Anda di halaman 1dari 16

MULTIPLE SCLEROSIS

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :
KELOMPOK 7
1.
2.
3.
4.

PURNAMA SARI NASUTION


AKHYARUL HUDA
REHMADAN TARIGAN
METTAH SUKMA ZALUKHU

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2014

MULTIPLE SCLEROSIS

Multipel sklerosis merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan adanya inflamasi
kronis. Multipel sklerosis merupakan penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf pusat
yaitu otak dan medula spinalis. Onset terjadinya multipel sklerosis rata-rata terjadi di usia 20
dan 40 tahun. Multipel sklerosis umumnya terjadi pada usia dewasa muda dan sekitar 20 persen
mengalami onset awal di usia 40 dan 50 tahun. Penyakit ini lebih sering terjadi wanita daripada
pria.

Pengertian
Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (SSP) kronis yang
meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ). Multiple sclerosis secara umum
dianggap sebagai auto imun dimana system imun tubuh sendiri yang normalnya bertanggung
jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap terhadap virus dan bakteri, dengan alasan yang
tidak diketahui mulai menyerang atau menghancurkan myelin yaitu lapisan pelindung syaraf
yang melindungi syaraf yang berfungsi untuk melancarkan pengiriman pesan dari otak ke
seluruh bagian tubuh. Ditandai dengan remisi dan ekaserbasi periodic. Multiple sclerosis
menghaisilkan berbagai tanda dan gejala tergantung pada lokasi lesi, biasanya disebut sebagai
plaque.

Klasifikasi
Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill, 2000), ada beberapa kategori multiple sclerosis
berdasarkan progresivitasnya adalah
1. Relapsing Remitting Multiple Sclerosis
Ini adlah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan atau dua
puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang kemudian diikuti dengan keembuhan
semu. Yang dimaksud dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat penderita terlihat
pulih. Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan tingkat kepulihan
sebelum terkena serangan.sebenarnya kondisinya adalah sedikit demi sedikit semakin
memburuk.jika sebelum terkena serangan hebat pertama penderita memiliki kemampuan motorik
dan sensorik 100%, maka setelah serangan tersebut mungkin hanya akan pulih 70-95% saja.
Serangan berikut akan terus menurukan kemampuan penderita sampai ke 0%. Setiap serangan
tersebut berakibat semakin memburuknya kondisi penderita. Interval waktu antara serangan satu
dengan serangan yang selanjutnya sama sekali tidak bisa diduga, bila dalam hitungan hari,
minggu bulan atau tahun. Hampir 70% penderita MS pada awalnya mengalami kondisi ini,
setelah beberapa kali mengalami serangan hebat, jenis MS ini akan berubah menjadi Secondary
Progressiv MS.

2.

Primary Progresssiv Multiple Sclerosis


Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk. Ada saat saat penderita tidak

mengalami penurunan kondisi ,namun jenis MS ini tidak mengenal istilah kesembuhan semu.
Tingkat progresivitanya beragam pada tingakatan yang paling parah , penderita Ms jenis ini bisa
berakhir dengan kematian.
3.

Secondary Progressiv Multiple Sclerosis


Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting MS .Pada jenis ini kondisi penderita

menjadi serupa pada kondisi penderita Primary Progresssiv MS.

4.

Benign Multiple Sclerosis


Sekitar 20% penderita MS jinak ini.Pada jenis MS ini penderita mampu menjalani

kehidupan seperti orang sehat tanpa begantung pada siapapun.Serangan serangan yang diderita
pun umumnya tidak pernah berat,sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya
menderita MS.

Etiologi
a.

Lapisan merujuk pada destruksi myelin, lemak dan material protein yang menutupi lapisan

saraf tertentu dalam otak dan medulla spinalis.


b. Lapisan mengakibatkan gangguan transmisisi implus saraf
c. Perubahan inflamasi mengakibatkan jaringan parut (scar) yang berefek terhadap lapisan saraf
d. Penyebab tidak diketahui tetapi kemungkinan berhubungan dengan :
disfungsi autoimun, kelainan genetic, atau proses infeksi
Faktor-faktor pemicu dan yang dapat memperburuk (eksaserbasi ) multipel sklerosis yaitu :

Kelelahan atau keringat yang berlebihan


Infeksi disertai demam
Stress emosional
Kehamilan

Patofisiologi

Multiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis (bekas
luka). Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi imune,
demyelinating proses. Yang beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin mendorong virus
secara genetik mudah diterima individu. Diaktifkannya sel T merespon pada lingkungan, (ex:
infeksi). T sel ini dalan hubunganya dengan astrosit,merusak barier darah otak, karena itu
memudahkan masuknya mediator imun. Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya
digodendrosyt (sel yang membuat mielin) hasil dari penurunan pembentukan mielin. Makrofage
yang dipilih dan penyebab lain yang menghancurkan sel. Proses penyakit terdiri dari hilangnya
mielin, menghilangnya dari oligodendrosyt, dan poliferasi astrosyt. Perubahan ini menghasilkan
karakteristik plak , atau sklerosis dengan plak yang tersebar. Bermula pada sarung mielin pada
neuron diotak dan spinal cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin
tetapi serat saraf tidak dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung. Pada poin ini klien
dapat komplain (melaporkan) adanya fungsi yang merugikan (ex : kelemahan).
Bagaimanapaun mielin dapat beregenerasi dan hilangnya gejala menghasilkan
pengurangan. Sebagai peningkatan penyakit, mielin secara total robek/rusak dan akson menjadi
ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh jeringan pada bekas luka, dengan bentuk yang sulit, plak
sklerotik, tanpa mielin impuls saraf menjadi lambat, dan dengan adanya kehancuranpada saraf,
axone, impuls secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya fungsi secara permanen. Pada
banyak luka kronik, demylination dilanjutkan dengan penurunan fungsisaraf secara progresif.

PATHWAY

Factor predisposisi : virus, respon


autoimun, genetic

edema dan deporasi mielin

Demielinisasi
mengkerut & menjadi

Lesi MS pada subtansi

demilinasi
Terhentinya jalur implus
saraf

Saraf
optick

gg.penglihat
an
MK : Resti
cedera

MK : kerusakan
komunikasi
verbal

Sereblum
dan batang
otak
Ataksia
serebral
disartia

MK :
Perubahan
proses pola

serebru
m

Disfungsi
serebral
Hilangnya daya
ingat dan
dimensia

Eforia :
kehilangan
kemampuan
menyelesaikan
masalah
Mk :
ketidakefektifan
koping

medula
spinalis

Lesi
kortiko
spinalis

gg.sensor
ik,
kelemaha
n&

MK :
Perubahan
eliminasi
urinarius

MK :
Kerusakan
mobilitas fisik

Manifestasi Klinis

Kelelahan
Kehilangan keseimbangan
Lemah
Kebas, kesemutan
Kesukaran koordinasi
Gangguan penglihatan diplobia, buta parsial / total
Kelemahan ekstermitas spastik dan kehilangan refleks abdomen
Depresi
Afaksia

Pemeriksaan Diagnostik
Dalam menegakkan diagnosa multipel sklerosis dibutuhkan beberapa pemeriksaan
penunjang sebagai berikut :
1. MRI otak dan medula spinalis
Menentukan adanya karakteristik plak dari multiple sklerosis (area udem dan
demyelinasi).
2. CT Scan
Gambaran CT Scan menunjukkan adanya lesi otaK
3. Potensial evoked
Tes elektrofisiologi pusat pendengaran, penglihatan dan somatosensori.
4. Pungsi lumbal
Cairan serebrospinal mungkin memperlihatkan peningkatan kadar IgG dam IgM. Protein
dalam batas normal atau sedikit meningkat, peningkatan konsentrasi protein myelin.

Penatalaksanaan Medik
A. Penatalaksanaan farmakoterapi

1. Terapi obat untuk fase akut :


Kortikosteroid dan ACTH : digunakan sebagai agens anti-inflamasi yang dapat
meningkatkan konduksi saraf. Pemberian awal dapat dimulai dari Metilprednisolon 0.5-1 g
IV selama 3 -7 hari dan dosisnya diturunkan 60mg perhari selama 3 hari berturut-turut
sampai 10 mg per hari. Dosis oral dapat diberikan sama dengan IV kecuali penurunan dosis
60 mg selama 5-7 hari.
2. Terapi obat untuk menurunkan jumlah kekambuhan
Beta interferon ( betaseron ) : digunakan dalam perjalanan relapsing-remittting, dan juga
menurunkan secara signifikan jumlah dan beratnya eksaserbasi. Interferon tidak dapat
diberikan dengan dosis tunggal tetapi harus di kombinasikan dengan 3 jenis obat yaitu alfa,
beta dan gamma interferon. Alfa dan beta diproduksi dari sel yang terinfeksi virus. Beta
interferon menurunkan frekuensi kambuhnya MS. Rute pemberian obat melalui subkutan
dan lebih baik lagi pemberian melalui intratekal atau IM. Dosis pada orang dewasa 3-9 juta
unit SC 3x/minggu selama 6 bulan. Obat lain yang dapat menurunkan frekuensi
kambuhnya MS adalah : copolymer 1 dan azathioprine.
3. Baklofen : sebagai agens antispasmodik
4. Terapi obat lain : cycloscospamid, total limpoid irradiation ( TLI).
B. Terapi suportif
Terapi suportif diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan mempertahankan
kondisi pasien agar tetap stabil. Fisioterapi dan terapi okupasi diberikan untuk
mempertahankan tonus dan kekuatan otot serta ditambah dengan obat untuk relaksasi otot
untuk mengurangi ketidaknyamanan dan nyeri karna spastik.

KONSEP PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1.Data Umum
Identitas klien
- Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, status perkawinan, golongan
darah, dan hubungan pasien dengan penanggung jawab.

2.Data Dasar
1. Keluhan Utama
Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas / kekejangan dan kaku
otot, kerusakan penglihatan.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier yang mengakibatkan
erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Lemah, jalan goyang, kepala pusing, diplodia, kekejangan otot / kaku otot
TTV
- Tekanan darah : menurun
- Nadi : cepat lemah
- RR : normal
- Suhu : normal
- BB & TB : ormal / seusia pemeriksaan.

Body System
Sistem Respirasi
I : Bentuk dada d/s simetris
P : Pergerakan dada simetris d/s
P : Sinor

A : Tidak ada suara nafas tambahan


Sistem Kardiovaskuler
I : Ictus cordis tidak nampak
P : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5
P : Pekak
A : Tidak ada suara tambahan seperti mur-mur
Sistem Intergumen
Resiko terjadinya dekubitus karena intoleransi aktivitas
Sistem Gastrointestinal
Mengalami perubahan pola makan karena mengalami kesulitan makan sendiri akbiat gejala
klinis yang ditimbulkan.
Sistem Eliminasi Urine
BAK : mengalami inkontinensia & nokturia selama melakukan eliminasi urine
Sistem eliminasi alvi
BAK : tidak lancar 3 hari 1x dengan konsistensi keras, warn kukning bu khas feses
Sistem Murkulus skeletal
Kesadaran : -Apatisi 3-4-6
-Terjadi kelemahan paralisis otot, kesemutan, nyeri (perasaan tertusuk-tusuk pada bagian tubuh
tertentu)
Sistem Neurologis
Terjadi perubahan ketajaman penglihatan (diplobia), kesulitan dalam berkomunikasi (disastria)

Diagnosa Keperawatan.
1. Kerusakan mobilisasi fisik b/d kelemahan, paresisi, spastisitas
2. Resiko cedera b/d kerusakan sensori dan penglihatan
3. Perubahan eliminasi alvi dan uri b/d disfungsi medula spinalis
4. Perubahan Proses Pikir (kehilangan memori, demetia, euphoria)
5. Ketidak efektifan koping

6. Hambatan komunikasi verbal b.d Disartria


Intervensi Keperawatan
N Diagnosa
o
1

Tujuan & Kriteria

Intervensi

Rasional

Keperawatan
Kerusakan

Hasil
Tujuan : Dalam

mobilisasi fisik

waktu 3 x 24 jam

kaji tingkat

mengembangka

b/d kelemahan,

klien mampu

aktivitas

paresisi,

melaksanakan

sekarang dan

perawtan

spastisitas

aktifitas fisik sesuai

derajat gangguan

program

dengan

fungsi dengan

rahabilitasi

kemampuannya

skala 0-4

Tentukan dan

Kriteria hasil :
Mampu

untuk
rencana
bagi

untuk

Identifikasi

memecahkan

mengidentifi

faktor faktor

masalaha untuk

kasikan

yang

mempertahanka

faktor-faktor

mempengarhuri

n/

resiko dan

kemampuan

meningkatkan

kekuatan

untuk aktif,

mobilitas.

individu

misalnya

yang

pemasukan

mempengaru

makanan yang

hi toleransi

tidak adekuat,

terhadap

insomnia,

aktivitas
Mampu

penggunaan
obat-obat

mengindentif

tertentu.

ikasikan
beberapa
alternatif
untuk
membantu

Anjurkan klien
untuk melakukan
perawatan diri

untuk
meningkatkan
kemandirian
dan rasa
mobilitas diri
dan dapat
menurunkan
perasaan tidak
berdaya

mempertahan

sendiri sesuai

kan tingkat

dengan

dapat

aktivitas saat

kemampuan

meningkatkan

maksimal yang

keamanan dan

dimiliki pasien
Evaluasi

keefektifan

sekarang.
Mampu
berpartisipasi

dalam program

kemampuan

rehabilitasi.
Mampu

untuk melakukan

mendemonstrasi

aman dan

kan teknik /

berikan alat

tingkah laku

bantu berjalan

latihan berjalan

pasien untuk
berjalan dan
alat bantu gerak

mobilisasi secara

dapat
menurunkan
kelemahan,
meningkatkan

yang dapat
mempertahankan

kemandirian.

buat rencana

/ meneruskan

perawatan

aktivitas

dengan periode

kelelahan,

istirahat

kelemahan otot

konsisten

yang berlebihan

diantara aktivitas

Resiko cedera b/d


kerusakan sensori
dan penglihatan

Tujuan : dalam
waktu 3x 24 jam
resiko trauma tidak
terjadi
Kriteria Hasil : :
Klien
mau
berpartisipasi
terhadap
pencegahan
trauma
Decubitus tidak
terjadi
Kontraktur sendi

Identifikasi tipe

menurunakn

mengidentifikasi

gangguan

tipa gangguan

penglihatan yang

visual yang

dialami klien

terjadi dan

(diplopia,

batasan

nigstagmus,

keparahan.

neuritis optikus /
penglihatan

kabur)
Modifikasi
pencegahan

pencegahan
cedera
dilakukan pada
klien multipel

Perubahan
eliminasi alvi dan
uri b/d disfungsi
medula spinalis

tidak terjadi
Klien tidak jatuh
dari tempat tidur3.

Tujuan : dalam
waktu 2 x 24 jam
eliminasi
urin
terpenuhi
Kriteria hasil :
Pemenuhan
eliminasi urin dapat
dilaksanakan dengan
atau
tidak
mengguanakan
keteter
Produksi 50 cc/jam
Keluhan eliminasi
urin tidak ada

cedera

Kaji pola
berkemih dan
catat urin setiap
6 jam

sklerosis
jika
disfungsi
motorik
menyebabkan
masalah dalam
tidak
ada
koordinasi dan
adanya
kekakuan atau
jika ataksia ada,
klien
resiko
jatuh.

mengetahui

fungsi ginjal.
jadwal
berkemih diatur
awalnya setiap

2.
Tingkatkan
kontrol berkemih
dengan
cara
berikan
dukungan pada
klien
tentang
pemenuhan
eliminasi urin,
lakukan jadwal
berkemih, ukur
jumlah urin tiap
2 jam

1 sampai 2 jam
dengan
perpanjangan
interfal

waktu

bertahap. Klien
diinstruksikan
untuk mengukur
jumlah air yang

di minum setiap

Palpasi
kemungkinan
adanya distensi
kandung kemih

jam

dan

mencoba untuk
berkemih

Anjurkan

klien untuk
minum 2000 cc/hari

menit

30
setelah

minum.

menialai
perubahan

akibat

dari

inkontinensial

Perubahan Proses

Tujuan : klien dapat

Pikir (kehilangan

merubah

memori, demetia,

berfikirnya

euphoria)

Kriteria Hasil :

proses

Perbaiki

fungsi

sensorik

dan

urin
mempertahanka
n funsi ginjal

Saraf

kranial

yang

kognitif

berhubungan
dengan

Fungsi

Tingkatkan

pengliahatan

sensosik dan

respon

dan

kognitif

dan emosional

kognitif

membaik
Respon

bicara

mungkin

terkena MS
Gg.
Kognitif

kognitif dan

dan

labilitas

emosional

kognitif

dapat

terjadi

pada

awal

SM

menyebabkan

Ketidak efektifan

koping

Tujuan:mem

pasien
Pada

SM

mekanisme

menyababkan

sensasi

koping
Perbaiki

pasien

perawatan diri

mengalami

control
membuat
untuk

gaya

dan

keluarga

rencana

Kuatkan

pada

pertahankan
terhadap

stress

frustrasi
SM
mempengaruhi

hidup
mengungkap

setiap

kan

sehari - hari

kehidupan

segi

keinginan
untuk
melanjudkan
masa dewasa
KH :

adaptasi fisik
dan

psikologis
Perawatan
diri membaik

Hambatan
komunikasi
verbal b.d
Disartria

Tujuan

meningkatkan
kesehatan

kalimat simple
bila
berkomunikasi
Dorong klien

berkomunikasi
perlahan dan
mengulangi
permintaan
Gunakan

tambahan
bahan alat
komunikasi lain
untuk
memfasilitasi
komunikasi dua
arah yang
optimal
Konsultasikan

dan

mendiri dalam suatu


lingkungan social
Kriteria Hasil:

Komunikas

i:
penerimaan,
interpretasi
dan ekspresi
pesan lisan,
tulisan dan
non verbal
meningkat
Mampu
mengontrol
respon
ketakutan
dan
kecemasan
terhadap
ketidakmamp

Beri satu

dengan dokter
kebutuhan
terapi wicara

uan
berbicara
Mampu
mengkomuni
kasikan
kebutuhan
dengan
lingkungan
social

EVALUASI
A. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor resiko
dan kekuatan individu yang mempengaruhi toleransi aktifitas, mampu mengidentifikasi
beberapa alternatif untuk membantu mempertahankan aktifitas saat sekarang serta
berpartisipasi dalam program rehabilitasi
B. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien dapat mengkompensasi terjadinya perubahan
sensori yang dialami dengan teknik-teknik yang diajarkan.
C. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien mampu mendemonstrasikan perubahan gaya
hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri serta mampu melakukan kegiatan
perawatan diri sendiri dalam tingkat kemampuan yang dimililiki secara optimal.
D. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien dapat terhindar dari cedera selama perawatan
dilakukan : tidak jatuh dari tempat tidur, tidak terjadi kontraktur dan luka tekan.
E. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien dapat memahami keadaannya dan
mendemonstrasikan tehnik mencegah atau menurunkan infeksi saluran kemih.

Anda mungkin juga menyukai