Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY.

K DENGAN DIAGNOSA
MEDIS RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS) DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN PERTUKARAN GAS
DIRUANG MELATI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik Stase Keperawatan Anak
Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Disusun Oleh :
Rizki Tri Mulyawati
NIM. 2021030070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY. K DENGAN DIAGNOSA


MEDIS RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS) DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN PERTUKARAN GAS
DIRUANG MELATI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Yang Dipersiapkan dan Disusun Oleh :


Rizki Tri Mulyawati
NIM. 2021030070

Yang telah disahkan pada :


Hari : ..........................................................
Tanggal : ..........................................................

Pembimbing,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Agustina Desy Putri, S. Kep., Ns) (Nurlaela, S. Kep., Ns., M. Kep)

i
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN...........................................................1

A. PENGERTIAN...................................................................................1
B. ETIOLOGI..........................................................................................2
C. TANDA DAN GEJALA.....................................................................3
D. FOKUS PENGKAJIAN.....................................................................4
E. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY KEPERAWATAN................8
F. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL........................10
G. INTERVENSI KEPERAWATAN...................................................11

BAB II TINJAUAN KASUS........................................................................14

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................38

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................40

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
1. Pengertian RDS

RDS disebut juga sebagai penyakit membran hialin (hyalin


membrane disease, (HMD)) atau penyakit paru akibat difisiensi
surfaktan (surfactant deficient lung disease (SDLD)) (Meta Febri
Agrina, Afnani Toyibah, 2016).

RDS adalah istilah yang biasanya digunakan untuk masalah


penyakit disfungsi pernapasan pada neonatus atau bayi. Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan imaturitas paru
sehingga tidak berkembang dengan baik atau tidak adekuatnya jumlah
surfaktan dalam paru (Marmi & Rahardjo, 2012).

Sindrom gawat napas RDS (Respiratory Distress Syndrom)


adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernapasan pada
neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan
dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru. Gangguan ini
biasanya juga dikenal dengan nama hyaline membran desease (HMD)
atau penyakit membran hialin, karena pada penyakit ini selalu
ditemukan membran hialin yang melapisi alveoli (Surasmi dalam
Maria, 2019).
2. Pengertian Gangguan Pertukaran Gas

Kelebihan atau kekurangan oksigen dan/atau eliminasi


karbondioksida pada membran alveolus-kapiler (PPNI, 2016)

Gangguan pertukaran gas adalah suatu kondisi ketika individu


mengalami penurunan aliran gas yang termasuk didalamnya adalah

1
oksigen dan karbondioksida antara alveoli paru-paru dan sistem
vaskular di dalam tubuh (Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2013).

Gangguan pertukarah gas adalah kelebihan atau deficit pada


oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolar
kapiler (Heardman, 2012)

B. ETIOLOGI
1. Etiologi RDS

Penyebab kegagalan pernafasan pada neonatus yang terdiri dari


faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin dan faktor persalinan.Faktor ibu
meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah,
maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran
gas janin seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, dan
lain-lain. Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan
plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada
tempatnya. Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung,
tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan
lahir,gemeli, prematur, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-
lain. Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan
dan lain-lain.

Penyebab RDS paling sering adalah kurangnya produksi


surfaktan dan biasanya terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan.
Inisiasi produksi surfaktan oleh sel pneumosit tipe II dimulai sejak
kehamilan minggu ke-22. Semakin muda usia kehamilan seorang ibu,
maka semakin besar pula kemungkinan terjadi RDS (Nugraha, 2014).
Selain kurangnya produksi surfaktan, RDS juga dapat disebabkan oleh
kondisi yang berasal dari paru maupun dar luar paru pada tubuh
nenonatus (Sweet et al, 2017)

2
2. Etiologi Gangguan Pertukaran Gas
a. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b. Perubahan membran alveolus-kapiler

C. TANDA DAN GEJALA


1. Tanda dan Gejala RDS

RDS memiliki tanda dan gejala yang sering disertai riwayat


asfiksia pada waktu lahir atau tanda gawat janin pada akhir kehamilan
(Djitowiyono & Kristianasari, 2011). Adapun tanda gejalanya sebagai
berikut:

a) Timbul 4-6 jam setelah lahir


b) Pernapasan cepat/hiperpnea atau dispnea dengan frekuensi
pernapasan lebih dari 60 x/menit.
c) Retraksi intercostal, epigastrium atau suprasternal pada inspirasi
d) Sianosis.
e) Grunting (terdengar seperti suara rintihan) pada saat ekpirasi.
f) Takikardi (170 x/menit).
Berat atau ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini
sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat
badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditunjukan.
Gejala dapat tampak beberapa jam setelah kelahiran. Kasus RDS
kemungkinan besar terjadi pada bayi yang lahir prematur.
Tanda-tanda gangguan pernapasan ini dapat berupa dispnea /
bradipnea / takipnea , sianosis , retraksi suprasternal / epigastrik /
intercostal, grunting expivasi, pernapasan cuping hidung, menurunnya
daya compliance paru-paru, hipotensi sistemis (pucat perifer, edema,
pengisian kapiler tertunda lebih dari 3-4 detik), penurunan keluaran
urine, penurunan suara napas dengan ronkhi, takhikardi saat terjadinya
asidosis, dan hipoksemia (fida & maya, 2012).

3
2. Tanda dan Gejala Gangguan Pertukaran Gas

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
a) Dispnea a) PCO2 meningkat /
menurun
b) PO2 menurun
c) Takikardia
d) pH arteri meningkat /
menurun
e) Bunyi napas tambahan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
a) Pusing a) Sianosis
b) Diaforesis
c) Gelisah
d) Napas cuping hidung
e) Pola napas abnormal
(cepat/lembat,
reguler/ireguler,
dalam/dangkal)
f) Warna kulit abnormal
(mis. pucat, kebiruan
g) Kesadaran menurun

D. FOKUS PENGKAJIAN

Pengkajian diawali dari fungsi pernafasan, mengobservasi


kemampuan paru-paru bayi untuk bernafas pada fase transisi dari
kehidupan intra-uteri ke kehidupan ekstra-uteri. Bayi BBLR terutama yang
premature mempunyai kesulitan pada fase transisi ini karena jumlah

4
alveoli yang berfungsi masih sedikit, defisiensi surfaktan, lumen sistem
pernapasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan napas, insufisiensi
klasifikasi dari tulang thoraks, lemah atau tidak adanya refleks dan
pembuluh darah paru yang immature. Hal tersebut dapat mengganggu
usaha bayi untuk bernafas dan mengakibatkan distress pernafasan. Dalam
melakukan pengkajian dasar, data dapat dikelompokan menjadi data
subjektif dan data objektif yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Data subjektif
Data subjektif adalah data yang menggambarkan hasil pengumpulan
data pasien melalui anamnesa atau wawancara. Hasil anamesa yang
berhubungan dengan bayi RDS dapat dikelompokan sebagai berikut:
1) Riwayat penyakit terdahulu (adanya riwayat penyakit seperti
hipertensi, DM, toksemia pada ibu).
2) Nutrisi ibu (malnutrisi, konsumsi kafein, penggunaan obat obatan,
merokok dan mengonsumsi alkohol).
3) Riwayat ibu :
a) Umur dibawah umur 16 tahun atau umur diatas umur 35 tahun
b) Latar belakang rendah
c) Rendahnya gizi
d) Konsultasi genetik yang pernah dilakukan
4) Riwayat persalinan :
a) Kehamilan kembar
b) Bedah Caesar.
c) Perdarahan antepartum.
d) Tidak adanya perawatan sebelum kelahiran
2. Data objektif
Data objektif adalah data yang menggambarkan hasil pemeriksaan
fisik, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan
dalam data fokus.

5
Pengkajian pada bayi RDS bertujuan untuk mengetahui fisiologis
dasar pada bayi RDS.

Pengkajian dapat dilakukan secara sistematik berawal dari


pengkajian data mengenai identitas pasien, identitas penanggung
jawab, keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit
sebelumnya, riwayat kehamilan dan kelahiran, riwayat penyakit
keluarga, riwayat tumbuh kembang, psikologi keluarga, pola
kebiasaan sehari hari, dan pemeriksaan fisik sesuai dengan sistem
tubuh, sebagai berikut:

1) Pengkajian Pernafasan pada bayi RDS


Pengkajian pada bayi RDS diawali dengan fungsi pernafasan.
Pengkajian pernafasan dilakukan dengan:
a) Observasi bentuk dada (barrel, cembung) kesimetrian, adanya
insisi, selang dada, atau penyimpangan lainnya.
b) Observasi otot aksesori: Pernafasan cuping hidung, retraksi
dada .
c) Tentukan frekuensi dan keteraturan pernafasan.
d) Auskultasi bunyi pernafasan: Stridor, mengi, ronchi, area
yang tidak ada bunyinya, keseimbangan bunyi nafas.
e) Observasi saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan
parsial oksigen dan karbon dioksida.
f) Secara singkat, perhatikan: Bentuk cuping hidung, dada
simetris atau tidak, otot-otot pernafasan retraksi intercostae,
subclavicula, frekuensi pernafasan, bunyi nafas ada ronchi atau
tidak. Hal-hal yang biasanya ditemukan pada pengkajian
pernafasan bayi RDS adalah Jumlah penafasan rata-rata 40 -
60 per menit dibagi dengan periode apneu, pernafasan tidak
teratur dengan flaring nasal (nasal melebar) dengkuran,
retraksi (interkostal, supra sternal, substernal), terdengar suara
gemerisik pada auskultasi paru-paru, takipnea sementara dapat

6
dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau persentasi
bokong, pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan
gerakan sinkron dari dada dan abdomen, dan perhatikan
adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok,
pernafasan cuping hidung (Maryunani, 2013)
2) Pengkajian kardiovaskuler pada bayi RDS Pengkajian sistem
kardiovaskuler dilakukan untuk mengukur tekanan darah,
menghitung denyut jantung, dan menilai pengisian kembali kapiler
pada bayi.
a) Tentukan frekuensi, irama jantung, dan tekanan darah
b) Auskultasi bunyi jantung, termasuk adanya mur-mur
c) Observasi warna kulit bayi seperti adanya sianosis, pucat, dan
ikterik pada bayi
d) Kaji warna kuku, membrane mukosa, dan bibir
e) Gambaran nadi perifer, pengisian kapiler (< 2-3 detik)
3) Pengkajian gastrointestinal pada bayi RDS
Pengkajian yang dapat dilakukan adalah mengecek refleks
mengisap dan menelan, menimbang berat badan bayi,
mendengarkan bising usus dan observasi pengeluaran mekonium
4) Pengkaian genitourinaria pada bayi RDS
Masalah pada sistem perkemihan yaitu ginjal bayi pada bayi RDS
tidak dapat mengekresikan hasil metabolisme dan obat obatan
dengan akurat, memekatkan urin, mempertahankan keseimbangan
cairan, asam basa dan elektrolit. Pengkajian dilakukan dengan cara
menghitung intake dan output.
5) Pengkajian neurologis – muskulusteletal pada bayi RDS
Pada bayi RDS sangat rentan terjadi injuri susunan saraf pusat.
Pengkajian yang dilakukan adalah observasi fleksi, ekstensi, reflex
hisap, tingkat respon, respon pupil, gerakan tubuh dan posisi bayi.
6) Pengkajian suhu pada bayi RDS

7
Banyak faktor yang menyebabkan suhu tidak stabil pada bayi RDS
terutama pada bayi BBLR salah satunya yaitu kurangnya lemak
subkutan pada bayi. Pengkajian suhu yang dapat dilakukan adalah
tentukan suhu kulit melalui aksila bayi, tentukan dengan suhu
lingkungan
7) Pengkajian kulit pada bayi RDS
Dalam pengkajian kulit bayi yang dikaji yaitu monitor adanya
perubahan warna kulit, area kulit yang kemerahan, tanda iritasi,
mengkaji tekstur atau turgor kulit bayi, ruam, lesi pada kulit bayi.
8) Pengkajian respon orang tua pada bayi RDS
Respon orangtua yang bayinya dengan RDS umunya merasa
sedih, cemas, dan takut kehilangan. Hal hal yang dapat dikaji
perawat adalah ekspresi wajah orangtua bayi dengan RDS,
mengkaji perilaku dan mekanisme pemecahan masalah yang
dilakukan orang tua bayi (Maryunani, 2013).

E. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY KEPERAWATAN


1. Patofisiologi
Defisiensi surfaktan adalah faktor penting dalam terjadinya
RDS (Suminto, 2017). Kondisi yang terjadi saat berkurangnya sintesis
atau pembentukan surfaktan pada paru-paru dan dinding dada
mengakibatkan kondisi alveoli yang dapat melakukan perfusi tetapi
tidak dapat melakukan ventilasi yang disebabkan oleh hipoksia dan
atelektasis. Penurunan kemampuan paru, volume tidal yang rendah,
peningkatan dead space (volume udara yang tidak mengalami
pertukaran gas), peningkatan usaha bernapas, dan buruknya ventilasi
alveoli mengakibatkan terjadinya hiperkapnia. Hasil akhirnya adalah
hipoksia, hiperkapnia, dan asidosis. Keadaan ini menyebabkan pirau
parsial sirkulasi darah dengan aliran dari duktus arteriosus dan
foramen ovale (Mathai et al, 2017).

8
Riwayat asfiksia intrapartum, persalinan sectio caesarea,
prematuritas, penyakit herediter, dan asidosis meningkatkan risiko
terjadinya defisiensi surfaktan dan alveolus menjadi atelektasis.
Atelektasi yang progresif mengakibatkan ketidakseimbangan antara
perfusi dan ventilasi. Ketidakseimbangan ini dapat diperberat dengan
keadaan seperti takipnea transie, sfiksia neonatorum, hipotermia, dan
apnea yang menyebabkan kondisi tubuh menjadi hiperkarbia, hipoksia
dan asidosis. Kombinasi hiperkarbia, hipoksia dan asidosis dapat
menimbulkan vasokonstriksi arteri pulmonal. Penyempitan ini
menyebabkan alveolus tidak mendapatkan perfusi dengan baik,
sehingga metabolisme seluler yang makin memperberat defisiensi
produksi surfaktan (Holme et al, 2012)
Terdapat penyebab lain yang menyebabkan untuk gangguan
pernapasan pada bayi baru lahir diantaranya adalah kekurangan protein
surfaktan genetik. Defisiensi protein surfaktan genetik jarang terjadi.
Namun jika bayi cukup bulan menunjukkan gagal napas berat yang
tidak dapat dijelaskan penyebabnya maka kelainan genetik harus
dipertimbangkan (Holme et al, 2012)

9
2. Pathway
Faktor ibu, faktor
plasenta, faktor janin,
faktor persalinan

Sectio Caesarea

Peningkatan
Defisiensi surfaktan tegangan di
permukaan

Atelektasis
Kolaps dan tidak
mampu menahan sisa
Ketidakseimbangan udara fungsional pada
Ventilasi-Perfusi akhir ekspirasi

Gangguan Difusi terganggu


Pertukaran Gas

Penggunaan energi
yang maksimal untuk
bernafas

Refleks
mengshisap lemah

Risiko Defisit
Nutrisi

F. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL


1. Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan Ventilasi-Perfusi
d.d sianosis, napas cuping hidung, pola napas abnormal.
2. Risiko Defisit Nutrisi d.d Ketidakmampuan mencerna makanan

10
G. INTERVENSI KEPERAWATAN

No
. SLKI SIKI Rasional
DX
1 Setelah dilakukan Dukungan Ventilasi
tindakan keperawatan (I.01002)
selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan masalah 1) Identifikasi 1) Mencegah

keperawatan adanya kelelahan perburukan status

Gangguan Pertukaran otot bantu napas repirasi

Gas b.d 2) Monitor status 2) Mencegah

Ketidakseimbangan respirasi dan perburukan status

Ventilasi-Perfusi oksigen respirasi dan

dapat diatasi dengan oksigenasi

kriteria hasil : Terapeutik


1) Pertahankan 1) Memaksimalkan
Pertukaran Gas
kepatenan jalan ventilasi
(L.01003)
1) Napas cuping napas
2) Memenuhi
hidung menurun 2) Berikan
kebutuhan oksigen
2) Sianosis membaik oksigenasi sesuai
dalam tubuh
3) Warna kulit kebutuhan
membaik
3 Setelah dilakukan Pemberian Makanan
tindakan keperawatan Enteral (I.03126)
selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan masalah 1) Periksa posisi 1) Memastikan NGT

keperawatan Risiko nasogastrictube sudah masuk

11
Defisit Nutrisi d.d (NGT) dengan lambung
Ketidakmampuan memeriksa residu
mencerna makanan lambung atau
dapat diatasi dengan mengauskultasi
kriteria hasil : hembusan udara
2) Memonitor
Fungsi 2) Monitor residu
karakteristik residu
Gastrointestinal lambung tiap 4-6
lambung)
(L.03019) jam selama 24
1) Jumlah dan jam pertama,
jenis residu kemudia tiap 8
cairan jam selama
lambung saat pemberian makan
diaspirasi via enteral 3) Memastikan pola
menurun 3) Monitor pola BAB normal
2) Jumlah feses buang air besar
sedang setiap 4-8 jam
3) Warna feses Terapeutik 1) Memastikan
membaik 1) Gunakan teknik makanan yang
bersih dalam masuk higienis
pemberian
makanan via
selang 2) Mempermudah
2) Tinggikan kepala makanan masuk
tempat tidur 30-
45 derajat selama
pemberian
3) Memonitor
makanan
karakteristik residu
3) Ukur residu
lambung
sebelum
4) Membersihkan
pemberian makan
selang dari
4) Irigasi selang

12
dengan 30 ml air makanan
setiap 4-6 jam
selama pemberian
makan dan setelah
pemberian makan
intermitten

13
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS NEONATUS
Nama Bayi : By. Ny. K
Tanggal Lahirr : 30 Januari 2022
Jenis : Laki-Laki / Perempuan
Ruang : Melati
Kelahiran : tunggal / kembar, hidup / mati
Tanggal MRS : 30 Januari 2022 Jam : 01.43
Tanggal Pengkajian : 31 Januari 2022 Jam : 17.00
Diagnosa Medis : Neonatus Aterm BBLC – RDS

B. IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ibu : Ny. K Nama Ayah : Tn. A
Umur Ibu : 38 Tahun Umur Ayah : 38 Tahun
Pekerjaan Ibu : IRT Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pendidikan Ibu : SMA Pendidikan Ayah : SMK
Agama : Islam
Alamat : Mersi 003/002 Purwokerto Timur
Dikirim Oleh : IBS

C. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN


1. Riwayat Kehamilan
Ibu G3P2A0
BB 68 kg, Umur kehamilan 37-38 minggu
TB 159 cm
Pemeriksaan antenatal 1 bulan sekali di bidan
Teratur/tidak teratur, sejak kehamilan 4 minggu
Penyakit/komplikasi kehamilan : Hipertensi
Merokok : ya/tidak
Jamu : ya/tidak

14
Kebiasaan minum obat : ya/tidak
Alergi obat : ya/tidak
2. Riwayat Persalinan
By. Ny. K merupakan bayi dari G3P2A0, usia ibu 38 tahun dengan
Hipertensi kronis + Fetal Distress, usia kehamilan 37-38 minggu, jenis
persalinan sectio caesarea tanggal 30 Januari 2022 pukul 00:45 WIB,
ketuban pecah pada tanggal 30 Januari 2022 jam 00.44 cairan ketuban
jernih, bayi lahir dengan jenis kelamin laki-laki dengan berat 2700
gram

D. RIWAYAT KEPERAWATAN
1) Riwayat Keperawatan Sekarang
a. Keluhan utama
Respiratory Distress Syndrome (RDS)
b. Riwayat penyakit sekarang :
Bayi baru lahir dengan ibu G3P2A0 usia ibu 38 tahun dengan
Hipertensi Kronis + Fetal Distress, usia kehamilan 37-38 minggu,
jenis persalinan sectio caesarea tanggal 30 Januari 2022 pukul
00:45 WIB, ketuban pecah pada tanggal 30 Januari 2022 pukul
00.44 cairan ketuban jernih, bayi lahir dengan jenis kelamin laki-
laki dengan berat 2700 gram dan segera dipindahkan ke ruang
Melati dengan diagnosa medis RDS. Pada saat dilakukan
pengkajian pada tanggal 31 Januari 2022 pukul 17.00, pasien
tampak lemah, terpasang CPAP 50% PEEP 7 mmHg, terpasang
selang OGT No. 5, RR : 71 x/menit N : 147 x/menit SpO 2 87%,
terdapat retraksi dinding dada, terpasang syring pump D10% 8
ml/h, syringe pump asam amino 1,25 ml/h, sianosis hilang dengan
oksigen, saat diaspirasi residu tampak keruh, merintih (+).
2) Riwayat Keperawatan Sebelumnya
a. Riwayat Kesehatan yang lalu
By. Ny. K lahir dengan persalinan jenis Sectio Caesarea dengan
usia kehamilan 37-38 minggu dengan Hipertensi Kronis + Fetal

15
Distress, ketuban pecah pada tanggal 30 Januari 2022 pukul 00.44
cairan ketuban jernih, bayi lahir dengan jenis kelamin laki-laki
dengan berat 2700 gram.
b. Imunisasi
Imunisasi Hb0
3) Riwayat Keluarga
Genogram
4) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Tahap Pertumbuhan
a. Berat badan lahir : 2700 gram
Berat badan sekarang : 2560 gram
b. Lingkar Kepala : 33 cm
Lingkar Dada : 31 cm
Lingkar Abdomen : 35 cm
Lingkar lengan atas : 5 cm
Panjang Badan : 47 cm

Tahap Perkembangan

a. Psikososial : By. Ny. K dirawat di RS sampai saat ini


b. Psikoseksual : By. Ny. K berjenis kelamin laki-laki
c. Kognitif : Tidak terkaji
5) Pengkajian Fisik
a. Tanda-tanda vital
Nadi : 147 x/menit
Suhu : 36,8°C
Pernafasan : 71 x/menit
CRT : < 2 detik
b. Pemeriksaan fisik
 Refleks ; (Beri tanda  pada hasil pemeriksaan)
Sucking (menghisap) : Ada ( ) Tidak ()
Palmar Grasping (menggenggam) : Ada ( ) Tidak ( )

16
Tonic Neck (leher) : Ada ( ) Tidak ( )
Rooting (mencari) : Ada () Tidak ( )
Moro (kejut) : Ada () Tidak ( )
Babinsky : Ada () Tidak ( )
Gallant (punggung : Ada () Tidak ( )
Swallowing (menelan) : Ada ( ) Tidak ()
Plantar Grasping (telapak kaki) : Ada () Tidak ( )
Tonus/aktivitas
a. Aktif ( ) Tenang () Letargi( ) Kejang ( )
b. Menangis Keras ( ) Lemah () Melengking ( )

Kepala/leher

a. Fontanel anterior : Lunak ()Tegas() Datar ( ) Menonjol ( ) Cekung ()


b. Sutura sagitalis: Tepat () Terpisah() Menjauh ( ) Tumpang Tindih ()
c. Gambaran wajah : Simetris () Asimetris ( )
d. Molding ( ) Caput succedaneum ( ) Cephalhematoma ( )

Mata

Bersih ( ) Sekresi ( )

Sklera : anikterik

THT

a. Telinga : Normal () Abnormal ( )


b. Hidung : Simetris () Asimetris ( )

Wajah

a. Bibir sumbing ()


b. Sumbing langit-langit / palatum (  )

Abdomen

a. Lunak () Tegas ( ) Datar ( ) Kembung ( )

17
b. Lingkar perut 35 cm
c. Liver : teraba ( ) kurang 2 cm lebih 2 cm ( )

Thorax

a. Simetris () Asimetris ( )


b. Retraksi derajat 0 ( ) derajat 1 ( ) derajat 2 ()
c. Klavikula normal () Abnormal ( )

Paru-paru

a. Suara nafas kanan kiri sama ( ) Tidak sama ( )


b. Suara nafas bersih () ronchi ( ) sekresi ( ) wheezing ( ) vesikuler ( )
c. Respirasi : spontan ( ) Tidak spontan ( )
Alat bantu nafas (  ) CPAP () : 50%

Jantung

a. Bunyi Normal Sinus Rhytm (NSR) ()


Frekuensi : 147 x/menit
b. Murmur ()
c. Waktu pengisian kapiler : < 2 detik
d. Denyut nadi : cepat

Nadi Perifer Keras ( ) Lemah () Tidak ada ( )

Brakial kanan : lemah

Brakial kiri : lemah

Femoral kanan: lemah

Femoral kiri : lemah

18
Ekstremitas

Gerakan bebas () ROM terbatas ( ) Tidak terkaji ( )

Ekstremitas atas Normal () Abnormal ( )

Ekstremitas bawah Normal () Abnormal ( )

Panggul Normal () Abnormal ( ) Tidak terkaji ( )

Umbilikus

Normal () Abnormal ( )

Inflamasi () Drainase ()

Genital

Perempuan normal ( ) Laki-laki normal ()

Anus Paten ( ) Imperforata ( )

Kulit

Warna Pink () Pucat ( ) Jaundice ( )

Sianosis pada Kuku ( ) Sirkumoral ()

Periorbital ( ) Seluruh tubuh ( )

Kemerahan (rash) ( )

Tanda lahir ()

Turgor kulit : elastis () tidak elastis ( ) edema ( )

Lanugo ()

Suhu

a. Lingkungan

19
Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu ( )
Inkubator ( ) Suhu ruang ( ) Boks terbuka ()
b. Suhu kulit : 36,8°C

Neonatal Early Warning Scoring System (Down Score)

Skor 31/01/202 01/02/2022 02/02/2022


2
< 60
0
x/menit
Frekuensi 60-80
1 1
Nafas x/menit
>80
2
x/menit
Tidak ada
0
retraksi
Retraksi
Retraksi 1
ringan
Retraksi
2 2
berat
Sianosis Tidak ada
0
sianosis
Sianosis
hilang 1 1
dengan O2
Sianosis 2
menetap
walaupun

20
diberi O2
Udara
masuk
0 0
bilateral
baik
Penurunan
Air Entry ruangan
1
udara
masuk
Tidak ada
udara 2
masuk
Tidak
0
merintih
Dapat
didengar
1
dengan
stetoskop
Dapat
didengar
2 2
tanpa alat
bantu

Nilai Apgar

APGAR skor, menit ke 1 5 10


Pernafasan 2 2 2
Frekuensi jantung 2 2 2
Reflek bersin 1 1 2
Tonus otot 2 2 2
Warna kulit 1 2 2

21
Jumlah skor 8 9 10

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium tanggal 30 Januari 2022

NILAI
PEMERIKSAAN KET HASIL SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 16.2 g/dL 15.2-23.6
Leukosit 13510 /mm3 9400-34000
Hematokrit 47 % 44-72
Eritrosit 4.53 106/uL 4.30-6.30
Trombosit 217000-
443000 /uL
497000
MCV 103.3 fL 98-122
MCH 35.8 pg/cell 33-41
MCHC 34.6 g/dL 31-35
RDW H 16.4 % 11.3-14.6
MPV L 9.3 fL 9.4-12.4
Hitung Jenis
Basofil 0.6 % 0-1
Eosinofil H 6.5 % 1-5

22
Batang 0.8 % 0-8
Segmen 28.6 % 17-60
Limfosit 53.6 % 20-70
Monosit 9.9 % 1-11
Neutrofil 29.4 % 17.0-60.0
Total Limfosit Count 7240
Neutrofil Limfost Ratio 0.55
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 65 Mg/dL <140

F. TERAPI

Nama Obat Dosis Indikasi


Ampicilin 2 x 140 mg Antibiotik
Gentamicin 1 x 14 mg Antibiotik
D10% 8 ml/h Mengatasi hipoglikemia
Asam Amino 1,25 ml/h Meningkatkan imunitas tubuh

G. ANALISA DATA

Masalah
Data Klien Pathway Etiologi
Keperawatan

23
DS : - Gangguan Ketidakseimbangan
Hipertensi
DO : Kronis, Fetal
Pertukaran Gas Ventilasi-Perfusi
- RR : 71 x/menit distress

- SpO2 : 87%
Sectio
- Tampak sianosis Caesarea
- Tampak retraksi
dinding dada Defisiensi
surfaktan
- Tampak
pernapasan cuping
Atelektasis
hidung
- Terpasang CPAP Ketidakseimba
ngan perfusi-
50% ventilasi
- Tampak retraksi
interkostal dan Gangguan
pertukaran gas
sub-sternal
- Terdengar
merintih saat
inspirasi

24
DS : - Risiko Defisit Ketidakmampuan
Hipertensi,
DO : Fetal Distress Nutrisi mencerna makanan
- BBL : 2700
- BBS : 2560 Sectio
Caesarea
- Residu berwarna
keruh Defisiensi
- Terpasang OGT surfaktan

- Reflek hisap
lemah Peningkatan
tegangan di
permukaan

Kolaps dan
tidak mampu
menahan sisa
udara fungsional
pada akhir
ekspirasi

Difusi terganggu

Penggunaan
energi yang
maksimal untuk
bernafas

Refleks
mengshisap
lemah

Risiko Defisit
Nutrisi

H. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

25
1. Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan Ventilasi-Perfusi
d.d sianosis, napas cuping hidung, pola napas abnormal.
2. Risiko Defisit Nutrisi d.d Ketidakmampuan mencerna makanan

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

No
. SLKI SIKI Rasional
DX
1 Setelah dilakukan Dukungan Ventilasi
tindakan keperawatan (I.01002)
selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan masalah 1) Identifikasi 1) Mencegah

keperawatan adanya kelelahan perburukan status

Gangguan Pertukaran otot bantu napas repirasi

Gas b.d 2) Monitor status 2) Mencegah

Ketidakseimbangan respirasi dan perburukan status

Ventilasi-Perfusi oksigen respirasi dan

dapat diatasi dengan oksigenasi

kriteria hasil : Terapeutik


1) Pertahankan 1) Memaksimalkan
Pertukaran Gas
kepatenan jalan ventilasi
(L.01003)
4) Napas cuping napas
2) Memenuhi
hidung menurun 2) Berikan
kebutuhan oksigen
5) Sianosis membaik oksigenasi sesuai
dalam tubuh
6) Warna kulit kebutuhan
membaik
3 Setelah dilakukan Pemberian Makanan
tindakan keperawatan Enteral (I.03126)
selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan masalah 1) Periksa posisi 1) Memastikan NGT

keperawatan Risiko nasogastrictube sudah masuk

26
Defisit Nutrisi d.d (NGT) dengan lambung
Ketidakmampuan memeriksa residu
mencerna makanan lambung atau
dapat diatasi dengan mengauskultasi
kriteria hasil : hembusan udara
2) Memonitor
Fungsi 2) Monitor residu
karakteristik residu
Gastrointestinal lambung tiap 4-6
lambung)
(L.03019) jam selama 24
4) Jumlah dan jam pertama,
jenis residu kemudia tiap 8
cairan jam selama
lambung saat pemberian makan
diaspirasi via enteral 3) Memastikan pola
menurun 3) Monitor pola BAB normal
5) Jumlah feses buang air besar
sedang setiap 4-8 jam
6) Warna feses Terapeutik 5) Memastikan
membaik 5) Gunakan teknik makanan yang
bersih dalam masuk higienis
pemberian
makanan via
selang 6) Mempermudah
6) Tinggikan kepala makanan masuk
tempat tidur 30-
45 derajat selama
pemberian
7) Memonitor
makanan
karakteristik residu
7) Ukur residu
lambung
sebelum
8) Membersihkan
pemberian makan
selang dari
8) Irigasi selang

27
dengan 30 ml air makanan
setiap 4-6 jam
selama pemberian
makan dan
setelah pemberian
makan intermitten

J. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TGl/Jam No. TTD


IMPLEMENTASI RESPON
DX
31/01/2022 2 Memonitor karakteristik DS : -
16.00 residu lambung dengan cara DO :
mengaspirasi OGT dan - Residu berwarna
memonitor BAB keruh
- 5 cc
- BAB (-)
31/01/2022 1 Melakukan tindakan DS : -
17.00 pemeriksaan tanda-tanda DO :
vital dan memonitor status - N : 147 x / menit
oksigenasi - RR : 71 x/menit
- SpO2 : 87%
- Suhu : 36,8°C
- Terpasang CPAP
50%
- PEEP 7 mmHg
- Tampak retraksi
dinding dada
- Tampak cuping
hidung
- Tampak retraksi

28
interkostal dan sub-
sternal
- Terdengar merintih
saat inspirasi
31/01/2022 1 Memposisikan pasien DS : -
17.05 Memonitor kepatenan jalan DO :
napas - Jalan napas paten
31/01/2022 2 Memonitor BAB DS : -
19.30 DO :
- BAB (+)
- Mekonium
- Berat pampers 25
gram
01/02/2022 1 Melakukan tindakan DS : -
16.00 pemeriksaan tanda-tanda DO :
vital dan memonitor status - N : 128 x / menit
oksigenasi - RR : 69 x/menit
- SpO2 : 90%
- Suhu : 37,4°C
- Terpasang CPAP
50%
- PEEP 7 mmHg
- Tampak retraksi
dinding dada
- Tampak cuping
hidung
- Tampak retraksi
interkostal dan sub-
sternal
- Terdengar merintih

29
saat inspirasi
01/02/2022 2 Memonitor residu lambung DS : -
16.15 DO :
- Lendir jernih
- 1 cc
01/02/2022 2 Memberikan susu 5 cc DS :
16.20 melalui OGT DO :
- Telah masuk susu 5
cc
- Tidak muntah
01/02/2022 2 Memberikan irigasi D10% DS :
16.30 1 cc melalui OGT DO :
- Selang OGT tampak
jernih
- Tidak muntah
- Telah masuk irigasi
D10% 1 cc
01/02/2022 1,2 Memastikan terapi syringe DS : -
16.35 pump D10% 8 ml/h dan DO :
asam amino 1. 25 ml/h - Terapi syringe pump
berjalan lancar/tidak ada D10% 8 ml/h dan
oklusi asam amino 1.25
ml/h masuk secara
intravena
02/02/2022 1 Melakukan tindakan DS : -
07.00 pemeriksaan tanda-tanda DO :
vital dan memonitor status - N : 124 x / menit
oksigenasi - RR : 59 x/menit
- SpO2 : 93%
- Suhu : 37,1°C
- Terpasang CPAP

30
40%
- PEEP 7 mmHg
- Tampak retraksi
dinding dada
- Tampak cuping
hidung
- Tampak retraksi
interkostal dan sub-
sternal
- Terdengar merintih
saat inspirasi
02/02/2022 2 Memandikan pasien DS : -
08.00 Memonitor BAB DO :
Melakukan penimbangan - Pasien tampak lebih
BB bersih setelah
dimandikan
- BAB (-)
- BAB (+) 30 gram
- BBS : 2565 gram
02/02/2022 2 Memonitor residu lambung DS : -
09.00 Memberikan susu melalui DO :
OGT - Lendir jernih
- 5 cc
- Telah masuk susu 20
cc
- Tidak muntah

02/02/2022 2 Melakukan irigasi selang DS : -


OGT dengan D10% 1 cc DO :
- Selang OGT tampak
bersih

31
- Tidak muntah
- Telah masuk irigasi
D10% 1 cc

K. EVALUASI KEPERAWATAN

NO
. HARI/TANGGAL/JAM EVALUASI
DX
1 Senin, 31 Januari 2022 S:-
21.00 O:
- RR : 69 x/menit
- SpO2 : 89%
- Tampak sianosis
- Tampak retraksi dinding dada
- Tampak pernapasan cuping hidung
- Terpasang CPAP 50%
- Tampak retraksi interkostal dan sub-sternal
- Terdengar merintih saat inspirasi
A : Masalah keperawatan Gangguan Pertukaran Gas
b.d Ketidakseimbangan Ventilasi-Perfusi belum
teratasi
Pertukaran Gas (L.01003)
1) Napas cuping hidung meningkat
2) Sianosis sedang
3) Warna kulit sedang
P : Lanjutkan intervensi
Dukungan Ventilasi (I.01002)
Observasi
1) Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
napas

32
2) Monitor status respirasi dan oksigen
Terapeutik
1) Pertahankan kepatenan jalan napas
2) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
2 Senin, 31 Januari 2022 S:-
21.00 O:
- BBL : 2700
- BBS : 2560
- Residu berwarna keruh 5 cc
- Terpasang OGT
- Jumlah feses 25 gram
- Warna feses hitam (mekonium)
A : Masalah keperawatan Risiko Defisit Nutrisi d.d
ketidakmmpuan mencerna makanan belum teratasi
Fungsi Gastrointestinal (L.03019)
1) Jumlah dan jenis residu cairan lambung saat
diaspirasi cukup meningkat
2) Jumlah feses menurun
3) Warna feses menurun
P : Lanjutkan intervensi
Pemberian Makanan Enteral (I.03126)
Observasi
1) Periksa posisi nasogastrictube (NGT)
dengan memeriksa residu lambung atau
mengauskultasi hembusan udara
2) Monitor residu lambung tiap 4-6 jam selama
24 jam pertama, kemudia tiap 8 jam selama
pemberian makan via enteral
3) Monitor pola buang air besar setiap 4-8 jam
Terapeutik
1) Gunakan teknik bersih dalam pemberian

33
makanan via selang
2) Tinggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat
selama pemberian makanan
3) Ukur residu sebelum pemberian makan
4) Irigasi selang dengan 30 ml air setiap 4-6
jam selama pemberian makan dan setelah
pemberian makan intermitten
1 Selasa, 01 Februari 2022 S:-
21.00 O:
- RR : 67 x/menit
- SpO2 : 91%
- Tampak sianosis hilang setelah diberikan
oksigen
- Tampak retraksi dinding dada
- Tampak pernapasan cuping hidung
- Terpasang CPAP 50%
- Tampak retraksi interkostal dan sub-sternal
- Terdengar merintih saat inspirasi
A : Masalah keperawatan Gangguan Pertukaran Gas
b.d Ketidakseimbangan Ventilasi-Perfusi belum
teratasi
Pertukaran Gas (L.01003)
1) Napas cuping hidung sedang
2) Sianosis membaik
3) Warna kulit membaik
P : Lanjutkan intervensi
Dukungan Ventilasi (I.01002)
Observasi
3) Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
napas
4) Monitor status respirasi dan oksigen

34
Terapeutik
3) Pertahankan kepatenan jalan napas
4) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
2 Selasa, 01 Februari 2022 S:-
21.00 O:
- BBL : 2700
- BBS : 2560
- Residu berwarna jernih lendir 1 cc
- Terpasang OGT
- Jumlah feses 30 gram
- Warna feses hitam (mekonium)
A : Masalah keperawatan Risiko Defisit Nutrisi d.d
ketidakmmpuan mencerna makanan belum teratasi
Fungsi Gastrointestinal (L.03019)
1) Jumlah dan jenis residu cairan lambung saat
diaspirasi cukup menurun
2) Jumlah feses sedang
3) Warna feses cukup menurun
P : Lanjutkan intervensi
Pemberian Makanan Enteral (I.03126)
Observasi
1) Periksa posisi nasogastrictube (NGT)
dengan memeriksa residu lambung atau
mengauskultasi hembusan udara
2) Monitor residu lambung tiap 4-6 jam selama
24 jam pertama, kemudia tiap 8 jam selama
pemberian makan via enteral
3) Monitor pola buang air besar setiap 4-8 jam
Terapeutik
1) Gunakan teknik bersih dalam pemberian
makanan via selang

35
2) Tinggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat
selama pemberian makanan
3) Ukur residu sebelum pemberian makan
4) Irigasi selang dengan 30 ml air setiap 4-6
jam selama pemberian makan dan setelah
pemberian makan intermitten
1 Rabu, 02 Februari 2022 S:-
14.00 O:
- RR : 65 x/menit
- SpO2 : 93%
- Tampak sianosis hilang setelah diberikan
oksigen
- Tampak retraksi dinding dada berkurang
- Tampak pernapasan cuping hidung
berkurang
- Terpasang CPAP 40%
- Tampak retraksi interkostal dan sub-sternal
- Terdengar merintih saat inspirasi
A : Masalah keperawatan Gangguan Pertukaran Gas
b.d Ketidakseimbangan Ventilasi-Perfusi belum
teratasi
Pertukaran Gas (L.01003)
1) Napas cuping hidung cukup
menurun
2) Sianosis membaik
3) Warna kulit membaik
P : Lanjutkan intervensi
Dukungan Ventilasi (I.01002)
Observasi
1) Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
napas

36
2) Monitor status respirasi dan oksigen
Terapeutik
1) Pertahankan kepatenan jalan napas
2) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
2 Rabu, 02 Februari 2022 S:-
14.00 O:
- BBL : 2700
- BBS : 2565
- Residu berwarna jernih lendir 1 cc
- Terpasang OGT
- Jumlah feses 75 gram
- Warna feses kuning
A : Masalah keperawatan Risiko Defisit Nutrisi d.d
ketidakmmpuan mencerna makanan belum teratasi
Fungsi Gastrointestinal (L.03019)
1) Jumlah dan jenis residu cairan lambung saat
diaspirasi cukup menurun
2) Jumlah feses meningkat
3) Warna feses cukup meningkat
P : Lanjutkan intervensi
Pemberian Makanan Enteral (I.03126)
Observasi
1) Periksa posisi nasogastrictube (NGT)
dengan memeriksa residu lambung atau
mengauskultasi hembusan udara
2) Monitor residu lambung tiap 4-6 jam selama
24 jam pertama, kemudia tiap 8 jam selama
pemberian makan via enteral
3) Monitor pola buang air besar setiap 4-8 jam
Terapeutik
1) Gunakan teknik bersih dalam pemberian

