Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN RESPIRATORY DISTRESS NEWBORN ( RDN )

DIRUANGAN NICU RSUP Dr.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Disusun Dalam Rangka

Memenuhi Tugas StaseAnak

DIANA

A1C121031

CI LAHAN CI INSTITUSI

(..................................) (..................................)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

2022
BAB 1
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Respiratory Distress of the Newborn (RDN)Adalah gangguan pernafasan yang
sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada,
sianosis pada udara kamar yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan
dengan x-ray thorak yang spesifik, sekitar 60% bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu
mengalami RDS.
Sindroma gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit
yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. (Hidayat.2011)
RDS bila didapatkan sesak nafas berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat
(tachypnea ), sianosis yang menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya
pengembangan paru,adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan
adanya atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline
membran pada saat otopsi. Petty dan Asbaugh (2010),
B. Etiologi
Penyebab utama terjadinya RDN yaitu:
1. Premature (Usia gestasi dibawah 32 minggu)
2. Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
3. Adanya kelainan di dalam dan di luar paru
4. Bayi prematur atau kurang bulan
5. Maternal diabetes,
6. Bayi prematur yang lahir dengan operasi caesar
7. Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka.
8. Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam 
proteinaceous filtrat serum (saringan serum protein), di fagosit oleh makrofag.
C. Patofisiologi
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat
yang disebut surfaktan.Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas
disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan
mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein
(10%).Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak
terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps
paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2
dan asidosis. Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :Oksigenasi jaringan
menurun>metabolisme anerobik dengan penimbunan asam laktat asam organic>asidosis
metabolic.
Atelektasis → hipoksemia →asidosis → transudasi → penurunan aliran darah paru →
hambatan pembentukan zat surfaktan → atelekstasis.Hal ini berlangsung terus sampai
terjadi penyembuhan atau kematian.
 RDS merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada bayi prematur,
biasanya setelah 3 – 5 hari. Prognosanya buruk jika support ventilasi lama diperlukan,
kematian bisa terjadi setelah 3 hari penanganan
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul dari RDN adalah:
1. Pernapasan cepat
2. Pernapasan terlihat parodaks
3. Cuping hidung
4. Apnea
5. Murmur
6. Sianosis pusat
E. Komplikasi
1. Penumpukan udara pada kantung disekitar jantung dan paru-paru
2. Kebutaan
3. Pengumpalan darah
4. Pendarahan pada otak atau paru-paru
5. Gangguan pernapasan
6. Kerusakan paru-paru
7. Infeksi darah
8. Gagal ginjal
F. Pemeriksaan  Penunjang / Diagnostik
1. Seri rontqen dada, untuk  melihat  densitas  atelektasis dan elevasi diaphragma dengan  
overdistensi duktus alveolar.
2. Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
3. Data laboratorium
4. Profil paru,
a. Untuk  menentukan  maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk janin yang
mempunyai predisposisi RDS) Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih
mengindikasikan maturitas paru Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35
minggu Tingkat phosphatydylinosito
b. Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg,
saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 – 7,45
c. Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar
yang rusak.

G. Penatalaksanaan    
Menurut Surasmi, (2009) tindakan untuk mengatasi masalah meliputi :
1. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
2. Mempertahankan keseimbangan asam basa.
3. Mempertahankan suhu lingkungan
4. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5. Mencegah hipotermia.
6. Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
 Penatalaksanaan secara umum :
1. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila
bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %
2. Pantau selalu tanda vital
3. Jaga kepatenan jalan nafas
4. Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal) Jika bayi mengalami apneu
5. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
6. Bila terjadi kejang segera periksa kadar gula darah
7. Pemberian nutrisi adekuat
 Penatalaksanaan medis:
a. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
b. Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran paru
c. Fenobarbital
d. Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
e. Metilksantin (teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian
dari pemakaian ventilasi mekanik.
BAB II.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa :
a. Data Demografi
 Nama
 Usia : bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu.
 Jenis Kelamin
 Suku / Bangsa
 Alamat
a. Keluhan Utama :
Pasien dengan RDS didapatkan keluhan seperti sesak, mengorok ekspiratori,
pernapasan cuping hidung, lemah, lesu, apneu, tidak responsive, penurunan bunyi
napas.
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada pasien RDS, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, dispnea,
sianosis, bradikardi, hipotensi, hipotermi, tonus otot menurun, edema terutama di
daerah dorsal tangan atau kaki, retraksi supersternal/ epigastrik/ intercosta, grunting
expirasi. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang
telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Perlu ditanyakan apakah pasien mengalami prematuritas dengan paru-paru yang
imatur (gestasi dibawah 32 minggu), gangguan surfactan, lahir premature dengan
operasi Caesar serta penurunan suplay oksigen saat janin saat kelahiran pada bayi
matur atau premature, atelektasis, diabetes mellitus, hipoksia, asidosis
d. Riwayat Maternal
Meliputi riwayat menderita penyakit seperti diabetes mellitus, kondisi seperti
perdarahan placenta, placenta previa, tipe dan lama persalinan, stress fetal atau 
intrapartus, dan  makrosomnia (bayi dengan ukuran besar akibat ibu yang memiliki
riwayat sebagai perokok, dan  pengkonsumsi minuman keras serta tidak
memperhatikan gizi yang baik bagi janin).
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang terkena penyakit -penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab kelahiran premature / Caesar sehingga menimbulakan
membrane hyialin disease.
f. Riwayat psikososial
Meliputi perasaan keluarga pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku keluarga pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap bayinya.
g. Status Infant saat Lahir
 Prematur, umur kehamilan
 Apgar score, apakah terjadi aspiksia
Apgar score adalah : Suatu ukuran yang dipakai untuk mengevaluasi keadaan
umum bayi baru lahir.
 Bayi premature yang lahir melalui operasi Caesar
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takhipneu (> 60 kali/menit),
pernafasan mendengkur, retraksi subkostal/interkostal, pernafasan cuping hidung,
sianosis dan pucat, hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit bernafas dan
sentakan dagu. Pada awalnya suara nafas mungkin normal kemudian dengan
menurunnya pertukaran udara, nafas menjadi parau dan pernapasan dalam.
Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan pernafasan dapat
dilihat dari penilaian fungsi respirasi dan penilaian fungsi kardiovaskuler. Penilaian
fungsi respirasi meliputi:
a. Frekuensi nafas
Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada bayi. Takhipneu
tanpa tanda lain berupa distress pernafasan merupakan usaha kompensasi terhadap
terjadinya asidosis metabolik seperti pada syok, diare, dehidrasi, ketoasidosis,
diabetikum, keracunan salisilat, dan insufisiensi ginjal kronik. Frekuensi nafas yang
sangat lambat dan ireguler sering terjadi pada hipotermi, kelelahan dan depresi SSP
yang merupakan tanda memburuknya keadaan klinik.
b. Mekanika usaha pernafasan
Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping hidung, retraksi
dinding dada, yang sering dijumpai pada obtruksi jalan nafas dan penyakit alveolar.
Anggukan kepala ke atas, merintih, stridor dan ekspansi memanjang menandakan
terjadi gangguan mekanik usaha pernafasan.
c. Warna kulit/membran mukosa
Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh terlihat berbercak
(mottled), tangan dan kaki terlihat kelabu, pucat dan teraba dingin.
d. Kardiovaskuler
 Frekuensi jantung dan tekanan darahAdanya sinus tachikardi merupakan respon
umum adanya stress, ansietas, nyeri, demam, hiperkapnia, dan atau kelainan
fungsi jantung
 Kualitas nadi Pemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk mengetahui volume
dan aliran sirkulasi perifer nadi yang tidak adekwat dan tidak teraba pada satu sisi
menandakan berkurangnya aliran darah atau tersumbatnya aliran darah pada
daerah tersebut. Perfusi kulit kulit yang memburuk dapat dilihat dengan adanya
bercak, pucat dan sianosis.
e. Pemeriksaan pada pengisian kapiler dapat dilakukan dengan cara:
 Nail Bed Pressure ( tekan pada kuku)
 Blancing Skin Test, caranya yaitu dengan meninggikan sedikit ekstremitas
dibandingkan jantung kemudian tekan telapak tangan atau kaki tersebut selama 5
detik, biasanya tampak kepucatan. Selanjutnya tekanan dilepaskan pucat akan
menghilang 2-3 detik
 Perfusi pada otak dan respirasiGangguan fungsi serebral awalnya adalah gaduh
gelisah diselingi agitasi dan letargi. Pada iskemia otak mendadak selain terjadi
penurunan kesadaran juga terjadi kelemahan otot, kejang dan dilatasi pupil.
3. ADL (Activity daily life)
a. Nutrisi :
Bayi dapat kekeurangan cairan sebagai akibat  bayi belum minum atau menghisap
b. Istirahat tidur
Kebutuhan istirahat terganggu karena adanya sesak nafas ataupun kebutulan nyaman
tergangu akibat tindakan medis
c. Eliminasi  
Penurunan pengeluaran urine 
4. Pemeriksaan penunjang
a. Foto rontgen thorak
 Pola retikulo granular difus bersama bromkogram udara yang saling tumpang
tindih
 Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat, inflasi paru buruk.
 Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkepa (bayi dari ; ibu
diabetes, hipoksia, gagal jantung kongestif)
 Bayangan timus yang besar
 Bergranul merata pada bronkogram udara, yang menandakan penyakit berat jika
terdapat pada beberapa jam pertama.
b. Pemeriksa darah
 Asidosis metabolik
 PH menurun (N : PH 7,35- 7,45)
 Penurunan  Bicarbonat (N : 22-26 meg/L)
 PaCO2 Normal (N : 35-45 mmHg)
 Peningkatan serum K
 Asidosis respiratorik
 PH menurun   (N : PH 7,35-7,45)
 Peningkatan PaCO2 (N : 35-45 mmHg)
 Penurunan PaO2 (N : 80-100 mmHg)
 Imatur lecithin / sphingomylin (L/S)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola Napas tidak Efektif b.d Hambatan Upaya Napas
2. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan
3. Hipertermia b.d proses penyakit
4. Resiko infeksi

INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi

Keperawatan

1 Pola Napas tidak Efektif Pola napas Intervensi utama Manajemen


b.d Hambatan Upaya Tujuan jalan napas
Napas Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan - Monitor pola napas
selama 3x24 jam
(frekuensi kedalaman
diharapakan
usaha napas)
Kriteria hasil: - Monitor bunyi npas
- Dispenea menurun
tambahan (mis.
(5)
Gurgling, mangi,
- Penggunaan otot
wheezing, rongki
bantu napas
kering)
menurun (5)
- Monitor sputum (jumlah
- Frekuensi napas
warna aroma)
membaik (5)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan
jalan napas
- Posisikan semi-fowler
atau fowler
- Berikan minum air
hangat
- Berikan oksigen,jika
perlu
Edukasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
brongkodilator,
ekspektoran, mukolitik
2 Defisit nutrisi b.d Defisit nutrisi tujuan: Intervensi utama
kurangnya asupan
Setelah dilakukan
makanan Manajemen nutrisi (I.03119 )
Tindakan keperawatan
selama 3x24 Jam di Observasi
harapkan deficit nutrisi
 Identifikasi status nutrisi
membaik
 Monitor asupan makanan
Kriteria Hasil:
 Monitor berat badan

1.Porsi makanan Terapeutik


 Lakukan oral hygiene
membaik
sebelum makan, jika perlu
2.Serum albumin  Berikan makanan tinggi
mambaik
kalori dan tinggi protein
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu

3 Hipertermia Luaran utama Intervensi utama


Termoregulasi Manajemen hipertermia
Tujuann Observasi
Setelah dilakukan - Identifikasi penyebab
tindakan keperawatan
hipertermia (mis.
selama 3x8 jam
diharapakan Dehidrasi, terpapar
Termoregulasi membaik
lingkungan
Kriteria Hasil:
- Menggigil panas,pengunaan
menurun (5) incubator)
- Suhu tubuh - Monitor suhu tubuh
membaik (5) - Monitor kadar elektrolit
- Suhu kulit - Monitor haluaran urine
membaik - Monitor komplikasi
akibat hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
yang dinggin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosisi
(keringat berlebihan)
- Lakukan pendinginan
eksternal (mis.selimut
hipotermia atau kompres
dingin dahi,leher,
dada,abdomen, aksila)
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaboras pemeberian
cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu

4 Risiko infeksi Luaran utama Intervensi utama


Pencegahan infeksi
Tingkat infeksi
Observasi
Tujuan:
- monitor tanda dan gejala
Setelah diberikan
asuhan keperawatan infeksi local dan sistemik
selama 3x8 jam Terapeutik
diharapkan resiko - batasi jumlah pengunjung
infeksi menurun dengan
- berikan perawatan kulit
Kriteria Hasil : pada edema
1. Kebersihan tanggan - cuci tangan sebelum dan
meningkat (5) sesudah kontak dengan
2. Demam menurun (5) pasien dan lingkungan
3. Kemerahan menurun pasien
4. Bengkak menurun - pertahankan tekhnik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi
- lakukan perawatan
kateter /hari
Edukasi

- jelaskan tanda dan gejala


infeksi
- ajarkan mencuci tangan
dengan benar
- ajarkan cara memeriksa
kondisi luka post operasi
- anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
obat antibiotic

D. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan lain-lain.

E. EVALUASI

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan keberhasilan daridiagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan
implementasinya. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respons klien terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan mengakhiri
rencana asuhan keperawatan, memodifikasi rencana asuhan
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat. 2011. Pengantar Ilmu Keperawatan Bayi. Jakarta : Salemba Medika


Medical Record Rumah Sakit Muhammadiyah. 2014.
Wilkinsom dkk. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawata. Jakarta : EGC
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik . Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai