ASUHAN KEPERAWATAN
IRDS ( IDIOPATHIC RESPIRATORY DISTRESS
SYNDROME )
Disusun Oleh :
ISMI NIKMATUL SITA
( 1411020 )
AYLA EFYUWINTA
( 1411016 )
LANDAY ARSELANG
( 1411023 )
FINSA BAYU
( 1411019 )
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN IRDS ( Idiopathic Respiratory
Distress Syndrome. Dalam penyusunan makalah ini, tidak akan selesai tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
sangat mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun. Penulis juga mengharapkan
makalah ini bermanfaat, khususnya bagi para pembacanya.
Penulis
BAB I
2
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Gangguan pernafasan sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor penyebab mortalitas
dan morbiditas yang tinggi pada masa neonatus. Hal ini disebabkan kompleksnya faktor etiologi
serta pada beberapa penyakit tertentu terdapat keterbatasan dalam penatalaksanaan penderita.
Pada gejala dispnea dan sianosis yang disertai dengan meningkatnya frekuensi nafas (lebih dari
60x/ menit). Disamping itu pula bayi memperlihatkan adanya retraksi otot pernapasan dan
expiratory grunting.
Kelompok gejala ini sulit dibedakan dengan penyakit lain pada masa neonatus. Beberapa
kelainan cardiovaskuler, kelainan bawaan, kelainan umum di luar saluran napas sering
memperlihatkan gejala yang sama, maka dalam menghadapi bayi perlu dipertimbangkan
kemungkinan penyakit sindrom membran hialin, aspirasi mekonium, pneumonia aspirasi dll.
Penatalaksanaan penderita gangguan pernapasan sangat tergantung dari penyebab gangguan tadi,
maka sebelum etiologi diketahui secara pasti, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah
mengusahakan agar fungsi pernafasan dapat berlangsung dengan optimal.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a) Mampu memahami dan mengerti tentang Asuhan Keperawatan pada bayi dengan
gangguan sistem pernafasan IRDS (Idiopatic Respiratory Distress Syndrome.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu memahami dan mengerti faktor predisposisi yang dapat mengakibatkan IRDS.
b) Mampu memahami dan mengerti cara pengkajian pada bayi dengan IRDS
c) Mampu memahami dan mengerti masalah-masalah yang terjadi pada IRDS dan beserta
tindakannya.
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan study pustaka yang diambil dari beberapa
sumber.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini :
Bab I
Pendahulua
Bab II
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
IDIOPATHIC RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (IRDS)
A. DEFINISI
IRDS (Idiopathic Respiratory Distress Syndrom) adalah gangguan pernafasan yang
sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipneu lebih 60x/menit, retraksi dada
sianosis pada udara kamar, yang menetap/memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray
thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya
infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA.
Sindrom gawat napas idiopatik (Idiopathic Respiratory Distress Syndrom) disebut juga
penyakit membran hialia, merupakan perkembangan yang imatur pada sistem pernapasan atau
tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.
RDS merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada bayi prematur, biasanya
setelah 3 5 hari. Prognosanya buruk jika support ventilasi lama diperlukan, kematian bisa
terjadi setelah 3 hari penanganan.
B. ETIOLOGI
Prematuritas dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu) dan tidak adanya,
C. PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang mempermudahkan terjadinya Respiratory Distress Syndrome pada bayi
prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang
sempurna karena dinding thorak masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan
surfakatan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut
menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance)
menurun 25% dari normal, pernapasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan
terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui
bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein, lipoprotein ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang
Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti
hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang.
Secara histology, adanya Atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal menyebabkan
Odem intestisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan dequamasi dari epithel sel
alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi
surfakatan ini. dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan
toksisitas oksigen, menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan nafas bagian
distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline
yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik
5
dan surfakatan mulai dibentuk pada 36-72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah
komplek, pada bayi yang immature dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan
dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchpulmonal Displasia (BPD).
Gambaran radiologi tampak adanya retikogranular karena atelektasis, dan air bronchogram.
Gejala klinis yang progesif dari Resirasi Dystress Syndroma adalah : Takipnea diatas 60x/menit,
Grunting ekspirator, subcostal dan interkostal retrakasi, Cyanosis, Nasal faring.
Pada Bayi ektremely premature (berat badan lahir sangat rendah) mungkin dapat berlanjut
apnea, dan atau hipotermi. Pada Respirasi Dystress Syndroma yang tanpa komplikasi maka
surfaktan akan tampak kembali dalam paru pada umur 36-48 jam. Gejala dapat memburuk secara
bertahap pada 24-36 jam pertama. selainjutnya bila kondisi stabil dalam 24 jam maka akan
membaik dalam 60-72 jam. Dan sembuh pada akhir minggu pertama.
D. MANIFESTASI KLINIS
Dispnea
Sianosis
gejala karakteristik mulai terlihat pada umur 24-72 jam. Bila keadaan membaik, gejala akan
menghilang pada minggu pertama
E. KOMPLIKASI
Sianosis
Hipotensi sistemik
Hipoksemia
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI
DENGAN IRDS
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Identitas/biodata Bayi
Nama
Jenis kelamin
Apgar skore
BB
TB
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat Rumah
:
7
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Ibu
Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan ibu ditemukan bahwa usia kehamilan atau masa gestasi 30-36
minggu.
Riwayat persalinan
Adanya partus lama, ketuban pecah dini, perdarahan pada waktu persalinan,
kelahiran kembar.
b. Riwayat bayi
Pada bayi mungkin didapatkan adanya Apgar-Score rendah dan bayi lahir
prematur/BBLR.
3.
Pemeriksaan Fisik
Cardiovaskuler
Nadi lemah atau bradikardi dan bayi terlihat sianosis.
Respiratory
Frekuensi nafas cepat > 60 kali/menit dan pada inspirasi terlihat adanya retraksi otot
pernafasan dan terdapat dispnoe.
Aktivitas
Bayi tampak lemah dan gelisah
Menangis
Bayi tampak merintih pada waktu ekspirasi.
Warna kulit
Warna kulit terlihat kebiruan atau sianosis.
Refleks
Refleks menelan dan menghisap belum sempurna.
Tanda-tanda vital :
1.
Nadi
= Bradikardia
8
2.
RR
= cepat
3.
Suhu
= hipotermi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan imatur paru dan dinding dada atau
intubasi trakea yang kurang tepat dan adanya secret pada jalan nafas
Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan ketidaksamaan nafas bayi dan ventilator,
Kaji infant yang beresiko mengalami RDS yaitu : Riwayat ibu dengan diabetes mellitus
atau perdarahan placenta, Prematuritas bayi, Hipoksia janin, Kelahiran melalui operasi
Caesar. Pengkajian diperlukan untuk menentukan intervensi secepatnya bila bayi
menunjukkan adanya tanda disstres nafas dan terutama untuk memperbaiki prognosa
Kaji perubahan status pernafasan termasuk : Takipnea (pernafasan diatas 60 x per menit,
mungkin 80 100 x), Nafas grunting, Nasal flaring, Retraksi intercostal, suprasternal
atau substernal dengan penggunaan otot bantu nafas, Cyanosis, Episode apnea,
penurunan
suara
nafas
9
dan
adanya
crakles.
Suara ini merupakan suara keran penutupan glotis untuk menghentikan ekhalasi udara
dengan menekan pita suara. Merupakan keadaan untuk menurunkan resistensi dari
respirasi dengan membuka lebar jalan nafas. Retraksi mengindikasikan ekspansi paru
yang tidak adekuat selama inspirasi. Cyanosis terjadi sebagai tanda lanjut dengan PO2
dibawah 40 mmHg. Episode apneu dan penurunan suara nafas menandakan distress nafas
semakin berat
Kaji tanda yang terkait dengan RDS. Pallor dan pitting edema pada tangan dan kaki
selama 24 jam. Kelemahan otot denyut jantung dibawah 100 x per menit pada stadium
lanjut. Nilai AGD dengan PO2 dibawah 40 mmHg, pco2 diatas 65 mmHg, dan pH
dibawah 7,15. Tanda ini terjadi karena vasokontriksi perifer dan penurunan permeabilitas
vaskuler. Tanda ini terjadi karena ekshaution yang disebabkan kehilangan energi selama
kesulitan nafas. - Tanda ini mengindikasikan acidosis respiratory dan acidosis metabolik
Berikan kehangatan dan oksigen sesuai dengan sebab oksigen yang dihangatkan 31,7C
33,9C, Humidifikasi 40% - 60%, Beri CPAP positif, Beri PEEP positif untuk mencegah
terjadinya hipotermia dan memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
saat ventilasi
Tempatkan bayi pada lingkungan dengan suhu normal serta monitor temperatur aksila
setiap jam Lingkungan dengan suhu netral akan menurunkan kebutuhan oksigen dan
penyembuhan
Observasi perubahan warna kulit, pergerakan dan aktivitas Karena perubahan warna
kulit, pergerakan dan aktivitas mengindikasikan peningkatan metabolisme oksigen dan
10
glukosa. Informasi yang penting lainnya adalah perubahan kebutuhan cairan, kalori dan
infusion
pump.
Untuk mencegah kelebihan atau kekurangan cairan. Kelebihan cairan dapat menjadi keadaan
fatal.
11
Monitor intake cairan dan output dengan cara : Timbang berat badan bayi setiap 8 jam.
Timbang popok bayi untuk menentukan urine output. Tentukan jumlah BAB. Monitor jumlah
asupan cairan infus setiap hari, catatan intake dan output cairan penting untuk menentukan
ketidakseimbangan cairan sebagai dasar untuk penggantian cairan.
Lakukan pemeriksaan sodium dan potassium setiap
12
atau
24
jam.
efektif.
Bantu orangtua mengungkapkan perasaannya secara verbal tentang kondisi sakit anaknya,
perawatan yang lama pada unit intensive, prosedur dan pengobatan infant membuat orang tua
bebas mengekpresikan perasaannya sehingga membantu menjalin rasa saling percaya, serta
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrome Gawat Nafas Pada Neonatus (IRDS/Idiopatic Respiratory Distress
Syndrome) adalah sekumpulan gejala yang terdiri dari dispnea dengan frekwensi
pernafasan lebih sari 60 x/menit, sianosis, expitratori grunting dan retraksi didaerah
epigastrium, interkostal pada saat inspirasi.
Tanda dan gejala : dispnea (frekwensi nafas >60 x/menit), sianosis, retraksi
didaerah epigastrium, supra sterna, interkostal psda saat insfirasi dan pada expirasi bayi
merintih (grunting ).
Kelompok gejala ini sulit di bedakan dengan penyakit pada saat neonatus.
beberapa kelainan cardiovaskuler, kelainan bawaan, kelainan umum dilluar saluran nafas,
sering memperlihatkan gejala yang sama, karena kurang spesifiknya gejala tersebut maka
dalam menghadapi bayi yang mengalami gagal nafas perlu diperhatikan dignosa
deferensialnya yaitu : penyakit membran hialin, aspirasi mekonium, syndrom wilson
mikity, displasia broncho pulmonar, perdarahan paru, pneumothoraks, empisema
interstitial paru dan hernia diafragma.
DAFTAR PUSTAKA
13
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Soemantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Merdeka. Jakarta.
14