K DENGAN DIAGNOSA
MEDIS RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS) DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN PERTUKARAN GAS
DIRUANG MELATI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik Stase Keperawatan Anak
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Disusun Oleh :
Rizki Tri Mulyawati
NIM. 2021030070
Pembimbing,
i
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
A. PENGERTIAN...................................................................................1
B. ETIOLOGI..........................................................................................2
C. TANDA DAN GEJALA.....................................................................3
D. FOKUS PENGKAJIAN.....................................................................4
E. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY KEPERAWATAN................8
F. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL........................10
G. INTERVENSI KEPERAWATAN...................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................40
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
1. Pengertian RDS
1
oksigen dan karbondioksida antara alveoli paru-paru dan sistem
vaskular di dalam tubuh (Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2013).
B. ETIOLOGI
1. Etiologi RDS
2
2. Etiologi Gangguan Pertukaran Gas
a. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b. Perubahan membran alveolus-kapiler
3
2. Tanda dan Gejala Gangguan Pertukaran Gas
D. FOKUS PENGKAJIAN
4
alveoli yang berfungsi masih sedikit, defisiensi surfaktan, lumen sistem
pernapasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan napas, insufisiensi
klasifikasi dari tulang thoraks, lemah atau tidak adanya refleks dan
pembuluh darah paru yang immature. Hal tersebut dapat mengganggu
usaha bayi untuk bernafas dan mengakibatkan distress pernafasan. Dalam
melakukan pengkajian dasar, data dapat dikelompokan menjadi data
subjektif dan data objektif yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Data subjektif
Data subjektif adalah data yang menggambarkan hasil pengumpulan
data pasien melalui anamnesa atau wawancara. Hasil anamesa yang
berhubungan dengan bayi RDS dapat dikelompokan sebagai berikut:
1) Riwayat penyakit terdahulu (adanya riwayat penyakit seperti
hipertensi, DM, toksemia pada ibu).
2) Nutrisi ibu (malnutrisi, konsumsi kafein, penggunaan obat obatan,
merokok dan mengonsumsi alkohol).
3) Riwayat ibu :
a) Umur dibawah umur 16 tahun atau umur diatas umur 35 tahun
b) Latar belakang rendah
c) Rendahnya gizi
d) Konsultasi genetik yang pernah dilakukan
4) Riwayat persalinan :
a) Kehamilan kembar
b) Bedah Caesar.
c) Perdarahan antepartum.
d) Tidak adanya perawatan sebelum kelahiran
2. Data objektif
Data objektif adalah data yang menggambarkan hasil pemeriksaan
fisik, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan
dalam data fokus.
5
Pengkajian pada bayi RDS bertujuan untuk mengetahui fisiologis
dasar pada bayi RDS.
6
dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau persentasi
bokong, pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan
gerakan sinkron dari dada dan abdomen, dan perhatikan
adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok,
pernafasan cuping hidung (Maryunani, 2013)
2) Pengkajian kardiovaskuler pada bayi RDS Pengkajian sistem
kardiovaskuler dilakukan untuk mengukur tekanan darah,
menghitung denyut jantung, dan menilai pengisian kembali kapiler
pada bayi.
a) Tentukan frekuensi, irama jantung, dan tekanan darah
b) Auskultasi bunyi jantung, termasuk adanya mur-mur
c) Observasi warna kulit bayi seperti adanya sianosis, pucat, dan
ikterik pada bayi
d) Kaji warna kuku, membrane mukosa, dan bibir
e) Gambaran nadi perifer, pengisian kapiler (< 2-3 detik)
3) Pengkajian gastrointestinal pada bayi RDS
Pengkajian yang dapat dilakukan adalah mengecek refleks
mengisap dan menelan, menimbang berat badan bayi,
mendengarkan bising usus dan observasi pengeluaran mekonium
4) Pengkaian genitourinaria pada bayi RDS
Masalah pada sistem perkemihan yaitu ginjal bayi pada bayi RDS
tidak dapat mengekresikan hasil metabolisme dan obat obatan
dengan akurat, memekatkan urin, mempertahankan keseimbangan
cairan, asam basa dan elektrolit. Pengkajian dilakukan dengan cara
menghitung intake dan output.
