK : kerusakan
komunikasi
verbal
Sereblum
dan batang
otak
Ataksia
serebral
disartia
MK :
Perubahan
proses pola
serebru
m
Disfungsi
serebral
Hilangnya daya
ingat dan
dimensia
Eforia :
kehilangan
kemampuan
menyelesaikan
masalah
Mk :
ketidakefektifan
koping
medula
spinalis
Lesi
kortiko
spinalis
gg.sensor
ik,
kelemaha
n&
MK :
Perubahan
eliminasi
urinarius
MK :
Kerusakan
mobilitas fisik
Manifestasi Klinis
Kelelahan
Kehilangan keseimbangan
Lemah
Kebas, kesemutan
Kesukaran koordinasi
Gangguan penglihatan diplobia, buta parsial / total
Kelemahan ekstermitas spastik dan kehilangan refleks abdomen
Depresi
Afaksia
Pemeriksaan Diagnostik
Dalam menegakkan diagnosa multipel sklerosis dibutuhkan beberapa pemeriksaan
penunjang sebagai berikut :
1. MRI otak dan medula spinalis
Menentukan adanya karakteristik plak dari multiple sklerosis (area udem dan
demyelinasi).
2. CT Scan
Gambaran CT Scan menunjukkan adanya lesi otaK
3. Potensial evoked
Tes elektrofisiologi pusat pendengaran, penglihatan dan somatosensori.
4. Pungsi lumbal
Cairan serebrospinal mungkin memperlihatkan peningkatan kadar IgG dam IgM. Protein
dalam batas normal atau sedikit meningkat, peningkatan konsentrasi protein myelin.
Penatalaksanaan Medik
A. Penatalaksanaan farmakoterapi
Pengkajian
1.Data Umum
Identitas klien
- Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, status perkawinan, golongan
darah, dan hubungan pasien dengan penanggung jawab.
2.Data Dasar
1. Keluhan Utama
Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas / kekejangan dan kaku
otot, kerusakan penglihatan.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier yang mengakibatkan
erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Lemah, jalan goyang, kepala pusing, diplodia, kekejangan otot / kaku otot
TTV
- Tekanan darah : menurun
- Nadi : cepat lemah
- RR : normal
- Suhu : normal
- BB & TB : ormal / seusia pemeriksaan.
Body System
Sistem Respirasi
I : Bentuk dada d/s simetris
P : Pergerakan dada simetris d/s
P : Sinor
Diagnosa Keperawatan.
1. Kerusakan mobilisasi fisik b/d kelemahan, paresisi, spastisitas
2. Resiko cedera b/d kerusakan sensori dan penglihatan
3. Perubahan eliminasi alvi dan uri b/d disfungsi medula spinalis
4. Perubahan Proses Pikir (kehilangan memori, demetia, euphoria)
5. Ketidak efektifan koping
Intervensi
Rasional
Keperawatan
Kerusakan
Hasil
Tujuan : Dalam
mobilisasi fisik
waktu 3 x 24 jam
kaji tingkat
mengembangka
b/d kelemahan,
klien mampu
aktivitas
paresisi,
melaksanakan
sekarang dan
perawtan
spastisitas
derajat gangguan
program
dengan
fungsi dengan
rahabilitasi
kemampuannya
skala 0-4
Tentukan dan
Kriteria hasil :
Mampu
untuk
rencana
bagi
untuk
Identifikasi
memecahkan
mengidentifi
faktor faktor
masalaha untuk
kasikan
yang
mempertahanka
faktor-faktor
mempengarhuri
n/
resiko dan
kemampuan
meningkatkan
kekuatan
untuk aktif,
mobilitas.
individu
misalnya
yang
pemasukan
mempengaru
makanan yang
hi toleransi
tidak adekuat,
terhadap
insomnia,
aktivitas
Mampu
penggunaan
obat-obat
mengindentif
tertentu.
ikasikan
beberapa
alternatif
untuk
membantu
Anjurkan klien
untuk melakukan
perawatan diri
untuk
meningkatkan
kemandirian
dan rasa
mobilitas diri
dan dapat
menurunkan
perasaan tidak
berdaya
mempertahan
sendiri sesuai
kan tingkat
dengan
dapat
aktivitas saat
kemampuan
meningkatkan
maksimal yang
keamanan dan
dimiliki pasien
Evaluasi
keefektifan
sekarang.
Mampu
berpartisipasi
dalam program
kemampuan
rehabilitasi.
