Disusun oleh
Neni Septiani
2. Fisiologi tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak,yaitu
Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR).
RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus
visual,pendengaran,nyeri,dan sensori raba;serta emosi dan proses berfikir. Pada
saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR (Tarwoto,Wartonah,2003).
Ritme sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada
manusia,bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan factor
lingkungan (mis; cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik).
Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian-yamg melengkapi
siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung,tekanan
darah,temperature,sekresi hormone,metabolism dan penampilan serta perasaan
individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama
biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu
memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan
bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur
pada saat ritme tersebut paling rendah (Lilis,Taylor,Lemone,1989).
Tahapan tidur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat elektroensefalogram
(EEG), elektro-okulogram (EOG), dan elektrokiogram (EMG), diketahui ada
dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye
movement (REM).
1. Tidur NREM. tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek
karena gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek
daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Pada
tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di samping
itu,semua proses metabolic termasuk tanda-tanda vital, metabolism, dan
kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap
I-II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai
tidur dalam (deep sleep atau delta sleep).
2. Tidur REM. Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung
selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian
besar mimpi terjadi pada tahap ini. Selama tidur REM,otak cenderung aktif
dan metabolismenya meninggkat hingga 20%. Pada tahap individu menjadi
sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus
otot terdepresi,sekresi lambung meningkat,dan frekuensi jantung dan
pernapasan sering kali tidak teratur.
Siklus tidur
Selama tidur , individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang
komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya
melalui emapt hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut
dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III
berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20
menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit.
Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit.
Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan
parasomnia antara lain sering terjaga (mis; tidur berjalan, night terror), gangguan
transisi bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur
REM (mis; mimpi buruk),dan lainnya (mis; bruksisme).
Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan
terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu,
seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena
gangguan metabolisme (mis; hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia
dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab
pada siang hari.
Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau
sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan
genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode
tidur REM. Alternatife pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti;
amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti
imipramin hidroklorida.
Kemudian, perawat dapat mengembangkan data tersebut menjadi bagan atau grafik
yang berguna untuk mengidentifikasi masalah tidur yang klien alami.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energy
klien. Penampilan yang menandakan klien mengalami masalah tidur antara lain
adanya lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak mata
bengkak, dll. Sedangkan indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas, gelisah, tidak
perhatian, bicara lambat, menguap, dll. Di samping itu, klien yang mengalami
masalah tidur juga dapat terlihat lemah, letargi, atau lelah akibat kekurangan energy.
4. Pemeriksaan diagnostic
Tidur dapat diukur secaran objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini
kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa
sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari.
5. Penetapan diagnosis
Menurut NANDA (2003), diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk klien
dengan masalah tidur adalah gangguan pola tidur.eitologi untuk label diagnosis ini
dapat bervariasi dan spesifik untuk masing-masing individu.hal ini meliputi
ketidaknyamanan fisik atau nyeri, ansietas, perubahan waktu tidur yang sering, serta
perubahan lingkungan tidur atau ritual sebelum tidur.
Selain sebagai label diagnosis, gangguan pola tidur juga bisa menjadi etiologi untuk
diagnosis yang lain, seperti Risiko Cedera, kelelahan, Ketidakefektifan Koping,
Asietas, Intoleransi Aktivitas,dll.
6. Perencanaan dan inplementasi
Tujuan utama asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan tidur adalah untuk
mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang memberikan energi yang cukup
untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Sedangkan tujuan lainnya dapat terkait dengan
upaya miningkatkan perasaan sejahtera klien atau meningkatkan kualitas tidurnya.
1. Gangguan pola tidur.
Yang berhubungan dengan:
• Sering terjaga di malam hari, sekunder akibat (gangguan transport oksigen,
gangguan eliminasi, gangguan metabolisme).
• Tidur berlebihan di siang hari, sekunder akibat medikasi (mis; sedatif,
hipnotik, antidepresan, amfetamin, barbiturate, dll).
• Depresi.
• Nyeri.
• Aktivitas siang hari yang tidak adekuat.
• Perubahan lingkungan.
• Perubahan ritme sirkadian
• Takut.
2. Kriteri hasil
Individu akan melaporkan keseimbangan yang optimal antara istirahat dan
aktivitas.
3. Indikator
• Menjelaskan faktor yang mencegah atau menghambat tidur.
• Mengidentifikasi teknik untuk memudahkan tidur
4. Intervensi umum
• Identifikasi faktor yang menyebabkan gangguan tidur (nyeri, takut, stress,
ansietas, imobilitas, sering berkemih, lingkungan yang asing, temperature,
aktivitas yang tidak adekuat).
• Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungandan gangguan tidur.
Bising
Tutup pintu kamar.
Cabut kabel telepon.
Nyalakan “bunyi-bunyi yang lembut” (mis; kipas angin, music yang tenang,
suara hujan, angin).
Pasang lampu tidur.
Turunkan volume alarm dan TV.
Gangguan
Hindari prosedur yang tidak perlu selama periode tidur.
Batasi pengunjung selama periode istirahat yang optimal (mis; setelah
makan).
Apabila berkemih malam hari dapat mengganggu tidur, minta klien untuk
membatasi asupan cairan pada malam hari dan berkemih sebelum tidur.
• Tingkatkan aktivitas di siang hari, sesuai indikasi.
Buat jadwal program aktivitas untuk siang hari bersama klien (jalan kaki,
terapi fisik).
Jangan tidur siang lebih dari 90 menit
Anjurkan klien untuk pagi hari
Anjurkan orang lain untuk berkomunikasi dengan klien rangsang ia untuk
tetap terjaga.
• Bantu upaya tidur
Kaji rutinitas tidur yang biasa dilakukan klien, keluarga atau orang tua-jam,
praktik hygiene, ritual (membaca, bermain)-dan patuhi semaksimal mungkin
Anjurkan atau berikan perawatan pada petang hari (mis; hygiene personal,
linen dan baju tidur yang bersih).
Gunakan alat bantu tidur (mis; air hangat untuk mandi, bahan bacaan, pijatan
di punggung,susu, music yang lembut, dll).
Pastikan klien tidur tnpa gangguan selama sedikitnya 4 atau 5 periode,
masing-masing 90 menit, setiap 24 jam.
Catat lamanya tidur tanpa gangguan untuk setiap sif
• Ajarkan rutinitas tidur di rumah (Miller, 1999):
Pertahankan jadwal harian yang konsisten untuk bangun, tidur, dan istirahat
(hari biasa, akhir pekan).
Bangunlah di waktu yang biasa, bahkan jika tidur anda tidak nyenyak, hindari
berada di tempat tidur setelah terjaga.
Gunakan tempat tidur hanya untuk aktivitas yang terkait dengan tidur.
Apabila anda terjaga dan tidak dapat tidur kembali, beranjaklah dari tempat
tidur dan membacalah di ruangan lain selama 30 menit.
Hindari makanan dan minuman yang mengandung kafein (coklat, the, kopi)
saat siang dan petang hari.
Hindari minuman yang beralkohol.
Upayakan mengonsumsi kudapan yang kaya L-triptofan (mis; susu, kacang)
menjelang tidur.
• Jelaskan pentingnya olah raga secara teratur (jalan kaki,lari, senam aerobic
dan latihan) fisik selama sedikitnya satu setengah jam tiga kali seminggu (jika
tidak dikoordinasikan) untuk menurunkan stress dan memudahkan tidur.
• Jelaskan bahwa obat-obat hipnotik tidak boleh digunakan untuk waktu yang
lama karena berisiko menyebabkan toleransi dan mengganggu fungsi pada
siang hari.
• Jelaskan pada klien dan orang terdekat klien mengenai penyebab gangguan
tidur/istirahat berikut cara-cara yang mungkin dilakukan untuk menghindari
atau meminimalkan penyebab tersebut.
5. Rasional
• Tidur akan sulit dilakukan tanpa relaksasi. Lingkungan rumah sakit yang
asing dapat menghambat relaksasi.
• Agar merasa segar, individu biasanya harus menyelesaikan keseluruhan siklus
tidur (70-100 menit) sebanyak 4 atau 5 kali semalam (Cohen & Meritt, 1992;
Thelan et al, 1998).
• Keefektifan obat-obatan sdatif dan hipnotik mulai berkurang setelah satu
minggu penggunaan. Kondisi ini menuntut pemberian dosis yang tinggi dan
berisiko menyebabkan ketergantungan.
• Ritual/kebiasaan tidur yang biasa dilakukan dapat meningkatkan relaksasi dan
membantu tidur (Cohen & Meritt, 1992).
• Susu hangat yang mengandung L-triptofan merupakan penginduksi tidur
(hammer, 1991).
• Kafein dan nikotin adalah stimulan SSP yang dapat memperpanjang masa
laten dan meningkatkan frekuensi terjaga di malam hari (Miller, 1999).
• Alkohol dapat menginduksi kantuk, tetapi menekan tidur REM dan
meningkatkan frekuensi terjaga (Miller, 1999).
• Tidur saat dini hari menghasilkan lebih banyak tidur REM dibandingkan tidur
pada siang hari. Tidur siang lebih dari 90 menit mengurangi stimulus untuk
siklus tidur yang lebih panjang, yang di dalamnya terdapat tidur REM
(Thelan et al, 1998).
• Para peneliti menyebutkan, penghalang utama tidur pada klien yang
menjalani perawatan kritis adalah aktivitas, kebisingan, nyeri, kondisi fisik,
prosedur keperawatan, cahaya, dan hipotermia.
• Kebisingan lingkungan yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dapt
ditutupi dengan “bunyi-bunyi yang lembut” (mis; kipas angin, music yang
lembut, suara rekaman {hujan, ombak pantai}) (Miller, 1999).
• Pola tidur yang tidak teratur dapat mengganggu irama sirkardian normal;
kemungkinan menyebabkan sulit tidur.
Daftar Pustaka
Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.
Jakarta: Salemba Medika
Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., Swanson, Elizabeth. 2006.
Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. Missouri: Mosby