37
makanan via selang
2) Tinggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat
selama pemberian makanan
3) Ukur residu sebelum pemberian makan
4) Irigasi selang dengan 30 ml air setiap 4-6
jam selama pemberian makan dan setelah
pemberian makan intermitten

38
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 31 Januari


2022 didapatkan data objektif RR : 71 x/menit, SpO2 : 92%, tampak sianosis
hilang setelah diberikan oksigen, tampak retraksi dinding dada, tampak
pernapasan cuping hidung, terpasang CPAP 50%, tampak retraksi interkostal dan
sub-sternal, terdengar merintih saat inspirasi. Berdasarkan hasil pengkajian
tersebut dapat ditegakkan diagnosa keperawatan Gangguan Pertukaran Gas b.d
Ketidakseimbangan Ventilasi-Perfusi.

Respiratory Distress syndrome ( RDS ) disebut juga sindrom gawat


napas, sindrom ini dicirikan dengan gawat napas dan hipoksemia yang terjadi
dalam 72 jam. Penatalaksanaan RDS diantaranya adalah memperbaiki
oksigenasi, pencegahan infeksi, mempertahankan tekanan vascular dan
curah jantung, nutrisi yang adekuat, pemberian posisi untuk
memperbaiki kapasitas residu fungsional. Untuk mengoptimalkan status
oksigenasi pada bayi dengan RDS, salah satunya dengan melakukan intervensi
perubahan posisi tidur bayi yaitu dengan diberikan posisi prone dan posisi lateral.
Menurut Hegner & Cadwel (2018) posisi prone pada bayi merupakan posisi yang
sangat menghemat energi, karena posisi ini akan menurunkan kehilangan panas
dibandingkan dengan posisi supine. Penelitian terkait diungkapkan oleh Jacquelyn
dalamTitin, (2018) yang menyatakan bahwa posisi lateral mempengaruhi
perubahan signifikan terhadap SaO2, RR, HR, CaO2 dan CO.

Posisi lateral yaitu posisi berbaring pada salah satu sisi bagian tubuh
dengan kepala menoleh ke samping yang bertujuan untuk memberikan rasa
nyaman, mempertahankan body aligment (Kusyati dalam Titin, 2018). Posisi
lateral kiri dapat meningkatkan ventilasi dimana anatomi jantung berada pada
sebelah kiri di antara bagian atas dan bawah paru membuat tekanan paru
meningkat, tekanan arteri di apex lebih rendah dari pada bagian basal paru.

39
Tekanan arteri yang rendah menyebabkan penurunan aliran darah pada kapiler di
bagian apex, sementara kapiler di bagian basal mengalami distensi dan aliran
darahnya bertambah. Efek gravitasi mempengaruhi ventilasi dan aliran darah
dimana aliran darah dan udara meningkat pada bagian basal paru Pada posisi ini
aliran darah ke paru bagian bawah menerima 60-65 % dari total aliran darah ke
paru.

Pemantauan saturasi oksigen, frekuensi nafas, frekuensi nadi pada bayi


dan neonatus merupakan tindakan rutin yang dilakukan untuk melihat kondisi dan
penampilan klinis bayi yang menggunakan ventilator. Saturasi oksigen diukur
dengan alat sensor (probe) yang disebut oksimetri. Berdasarkan hasil penelitian,
diketahui bahwa kedua posisi baik prone maupun lateral terbukti efektif
meningkatkan status oksigenasi (HR. RR, SPO2).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dengan


memberikan posisi lateral diperoleh hasil evaluasi peningkatan SpO 2 dari 87%
menjadi 93%. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Titin (2018)
dengan judul “Perbandingan Efektivitas Posisi Prone Dengan Lateral Terhadap
Status Oksigenasi Pada Bayi Dengan Respiratory Distress Syndrome (Rds) Di
Ruang Nicu Rsud Gunung Jati” bahwa terdapat perbedaan status oksigenasi sebelum
dan sesudah intervensi posisi lateral, hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
status oksigenasi (HR, RR, SPO2) pada bayi RDS di ruang NICU RSUD Gunung Jati
Cirebon. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang berkaitan dengan
mobilisasi perubahan posisi pada bayi dikemukakan oleh Ozyurex (2012), dalam
penelitiannya diperoleh hasil bahwa dengan diberikan mobilisasi (prone, lateral,
head on bed) terhadap 31 pasien kritis, menunjukkan hasil yang signifikan
terhadap peningkatan saturasi oksigen/SPO2, Respiratory Rate/RR dan Heart
Rate/HR. Nilai peningkatan SPO2 mencapai 99% setelah dilakukan mobilisasi
dan 98% sebelum mobilisasi.

40
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, P. P. (2020). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Bayi Respiratory


Distress Syndrome Dengan Pola Napas Tidak Efektif Di Ruang Nicu
RSD Mangusada Tahun 2020 (Doctoral Dissertation, Poltekkes
Denpasar Jurusan Keperawatan).

Muflikhatun, Khanif. (2019). “Efektivitas High Flow Nasal Cannula Pada


Penderita Respiratory Distress Syndrome Neonatus Kurang Bulan Di
Rsd Dr. Soebandi Jember.

PPNI. (2016). Standar Diagnosi Keperawatan Indonesia: Definis dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi1. Jakarta: DPP PPNI
Supriatin, T. (2018). Perbandingan Efektivitas Posisi Prone Dengan Lateral
Terhadap Status Oksigenasi Pada Bayi Dengan Respiratory Distress
Syndrome (Rds) Di Ruang Nicu Rsud Gunung Jati. Jamc Idea's, 5(1).

Wijanarti, P. D. P. (2020). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Bayi


Respiratory Distress Syndrome (RDS) Dengan Gangguan Pertukaran
Gas Di Ruang Perinatologi RSUD Wangaya Tahun 2020 (Doctoral
Dissertation, Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan).

41

Anda mungkin juga menyukai