PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar mempertahankan status, kesehatan
pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh.
Pemenuh kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit
agar lebih cepat sembuh memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur
tersebut cukup maka jumlah energi yang di harapkan dapat memulihkan status kesehatan dan
mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi. Selain itu,orang yang
mengalami kelelahan juga memerlukan istirahat dan tidur lebih dari biasanya.
B. TUJUAN
1. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai konsep kebutuhan istirahat dan tidur
2. Pembaca dapat melakukan tindakan keperawatan yang tepat sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
3. Pembaca dapat menambah kopetensi terkait dengan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
klien.
C. MANFAAT
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat mengetahui dan
menerapkan asuhan keperawatan tentang gangguan kebutuhan istirahat dan tidur pada penyakit
insomnia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Fisiologi Tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak,yaitu Reticular
Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region(BSR). RAS di bagian atas batang
otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran,
memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan proses berfikir.
Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum
serotonin. (Tarwoto,Wartonah,2009).
Tidur ditandai dengan:
D. Pola Tidur
Pola Tidur Normal berdasarkan tingkat usia:
• Usia Tingkat perkembangan Jumlah kebutuhan tidur Pola tidur normal
0-1 bulan Masa Neonatus 14-18 jam/hari Pernafasan teratur gerak tubuh sedikit, 50% tidur
NREM., banyak waktu tidurnya di lewatkan pada tahap II dan IV tidur NREM.setiap siklus
sekitar 45-60 menit
• ( 1 bulan-18bulan)
Masa Bayi 12-14 jam/hari 20%-30% tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari, punya pola
terbangun sebentar.
• (18 bulan-3 tahun)
Masa Anak 11-12 Jam/Hari 25% tidur REM banyak tidur pada mala hari, terbangun dini hari
berkurang, siklus bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun
• (3-6 tahun)
Masa prasekolah 11 jam/hari 20 % tidur REM ,periode terangun kedua hilang pada umur 3
tahun, umur 5 tahun tidur tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.
• (6-12 Tahun)
Masa sekolah 10 jam/hari 18,5% tidur REM, sisa waktu tidur relative kostan.
• (12-18 Tahun)
Masa Remaja 8,5jam/hari 20% tidur REM.
• (18-40 Tahun)
Masa dewasa muda 7-8 jm/hari 20-25% tidur REM, 5%-10% tidur terhadap I, 50% tidur tahap II,
dan 10-20% tidur tahap III dan IV.
• (40-60 Tahun)
Masa paruh baya 7 jam/hari 20% tidur REM, mungkin mengalami imsomnia dan sulit untuk
dapat tidur.
• (60 tahun ke atas)
Masa dewasa tua 6 jam/ hari 20%-25% tidur REM, tidur tahap IV nyata berkurang terkadang tak
ada, mungkin menngalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam hari.
2. Parasomnia
Masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anak-anak :
• Night terrors dan mimpi buruk
• Sleepwalking dan sleeptalking
• Bruksisme
• Enuresis
3. Hypersomnia
Gangguan ini adalah kebalikan dari insomnia. Seringkali penderita dianggap memiliki
gangguan jiwa atau malas. Para penderita hypersomnia membutuhkan waktu tidur yang sangat
banyak dari ukuran normal. Meskipun penderita tidur melebihi ukuran normal, namun mereka
selalu merasa letih dan lesu sepanjang hari. Namun gangguan ini tidaklah terlalu serius dan dapat
diatasi sendiri oleh penderita dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen diri.
4. Sleep apnea
Gangguan yg dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut.
Ada 2 jenis apnea tidur: apnea sentral, obstruktif, dan campuran :
a). Apnea Obstruktif
Terjadi pada saat otot atau struktur rongga mulut atau tenggorok rileks pada saat tidur.
Jalan nafas atas menjadi tersumbat, dan aliran udara pada hidung berkurang atau berhenti.
Individu masih berusaha untuk bernafas karena gerakan dada dan abdomen terus terjadi, yang
seringkali menyebabkan bunyi dengkuran atau dengusan yang keras.
b). Apnea Sentral
Melibatkan disfungsi pada pusat pengendalian pernafasan di otak. Impuls untuk bernafas
sementara berhenti, dan aliran udara pada hidung dan gerakan dinding dada juga terhenti.
Saturasi oksigen dalam darah juga menurun. Kondisi ini terjadi pada klien yg mengalami cedera
batang otak
5. Narkolepsi
Disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan bangun dan tidur. Suatu kondisi yang
dicirikan oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur. Orang yg menderita narkolepsi boleh
dikatakan dapat tidur diwaktu sedang berdiri, tengah mengemudikan kendaraan, tidur di tengah-
tengah suatu pembicaraan atau selagi berenang
6. Somnambulisme
Somnambulisme berjalan-jalan dalam tidur,lebih banyak terlihat pada anak-anak daripada
di kalangan orang dewasa. Bahaya bagi orang yang menderita somnambulisme adalah bahwa ia
dapat mendapatkan cedera,dan tindakan-tindakan membuat lingkungannya aman merupakan
suatu keharusan,umpanya memasang kunci-kunci yang benar-benar bekerja baik pada pintu-
pintu. Jika seorang penderita yang pernah mengalami somnambulisme akan diterima untuk
dirawat di Rumah sakit atau unit perawatan kesehatan lainnya,maka
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas klien : selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlah keluarga.
b. Keluhan : penyebab klien sampai dibawa kerumah sakit.
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Tanda dan gejala klinis
e. Riyawat penyakit dahulu
f. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan
g. Pola fungsi kesehatan
1. Pola presepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan
2. Pola nutrisi – metabolik
3. Pola eliminasi
4. Pola aktivitas – latihan
5. Pola kognitif – perceptual
6. Pola persepsi diri
7. Pola tidur dan istirahat
8. Pola peran – hubungan
9. Pola reproduksi dan seksual
10. Pola penanggulangan stres
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
h. Pemeriksaan fisik
1. Sistem integument
2. Sistem pernafasan : infeksi, palpasi, perkusi, aukultasi.
3. Sistem pengindraan
4. Sistem kardiovaskuler
5. Sistem musculoskeletal
6. Sistem genetalia.
B. Masalah Keperawatan
1. Gangguan pola tidur
C. Rencana/Intervensi Keperawatan
Dukungan Tidur
Tindakan
a. Observasi
- Identitas pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik atau psikologis)
- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis, kopi, teh,
alkohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak sebelum tidur)
- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi.
b. Terapeutik
- Modifikasi lingkungan (mis, pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat
tidur) Batasi waktu tidur siang, jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
- Tetapka jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga.
c. Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur
REM
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup, sering berukanbah shift bekerja)
- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya.
D. Implementasi
Implementasi merupakan seebuah penerapan atau pelaksanaan suatu hal. Aktivitas ini
memiliki tujuan tersendiri dalam penerapannya.
E. Evaluasi
Merupakan kegiatan dalam menilai tindakan yang dilakukan, untuk mengetahui klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua
orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi secara optimal.
Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional, dan
bebas dari perasaan gelisah.Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang
otak,yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region(BSR). RAS
di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan
kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba,
serta emosi dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,sedangkan
pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR
DAFTAR PUSTAKA
Alimul.H.Aziz (2009) Pengantar KDM dan Proses Keperawatan, Salemba Medika Jakarta.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI