OLEH
KELOMPOK 3
1. AMRIANI SAMAD
2. IMPRIYANTI
3. AINAYYA AL FATIMA
4. RESTI ALFRIDHA
5. RISKA
6. NUR AMIRAH
7. MEGA YESI MAGRAPI P
8. RAHMA KUMALASARI
9. APRIR SABANA
10. BETRICKS DIANSARX MARAK
11. DYTIA KHOIRUNNISA
12. FITRIANINGSIH
13. JIAN RISMAYANTI
14. SARA ARLIAN
15. YUL DEVYA OKTAVIA
1
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 16
B. Saran .......................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem saraf merupakan suatu struktur yang paling sempurna yang dimiliki
oleh manusia. Sistem saraf dapat diibaratkan seperti halnya jalan darat yang ada di
suatu kota. Dimulai dari jalan utama, jalan-jalan kecil, dan jalan-jalan layang, serta
jembatan penyebrangan yang merupakan pengubung antara jalan-jalan ini,
keseluruhan ini membentuk suatu sistem yang rumit ditambah lagi dengan kemacetan
yang padat. Kendatipun semua kerumitan tersebut memiliki titik awal dan akhir yang
mengarah ke suatu tujuan. Demikian pula struktur saraf utama kita yang terdiri dari
triliunan sel saraf (neuron) yang saling berhubungan.
Sistem saraf merupakan jaringan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap
organ lainnya. Secara spesifik sistem saraf merupakan suatu sistem protektif dari
rangsangan yang membahayakan, dapat menghantarkan sinyal dari satu sel saraf ke
sel saraf lainnya untuk menghasilkan respon tubuh dan sebagai sistem komunikasi
untuk mengirimkan informasi ke otak. Pemeriksaan neurologik merupakan suatu
proses yang dibutuhkan bagi tenaga kesehatan untuk mendiagnosa kondisi kesehatan
neurologis pasien. Pemeriksaan ini membutuhkan ketelitian dan pengalaman, yang
terdiri dari sejumlah pemeriksaan yang spesifik.
3
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering disebut dengan neuron.
Neuron dikhususkan untuk menghantarkan dan mengirimkan pesan (impuls) yang
berupa rangsangan atau tanggapan. Setiap satu sel saraf (neuron) terdiri atas bagian
utama berupa badan sel saraf, dendrit, dan akson.
Gambar 1. Neuron
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar. Didalamnya terdapat
nukleus dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi
membangkitkan energi untuk membawa rangsangan. Dendrit ialah serabut-serabut
saraf yang pendek, biasanya bercabang-cabang seperti pohon dengan bentuk dan
5
ukuran yang berbeda-beda. Dendrit berfungsi untuk menerima impuls (rangsang)
yang datang dari ujung akson neuron lain. Kemudian impuls dibawa ke badan sel
saraf. Akson atau neurit merupakan serabut yang panjang dan umumnya tidak
bercabang. Akson berfungsi meneruskan rangsangan yang berasal dari badan sel saraf
ke kelenjar dan serabut-serabut otot. Jumlah akson biasanya hanya satu pada
setiap neuron. Di dalamnya terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril.
Di bagian ujung yang jauh dari badan sel saraf terdapat cabang-cabang yang
berhubungan dengan dendrit dari sel saraf yang lain. Akson terbungkus oleh beberapa
lapis selaput mielin yang banyak mengandung lemak. Selaput mielin disusun oleh Sel
Schwann. Lapisan mielin yang paling luar disebut neurilema. Lapisan tersebut
berfungsi untuk melindungi akson dari kerusakan. Sel Schwann membentuk jaringan
yang membantu menyediakan makanan untuk neurit dan membantu regenerasi neurit.
Selubung mielin bersegmen-segmen. Lekukan diantara dua segmen disebut nodus
ranvier. Nodus ranvier berfungsi mempercepat transmisi impuls saraf. Adanya nodus
ranvier memungkinkan saraf untuk meloncat dari satu nodus ke nodus yang lain,
sehingga impuls lebih cepat sampai pada tujuan.
Secara umum, sistem saraf memiliki 3 fungsi pokok yang saling tumpang
tindih, yaitu input sensoris, integrasi, dan output motoris. Input ialah penghantaran
atau konduksi sinyal dari reseptor sensoris, misalnya sel-sel pendeteksi cahaya di
mata, ke pusat integrasi. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal
dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan dengan
respon yang sesuai. Output motorik adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi,
yaitu Sistem Saraf Pusat ke sel-sel efektor, sel-sel otot, atau sel kelenjar yang
mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimulus tersebut (Campbell, 2004:201).
6
Selain ketiga fungsi diatas berikut ini merupakan fungsi lainnya dari sistem saraf:
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat (SSP atau Central
Nervous System, CNS) dan sistem saraf tepi (SST atau PeripheralNervous System,
PNS). Sistem saraf pusat (SPP) meliputi otak dan sumsum tulang belakang.
a. Otak
Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh, yang terletak di dalam tulang
tengkorak dan diselubungi oleh jaringan yang disebut selaput meninges. Selaput
meninges dibedakan menjadi tiga, yaitu lapisan keluar yang melekat pada
tulang (duramater), lapisan tengah yang berbentuk saraf laba-laba (arachnoid), dan
lapisan dalam yang melekat pada permukaan otak (piamater). Diantaraarachnoid dan
piamater terdapat ruang yang cairan yang merupakan pelindung otak jika terjadi
benturan. Otak dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
7
b. Sumsum tulang belakang
Selain kedua saraf tersebut, pada sistem saraf tepi juga terdapat saraf tak sadar
(saraf otonom) yang berfungsi mengatur kegitan organ tubuh yang bekerja diluar
kesadaran. Saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Sistem kerja keduanya saling berlawanan.
8
2.5 Pemeriksaan diagnostik sistem persyarafan
1. Pengertian
Adalah suatu cara pengambilan cairan cerebrospinal melalui pungsi pada daerah
lumbal
2. Tujuan
Mengambil caurancerebrospinaluntuk kepentingan pemeriksaan/diagnostik
maupun kepentingan therapi
3. Indikasi
a. Untuk diagnostik
- kecurigaan meningitis
b. Untuk Therapi
- Pemberian anesthesispinal
4. Persiapan
a. Persiapan pasien
9
- Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Persiapan Alat
- Bak streil berisi jarum lumbal, spuit dan jarum, sarung tangan, kassa
dan lidi kapas, botol kecil (bila akan dilakukan pemeriksaan bakteriologis),
dan duk bolong.
- Bengkok
- Pengalas
- Manometer
- Lidokain/Xilocain
5. Prosedur pelaksanaan
c. Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung tangan dan gaun
steril.
d. Desinfeksi kulit degan larutan desinfektans dan bentuk lapangan steril dengan
duk penutup.
10
f. Tusukkan jarum spinal dengan stiletdidalamnya kedalam jaringan subkutis.
Jarum harus memasuki rongga interspinosus tegak lurus terhadap aksis
panjang vertebra.
11
( + ) Cincin putih sangat tipis dilihat dengan latar belakang hitam dan bila
dikocok tetap putih
( ++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi opolecement
(berkabut)
( +++ ) Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi keruh
( ++++ )Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi sangat
keruh
l. Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada pasien
dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan adalah 100 cc.
6. Setelah Prosedur
7. Komplikasi
a. HerniasiTonsiler
b. Meningitis dan empiema epidural atau sub dural
c. Sakit pinggang
d. Infeksi
e. Kista epidermoidintraspinal
f. Kerusakan diskus intervertebralis
12
B. ComputerizedAxialTomografi (CT Scan)Otak
1. Pengertian
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari
berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
4. Prinsip kerja
Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang dapat mencatat
semua sinar secara berdipensiasi. Pencatatan ini dilakukan dengan mengkombinasikan
tiga pesawat detektor, dua diantaranya menerima sinar yang telah menmbus tubuh
dan yang satunya berfungsi sebagai detektor aferen yang mengukur intensitas sinar
rontgen yang telah menembus tubuh dan penyinaran dilakukan menurut proteksi dari
tiga titik, menurut posisi jam 12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5 menit.
5. Penatalaksanaan
Persiapan pasien
Pasien harus diberitahu sebaiknya dengan keluarga. Pasien diberi gambaran tentang
alat yang akan digunakan. Bila perlu berikan gambaran dengan menggunakan kaset
video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian pada pasien
dengan demikian mengurangi stress sebelum waktu prosedur dilaukuan. Test awal
yang dilakukan meliputi: kekuatan untuk diam ditempat (dimejascanner) selama 45
detik; melakukan pernafasan dengan aba-aba ( untuk keperluan bila ada permintaan
13
untuk melakukannya) saat dilakukan pemeriksaan.; mengikuti aturan untuk
memudahkan injeksi zat kontras.
Penjelasan kepada klien bahwa setelah penyuntikan zat kontras wajah akan nampak
merah dan terasa agak panas pada seluruh badan. Hal ini merupakan hal yang normal
dari reaksi obat tersebut. Perhatikan keadaan klinik klien apakah pasien mengalami
alergi terhadap iodine. Apabila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik
dan bila pasien merasa cemas dapat diberikan minor transqualizer. Bersihkan rambut
pasien dari jelli dan obat-obatan. Rambut tidak boleh dikelabang dan tidak memakai
wig.
6. Prosedur
a. observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikkan. Bila terjadi
alergi dapat diberikan benadryl 50 mg
c. ukur intake dan output. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian
zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala
gangguan fungsi ginjal. Memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat
dan dokter
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem saraf merupakan jaringan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap organ
lainnya. Pemeriksaan neurologik merupakan suatu proses yang dibutuhkan bagi
tenaga kesehatan untuk mendiagnosa kondisi kesehatan neurologis pasien. Tujuan
Pemeriksaan fisik yaitu Mengetahui sistem persarafan, Mengetahui status kesehatan
neurologis pasien, Sebagai alat untuk menegakkan diagnosa. Anamnese, Inspeksi,
Pemeriksaan bahasa dan bicara, Pemeriksaan status dan fungsi mental, Pemeriksaan
GCS, Pemeriksaan Tonus Otot, Pemeriksaan Motorik, Pemeriksaan Tanda Meningeal,
Pemeriksaan Refleks.
B. Saran
Sistem saraf sangat berpengaruh terhadap segala sistem yang ada dalam tubuh
manusia. Hapir semua penyakit berhubungan dengan sistem saraf, oleh karena itu
disarankan bagi para pembaca untuk mendeteksi secara dini kondisi kesehatanya dan
dilakukan pemeriksaan fisik khususnya neurologik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
16