Anda di halaman 1dari 12

KONSEP KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

OLEH: ERNI SETIYORINI,S.Kep.,Ns

PENDAHULUAN
Istirahat tidur yang sesuai sangatlah penting untuk menjaga kesehatan
sebagaimana pentingnya nutrisi, oksigen dan olahraga bagi tubuh. Hal ini
didukung oleh penelitian yang menyatakan bahwa orang yang tidur selama 6,5
sampai 7,5 jam dalam sehari akan memiliki hidup yang lebih panjang dari pada
yang tidurnya hanya memakan waktu kurang dari 6,5 jam atau lebih dari 8 jam
perhari. Ada juga studi yang menunjukkan bahwa setelah kita bangun dari tidur
yang cukup, otak kita kembali berfungsi dengan sangat baik. Pencapaian
persetujuan, pengertian /pemahaman segala jenis masalah biasanya dapat
diselesaikan dengan sukses apabila dilakukan pada pagi hari dibanding pada di
waktu malam hari. Pertumbuhan hormon penting untuk meningkatkan kualitas,
ukuran dan efisiensi otak, juga meningkatkan pengangkutan asam amino dari
darah ke otak, yang memungkinkan sel syaraf untuk dapat memiliki
pengetahuan yang permanen dan berguna. Kebanyakan dari pertumbuhan
hormon diproduksi pada saat kita tidur dengan tenang (tanpa beban).
Salah satu teori fungsi tidur menurut Evans&French tahun 1995 adalah
berhubungan dengan penyembuhan (Potter&Perry, 2006). Memperoleh kualitas
tidur terbaik adalah penting untuk peningkatan kesehatan yang baik dan
pemulihan individu yang sakit. Dalam pengkajian keperawatan pada klien pada
saat hospitalisasi adalah adanya keluhan kesulitan tidur, sementara untuk
penyembuhan klien membutuhkan istirahat yang cukup. Keluhan ini dapat
disebabkan oleh penyakitnya dan dapat disebabkan oleh lingkungan RS, maka
diharapkan perawat dapat membuat rencana keperawatan yang dapat
mengatasi masalah klien tersebut.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Menjelaskan defenisi istirahat tidur


Menjelaskan fisiologis istirahat tidur
Menjelaskan fungsi istirahat tidur
Menjelasakan faktor-faktor yang mempengaruhi istirahat tidur
Menjelaskan tahapan tidur
Menjelaskan kebutuhan tidur sesuai tahap perkembangan
Menjelaskan gangguan tidur
Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan tidur

DEFENISI
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh
semua orang, dari mulai fase bayi sampai dengan lansia. Dengan istirahat dan
tidur yang cukup, tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Secara umum,
istirahat berarti suatu keadaan tenang,relaks,tanpa tekanan emosional,dan
bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat bukan berarti tidak melakukan
aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan dan duduk di taman, membaca
buka, latihan relaksasi juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat.
Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas
fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fsiologis
tubuh,dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hamper sepertiga
dari waktu kita,kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan
bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian
beraktivitas,mengurangi stress dan kecemasan,serta dapat meningkatkan
kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari.
Potter & Perry (2006) menjelaskan bahwa tidur merupakan keadaan yang
berulang ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode
tertentu.

FISIOLOGI ISTIRAHAT TIDUR


Tidur melibatkan urutan keadaan fisiologis yang dirtahankan oleh integrasi tinggi
aktifitas sistem syaraf pusat yang berhubungan dnegan perubahan dalam sistem
saraf periferal, endokrin, cardiovaskuler,pernafasan dan muskuler (Robinsor,1993
dalam Potter &Perry, 2006). Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system
pada batang otak,yaitu Reticular Activating System (RAS) terletak di batang
otak teratas yang terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan
dan terjaga; memberi stimulus visual,pendengaran,nyeri,dan sensori raba;serta
emosi dan proses berfikir dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). Pada
saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR (Tarwoto,Wartonah,2003).

RITME SIRKADIAN
Setiap orang memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda-beda. Bioritme ini
dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan (misalnya:
aktifitas sosial, rutinitas pekerjaan, cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus
elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah cyrcadian cyrcle
melengkapi siklus selama 24 jam. Cyrcadian cyrcle ini dapat mempengaruhi
fluktuasi
denyut
jantung,tekanan
darah,temperature,sekresi

hormone,metabolism dan penampilan serta perasaan individu. Irama biologis


tidur seringkali menjadi sinkron dengan fungsi tubuh yang lain. Sebagai contoh
suhu tubuh berkorelasi dengan pola tidur, suhu tubuh normalnya meningkat
pada siang hari, menurun secara bertahap dan kemudian turun secara tajam
setelah seseorang tidur. Jika siklus tidur-bangun terganggu, misalnya pada para
pekerja dengan shift (perawat), maka fungsi fisiologis lain dapat berubah juga.
FUNGSI DAN TUJUAN TIDUR
Kegunaan tidur masih belum jelas (Hodgson,1991 dalam Potter&Perry,2001).
Meskipun demikian, tidur diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan
mental, emosional, dan kesehatan. Selain itu, stres pada paru, sistem
kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga menurun aktivitasnya. Energi
yang tersimpan selama dari tidur diarahkan untuk fungsi-fungsi seluler yang
penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama efek pada
sistem saraf yang dipeerkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan
kcaeimbangan di antara berbagai susunan saraf. Kedua, efek pada struktur
tubuh dengan memulihkan kesogaran dan fungsi organ dalam tubuh, mengingat
tierjadinya penurunan aktivitas organorgan tubuh tersebut selama tidur.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUANTITAS DAN KUALITAS TIDUR


Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,di antaranya
adalah penyakit, lingkungan,kelelahan,gaya hidup,stress emosional,stimulan dan
alkohol,diet, merokok,dan motivasi.
1. Penyakit. Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur
yang lebih banyak daripada biasanya. Selain itu, dalam keadaan sakit
menyebabkan siklus bangun-tidur mengalami gangguan.
2. Lingkungan. faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat
proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang
asing dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang
tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur
seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi
terpengaruh dengan kondisi trsebut.
3. Kelelahan. Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur
seseorang. Semakin lelah seseorang,semakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang.
4. Gaya hidup. Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur
aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat.
5. Stress emosional. Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur
seseorang. kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah

melalui stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan


berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya
terjaga saat tidur.
6. Stimulant dan alcohol. Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman
dapat merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan
konsumsi alcohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM.
Ketika pengaruh alcohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi
buruk.
7. Diet. Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnya terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan
dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di
malam hari.
8. Merokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada
tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah
terbangun di malam hari.
9. Medikasi. Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur
seseorang. Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM,
betabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan
narkotik (mis; meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan
tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.
10. Motivasi. Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan
lelah seseorang. sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi
untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.

TAHAPAN TIDUR
Dengan bantuan alat elektroensefalogram (EEG), elektro-okulogram (EOG), dan
elektrokiogram (EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye
movement (NREM) dan rapid eye movement (REM).
1. Tahapan tidur jenis NREM
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karena gelombang
otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek daripada gelombang
alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Pada tidur NREM terjadi
penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di samping itu,semua proses
metabolic termasuk tanda-tanda vital, metabolism, dan kerja otot melambat. .
Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut sebagai tidur
ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam (deep sleep atau
delta sleep).
Tahap I

Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sebagai
berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata
bergerak dari samping ke samping, frekuensi Nadi dan napas sedikit menurun,
dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.
Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan
ciri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan
frekuensi napas menurun. temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun,
berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit
Tahap III
Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi napas
dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan adanya dominasi sistem saraf
parasimpatis sulit untuk bangun.

Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan
pernapasan turun, jarang bergerak, dan sulit dibangunkan, gerak bola mata
cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun.
2. Tidur paradoks /tidur REM (rapid eye movement)
Tidur jenis ini dapat bcrlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5 - 20
menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi 80-100 menit, akan
tetapi apabila kondisi orang sangat lelah maka awal tidur sangat cepat bahkan
jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut:
1. Biasanya disertai dengan mimpi aktif.
2. Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak
3. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi
kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.
4. Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
5. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.
6. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan tidak teratur, tekanan
darah meningkat atau berfluktuasi, sekrcsi gaster meningIcat, dan
metabolisme meningkat.
7. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam
belajar, memori, dan adaptasi.

KEBUTUHAN TIDUR SESUAI DENGAN TAHAPAN TUMBUH KEMBANG


Kebutuhan tidur pada manusia tergantung pada tingkat perkembangan,
Tabel 1.Kebutuhan Tidur Manusia
UMUR
0 - 1 bulan
1 bulan - 18 bulan
18 bulan - 3 tahun
3 tahun - 6 tahun
6 tahun - 12 tahun
12 tahun - 18 tahun
18 - 40 tahun
40 tahun - 60 tahun
60 tahun keatas

TAHAP
PERKEMBANGAN
Bayi baru lahir
Masa bayi
Masa anak
Masa prasekolah
Masa sekolah
Masa remaja
Masa dewasa
Masa muda paruh baya
Masa dewasa tua

KEBUTUHAN TIDUR
14 - 18 jam/hr
12 - 14 jam/ hari
11 - 12 jam/hari
11 jam/hari
10 jam/ hari
8,5 jam/hari
7 - 8 jam/hari
7 jam/hari
6 jam/hari

GANGGUAN TIDUR
Gangguan tidur yang umum terjadi
Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu
dewasa dan juga pada lansia. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau
karena factor mental seperti perasaan gelisah.
Terdapat tiga jenis insomnia:
1.

Insomnia inisial. Kesulitan untuk memulai tidur.

2.

Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya

terjaga.
3.

Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.

Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain
dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin,
menghindari rangsangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur
(mis; membaca, mendengarkan music),dan tidur jika benar-benar mengantuk.
Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan
parasomnia antara lain sering terjaga (mis; tidur berjalan, night terror),
gangguan transisi bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia yang terkait
dengan tidur REM (mis; mimpi buruk),dan lainnya (mis; bruksisme).

Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan
terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu,
seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena
gangguan

metabolisme

(mis;

hipertiroidisme).

Pada

kondisi

tertentu,

hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari


tanggung jawab pada siang hari.
Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai serangan tidur
atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan
genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode
tidur REM. Alternatife pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti;
amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti
imipramin hidroklorida.
Apnea saat tidur
Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya nafas secara
periodic pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok
dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan
pada siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan
psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH TIDUR

Pengkajian

Pengkajian tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur,
pemeriksaan fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik.

Riwayat tidur

Pengkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien


memasuki faislitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan
kebutuhan klien dan hal-hal yang ia sukai ke dalam rencana perawatan.
Riwayat tidur ini meliputi:
Pola tidur yang biasa.
Ritual sebelum tidur.
Penggunaan obat tidur atau obat-obatan lainnya.
Lingkungan tidur.
Perubahan terkini pada pola tidur.

Selain itu, riwayat ini juga harus mencakup berbagai masalah yang ditemui
pada pola tidur, penyebabnya, kapan pertama kali masalah tersebut muncul,
frekuensinya, pengaruh terahdap keseharian klien,dan bagaimana klien
berkoping dengan masalah tersebut.

Catatan tidur
Catatan tidur sangatlah bermanfaat khusus untuk klien yang memiliki
masalah tidur sebab catatan ini berisi berbagai informasi penting terkait pola
tidur klien. Catatan tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagian dari
informasi berikut:

Jumlah jam tidur total per hari.


Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur (jenis, durasi, dan waktu).
Ritual sebelum tidur (mis; minum air, obat tidur).
Waktu (a) pergi tidur, (b) mencoba tidur, (c) tertidur, (d) terjaga di malam

hari dan durasinya, serta (e) bangun tidur di pagi hari.


Adanya masalah yang klien yakini dapat memengaruhi tidurnya.
Factor yang klien yakini memberi pengaruh positif atau negatif pada
tidurnya.
Kemudian, perawat dapat mengembangkan data tersebut menjadi bagan atau
grafik yang berguna untuk mengidentifikasi masalah tidur yang klien alami.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energy
klien. Penampilan yang menandakan klien mengalami masalah tidur antara
lain adanya lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak
mata bengkak, dll. Sedangkan indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas,
gelisah, tidak perhatian, bicara lambat, menguap, dll. Di samping itu, klien
yang mengalami masalah tidur juga dapat terlihat lemah, letargi, atau lelah
akibat kekurangan energy.

Pemeriksaan diagnostic
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi.

Alat

ini

dapat

merekam

elektroensefalogram

(EEG),

elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat


ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien
lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien
terjaga di malam hari.

Penetapan diagnosis
Menurut NANDA (2003), diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk
klien dengan masalah tidur adalah gangguan pola tidur. Etiologi untuk label
diagnosis ini dapat bervariasi dan spesifik untuk masing-masing individu. Hal
ini meliputi ketidaknyamanan fisik atau nyeri, ansietas, perubahan waktu
tidur yang sering, serta perubahan lingkungan tidur atau ritual sebelum tidur.
Selain sebagai label diagnosis, gangguan pola tidur juga bisa menjadi etiologi
untuk diagnosis yang lain, seperti Risiko Cedera, kelelahan, Ketidakefektifan
Koping, Asietas, Intoleransi Aktivitas,dll.

Perencanaan dan implementasi


Tujuan utama asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan tidur adalah
untuk mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang memberikan
energi yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Sedangkan tujuan
lainnya dapat terkait dengan upaya miningkatkan perasaan sejahtera klien
atau meningkatkan kualitas tidurnya.
1. Gangguan pola tidur.
Yang berhubungan dengan:
Sering terjaga di malam hari, sekunder akibat (gangguan transport

oksigen, gangguan eliminasi, gangguan metabolisme).


Tidur berlebihan di siang hari, sekunder akibat medikasi (mis; sedatif,

hipnotik, antidepresan, amfetamin, barbiturate, dll).


Depresi.
Nyeri.
Aktivitas siang hari yang tidak adekuat.
Perubahan lingkungan.
Perubahan ritme sirkadian
Takut.
2. Kriteri hasil
Individu akan melaporkan keseimbangan yang optimal antara istirahat
dan aktivitas.
3. Indikator
Menjelaskan faktor yang mencegah atau menghambat tidur.
Mengidentifikasi teknik untuk memudahkan tidur
4. Intervensi umum

Identifikasi faktor yang menyebabkan gangguan tidur (nyeri, takut,


stress, ansietas, imobilitas, sering berkemih, lingkungan yang asing,
temperature, aktivitas yang tidak adekuat).
Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungandan gangguan tidur.
Bising
Tutup pintu kamar.
Cabut kabel telepon.
Nyalakan bunyi-bunyi yang lembut (mis; kipas angin, music yang
tenang, suara hujan, angin).
Pasang lampu tidur.
Turunkan volume alarm dan TV.
Gangguan
Hindari prosedur yang tidak perlu selama periode tidur.
Batasi pengunjung selama periode istirahat yang optimal (mis;
setelah makan).
Apabila berkemih malam hari dapat mengganggu tidur, minta klien
untuk membatasi asupan cairan pada malam hari dan berkemih
sebelum tidur.
Tingkatkan aktivitas di siang hari, sesuai indikasi.
Buat jadwal program aktivitas untuk siang hari bersama klien
(jalan kaki, terapi fisik).
Jangan tidur siang lebih dari 90 menit
Anjurkan klien untuk pagi hari
Anjurkan orang lain untuk berkomunikasi dengan klien rangsang ia
untuk tetap terjaga.
Bantu upaya tidur
Kaji rutinitas tidur yang biasa dilakukan klien, keluarga atau orang
tua-jam, praktik hygiene, ritual (membaca, bermain)-dan patuhi
semaksimal mungkin
Anjurkan atau berikan perawatan pada petang hari (mis; hygiene
personal, linen dan baju tidur yang bersih).
Gunakan alat bantu tidur (mis; air hangat untuk mandi, bahan
bacaan, pijatan di punggung,susu, music yang lembut, dll).
Pastikan klien tidur tnpa gangguan selama sedikitnya 4 atau 5
periode, masing-masing 90 menit, setiap 24 jam.
Catat lamanya tidur tanpa gangguan untuk setiap sif
Ajarkan rutinitas tidur di rumah (Miller, 1999):
Pertahankan jadwal harian yang konsisten untuk bangun, tidur,
dan istirahat (hari biasa, akhir pekan).
Bangunlah di waktu yang biasa, bahkan jika tidur anda tidak
nyenyak, hindari berada di tempat tidur setelah terjaga.
Gunakan tempat tidur hanya untuk aktivitas yang terkait dengan
tidur.

Apabila anda terjaga dan tidak dapat tidur kembali, beranjaklah


dari tempat tidur dan membacalah di ruangan lain selama 30
menit.
Hindari makanan dan minuman yang mengandung kafein (coklat,
teh, kopi) saat siang dan petang hari.
Hindari minuman yang beralkohol.
Upayakan mengonsumsi kudapan yang kaya L-triptofan (mis; susu,
kacang) menjelang tidur.
Jelaskan pentingnya olah raga secara teratur (jalan kaki,lari, senam
aerobic dan latihan) fisik selama sedikitnya satu setengah jam tiga
kali seminggu (jika tidak dikoordinasikan) untuk menurunkan stress
dan memudahkan tidur.
Jelaskan bahwa obat-obat hipnotik tidak boleh digunakan untuk waktu
yang lama karena berisiko menyebabkan toleransi dan mengganggu
fungsi pada siang hari.
Jelaskan pada klien dan orang terdekat klien mengenai penyebab
gangguan tidur/istirahat berikut cara-cara yang mungkin dilakukan
untuk menghindari atau meminimalkan penyebab tersebut.
5. Rasional
Tidur akan sulit dilakukan tanpa relaksasi. Lingkungan rumah sakit
yang asing dapat menghambat relaksasi.
Agar merasa segar, individu biasanya

harus

menyelesaikan

keseluruhan siklus tidur (70-100 menit) sebanyak 4 atau 5 kali


semalam (Cohen & Meritt, 1992; Thelan et al, 1998).
Keefektifan obat-obatan sdatif dan hipnotik mulai berkurang setelah
satu minggu penggunaan. Kondisi ini menuntut pemberian dosis yang
tinggi dan berisiko menyebabkan ketergantungan.
Ritual/kebiasaan tidur yang biasa dilakukan dapat meningkatkan
relaksasi dan membantu tidur (Cohen & Meritt, 1992).
Susu hangat yang mengandung L-triptofan merupakan penginduksi
tidur (hammer, 1991).
Kafein dan nikotin adalah stimulan SSP yang dapat memperpanjang
masa laten dan meningkatkan frekuensi terjaga di malam hari (Miller,
1999).
Alkohol dapat menginduksi kantuk, tetapi menekan tidur REM dan
meningkatkan frekuensi terjaga (Miller, 1999).
Tidur saat dini hari menghasilkan lebih

banyak

tidur

REM

dibandingkan tidur pada siang hari. Tidur siang lebih dari 90 menit
mengurangi stimulus untuk siklus tidur yang lebih panjang, yang di
dalamnya terdapat tidur REM (Thelan et al, 1998).

Para peneliti menyebutkan, penghalang utama tidur pada klien yang


menjalani perawatan kritis adalah aktivitas, kebisingan, nyeri, kondisi
fisik, prosedur keperawatan, cahaya, dan hipotermia.
Kebisingan lingkungan yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi
dapt ditutupi dengan bunyi-bunyi yang lembut (mis; kipas angin,
music yang lembut, suara rekaman {hujan, ombak pantai}) (Miller,
1999).
Pola tidur yang tidak teratur dapat mengganggu irama sirkardian
normal; kemungkinan menyebabkan sulit tidur.
DAFTAR PUSTAKA

http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/22/konsep-dasar-istirahat-dan-tidur/
http://askep-askeb.cz.cc/2010/02/fisiologi-tidur.html
Perry & Potter (2006).Fundamentals of Nursing

Anda mungkin juga menyukai