5) Pengkajian neurologis – muskulusteletal pada bayi RDS
Pada bayi RDS sangat rentan terjadi injuri susunan saraf pusat.
Pengkajian yang dilakukan adalah observasi fleksi, ekstensi, reflex
hisap, tingkat respon, respon pupil, gerakan tubuh dan posisi bayi.
6) Pengkajian suhu pada bayi RDS
7
Banyak faktor yang menyebabkan suhu tidak stabil pada bayi RDS
terutama pada bayi BBLR salah satunya yaitu kurangnya lemak
subkutan pada bayi. Pengkajian suhu yang dapat dilakukan adalah
tentukan suhu kulit melalui aksila bayi, tentukan dengan suhu
lingkungan
7) Pengkajian kulit pada bayi RDS
Dalam pengkajian kulit bayi yang dikaji yaitu monitor adanya
perubahan warna kulit, area kulit yang kemerahan, tanda iritasi,
mengkaji tekstur atau turgor kulit bayi, ruam, lesi pada kulit bayi.
8) Pengkajian respon orang tua pada bayi RDS
Respon orangtua yang bayinya dengan RDS umunya merasa
sedih, cemas, dan takut kehilangan. Hal hal yang dapat dikaji
perawat adalah ekspresi wajah orangtua bayi dengan RDS,
mengkaji perilaku dan mekanisme pemecahan masalah yang
dilakukan orang tua bayi (Maryunani, 2013).
8
Riwayat asfiksia intrapartum, persalinan sectio caesarea,
prematuritas, penyakit herediter, dan asidosis meningkatkan risiko
terjadinya defisiensi surfaktan dan alveolus menjadi atelektasis.
Atelektasi yang progresif mengakibatkan ketidakseimbangan antara
perfusi dan ventilasi. Ketidakseimbangan ini dapat diperberat dengan
keadaan seperti takipnea transie, sfiksia neonatorum, hipotermia, dan
apnea yang menyebabkan kondisi tubuh menjadi hiperkarbia, hipoksia
dan asidosis. Kombinasi hiperkarbia, hipoksia dan asidosis dapat
menimbulkan vasokonstriksi arteri pulmonal. Penyempitan ini
menyebabkan alveolus tidak mendapatkan perfusi dengan baik,
sehingga metabolisme seluler yang makin memperberat defisiensi
produksi surfaktan (Holme et al, 2012)
Terdapat penyebab lain yang menyebabkan untuk gangguan
pernapasan pada bayi baru lahir diantaranya adalah kekurangan protein
surfaktan genetik. Defisiensi protein surfaktan genetik jarang terjadi.
Namun jika bayi cukup bulan menunjukkan gagal napas berat yang
tidak dapat dijelaskan penyebabnya maka kelainan genetik harus
dipertimbangkan (Holme et al, 2012)
9
2. Pathway
Faktor ibu, faktor
plasenta, faktor janin,
faktor persalinan
Sectio Caesarea
Peningkatan
Defisiensi surfaktan tegangan di
permukaan
Atelektasis
Kolaps dan tidak
mampu menahan sisa
Ketidakseimbangan udara fungsional pada
Ventilasi-Perfusi akhir ekspirasi
Penggunaan energi
yang maksimal untuk
bernafas
Refleks
mengshisap lemah
Risiko Defisit
Nutrisi
10
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
. SLKI SIKI Rasional
DX
1 Setelah dilakukan Dukungan Ventilasi
tindakan keperawatan (I.01002)
selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan masalah 1) Identifikasi 1) Mencegah
11
Defisit Nutrisi d.d (NGT) dengan lambung
Ketidakmampuan memeriksa residu
mencerna makanan lambung atau
dapat diatasi dengan mengauskultasi
kriteria hasil : hembusan udara
2) Memonitor
Fungsi 2) Monitor residu
karakteristik residu
Gastrointestinal lambung tiap 4-6
lambung)
(L.03019) jam selama 24
1) Jumlah dan jam pertama,
jenis residu kemudia tiap 8
cairan jam selama
lambung saat pemberian makan
diaspirasi via enteral 3) Memastikan pola
menurun 3) Monitor pola BAB normal
2) Jumlah feses buang air besar
sedang setiap 4-8 jam
3) Warna feses Terapeutik 1) Memastikan
membaik 1) Gunakan teknik makanan yang
bersih dalam masuk higienis
pemberian
makanan via
selang 2) Mempermudah
2) Tinggikan kepala makanan masuk
tempat tidur 30-
45 derajat selama
pemberian
3) Memonitor
makanan
karakteristik residu
3) Ukur residu
lambung
sebelum
4) Membersihkan
pemberian makan
selang dari
4) Irigasi selang
12
dengan 30 ml air makanan
setiap 4-6 jam
selama pemberian
makan dan setelah
pemberian makan
intermitten
13
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS NEONATUS
Nama Bayi : By. Ny. K
Tanggal Lahirr : 30 Januari 2022
Jenis : Laki-Laki / Perempuan
Ruang : Melati
Kelahiran : tunggal / kembar, hidup / mati
Tanggal MRS : 30 Januari 2022 Jam : 01.43
Tanggal Pengkajian : 31 Januari 2022 Jam : 17.00
Diagnosa Medis : Neonatus Aterm BBLC – RDS
14
Kebiasaan minum obat : ya/tidak
Alergi obat : ya/tidak
2. Riwayat Persalinan
By. Ny. K merupakan bayi dari G3P2A0, usia ibu 38 tahun dengan
Hipertensi kronis + Fetal Distress, usia kehamilan 37-38 minggu, jenis
persalinan sectio caesarea tanggal 30 Januari 2022 pukul 00:45 WIB,
ketuban pecah pada tanggal 30 Januari 2022 jam 00.44 cairan ketuban
jernih, bayi lahir dengan jenis kelamin laki-laki dengan berat 2700
gram
D. RIWAYAT KEPERAWATAN
1) Riwayat Keperawatan Sekarang
a. Keluhan utama
Respiratory Distress Syndrome (RDS)
b. Riwayat penyakit sekarang :
Bayi baru lahir dengan ibu G3P2A0 usia ibu 38 tahun dengan
Hipertensi Kronis + Fetal Distress, usia kehamilan 37-38 minggu,
jenis persalinan sectio caesarea tanggal 30 Januari 2022 pukul
00:45 WIB, ketuban pecah pada tanggal 30 Januari 2022 pukul
00.44 cairan ketuban jernih, bayi lahir dengan jenis kelamin laki-
laki dengan berat 2700 gram dan segera dipindahkan ke ruang
Melati dengan diagnosa medis RDS. Pada saat dilakukan
pengkajian pada tanggal 31 Januari 2022 pukul 17.00, pasien
tampak lemah, terpasang CPAP 50% PEEP 7 mmHg, terpasang
selang OGT No. 5, RR : 71 x/menit N : 147 x/menit SpO 2 87%,
terdapat retraksi dinding dada, terpasang syring pump D10% 8
ml/h, syringe pump asam amino 1,25 ml/h, sianosis hilang dengan
oksigen, saat diaspirasi residu tampak keruh, merintih (+).
2) Riwayat Keperawatan Sebelumnya
a. Riwayat Kesehatan yang lalu
By. Ny. K lahir dengan persalinan jenis Sectio Caesarea dengan
usia kehamilan 37-38 minggu dengan Hipertensi Kronis + Fetal
15
Distress, ketuban pecah pada tanggal 30 Januari 2022 pukul 00.44
cairan ketuban jernih, bayi lahir dengan jenis kelamin laki-laki
dengan berat 2700 gram.
b. Imunisasi
Imunisasi Hb0
3) Riwayat Keluarga
Genogram
4) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Tahap Pertumbuhan
a. Berat badan lahir : 2700 gram
Berat badan sekarang : 2560 gram
b. Lingkar Kepala : 33 cm
Lingkar Dada : 31 cm
Lingkar Abdomen : 35 cm
Lingkar lengan atas : 5 cm
Panjang Badan : 47 cm
Tahap Perkembangan
16
Tonic Neck (leher) : Ada ( ) Tidak ( )
Rooting (mencari) : Ada () Tidak ( )
Moro (kejut) : Ada () Tidak ( )
Babinsky : Ada () Tidak ( )
Gallant (punggung : Ada () Tidak ( )
Swallowing (menelan) : Ada ( ) Tidak ()
Plantar Grasping (telapak kaki) : Ada () Tidak ( )
Tonus/aktivitas
a. Aktif ( ) Tenang () Letargi( ) Kejang ( )
b. Menangis Keras ( ) Lemah () Melengking ( )
Kepala/leher
Mata
Bersih ( ) Sekresi ( )
Sklera : anikterik
THT
Wajah
Abdomen
17
b. Lingkar perut 35 cm
c. Liver : teraba ( ) kurang 2 cm lebih 2 cm ( )
Thorax
Paru-paru
Jantung
18
Ekstremitas
Umbilikus
Genital
Kulit
Kemerahan (rash) ( )
Lanugo ()
Suhu
a. Lingkungan
19
Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu ( )
Inkubator ( ) Suhu ruang ( ) Boks terbuka ()
b. Suhu kulit : 36,8°C
20
diberi O2
Udara
masuk
0 0
bilateral
baik
Penurunan
Air Entry ruangan
1
udara
masuk
Tidak ada
udara 2
masuk
Tidak
0
merintih
Dapat
didengar
1
dengan
stetoskop
Dapat
didengar
2 2
tanpa alat
bantu
Nilai Apgar
21
Jumlah skor 8 9 10
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium tanggal 30 Januari 2022
NILAI
PEMERIKSAAN KET HASIL SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 16.2 g/dL 15.2-23.6
Leukosit 13510 /mm3 9400-34000
Hematokrit 47 % 44-72
Eritrosit 4.53 106/uL 4.30-6.30
Trombosit 217000-
443000 /uL
497000
MCV 103.3 fL 98-122
MCH 35.8 pg/cell 33-41
MCHC 34.6 g/dL 31-35
RDW H 16.4 % 11.3-14.6
MPV L 9.3 fL 9.4-12.4
Hitung Jenis
Basofil 0.6 % 0-1
Eosinofil H 6.5 % 1-5
22
Batang 0.8 % 0-8
Segmen 28.6 % 17-60
Limfosit 53.6 % 20-70
Monosit 9.9 % 1-11
Neutrofil 29.4 % 17.0-60.0
Total Limfosit Count 7240
Neutrofil Limfost Ratio 0.55
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 65 Mg/dL <140
F. TERAPI
G. ANALISA DATA
Masalah
Data Klien Pathway Etiologi
Keperawatan
23
DS : - Gangguan Ketidakseimbangan
Hipertensi
DO : Kronis, Fetal
Pertukaran Gas Ventilasi-Perfusi
- RR : 71 x/menit distress
- SpO2 : 87%
Sectio
- Tampak sianosis Caesarea
- Tampak retraksi
dinding dada Defisiensi
surfaktan
- Tampak
pernapasan cuping
Atelektasis
hidung
- Terpasang CPAP Ketidakseimba
ngan perfusi-
50% ventilasi
- Tampak retraksi
interkostal dan Gangguan
pertukaran gas
sub-sternal
- Terdengar
merintih saat
inspirasi
24
DS : - Risiko Defisit Ketidakmampuan
Hipertensi,
DO : Fetal Distress Nutrisi mencerna makanan
- BBL : 2700
- BBS : 2560 Sectio
Caesarea
- Residu berwarna
keruh Defisiensi
- Terpasang OGT surfaktan
- Reflek hisap
lemah Peningkatan
tegangan di
permukaan
Kolaps dan
tidak mampu
menahan sisa
udara fungsional
pada akhir
ekspirasi
Difusi terganggu
Penggunaan
energi yang
maksimal untuk
bernafas
Refleks
mengshisap
lemah
Risiko Defisit
Nutrisi
25
1. Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan Ventilasi-Perfusi
d.d sianosis, napas cuping hidung, pola napas abnormal.
2. Risiko Defisit Nutrisi d.d Ketidakmampuan mencerna makanan
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
. SLKI SIKI Rasional
DX
1 Setelah dilakukan Dukungan Ventilasi
tindakan keperawatan (I.01002)
selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan masalah 1) Identifikasi 1) Mencegah
26
Defisit Nutrisi d.d (NGT) dengan lambung
Ketidakmampuan memeriksa residu
mencerna makanan lambung atau
dapat diatasi dengan mengauskultasi
kriteria hasil : hembusan udara
2) Memonitor
Fungsi 2) Monitor residu
karakteristik residu
Gastrointestinal lambung tiap 4-6
lambung)
(L.03019) jam selama 24
4) Jumlah dan jam pertama,
jenis residu kemudia tiap 8
cairan jam selama
lambung saat pemberian makan
diaspirasi via enteral 3) Memastikan pola
menurun 3) Monitor pola BAB normal
5) Jumlah feses buang air besar
sedang setiap 4-8 jam
6) Warna feses Terapeutik 5) Memastikan
membaik 5) Gunakan teknik makanan yang
bersih dalam masuk higienis
pemberian
makanan via
selang 6) Mempermudah
6) Tinggikan kepala makanan masuk
tempat tidur 30-
45 derajat selama
pemberian
7) Memonitor
makanan
karakteristik residu
7) Ukur residu
lambung
sebelum
8) Membersihkan
pemberian makan
selang dari
8) Irigasi selang
27
dengan 30 ml air makanan
setiap 4-6 jam
selama pemberian
makan dan
setelah pemberian
makan intermitten
J. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
28
interkostal dan sub-
sternal
- Terdengar merintih
saat inspirasi
31/01/2022 1 Memposisikan pasien DS : -
17.05 Memonitor kepatenan jalan DO :
napas - Jalan napas paten
31/01/2022 2 Memonitor BAB DS : -
19.30 DO :
- BAB (+)
- Mekonium
- Berat pampers 25
gram
01/02/2022 1 Melakukan tindakan DS : -
16.00 pemeriksaan tanda-tanda DO :
vital dan memonitor status - N : 128 x / menit
oksigenasi - RR : 69 x/menit
- SpO2 : 90%
- Suhu : 37,4°C
- Terpasang CPAP
50%
- PEEP 7 mmHg
- Tampak retraksi
dinding dada
- Tampak cuping
hidung
- Tampak retraksi
interkostal dan sub-
sternal
- Terdengar merintih
29
saat inspirasi
01/02/2022 2 Memonitor residu lambung DS : -
16.15 DO :
- Lendir jernih
- 1 cc
01/02/2022 2 Memberikan susu 5 cc DS :
16.20 melalui OGT DO :
- Telah masuk susu 5
cc
- Tidak muntah
01/02/2022 2 Memberikan irigasi D10% DS :
16.30 1 cc melalui OGT DO :
- Selang OGT tampak
jernih
- Tidak muntah
- Telah masuk irigasi
D10% 1 cc
01/02/2022 1,2 Memastikan terapi syringe DS : -
16.35 pump D10% 8 ml/h dan DO :
asam amino 1. 25 ml/h - Terapi syringe pump
berjalan lancar/tidak ada D10% 8 ml/h dan
oklusi asam amino 1.25
ml/h masuk secara
intravena
02/02/2022 1 Melakukan tindakan DS : -
07.00 pemeriksaan tanda-tanda DO :
vital dan memonitor status - N : 124 x / menit
oksigenasi - RR : 59 x/menit
- SpO2 : 93%
- Suhu : 37,1°C
- Terpasang CPAP
30
40%
- PEEP 7 mmHg
- Tampak retraksi
dinding dada
- Tampak cuping
hidung
- Tampak retraksi
interkostal dan sub-
sternal
- Terdengar merintih
saat inspirasi
02/02/2022 2 Memandikan pasien DS : -
08.00 Memonitor BAB DO :
Melakukan penimbangan - Pasien tampak lebih
BB bersih setelah
dimandikan
- BAB (-)
- BAB (+) 30 gram
- BBS : 2565 gram
02/02/2022 2 Memonitor residu lambung DS : -
09.00 Memberikan susu melalui DO :
OGT - Lendir jernih
- 5 cc
- Telah masuk susu 20
cc
- Tidak muntah
31
- Tidak muntah
- Telah masuk irigasi
