Anda di halaman 1dari 7

Gangguan Tidur Hipersomnia

A. Definisi
Hipersomnia adalah merupakan suatu keadaan tidur dan serangan tidur
disiang hari yang berlebih yang terjadi secara teratur atau rekuren untuk waktu
singkat dan menyebabkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan. (Puri B,
2014).
B. Etiologi
1. Stress, Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga
dapat membuat pikiran menjadi aktif di malam hari.
2. Kecemasan dan depresi
3. Obat-obatan
4. Kafein (Gelder, Michael, 2012)
C. Epidemiologi
Gangguan tidur sangat sering terjadi, 40% populasi mempunyai
masalah tidur selama setahun terakhir ini, 10% dapat didiagnosis sebagai
insomnia, 3-4% mempunyai diagnosis hypersomnia( Tomb D.A ,2011)
Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung meningkat, hal ini
juga sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya. Kaplan dan
Sadock melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut menderita
gangguan tidur. Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan oleh gangguan
psikiatri, ketergantungan obat dan alkohol (Japardi, 2010).
D. Klasifikasi
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III
(PPDGJ III), gangguan tidur secara garis besar dibagi dua, yaitu dissomnia dan
parasomnia. (Rusdi m, 2001).
Menurut Diagnostic And Statictical Manual of Mental Disorders edisi ke
empat (DSM-IV) mengklasifikasikan gangguan tidur berdasarkan kriteria
diagnostik klinik dan perkiraan etiologi. Tiga kategori utama gangguan tidur
dalam DSM-IV adalah (American psychiatric association, 2010)
1. Gangguan tidur primer
Gangguan tidur primer terdiri atas dissomnia dan
parasomnia.Dissomnia adalah suatu kelompok gangguan tidur yang
heterogen termasuk :
a. Insomnia primer,
b. Hipersomnia primer,
c. Narkolepsi,
d. Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan, dan
e. Gangguan tidur irama sirkadian.
Parasomnia adalah suatu kelompok gangguan tidur termasuk :
a. Gangguan mimpi menakutkan (nightmare disorder),
b. Gangguan teror tidur, dan
c. Gangguan tidur berjalan.
2. Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan mental lain, dan
3. Gangguan tidur lain, khususnya gangguan tidur akibat kondisi medis
umum atau yang disebabkan oleh zat.
Klasifikasi gangguan tidur menurut Internasional Classification of Sleep
Disorders adalah (American Academy of Sleep Medicine, 2016).
1. Dissomnia
a. Gangguan tidur intrisik
Narkolepsi, gerakan anggota gerak periodik, sindroma kaki gelisah,
obstruksi saluran nafas, hipoventilasi, post traumatik kepala, tidur
berlebihan hipersomnia), idiopatik.
b. Gangguan tidur ekstrisik
Tidur yang tidak sehat, lingkungan, perubahan posisi tidur, toksik,
ketergantungan alkohol, obat hipnotik atau stimulant
c. Gangguan tidur irama sirkadian
Jet-lag sindroma, perubahan jadwal kerja, sindroma fase terlambat tidur,
sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak
tidurselama 24 jam.
2. Parasomnia
a. Gangguan aurosal
Gangguan tidur berjalan, gangguan tidur teror, aurosal konfusional
b. Gangguan antara bangun-tidur
Gerak tiba-tiba, tidur berbicara,kramkaki, gangguan gerak berirama
c. Berhubungan dengan fase REM
Gangguan mimpi buruk, gangguan tingkah laku, gangguan sinus arrest
d. Parasomnia lain-lainnya
Bruxism (otot rahang mengeram), mengompol, sukar menelan, distonia
parosismal
3. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan/psikiatri
a. Gangguan mental
Psikosis, anxietas, gangguan afektif, panik (nyeri hebat), alkohol
b. Berhubungan dengan kondisi kesehatan
Penyakit degeneratif (demensia, parkinson, multiple sklerosis), epilepsi,
status epilepsi, nyeri kepala, post traumatik kepala, stroke.
4. Gangguan tidur yang tidak terklassifikasi

E. Manifestasi Klinis
1. mengantuk berlebihan di siang hari selama sekurangnya satu bulan
2. Mengantuk berlebihan di siang hari menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau
fungsi penting lain.
3. Mengantuk berlebihan di siang hari tidak dapat diterangkan oleh Insomnia
dan tidak terjadi semata-mata selam perjalan gangguan tidur lain
(misalnya, narkolepsi, gangguan tidur berhubungan pernafasan, gangguan
tidur irama sirkadian, atau parasomnia) dan tidak dapat diterangkan oleh
jumlah tidur yang tidak adekuat.
4. Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan lain.
5. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
obat yang disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum
(Sadock, 2007).