Mampu
untuk melakukan
mendemonstrasi
aman dan
kan teknik /
berikan alat
tingkah laku
bantu berjalan
latihan berjalan
pasien untuk
berjalan dan
alat bantu gerak
mobilisasi secara
dapat
menurunkan
kelemahan,
meningkatkan
yang dapat
mempertahankan
kemandirian.
buat rencana
/ meneruskan
perawatan
aktivitas
dengan periode
kelelahan,
istirahat
kelemahan otot
konsisten
yang berlebihan
diantara aktivitas
Tujuan : dalam
waktu 3x 24 jam
resiko trauma tidak
terjadi
Kriteria Hasil : :
Klien
mau
berpartisipasi
terhadap
pencegahan
trauma
Decubitus tidak
terjadi
Kontraktur sendi
Identifikasi tipe
menurunakn
mengidentifikasi
gangguan
tipa gangguan
penglihatan yang
visual yang
dialami klien
terjadi dan
(diplopia,
batasan
nigstagmus,
keparahan.
neuritis optikus /
penglihatan
kabur)
Modifikasi
pencegahan
pencegahan
cedera
dilakukan pada
klien multipel
Perubahan
eliminasi alvi dan
uri b/d disfungsi
medula spinalis
tidak terjadi
Klien tidak jatuh
dari tempat tidur3.
Tujuan : dalam
waktu 2 x 24 jam
eliminasi
urin
terpenuhi
Kriteria hasil :
Pemenuhan
eliminasi urin dapat
dilaksanakan dengan
atau
tidak
mengguanakan
keteter
Produksi 50 cc/jam
Keluhan eliminasi
urin tidak ada
cedera
Kaji pola
berkemih dan
catat urin setiap
6 jam
sklerosis
jika
disfungsi
motorik
menyebabkan
masalah dalam
tidak
ada
koordinasi dan
adanya
kekakuan atau
jika ataksia ada,
klien
resiko
jatuh.
mengetahui
fungsi ginjal.
jadwal
berkemih diatur
awalnya setiap
2.
Tingkatkan
kontrol berkemih
dengan
cara
berikan
dukungan pada
klien
tentang
pemenuhan
eliminasi urin,
lakukan jadwal
berkemih, ukur
jumlah urin tiap
2 jam
1 sampai 2 jam
dengan
perpanjangan
interfal
waktu
bertahap. Klien
diinstruksikan
untuk mengukur
jumlah air yang
di minum setiap
Palpasi
kemungkinan
adanya distensi
kandung kemih
jam
dan
mencoba untuk
berkemih
Anjurkan
klien untuk
minum 2000 cc/hari
menit
30
setelah
minum.
menialai
perubahan
akibat
dari
inkontinensial
Perubahan Proses
Pikir (kehilangan
merubah
memori, demetia,
berfikirnya
euphoria)
Kriteria Hasil :
proses
Perbaiki
fungsi
sensorik
dan
urin
mempertahanka
n funsi ginjal
Saraf
kranial
yang
kognitif
berhubungan
dengan
Fungsi
Tingkatkan
pengliahatan
sensosik dan
respon
dan
kognitif
dan emosional
kognitif
membaik
Respon
bicara
mungkin
terkena MS
Gg.
Kognitif
kognitif dan
dan
labilitas
emosional
kognitif
dapat
terjadi
pada
awal
SM
menyebabkan
Ketidak efektifan
koping
Tujuan:mem
pasien
Pada
SM
mekanisme
menyababkan
sensasi
koping
Perbaiki
pasien
perawatan diri
mengalami
control
membuat
untuk
gaya
dan
keluarga
rencana
Kuatkan
pada
pertahankan
terhadap
stress
frustrasi
SM
mempengaruhi
hidup
mengungkap
setiap
kan
sehari - hari
kehidupan
segi
keinginan
untuk
melanjudkan
masa dewasa
KH :
adaptasi fisik
dan
psikologis
Perawatan
diri membaik
Hambatan
komunikasi
verbal b.d
Disartria
Tujuan
meningkatkan
kesehatan
kalimat simple
bila
berkomunikasi
Dorong klien
berkomunikasi
perlahan dan
mengulangi
permintaan
Gunakan
tambahan
bahan alat
komunikasi lain
untuk
memfasilitasi
komunikasi dua
arah yang
optimal
Konsultasikan
dan
Komunikas
i:
penerimaan,
interpretasi
dan ekspresi
pesan lisan,
tulisan dan
non verbal
meningkat
Mampu
mengontrol
respon
ketakutan
dan
kecemasan
terhadap
ketidakmamp
Beri satu
dengan dokter
kebutuhan
terapi wicara
uan
berbicara
Mampu
mengkomuni
kasikan
kebutuhan
dengan
lingkungan
social
EVALUASI
A. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor resiko
dan kekuatan individu yang mempengaruhi toleransi aktifitas, mampu mengidentifikasi
beberapa alternatif untuk membantu mempertahankan aktifitas saat sekarang serta
berpartisipasi dalam program rehabilitasi
B. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien dapat mengkompensasi terjadinya perubahan
sensori yang dialami dengan teknik-teknik yang diajarkan.
C. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien mampu mendemonstrasikan perubahan gaya
hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri serta mampu melakukan kegiatan
perawatan diri sendiri dalam tingkat kemampuan yang dimililiki secara optimal.
D. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien dapat terhindar dari cedera selama perawatan
dilakukan : tidak jatuh dari tempat tidur, tidak terjadi kontraktur dan luka tekan.
E. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien dapat memahami keadaannya dan
mendemonstrasikan tehnik mencegah atau menurunkan infeksi saluran kemih.