D10% 1 cc
K. EVALUASI KEPERAWATAN
NO
. HARI/TANGGAL/JAM EVALUASI
DX
1 Senin, 31 Januari 2022 S:-
21.00 O:
- RR : 69 x/menit
- SpO2 : 89%
- Tampak sianosis
- Tampak retraksi dinding dada
- Tampak pernapasan cuping hidung
- Terpasang CPAP 50%
- Tampak retraksi interkostal dan sub-sternal
- Terdengar merintih saat inspirasi
A : Masalah keperawatan Gangguan Pertukaran Gas
b.d Ketidakseimbangan Ventilasi-Perfusi belum
teratasi
Pertukaran Gas (L.01003)
1) Napas cuping hidung meningkat
2) Sianosis sedang
3) Warna kulit sedang
P : Lanjutkan intervensi
Dukungan Ventilasi (I.01002)
Observasi
1) Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
napas
32
2) Monitor status respirasi dan oksigen
Terapeutik
1) Pertahankan kepatenan jalan napas
2) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
2 Senin, 31 Januari 2022 S:-
21.00 O:
- BBL : 2700
- BBS : 2560
- Residu berwarna keruh 5 cc
- Terpasang OGT
- Jumlah feses 25 gram
- Warna feses hitam (mekonium)
A : Masalah keperawatan Risiko Defisit Nutrisi d.d
ketidakmmpuan mencerna makanan belum teratasi
Fungsi Gastrointestinal (L.03019)
1) Jumlah dan jenis residu cairan lambung saat
diaspirasi cukup meningkat
2) Jumlah feses menurun
3) Warna feses menurun
P : Lanjutkan intervensi
Pemberian Makanan Enteral (I.03126)
Observasi
1) Periksa posisi nasogastrictube (NGT)
dengan memeriksa residu lambung atau
mengauskultasi hembusan udara
2) Monitor residu lambung tiap 4-6 jam selama
24 jam pertama, kemudia tiap 8 jam selama
pemberian makan via enteral
3) Monitor pola buang air besar setiap 4-8 jam
Terapeutik
1) Gunakan teknik bersih dalam pemberian
33
makanan via selang
2) Tinggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat
selama pemberian makanan
3) Ukur residu sebelum pemberian makan
4) Irigasi selang dengan 30 ml air setiap 4-6
jam selama pemberian makan dan setelah
pemberian makan intermitten
1 Selasa, 01 Februari 2022 S:-
21.00 O:
- RR : 67 x/menit
- SpO2 : 91%
- Tampak sianosis hilang setelah diberikan
oksigen
- Tampak retraksi dinding dada
- Tampak pernapasan cuping hidung
- Terpasang CPAP 50%
- Tampak retraksi interkostal dan sub-sternal
- Terdengar merintih saat inspirasi
A : Masalah keperawatan Gangguan Pertukaran Gas
b.d Ketidakseimbangan Ventilasi-Perfusi belum
teratasi
Pertukaran Gas (L.01003)
1) Napas cuping hidung sedang
2) Sianosis membaik
3) Warna kulit membaik
P : Lanjutkan intervensi
Dukungan Ventilasi (I.01002)
Observasi
3) Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
napas
4) Monitor status respirasi dan oksigen
34
Terapeutik
3) Pertahankan kepatenan jalan napas
4) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
2 Selasa, 01 Februari 2022 S:-
21.00 O:
- BBL : 2700
- BBS : 2560
- Residu berwarna jernih lendir 1 cc
- Terpasang OGT
- Jumlah feses 30 gram
- Warna feses hitam (mekonium)
A : Masalah keperawatan Risiko Defisit Nutrisi d.d
ketidakmmpuan mencerna makanan belum teratasi
Fungsi Gastrointestinal (L.03019)
1) Jumlah dan jenis residu cairan lambung saat
diaspirasi cukup menurun
2) Jumlah feses sedang
3) Warna feses cukup menurun
P : Lanjutkan intervensi
Pemberian Makanan Enteral (I.03126)
Observasi
1) Periksa posisi nasogastrictube (NGT)
dengan memeriksa residu lambung atau
mengauskultasi hembusan udara
2) Monitor residu lambung tiap 4-6 jam selama
24 jam pertama, kemudia tiap 8 jam selama
pemberian makan via enteral
3) Monitor pola buang air besar setiap 4-8 jam
Terapeutik
1) Gunakan teknik bersih dalam pemberian
makanan via selang
35
2) Tinggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat
selama pemberian makanan
3) Ukur residu sebelum pemberian makan
4) Irigasi selang dengan 30 ml air setiap 4-6
jam selama pemberian makan dan setelah
pemberian makan intermitten
1 Rabu, 02 Februari 2022 S:-
14.00 O:
- RR : 65 x/menit
- SpO2 : 93%
- Tampak sianosis hilang setelah diberikan
oksigen
- Tampak retraksi dinding dada berkurang
- Tampak pernapasan cuping hidung
berkurang
- Terpasang CPAP 40%
- Tampak retraksi interkostal dan sub-sternal
- Terdengar merintih saat inspirasi
A : Masalah keperawatan Gangguan Pertukaran Gas
b.d Ketidakseimbangan Ventilasi-Perfusi belum
teratasi
Pertukaran Gas (L.01003)
1) Napas cuping hidung cukup
menurun
2) Sianosis membaik
3) Warna kulit membaik
P : Lanjutkan intervensi
Dukungan Ventilasi (I.01002)
Observasi
1) Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
napas
36
2) Monitor status respirasi dan oksigen
Terapeutik
1) Pertahankan kepatenan jalan napas
2) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
2 Rabu, 02 Februari 2022 S:-
14.00 O:
- BBL : 2700
- BBS : 2565
- Residu berwarna jernih lendir 1 cc
- Terpasang OGT
- Jumlah feses 75 gram
- Warna feses kuning
A : Masalah keperawatan Risiko Defisit Nutrisi d.d
ketidakmmpuan mencerna makanan belum teratasi
Fungsi Gastrointestinal (L.03019)
1) Jumlah dan jenis residu cairan lambung saat
diaspirasi cukup menurun
2) Jumlah feses meningkat
3) Warna feses cukup meningkat
P : Lanjutkan intervensi
Pemberian Makanan Enteral (I.03126)
Observasi
1) Periksa posisi nasogastrictube (NGT)
dengan memeriksa residu lambung atau
mengauskultasi hembusan udara
2) Monitor residu lambung tiap 4-6 jam selama
24 jam pertama, kemudia tiap 8 jam selama
pemberian makan via enteral
3) Monitor pola buang air besar setiap 4-8 jam
Terapeutik
1) Gunakan teknik bersih dalam pemberian
37
makanan via selang
2) Tinggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat
selama pemberian makanan
3) Ukur residu sebelum pemberian makan
4) Irigasi selang dengan 30 ml air setiap 4-6
jam selama pemberian makan dan setelah
pemberian makan intermitten
38
BAB III
PEMBAHASAN
Posisi lateral yaitu posisi berbaring pada salah satu sisi bagian tubuh
dengan kepala menoleh ke samping yang bertujuan untuk memberikan rasa
nyaman, mempertahankan body aligment (Kusyati dalam Titin, 2018). Posisi
lateral kiri dapat meningkatkan ventilasi dimana anatomi jantung berada pada
sebelah kiri di antara bagian atas dan bawah paru membuat tekanan paru
meningkat, tekanan arteri di apex lebih rendah dari pada bagian basal paru.
39
Tekanan arteri yang rendah menyebabkan penurunan aliran darah pada kapiler di
bagian apex, sementara kapiler di bagian basal mengalami distensi dan aliran
darahnya bertambah. Efek gravitasi mempengaruhi ventilasi dan aliran darah
dimana aliran darah dan udara meningkat pada bagian basal paru Pada posisi ini
aliran darah ke paru bagian bawah menerima 60-65 % dari total aliran darah ke
paru.
40
DAFTAR PUSTAKA
41