F. Differential Diagnosis
1. Kurang tidur; dengan karakteristik utama adalah keterbatasan tidur pada
malam hari. Temuan polisomnografi akan mirip dengan pasien
hipersomnia idiopatik, akan tetapi gejala kantuk berlebih pada siang hari
akan membaik saat waktu tidur ditingkatkan.
2. Delayed Sleep Phase Syndrome , pasien akan mengalami kesulitan bangun
di pagi hari. Pasien biasanya tidur terlambat di malam hari, tetapi jika
waktu tidurnya cukup, maka mereka tidak akan merasakan kantuk di siang
hari.
3. Long sleeper; mereka memiliki kebutuhan tidur yang lebih banyak dari
orang normal, sehingga jika waktu tidur mereka tidak terpenuhi, maka
akan merasa kantuk pada siang hari. Jika diberikan kesempatan untuk tidur
sepanjang yang mereka butuhkan, maka gejala kantuk berlebih pada siang
hari akan menghilang; berbeda dengan hipersomnia idiopatik.
4. Obstructive Sleep Apnoe (OSA); saat diketahui pasien memiliki kebiasaan
mengorok saat tidur, diagnosis OSA perlu dipertimbangkan. Pemeriksaan
yang diperlukan adalah monitor respirasi saat tidur.
5. Narkolepsi; istilah narkolepsi dahulu merupakan sinonim dari kantuk
berlebih disiang hari, tetapi diketahui belakangan bahwa narkolepsi
memiliki kelainan spesifik pada tidur REM yang memberikan manifestasi
bermacam-macam saat tidur maupun ban
6. gun. Gejala utama dari narkolepsi adalah pemanjangan waktu tidur utama,
tetapi kelelahan yang dialami pasien akan berujung pada hiperaktivitas
paradoksikal. Pemeriksaan yang diperlukan adalah HLA, polisomnografi,
dan multiple sleep latency test (MLST). (Adrian Preda, 2016).
G. Diagnosis
Sebelum mencari diagnosa penyebab suatu gangguan tidur, sebaiknya
ditentukan terlebih dahulu jenis dan lamanya gangguan tidur (duration of sleep
disorder), dengan mengetahui jenis dan lamanya gangguan tidur, selain untuk
membantu mengidentifikasi penyebabnya, juga dapat memberikan pengobatan
yang adekuat. (Japardi, 2010).
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah polysomnography
adalah tes semalam di mana perangkat pemantauan terhubung ke individu
untuk menilai berbagai tahapan tidur untuk aktivitas muatan listrik otak
(electroencephalogram, atau EEG), jantung (elektrokardiogram), gerakan otot-
otot (electromyogram) dan mata (elektro-oculogram). Kadar oksigen dalam
darah dan perubahan dalam pernapasan juga dipantau. Beberapa tes latensi
tidur (MSLT) mengukur waktu yang dibutuhkan untuk jatuh tidur siang hari
dalam ruangan yang tenang. Tes-tes lain mungkin termasuk pemeliharaan uji
terjaga dan skala kantuk Epworth. (Adrian, 2016).

H. Tatalaksana
1. Non Farmakologis
Teori kognitif-behavioral menekankan pada jangka pendek dan
berfokus pada penurunan kondisi fisiologis yang timbul, memodifikasi
kebiasaan tidur yang maladaptif dan mengubah pemikiran yang
disfungsional. Terapi ini biasanya menggunakan kombinasi dari beberapa
teknik, restrukturasi rasional. Kontrol simultan melibatkan perubahan
stimulus lingkungan yang diasosiasikan dengan tidur.
2. Farmakologis
Pengobatan dari hipersomnia primer meliputi obat-obat stimulan
yang dapat mempertahankan kesadaran; dextroamphetamine dan
methylphenidate keduanya mempunyai masa paruh yang singkat dan di
minum dalam dosis terbagi. Femoline, stimulan kerja lama, dapat juga
digunakan. Modafinil, yang digunakan untuk mengobati narkolepsi, dapat
juga digunakan untuk mengobati hipersomnia primer. Antidepresan
trisiklik (seperti protriptyline) dapat juga digunakan. Karena obat-obatan
stimulan dapat menimbulkan ketergantungan, maka penggunaannya harus
benar-benar diawasi.
I. Prognosis
Bila hipersomnia disebabkan oleh suatu gangguan mood, perjalanan
klinisnya ditentukan oleh gangguan primer. Hipersomnia idiopatik dapat
berubah selama perkembangan dan dapat membaik seiring pertambahan usia
pada beberapa pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian Preda,MD.Primary Hypersomnia.Avaiable in: www.medscape.com.
Accesed: 02 Juni 2016
American Academy of Sleep Medicine. ICS2 - International Classification of
Sleep Disorders. American Academy of Sleep Medicine Diagnostic and
Coding Manual . Diagnostik dan Coding Manual. 2nd. 2. Westchester, Ill:
American Academy of Sleep Medicine; 2001.Diunduh dari:
http://www.esst.org/adds/ICSD.pdf.Diakses : 7 Juni 2016
American Psychiatric Association. 2010. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders DSM-IV-TR Fourth Edition. Diunduh dari:
http://www.book4doc.org/diagnostic-and-statistical-manual-of-mental-
disorders-dsm-iv-tr-fourth-edition/
Gelder, Michael G, etc. 2012. New Oxford Textbook of Psychiatry. London:
Oxford University Press.
Japardi,I. 2010. Gangguan Tidur. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas Ppdgj-Iii.
Jakarta: PT.Nuh Jaya. Pp: 93-5
Puri B, Laking P, Treasaden.2014. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : EGC
Sadock BJ. Normal sleep and Sleep disorders. Synopsis of Psychiatry, 10th ed,
Lippincott Williams & Wilkins. A Wolters Kluwer Co.; 2007.
Tomb,David A. 2011. Buku Saku Psikiatri.

Anda mungkin juga menyukai